Anda di halaman 1dari 26

REVIEW JURNAL

KEPERAWATAN DEWASA

“KUALITAS TIDUR (SLEEP QUALITY)

DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI”

DOSEN : Ns. Christina Yuliastuti, S.Kep., Ns., M.Kep

OLEH KELOMPOK 4:

1. TRI SHINTA SUMARSONO 6. SISWANTO UTOMO


2. SITI ZAHROTIN 7. WINARTI
3. EDDY PRABOWO 8. DONNY KARTIKA
4. RETNA WIDAYANTI 9. ANITATUS SHOLICHA
5. MENIK SULISTYARI 10. SITI KHABSOH

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Menurut Seronsen (1996), tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah


peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg. Lancet (2008), menyatakan bahwa jumlah
penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Muhammadun (2010)
mengungkapkan di India jumlah penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang
pada tahun 2002, di Cina 98,5 juta orang yang mengalami hipertensi, di bagian
Asia tercatat 38,4 juta penderita hipertensi dan di Amerika 65 juta orang
mengidap hipertensi.1
Di Indonesia angka kejadian hipertensi mencapai 17-21 % dari populasi
dan kebanyakan tidak terdeteksi (Muhammadun, 2010). Astaman (2002),
menjelaskan bahwa hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2009
menunjukkan rata-rata penyakit hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per
1000 orang. Berdasarkan analisis prevalensi yang dilakukan oleh Puslitbang dan
Kebijakan Kesehatan (2008), hasilnya menunjukkan bahwa 34.9 % penduduk
Indonesia terkena hipertensi. Prevalensi terbesar terdapat di propinsi Kepulauan
Riau sebesar 45.0 %, Papua sebesar 24.7 %, Jawa dan Bali sebesar 22.24 % dan
Sumatera sebesar 9,17 %.1
Dr Sogol Javaheri dan rekan dari case western reserve school of medicine
Cleveland melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui hubungan antara
kualitas tidur yang buruk dengan prehipertensi atau hipertensi pada remaja, dan
penelitian ini adalah penelitian pertama yang dilakukan dengan tujuan untuk
meneliti hubungan tersebut. Penelitian ini dipublikasikan pada tanggal 18 agustus
2008 dalam jurnal circulation. Dr javaheri mengatakan bahwa data mengenai
hubungan antara peningkatan tekanan darah karena kualitas tidur yang buruk pada

2
orang dewasa sudah banyak, sedangkan pada remaja hubungan ini belum jelas
benar2
Para ahli berspekulasi bahwa kehilangan waktu tidur dapat berkontribusi
terhadap tekanan darah tinggi. Ini karena kekurangan waktu tidur membuat sistem
saraf berada pada keadaan hiperaktif, yang kemudian memengaruhi sistem seluruh
tubuh, termasuk jantung dan pembuluh darah. Menurut tim Cappuccio, perlu lebih
banyak penelitian untuk mengonfirmasi bahwa durasi tidur memengaruhi tingkat
tekanan darah, dan mengapa efek ini bisa berbeda pada perempuan dan pria.3,4
Mengamati data bahwa prevalensi hipertensi dewasa di Indonesia semakin
meningkat, maka saya merasa perlu untuk mendapatkan data mengenai prevalensi
hipertensi pada remaja di Indonesia khususnya di fakultas kedokteran Unhas
Makassar sekaligus mengkaji salah satu penyebab yang mungkin mendasarinya
yaitu kualitas tidur3
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, adapun rumusan masalah
yang ingin diangkat oleh penulis antara lain adalah sebagai berikut:”
1. Bagaimanakah kualitas tidur pada mahasiswa kedokteran Unhas Makassar
2. Bagaimana tekanan darah pada mahasiswa kedokteran Unhas Makassar
3. Bagaimana hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah
mahasiswa kedokteran Unhas Makassar angkatan 2011.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada
remaja”
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kualitas tidur mahasiswa kedokteran Unhas Makassar angkatan
2011
b. Mengetahui tekanan darah mahasiswa kedokteran Unhas Makassar
angkatan 2011
c. Mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah
mahasiswa kedokteran Unhas Makassar angkatan 2011.

3
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi berbagai instansi atau pihak terkait lainnya dalam
mengaplikasikan tindakan pendidikan kesehatan berupa tindakan preventif
terhadap penyakit kardiovaskuler khususnya hipertensi.

