Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR DI RUANG INTERNA 1 RSUD DR. R.

SOEDJONO SELONG LOMBOK TIMUR-NTB

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Stase Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh :

FAISAL, S. Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Profesi Ners dengan judul Asuhan Keperawatan

Dengan Gangguan Kebutuhan Istirahat Tidur Di Ruang Interna 1 RSUD

DR. R. Soedjono Selong Lombok Timur-NTB

tanggal 30 s/d 4 November 2023

telah disahkan dan disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

(Faisal., S. Kep)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Anatun Aupia., MSN) (Ns.Joni Bahtiar., S. Kep )

Kepala Ruangan

(Ns. Eka Mulyana Astuti., S. Kep)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan YME, karena atas segala
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat melaksanakan kegiatan yang
berlangsung pada tanggal, 30-4 November 2023 di R. Interna 1 di Rumah Sakit
Dr. R Soedjono Selong, sehingga penulis dapat menyusun laporan ini yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan istirahat tidur Di Ruang
Interna 1 rumah Sakit Dr. R Soedjono Selong”.
Selama pelaksanaan pembuatan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan
dukungan dan bimbingan dari berbagai Pihak. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kepala ruangan Rumah Sakit yang telah memberi kesempatan kepada
penulis untuk melaksanakan kegiatan.
2. Clicinal Educator (CE) beserta perawat Rumah Sakit yang sudah bersedia
mendampingi dan memberikan arahan.
3. Pembimbing akademik yang telah memberi bimbingan pada penulis dalam
pelaksanaan kegiatan dan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa hasil laporan pendahuluan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis berharap kepada semua pihak yang
sekiranya membaca laporan ini dapat memberikan saran dan kritik yang
bertujuan demi kesempurnaan laporan ini, penulis terima dengan senang hati,
agar di kemudian hari penulis dapat menyempurnakan laporan ini.
Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan, semoga hasil laporan
ini bermanfaat bagi pengembangan pendidikan di Indonesia, khususnya dalam
pengembangan dan pemantapan Profesional Keperawatan.

Lombok Timur, Sabtu 31 Oktober 2023

Penyusun

ii
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

Konsep Teori
1. Pengertian
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan
emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi
istirahat juga membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti menyegarkan
diri atau diam setelah melakukan kerja keras, suatu keadaan untuk
melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan
melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan
menjengkelkan.

Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat


dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton, 1986). Tidur
merupakan suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak
bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk
pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak,
memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga
keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Mass, 2002). Dengan
kata lain, tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relative,
bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada
suatu urutan siklus yang berulang. Tidur memiliki ciri, yaitu adanya
aktivitas yang minimum, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapatnya
perubahan proses fisiologis, dan terjadinya penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar.

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum
akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya
salah satu dari ketiga masalah, seperti : insomnia, gerakan atau sensasi
abnormal dikala tidur dan rasa mengantuk di siang hari.

Fungsi dan tujuan dari tidur secara jelas tidak diketahui akan tetapi
diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental,
emosional dan kesehatan, mengurangi stress pada pulmonary,
kardiovascular, endokrin dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur,
sehingga energy diarahkan kembali pada fungsi cellular yang penting. Tidur
dapat pula dipercaya mengkontribusi pemulihan psikologis dan fisiologis.
Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara
rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh
melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan
memperbaharui sel epitel dan sel otak. Teori lain tentang fungsi tidur adalah
tubuh menyimpan energy selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara
progresif, dan karena tidak adanya kontraksi maka otot menyimpan energi
kimia untuk proses seluler.

1. Tabel. Kebutuhan Dasar Manusia

Umur Tingkat Jumlah Kebutuhan


Perkembangan Tidur

0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari

1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari

18 bulan -3 Masa anak 11-12 jam/hari


tahun

3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari

6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari

12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari

18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari

40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari

60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari

2. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur :
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara
lain :
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik
sehingga tidak dapat tidur dengan nyenyak. Banyak penyakit yang
dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang disebabkan
oleh infeksi terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan denga
keletihan sehingga penderitanya membutuhkan banyak tidur untuk
mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang membuat penderitanya
kesulitan tidur atau bahkan tidak bisa tidur. Misalnya pada klien dengan
gangguan pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas,
maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat dan tidur.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat
mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungna yang
tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya
ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
c. Stress psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan
kekhawatiran karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan
seseorang (Carpenito, 2000). Cemas dan depresi akan menyebabkan
gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi
cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem saraf
simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
d. Obat-obatan
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat
yang memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic
yang dapat menyebabkan insomnia, antidepresan yang dapat menekan
REM, kafein yang dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga
menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta blocker dapat
berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat
menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur.
Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut
akan mempercepat proses terjadinya tidur karena dihasilkan tripofan.
Tripofan merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dapat
membantu kemudahan dalam tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan
gizi yang kurang dapat juga memengaruhi proses tidur, bahkan
terkadang sulit untuk tidur.

f. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang
untuk tidur, sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu,
adanya keinginan untuk tidak tidur dapat menimbulkan gangguan
proses tidur.
3. Patofisiologi
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan
hubungan mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan
menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur
ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur
seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk pengaturan
kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak
dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron
dalam reticular activating system (RAS) akan melepaskan katekolamin
seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan
visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari
korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur,
terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan
batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan
saat bangun bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dipusat
otak dan sistem limbic. Dengan demikian, sistem batang otak yang
mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis,
yaitu:
- Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
- Dilatasi pembuluh darah perifer
- Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
- Relaksasi otot-otot rangka
- Basal matabolsme rate menurun 10-30%
4. Anatomi Fisiologi
Menurut Saputa (2013) Aktivitas tidur berhubungan dengan
mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan
pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Bagian otak yang mengendalikan
aktivitas tidur adalah batang otak, tepatnya pada sistem pengaktifan
retikularis atau Reticular Acrivating System (RAS) dan Bulbar
Synchronizing Regional (BSR). RAS terdapat di batang otak bagian atas
dan diyakini memiliki selsel khusus yang dapat mempertahankan
kewasapadaan serta kesadaran. RAS juga diyakini dapat memberikan
rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan serta dapat menerima
stimulus dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses
berpikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin untuk
mempertahankan kewaspadaan dan agar tetap terjaga. Pengeluaran serotonin
dari BSR menimbulkan rasa kantuk yang selanjutnya menyebabkan tidur.
Terbangun atau terjaganya seseorang tergantung pada keseimbangan impuls
yang diterima di pusat otak dan system limbik.
a. Ritme
Sirkadian Ritme sirkadian merupakan salah satu ritme tubuh yang
diatur oleh hipotalamus. Ritme ini termasuk dalam bioritme atau jam
biologis. Ritme sirkadian memengaruhu perilaku dan pola fungsi biologis
utama, misalnya suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi
hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati (Saputra, 2013). Pada
manusia, ritme sirkaian dikendalikan oleh tubuh dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, misalnya cahaya, kegelapan, gravitasi, dan faktor
eksernal (misalnya aktivitas sosial dan rutinitas pekerjaan). Ritme
sirkadian menjadi sinkron jika individu memiliki pola tidur sampai
bangun yang mengikuti jam biologisnya, yaitu individu akan terjaga pada
saat ritme fisiologis dan psikologisnya paling tinggi atau paling aktif dan
akan tidur pada saat ritme fisiologis dan psikologisnya paling rendah
(Saputra,2013).

b. Tahapan
Tidur dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu non-rapid eyemovement
(NREM) dan ropid eye movement (REM).

1) Tidur NREM disebabkan oleh penurunan kegiatan dalam system


pengaktifan retikularis. Tahap tidur ini disebut juga tidur gelombang
lambat (slow wave sleep), karena gelombang otak bergerak dengan
sangat lambat. tidur NREM ditandai dengan penurunan sejumlah
fungsi fisiologis tubuh termasuk juga metabolism, kerja otot dan
tanda-tanda vital, misalnya tekanan darah dan frekuensi napas. Hal ini
yang juga terjadi pada saat tidur NREM adalah pergerakan bola mata
melambat dan mimpi berkurang.
Tidur NREM terbagi menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut :
a) Tahap I
Tahap I merupakan tahap paling dangkal dari tidur dan
merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur. Tahap ini
ditandai dengan individu yang cenderung rileks, masih sadar
dengan lingkungannya, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari
samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit menurun,
seta mudah dibangunkan. Tahap I normalnya berlangsung sekitar 5
menit atau sekitar 5% dari total tidur. a) Tahap I Tahap I merupakan
tahap paling dangkal dari tidur dan merupakan tahap transisi antara
bangun dan tidur. Tahap ini ditandai dengan individu yang
cenderung rileks, masih sadar dengan lingkungannya, merasa
mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi
nadi dan napas sedikit menurun, seta mudah dibangunkan. Tahap I
normalnya berlangsung sekitar 5 menit atau sekitar 5% dari total
tidur.

