DOSEN:VIVIANTI DEWI,S.Pd.M.kes
NAMA:AQUARDO LEOVALENTINO.S.
NIM:po71201180004
Tentunya dengan berbagai dukungan pihak penulis berterimakasih kepada dosen bahasa
Indonesia yaitu:ibu vivianti dewi,S.Pd.M.kes, karena telah membimbing dalam penulisan karya
tulis ilmiah ini.untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah banyak membantu
Namun tidak lepas dari semua itu,penulis meyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya
Penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah tentang “Pengaruh Tidur Siang Untuk
Kesehatan Tubuh”dapat diambil hikmahnya dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inspirasi terhadap pembaca.
Pada dasarnya semua mahluk hidup butuh istirahat berupa tidur,baik itu
hewan,tumbuhan,dan manusia.tidur biasa dilakukan pada malam hari dan siang hari,akan tetapi
pada hewan tertentu ada yang tidur pada pagi hari,pada tumbuhan pun waktu tidur hanya pada
musim-musim tertentu atau bisa disebut dengan dorminasi tumbuhan,dan pada manusia tidur
dilakukan pada malam hari dan terkadang ada yang menambah jam tidur mereka di siang
hari.biasanya orang jarang tidur disiang hari karena kesibukan yang mereka jalani.padahal tidur
sangat bermanfaat bagi seseorang karena tidur siang akan memulihkan tenaga tubuh setelah
digunakan dalam aktivitas dan dapat memulihkan tenaga tubuh untuk aktivitas yang akan mereka
jalan.
Tidur merupakan sebuah proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang
lebih lama dari keterjagaan dan juga suatu keadaan dibawah alam sadar dimana seseorang itu
masi dapat untuk dibangunkan dengan pemberian rangsangan sensorik atau dengan rangsangan
lainya.manusia norma pada umumnya melakukan aktivitas ini.meskipun hanya satu jam tiap
hari,pola tidur yang sehat tentunya kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari,baik itu dalam hal
kualitas tidur yang baik maupun kuatitas tidur yang baik pula,dengan kita berpola pada tdur
yang sehat maka tidur yang kita lakukan bukan hanya sebagai suatu bentuk istirahat saja namun
juga dapat sebagai bentuk menjaga kesehatan tubuh manusia.
Menurut laporan dari survei tidur global tahunan yang diterbitkan The Global Pursuit of
Better Sleep Health dari Royal Philips, banyak orang hanya tidur selama 6,3 jam pada hari kerja
dan 6,6 pada akhir pekan, jauh lebih rendah dari waktu yang direkomendasikan yaitu 8 jam
sehari.
Survei tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Hari Tidur Sedunia yamg jatuh
setiap 15 Maret.
Survei sendiri melibatkan lebih dari 11.000 orang dewasa di Australia, Brasil, Kanada,
Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Jepang, Belanda, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika
Serikat untuk mengungkap sikap, persepsi, dan perilaku yang berkaitan dengan tidur.
Hasil survei mengungkapkan masyarakat dunia semakin kurang tidur. Di saat yang sama,
kesadaran akan dampak tidur pada kesehatan meningkat, tetapi kesehatan tidur yang baik justru
makin sulit didapatkan.
Selain kurang tidur, 62 persen orang dewasa dalam survei global menggambarkan tidur
mereka sebagai 'agak' atau 'tidak sama sekali' baik, dan hampir setengahnya (44 persen)
mengatakan bahwa tidur mereka telah memburuk dalam lima tahun terakhir.
Di negara-negara Asia-Pasifik yang disurvei, stres adalah alasan utama individu terjaga di
malam hari dengan 50 persen kehilangan tidur karena khawatir atau tekanan.
Selain itu, faktor lain yang membuat orang dewasa di kawasan Asia-Pasifik terjaga di
malam hari antar lain: lingkungan tidur mereka (32 persen), gangguan dalam bentuk hiburan
seperti televisi, media sosial (27 persen), kondisi kesehatan seperti masalah nyeri atau
pernapasan (23 persen), minum minuman berkafein atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu
menjelang tidur (18 persen), dan pasangan mendengkur (17 persen).
Meskipun terdapat kebutuhan untuk mengatasi kekurangan tidur, masalah tidur sering
tidak menjadi prioritas.
Untuk memperoleh tidur yang lebih baik, 31 persen responden di Asia-Pasifik bersedia
untuk mempelajari lebih lanjut tentang tidur dan/atau perawatan untuk meningkatkan kualitas
tidur mereka secara online, dan 34 persen bersedia menemui spesialis tidur.
Namun sebanyak 75 persen orang dewasa belum mencari bantuan dari profesional medis
untuk mengatasi permasalahan tidur mereka, terutama karena biaya konsultasi (25 persen) dan
perawatan (30 persen) yang akan ditanggung.
Padahal kurang tidur sudah lama dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik dan mental
seperti obesitas, penyakit kardiovaskular, stroke sampai menurunnya daya ingat.
insomnia dengan tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir Program Studi D-IV
keperawatan.
3. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan sebagai pedoman dalam meneliti insomnia
4. Manfaat praktis
Penelitian