2. Sebagai media pembelajaran dan pengalaman berharga bagi peneliti dalam


rangka menambah wawasan pengetahuan serta pengembangan diri khususnya
dalam bidang penelitian.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan kita dan
dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan serta acuan rujukan bagi
penelitian hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Tidur


2.1.1. Defenisi Tidur
Tidur didefenisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang
masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan
rangsang lainnya. Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi
berulang-ulang selama periode tertentu. Menurut Chopra (2003), tidur merupakan
dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh beristirahat secara tenang dan
aktivitas metabolisme juga menurun namun pada saat itu juga otak sedang bekerja
lebih keras selama periode bermimpi dibandingkan dengan ketika beraktivitas di
siang hari.5
2.1.2. Fisiologi Tidur5,6
Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi
bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian bersiklus
24 jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari,
layu dan segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, awas waspadanya
manusia dan bintang pada siang hari dan tidurnya mereka pada malam hari. Tidur
merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang sedang tidur
bukan berarti bahwa susunan saraf pusatnya tidak aktif melainkan sedang bekerja.
Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular
activating system (RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR) yang terletak
pada batang otak.
RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan
saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon
dan bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual,
pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks
serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron
dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga

5
pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus
yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR.
2.1.3. Tahapan Tidur5,6
Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau
Rapid Eye Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non
Rapid Eye Movement (NREM). Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri
dari empat stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga
dan tidur stadium empat; lalu diikuti oleh fase REM (Patlak, 2005). Fase NREM
dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam.
2.1.3.1. Tidur stadium satu
Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun
dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur,
mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat.
2.1.3.2. Tidur stadium dua
Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan
suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Pada tahap ini didapatkan gerakan
bola mata berhenti.
2.1.3.3. Tidur stadium tiga
Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya. Pada tahap ini individu sulit untuk
dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak dapat segera
menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit.
2.1.3.4. Tidur stadium empat
Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak
sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk
memulihkan energi fisik. Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau
deep sleep, dan sangat restorative bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa
cukup istirahat dan energik di siang hari. Fase tidur NREM ini biasanya
berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase
REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan
menjadi lebih intens dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Selama tidur
REM, mata bergerak cepat ke berbagai arah, walaupun kelopak mata tetap

6
tertutup. Pernafasan juga menjadi lebih cepat, tidak teratur, dan dangkal. Denyut
jantung dan nadi meningkat. Selama tidur baik NREM maupun REM, dapat
terjadi mimpi tetapi mimpi dari tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara
fungsional untuk konsolidasi memori jangka panjang.
2.1.4. Siklus Tidur5,7
Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM
terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami
REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan kecenderungan untuk menjadi
hiperaktif, kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah.
Sedangkan jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit.
Siklus tidur normal dapat dilihat pada skema berikut:

Gambar 1. Tahap-tahap siklus tidur


Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan
siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga
merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan
psikologis dapat terganggu.
2.1.5. Mekanisme Tidur
Tidur NREM dan REM berbeda berdasarkan kumpulan parameter
fisiologis. NREM ditandai oleh denyut jantung dan frekuensi pernafasaan yang
stabil dan lambat serta tekanan darah yang rendah. NREM adalah tahapan tidur
yang tenang. REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba,
peningkatan saraf otonom dan mimpi. Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas dari

7
tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai dengan
penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas otot involunter. REM disebut juga
aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau tidur paradoks.6,7
Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, rata-rata
timbul setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100 menit setelah
seseorang tertidur. Tidur REM menghasilkan pola EEG yang menyerupai tidur
NREM tingkat I dengan gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat
rendah, frekuensi jantung dan nafas tidak teratur (pada mata menyebabkan
gerakan bola mata yang cepat atau rapid eye movement), dan lebih sulit
dibangunkan daripada tidur gelombang lambat atau NREM. Pengaturan
mekanisme tidur dan bangun sangat dipengaruhi oleh sistem yang disebut
Reticular Activity System. Bila aktivitas Reticular Activity System ini meningkat
maka orang tersebut dalam keadaan sadar jika aktivitas Reticular Activity System
menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktivitas Reticular Activity
System (RAS) ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas neurotransmitter seperti sistem
serotoninergik, noradrenergik, kolinergik, histaminergik.3,6
2.1.5.1. Sistem serotoninergik
Hasil serotoninergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino
triptofan. Dengan bertambahnya jumlah triptofan, maka jumlah serotonin yang
terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/ tidur. Bila
serotonin dalam triptofan terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak
bisa tidur/ jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem
serotoninergik ini terletak pada nucleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana
terdapat hubungan aktivitas serotonis di nucleus raphe dorsalis dengan tidur
REM.5,6

2.1.5.2. Sistem adrenergik


Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepinefrin terletak di badan
sel nucleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus
sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang

8
mempengaruhi peningkatan aktivitas neuron noradrenergik akan menyebabkan
penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.6
2.1.5.3. Sistem kolinergik
Menurut Sitaram dkk, (1976) dalam (Japardi, 2002) membuktikan dengan
pemberian prostigimin intravena dapat mempengaruhi episode tidur REM.
Stimulasi jalur kolinergik ini, mengakibatkan aktivitas gambaran EEG seperti
dalam kedaan jaga. Gangguan aktivitas kolinergik sentral yang berhubungan
dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi
pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang
menghambat pengeluaran kolinergik dari lokus sereleus maka tampak gangguan
pada fase awal dan penurunan REM.6
2.1.5.4. Sistem histaminergik
Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur.
2.1.5.5. Sistem hormon
Siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti Adrenal
Corticotropin Hormone (ACTH), Growth Hormon (GH), Tyroid Stimulating
Hormon (TSH), Lituenizing Hormon (LH). Hormon-hormon ini masing-masing
disekresi secara teratur oleh kelenjar hipofisis anterior melalui jalur hipotalamus.
Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter
norepinefirn, dopamine, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan
bangun.6
2.1.6. Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga
seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan
gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering
menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur, menurut American
Psychiatric Association (2000), dalam Wavy (2008), didefinisikan sebagai suatu
fenomena kompleks yang melibatkan beberapa dimensi. Kualitas tidur meliputi
aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan
untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan

9
kepulasan tidur. Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangat bervariasi dan
individual yang dapat dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada
malam hari atau efesiensi tidur. Beberapa penelitian melaporkan bahwa efisiensi
tidur pada usia dewasa muda adalah 80-90% (Dament et al, 1985; Hayashi &
Endo, 1982 dikutip dari Carpenito, 1998). Di sisi lain, Lai (2001) dalam Wavy
(2008) menyebutkan bahwa kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang
mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur,
kemampuan tinggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis.
Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan
energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas
tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang. Kualitas tidur
seseorang dapat dianalisa melalui pemerikasaan laboraorium yaitu EEG yang
merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman listrik dari permukaan otak
atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus
menerus timbul dalam otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak
sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit lain yang
diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombang alfa, betha,
tetha dan delta.5,7,8
Selain itu, menurut Hidayat (2006), kualitas tidur seseorang dikatakan baik
apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami
masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi
tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik
dan psikologis yang dialami.7

Tabel 1. Aspek aspek kualitas tidur (dikutip dari kepustakaan 9)

10
2.1.6.1. Tanda fisik
Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata,
konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering
menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda-
tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.8
2.1.6.2. Tanda psikologis
Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas
berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan
atau pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan
menurun.8
2.1.7. Gangguan Tidur
Gangguan tidur sebenarnya bukanlah suatu penyakit melainkan gejala dari
berbagai gangguan fisik, mental dan spiritual (Johanna & Jachens, 2004).
Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin,
berpendidikan tinggi dan rendah, orang muda serta yang paling sering ditemukan
pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologisnya, menurun daya
tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang
konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain. Gangguan tidur merupakan masalah yang sangat umum.
Di Negara-negara industri khususnya, banyak orang menderita dari beberapa
bentuk gangguan tidur. Data tentang frekuensi bervariasi antara 25-50% dari
populasi. Menurut International Classification of Sleep Disorders dalam Japardi
(2002), gangguan tidur terbagi atas: disomnia dan parasomnia. Disomnia terdiri

11
atas gangguan tidur spesifik di antaranya adalah narkolepsi, gangguan gerakan
anggota gerak badan secara periodik/ mioklonus nokturnal, sindroma kaki gelisah/
Restless Legs Syndrome atau Ekboms Syndrome, gangguan pernafasan saat tidur/
sleep apnea dan pasca trauma kepala; gangguan tidur irama sirkadian di antaranya
adalah gangguan tidur irama sirkadian sementara/ acute work shift/ jet lag,
gangguan tidur irama sirkadian menetap/ shift worker. Sedangkan parasomnia
terdiri atas tiga, yaitu gangguan tidur berjalan (sleep walking/ somnabulisme),
gangguan terror tidur (sleep terror), gangguan tidur berhubungan dengan fase
REM.6,9
2.2. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung
memompakan keseluruh tubuh. Umumnya semakin rendah tekanan darah,
semakin sehat anda untuk jangka panjang (kecuali dalam kondisi tertentu ketika
tekanan darah sangat rendah merupakan bagian suatu penyakit). Darah mengambil
oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung oksigen ini memasuki
jantung dan kemudian dipompakan keseluruh bagian tubuh melalui pembuluh
darah yang disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang
menjadi pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil hingga berukuran
mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluh-
pembuluh darah yang sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini mengalirkan
darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan oksigen untuk menghasilkan energi
yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah yang tidak
beroksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan dipompa
kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen lagi.9,10
Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah
ke seluruh tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal sebagai tekanan sistolik.
Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya, dan tekanan ini
paling rendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik. Tekanan sistolik dan
diastolik ini diukur ketika Anda memeriksakan tekanan darah. Tekanan sistolik
dan diastolik bervariasi untuk tiap individu. Namun, secara umum ditetapkan,
tekanan darah normal untuk orang dewasa (≥18 tahun) adalah 120/80, angka 120

12
disebut tekanan sistolik, dan angka 80 disebut tekanan diastolik. Tekanan darah
seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan normal. Jika melebihi nilai normal,
orang tersebut menderita tekanan darah tinggi/hipertensi. Sebaliknya, jika kurang
dari nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah rendah/hipotensi.9
2.2.1.Faktor yang Mempertahankan Tekanan Darah9,10
a) Kekuatan memompa jantung
Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi atau sistol dan
pengendoran atau diastol. Kontraksi dari kedua atrium terdiri serentak dan disebut
sistol atrial, pengendorannya adalah diastol atrial. Serupa dengan itu kontraksi dan
pengendoran ventrikel disebut juga sistol dan diastol ventrikel. Kontraksi kedua
atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Dan yang
dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena harus mendorong darah ke seluruh
tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik. Meskipun ventrikel
kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi tugasnya hanya
mengirimkannya ke sekitar paru-paru dimana tekanannya jauh lebih rendah.
b) Viskositas (kekentalan) darah
Viskositas disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel darah yang
berada di dalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua faktor ini akan
merubah tekanan darah. Besarnya geseran yang ditimbulkan oleh cairan terhadap
dinding tabung yang dilaluinya, berbeda-beda sesuai dengan viskositas cairan.
Makin pekat cairan makin besar kekuatan yang diperlukan untuk mendorongnya
melalui pembuluh.
c) Elastisitas dinding pembuluh darah
Di dalam arteri tekanan lebih besar dari yang ada dalam vena sebab otot yang
membungkus arteri lebih elastis daripada yang ada pada vena.
d) Tahapan tepi (resistensi perifer)
Ini adalah tahanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang mengalir
dalam pembuluh. Tahanan utama pada aliran darah dalam sistem sirkulasi besar
berada di dalam arteriol. Dan turunnya tekanan terbesar terjadi pada tempat ini.
Arteriol juga menghaluskan denyutan yang keluar dari tekanan darah sehingga
denyutan tidak kelihatan di dalam kapiler dan vena.

13
e) Keadaan pembuluh darah kecil pada kulit
Arteri-arteri kecil di kulit akan mengalami dilatasi (melebar) kalau kena
panas dan mengadakan kontraksi (mengecil) apabila kena dingin, sehingga
bekerja seperti termostat yang mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.
Kalau arteri-arteri kecil ini mangalami dilatasi, tekanan darah akan turun, oleh
karena itu panas akan menurukan tekanan darah. Apabila tekanan darah turun, sel-
sel otak menjadi kurang aktif karena sel-sel ini tidak mendapatkan cukup oksigen
dan glukose yang biasanya tersedia.
2.2.2 Pengukuran Tekanan Darah
Kebanyakan orang memeriksakan tekanan darahnya paling sedikit sekali
seumur hidupnya, baik dilakukan oleh dokter, bidan ataupun sendiri dengan
menggunakan alat khusus. Meskipun metode yang ideal adalah mengukur tekanan
darah di dalam arteri, hal ini tidak dapat dilakukan secara mudah karena
menggunakan jarum. Namun, gambaran tekanan yang akurat saat darah sedang
dipompakan dapat diperoleh dengan pendekatan yang kurang invasif. Biasanya
seseorang diminta untuk duduk dan pada lengan akan dililitkan manset karet, kira-
kira sama tingginya dengan jantung pasien. Pasien harus benar-benar rileks dan
lengan akan bertopang pada siku yang diletakkan di atas meja. Karena gerakan
mengangkat tangan dapat menghasilkan pengukuran yang tidak tepat.8
Tekanan darah tiap orang sangat bervariasi. Tekanan darah akan dapat
meningkat jika seseorang merasa cemas atau stres. Jadi cobalah untuk serileks
mungkin ketika dilakukan pengukuran. Orang yang memeriksa tekanan darah
akan melilitkan semacam manset karet, bagian dari alat yang disebut
sphygmomanometer, di lengan dan memompanya dengan menggunakan sebuah
pompa tangan kecil untuk menghentikan sebentar aliran darah di lengan.
Stetoskop di tempelkan pada arteri tepat di bawah manset tersebut untuk
mendengarkan suara saat manset dikempiskan secara perlahan-lahan dan darah
mengalir kembali ke lengan. Ketika manset dipompa sampai pada tekanan di
antara tekanan sistolik dan diastolik, darah dalam arteri mengalir dengan cepat
pada tiap detak jantung. Aliran inilah yang menimbulkan suara. Tekanan dalam
manset ketika terdengar pertama kali berkaitan dengan tekanan darah sistolik.

14
Hilangnya suara berkaitan dengan tekanan darah diastolik yang terjadi ketika
jantung rileks. Suara yang di dengar melalui stetoskop ditimbulkan oleh
pergolakan darah di dalam arteri di depan engsel siku (denyut pada lengan atas),
dan disebut suara Korotkoff sebagai penghargaan kepada dokter tentara Rusia
Nicholas Korotkoff, yang pertama kali menggunakan cara ini pada tahun 1905.
Sebuah pengukur merkuri yang ditempelkan di manset tersebut membuat ke dua
tekanan tersebut dapat diukur dan dicatat. Tekanan dalam manset tersebut diukur
dengan satuan milimeter merkuri (mmHg), yang merupakan tinggi merkuri yang
dapat dipompa dalam tabung kaca.9
2.3. Hipertensi
2.3.1. Defenisi
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Dan jika
diukur akan menunjukkan angka ≥140 mmHg pada sistol dan atau ≥90 mmHg
pada diastol (Ruhyanudin, 2007). Menurut Sheps (2002), hipertensi merupakan
meningkatnya tekanan darah dalam arteri dengan tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Dalimartha dkk
(2008), juga menyebutkan bahwa hipertensi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).8

2.3.2. Etiologi8,9
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
2.2.1. Hipertensi esensial
Biasa juga disebut dengan hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Terdapat sekitar 90% kasus. Hipertensi esensial
kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh
darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
2.2.2. Hipertensi sekunder yang telah diketahui penyebabnya.

15
Terdapat sekitar 5-10% kasus. Pada sekitar 1-2% penyebabnya adalah
kelainan hormonal atau pemakain obat tertentu (misalnya pil KB). Beberapa
penyebab terjadinya hipertensi sekunder yaitu kelainan ginjal, sumbatan pada
arteri ginjal, koarktasio aorta, feokromositoma, hipertiroidisme, hipotiroidisme,
sindrom Chusing, aldosteronisme, penggunaan obat-obatan.
2.3.3. Faktor Resiko8,9
Faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor resiko hipertensi terdiri atas
dua yaitu:
2.3.1. Faktor yang tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Keturunan
Sekitar 70-80% penderita hipertensi esensial ditemukan riwayat hipertensi.
Di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua
maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai
pada penderita yang kembar monozigot apabila salah satunya menderita
hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran dalam
terjadinya hipertensi.
b. Jenis kelamin
Hipertensi lebih mudah menyerang kaum lelaki daripada perempuan. Hal itu
mungkin karena laki-laki memiliki banyak faktor pendorong terjadinya hipertensi,
seperti stress, kelelahan dan makan tidak terkontrol. Adapun hipertensi pada
perempuan peningkatan resiko terjadi setelah masa menopause.
c. Umur
Semakin bertambahnya umur, semakin besar resiko terkena tekanan darah
tinggi, terutam sistolik. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh arterioskelrosis.
2.3.2. Faktor yang dapat dikontrol, antara lain:
a. Kegemukan
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi
hipertensi. Telah dibuktikan pula bahwa faktor ini mempunyai kaitan erat dengan
terjadinya hipertensi di kemudian hari.
b. Konsumsi garam berlebih

16
Garam mempunyai sifat menahan air. Konsumsi garam yang berlebihan
dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah. Sebaiknya hindari pemakaian
garam yang berlebihan atau makanan yang diasinkan. Gunakan garam seperlunya
saja.
c. Kurang olahraga
Olahraga isotonik, seperti bersepeda, jogging dan aerobik yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Orang
yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung mengalami kegemukan.
Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah obesitas serta mengurangi asupan
garam ke dalam tubuh. Garam akan keluar dari tubuh bersama keringat.
d. Merokok dan konsumsi alkohol
Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok yang
dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain itu, nikotin
juga dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah.
Efek dari konsumsi alkohol juga merangsang hipetensi karena adanya peningkatan
sintesis katekolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan tekanan
darah.
2.3.4. Patofisiologi9
Dimulai dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh
darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan
pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran
plaque yang mennghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan
kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang
akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang
memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi.
2.3.5. Klasifikasi
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention
(JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok
normal, prehipertensi, hipertensi derajat satu dan dua.
Tabel 2. Klasifikasi hipertensi menurut JNC 7

17
2.4. Kualitas Tidur pada Penderita Hipertensi
Menurut Buysse et al (2000), kualitas tidur dapat dinilai dengan melihat
masa laten tidur, lama waktu tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur,
penggunaan obat tidur, gangguan di siang hari, dan kualitas tidur umum. Menurut
Javaheri (2008) dalam Deshinta (2009), kualitas tidur yang buruk berhubungan
dengan meningkatnya resiko hipertensi, dan dengan demikian akan meningkatkan
resiko penyakit kardiovaskular. Begitu juga sebaliknya, orang yang menderita
hipertensi akan memiliki resiko mendapatkan kualitas tidur yang buruk. Hal ini
akan memperburuk keadaan si penderita (Potter & Perry, 2005). Penderita
hipertensi biasanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk mulai tertidur
(Mansoor, 2002) tidak seperti orang normal yang biasanya tertidur dalam waktu,
20 menit (Schachter, 2008). Selain itu, gejala-gejala yang biasa dialami penderita
hipertensi seperti pusing, rasa tidak nyaman, sulit bernafas, sukar tidur dan mudah
lelah dapat membangunkan penderita dari tidurnya sehingga penderita tidak
mendapatkan tidur yang cukup yang natinya akan berdampak pada aktivitas di
keesokan harinya10

2.4.1. Hubungan kualitas tidur dengan hipertensi10


1. Data-data yang dikumpulkan oleh para peneliti mendapati berkurangnya waktu
tidur lebih dari 1 jam dalamm 20-30 tahun terakhir. Faktor faktor social seperti
akses internet, peralatan elektronik di kamar tidur seperti televise, jadwal sekolah

18
yang padat, peningkatan komsumsi kafein dan faktor2 stres lainnya dapat
mempengaruhi kualitas tidur

2. Dr Susan Redline dari Case Western Reserve, yang merupakan salah seorang
peneliti senior pada penelitian ini, mengatakan bahwa dokter ahli jantung perlu
memberikan perhatian khusus terhadap pasien yang mengalami gangguan tidur,
karena gangguan tidur dianggap sebagai salah satu faktor resiko hipertensi, baik
pasien dewasa maupun pada pasien anak dan remaja. Kualitas dan kuantitas tidur
dapat mempengaruhi proses homeostasis dan bila proses ini terganggu dapat
menjadi salah satu faktor meningkatnya resiko penyakit kardiovaskuler

3. Tekanan darah dipengaruhi oleh system saraf otonom yakni simpatis dan
parasimpatis. Pada orang yang kualitas tidurnya buruk, didapatkan peningkatan
aktivitas simpatis dan penurunan aktivitas parasimpatis

4. Selain modivikasi gaya hidup (pengaturan diet dan olahraga), kualitas tidur
sangatlah penting dalam mempertahankan kesehatan. Pencegahan hipertensi di
masa yang akan dating bukan hanya terbatas pada program olahraga dan
pengaturan berat badan, namun juga optomalisasi jam tidur. Sangatlah penting
untuk memantau kualitas dan kuantitas tidur pada anak, sebagai bagian dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat

19
TABEL MATRIX EKSTRAKSI DATA ARTIKEL KELOMPOK 4

No. Peneliti/ Judul dan Jenis Sampel / Intervensi dan Variabel Hasil Lit/ Temuan
Pengarang Tahun Penelitian Responden Dosis intervensi
1. Wahid Nur Judul: Penelitian ini Melibatkan 30 1. Kegiatan  Variabel Disimpulkan bahwa
Alfi dan Hubungan menggunakan responden yang skrining dependennya sebagian besar penderita
Roni kualitas tidur penelitian menderita kesehatan yang yaitu tekanan hipertensi berjenis kelamin
Yuliwar dengan observasional hipertensi sedang tepat diharapkan darah perempuan. Karakteristik
tekanan darah analitik maupun berat di kejadian  Variable responden berdasarkan usia,
pasien dimana Puskesmas hipertensi serta independenn didapatkan bahwa sebagian
hipertensi di dilakukan Mojolangu Kota komplikasi ya adalah besar responden yang
puskesmas dengan Malang. karena hipertensi kualitas tidur. menderita hipertensi berada
Mojolangu melakukan dapat diatasi pada kelompok usia 41-60
Kota Malang. wawancara dengan baik dan tahun.
Tahun 2018 melalui dapat Rata-rata responden yang
kuesioner menurunkan hipertensi memiliki kualitas
angka kejadian tidur yang buruk. Sebagian
hipertensi besar responden
2. Selain itu, perlu mengungkapkan alasan
juga untuk selalu mereka memiliki kualitas
memperhatikan tidur jelek karena sering
kebutuhan waktu terbangun untuk ke kamar
tidur kita pada mandi pada malam hari,
malam hari, sering merasa sakit dan
karena waktu pusing kepala sehingga
tidur pada malam membuat tidur tidak
hari tidak dapat nyenyak, sulit memulai tidur
digantikan dan bahkan ada yang tidak

20
dengan waktu bisa tertidur sampaidengan
tidur pada siang 30 menit.
hari.
2. Umar Judul : Menggunakan 30 responden. 1. Melakukan  Variable Disimpulkan bahwa terdapat
Sumarna , Hubungan metoda Pasien yang aktivitas fisik independen hubungan yang signifikan
Udin Kualitas Tidur deskriptif dijadikan sampel yang banyak : kualitas antara kualitas tidur dengan
Rosidin , dengan korelatif. penelitian mengeluarkan tidur tekanan darah, dimana
dan Tekanan Darah memiliki kriteria: kalori seperti  Variable semakin buruk kualitas tidur
Bambang Pada Pasien 1. Pasien memiliki joging, berspeda, dependen: seseorang, semakin tinggi
Aditya Prehipertensi tekanan darah senam dan lain- tekanan pula tekanan darahnya.
Nugraha Puskesmas sistolik minimal lain. darah Maka disarankan supaya
Tarogong 120 mmHg 2. Mengkonsumsi responden memperbaiki
Garut. 2. Pasien usia makanan, pilih kualitas tidurnya karena
2019 dewasa makana yang peningkatan tekanan darah
pertengahan (21 rendah kalori. setiap saat selalu
– 40 tahun). Makanan yang mengancam akibat kualitas
3. Pasien tidak dianjurkan tidur buruk.
menggunakan adalah makanan
obat tidur. tinggi serat dan
4. Pasien tidak rendah
mengkonsumsi kolesterol,
kafein sebelum seperti sayuran
tidur. dan buah-
5. Pasien tidak buahan.
menderita
insomnia

21
3. Made Hubungan Desain Jumlah sample Variable Hasil dari penelitian yang
Adelia kualitas tidur penelitian ini adalah sebanyak dependen menggunakan uji chi square
Pradnya terhadap menggunakan 67 wanita lansia adalah didapatkan nilai p= 0,000
Saraswati,2 tekanan darah cross sectional yang berusia 60- tekanan (p<0,005) untuk kualitas
020 pada wanita analitik dengan 70 tahun, dengan darah tidur terhadap tekanan darah
lansia di menggunakan teknik Variable sistolik dan nilai p = 0,001
Denpasar kuesioner pengambilan independen (p< 0,005) untuk kulaitas
Timur. Pittsburgh sampel adalah tidur terhadap tekanan darah
Sleep Quality menggunakan kualitas diastolik, sehingga dapat
Index (PSQI) purposive tidur disimpulkan bahwa ada
sampling. hubungan kualitas tidur
dengan tekanan darah pada
wanita lansia.

22
4 Vani S Kualitas tidur Penelitian ini Jumlah responden Variable Hasil dari penelitain
Mohani, tidak menngunakan 51 dengan dependen didapatkan nilai p = 0,113
Titing mempengaruhi metode kategori umur adalah (p<005) untuk tekanan
Nurhayati tekanan darah analitik dengan lansia dan tekanan sistolik dan p=0,543 (p<005)
& Dian M pada lansia di desain sebagian besar darah dan untuk tekanan diastolik
sari 2018 Panti Sosial penelitian responden variabel sehingga dapat disimpulkan
Tresna Werdha cross sectional berjenis kelamin independen bahwa tidak terdapat
Kota Bandung. perempuan adalah hubungan kualitas tidur
sebanyak 62,7 % kualitas dengan tekanan darah pada
dan laki-laki 37,3 tidur lansia.
%

5 Harsismant Kualitas tidur Penelitian ini Responden yang Variable Hasil univariat didapatkan
o J juli berhubungan menggunakan diambil 22 dengan dependen hasil tekanan darah pada
Andri, Tirta dengan metode survey pasien adalah lansia hipertensi yaitu 12
Dwi perubahan analitik dengan mengalamai tekanan respinden mengalami
Payana, tekanan darah desain hipertensi darah dan hipertensi kategori ringan
Muhammad pada lansia penelitian variabel dan 10 mengalami hipertensi
Bagus crosaa independen kategori sedang, untuk
Andrianto sectional dan adalah kualitas tidur sebanyak 11
& Andry instrumen kualitas responden mengalami
Sartika, yang tidur kualitas tidur yang baik dan

23
2020 digunakan 15 responden mengalami
yaitu PSQI kualitas tidur yang
pittburgh sleep buruk.hasil analisi bivariat
quality index dengan uji chi square
dan didaptkan nilai p value
sphymomanom sehingga dapaty
eter disimupulkan ada hubungan
yang signifikan dan kuat
antara kualitas tidur dengan
perubahan tekanan darah
pada lansia hipertensi.

24
KESIMPULAN

-Tidur merupakan dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh


beristirahat secara tenang dan aktivitas metabolisme juga menurun namun pada
saat itu juga otak sedang bekerja lebih keras selama periode bermimpi
dibandingkan dengan ketika beraktivitas di siang hari. Selama tidur malam yang
berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi berselingan sebanyak 4-
6 kali.

- Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung


memompakan keseluruh tubuh. Tekanan darah tiap orang sangat bervariasi.
Tekanan darah akan dapat meningkat jika seseorang merasa cemas atau stress

- Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Dan jika
diukur akan menunjukkan angka ≥140 mmHg pada sistol dan atau ≥90 mmHg
pada diastole

-Kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan meningkatnya resiko hipertensi,


dan dengan demikian akan meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular.

- Gangguan tidur dianggap sebagai salah satu faktor resiko hipertensi, baik pasien
dewasa maupun pada pasien anak dan remaja.

- Selain modivikasi gaya hidup (pengaturan diet dan olahraga), kualitas tidur
sangatlah penting dalam mempertahankan kesehatan. Pencegahan hipertensi di
masa yang akan datang bukan hanya terbatas pada program olahraga dan
pengaturan berat badan, namun juga optomalisasi jam tidur. Sangatlah penting
untuk memantau kualitas dan kuantitas tidur pada anak, sebagai bagian dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat

- Dari berbagai artikel yang kami dapat, bahwa terdapat hubungan antara kualitas
tidur dengan tekanan darah, dimana semakin buruk kualitas tidur seseorang,
semakin tinggi pula tekanan darahnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Universitas Sumatra Utara. keefektifan seduhan bunga rosella segar


terhadap penurunan tekanan darah tinggi di desa Sunggal Kanan dusun V ,
Deli Serdang.. (Cited at Feb 24,2012) online (2010). Available from
http://repository.usu.ac.id
2. Universitas Sumatra Utara. Fisiologi Tidur. (Cited at Feb 24,2012) online
(2010). Available from http://repository.usu.ac.id
3. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hubungan Perilaku Merokok dan
Stres dengan Insomnia pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. 2010
4. Aiyuda Nurul. Pengaruh Kualitas Tidur Terhadap Prestasi Belajar. Riau.
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. 2009
5. Universitas Sumatra Utara. Kualitas Tidur dan Hipertensi. Sumatra
Utara.2010
6. Nashori Fuad. Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Kendali Diri
Mahasiswa. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia. 2004
7. Lubis P dan Lutfi Dwi Puji Astuti. Efek Negatif Kurang Tidur. (Cited at
Feb 23 2012) (Online 2012). Available from http://id.news.yahoo.com
8. Dwiputra Bambang. Defenisi dan Klasifikasi Hipertensi. Jakarta.
Universitas Indonesia. 2009
9. Universitas Sumatra utara. Tekanan Darah. (Cited at Feb 28, 2012)(Online
2004) Available From http://repository.usu.ac.id
10. Azwar, A. Epidemiologi Hipertensi. Cermin Dunia Kedokteran 1989;
56 :11-
11. Sumarna Umar. Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah Pada
Pasien Prehipertensi Puskesmas Tarogong Garut. Universitas Padjajaran.
2019
12. Alfi Nur Wahid. Hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pasien
hipertensi di puskesmas Mojolangu Kota Malang. Poltekes Kemenkes
Malang. 2018

26

Anda mungkin juga menyukai