b) Tahap II
Tahap II merupakan tahap ketika individu masuk pada tahap
tidur, tetapi masih dapat bangun dengan mudah. Tahap I dan tahap
II ini termasuk dalam tahap tidur ringan (light sleep). Pada tahap II,
otot mulai relaksasi, mata pada umumnya menetap, dan proses-
proses di dalam tubuh terus menurun yang ditandai dengan
penurunan denyut jantung, frekuensi napas, suhu tubuh, dan
metabolism. Tahap II normalnya berlangsung Selma 10-20 menit
dan merupakan 50-55% dari total tidur.
c) Tahap III
Tahap III merupakan awal dari tahap tidur dalam atau tidur
nyenyak (deep sleep). Tahap ini dicirikan dengan relaksasi otot
menyeluruh serta pelambatan denyut nadi, frekuensi napas, dan
proses tubuh yang lain. Pelambatan tersebut disebabkan oleh
dominasi system saraf parasimpatetik. Pada tahap III, individu
cenderung sulit dibangunkan. Tahap III berlangsung selama 15-30
menit dan merupakan 10% dari
total tidur.
d) Tahap IV
Pada tahap IV, individu tidur semakin dalam atau delta sleep.
Tahap IV ditandai dengan perubahan fisiologis, yaitu EEG
gelombang otak melemah serta penurunan denyut jantung, tekanan
darah, tonus otot, metabolism, dan suhu tubuh. Pada tahap ini,
individu jarang bergerak dan sulit dibangunkan. Tahap ini
berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari total
tidur (Saputra, 2013)
2) Rapid Eye Movement (REM) Menurut Saputra (2013) tidur REM juga
tidur paradoks. Tahapan ini biasanya terjadi rata-rata setiap 90 menit
dan berlangsung selama 5- 20 menit. Tidur REM tidak senyenyak
tidur NREM dan biasanya sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini.
Tidur REM penting untuk keseimbangan mental dan emosi. Selain itu,
tahapan tidur ini juga berperan dalam proses belajar, memori, dan
adaptasi. Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM
terjadi 20-25 % dari tidurnya.
1. Tahap REM ditandai dengan:
- Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-
tahap sebelumnya.
- Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
- Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur
dimulai.
- Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
- Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan
pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah
yang berfluktuasi.
- Metabolisme meningkat.
- Lebih sulit dibangunkan.
- Sekresi ambung meningkat.
- Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata
20 menit.
2. Karakteristik tidur REM
- Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
- Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
- Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
- Nadi : Cepat dan ireguler.
- Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
- Sekresi gaster : Meningkat.
- Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
- Gelombang otak : EEG aktif.
- Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
3. Siklus Tidur Selama tidur, individu mengalami siklus tidur yang
di dalamnya terdapat pergantian antara tahap tidur NREM dan
REM secara berulang. Siklus tidur pada individu dapat diringkas
sebagai berikut :

a. Pergeseran dari tidur NREM tahap I-III selama 30 menit

b. Pergeseran dari tidur NREM tahap III ke tahap IV. Tahap IV


ini berlangsung selama 20 menit

c.Individu kembali mengalami tidur NREM tahap III dan


tahap II yang berlangsung selama 20 menit
d.Pergeseran dari tidur NREM tahap II ke tidur REM. Tidur
REM ini berlangsung selama 10 menit
e.Pergeseran dari tidur REM ke tidur NREM tahap II f.
Siklus tidur pun dimulai, tidur NREM terjadi bergantian
dengan tidur REM. Siklus ini normalnya berlangsung selama
1,5 jam dan setiap orang umumnya melalui 4-5 siklus selama
7-8 jam tidur (Saputra, 2013)
5. Fathway

Obat & Latihan


Substansi Gaya hidup Lingkungan
Stress / kelelahan
tidak nyaman
emosional
Mengubah Mengurangi
Rutinitas
pola tidur Kecemasa kenyamana Sulit tidur
& bekerja
n n tidur
rotasi
Nutrisi & Tegang /
kalori frustasi
Gangguan Kesulitan Motivasi tidur
pencernaan menyesuaika
n perubahan Sering
Gangguan tidur jadwal tidur terbangun
Keinginan
menanti
Penyakit tidur
infeksi
Gangguan
Lemah & Gangguan proses tidur
letih Tidur

Butuh lebih Tidak dapat


Tidak dapat tidur Perbaikan pola tidur dalam
banyak tidur dengan kualitas tidur periode
baik panjang

Akibat factor Akibat factor Kesiapan Deprivasi


eksternal internal meningkatk tidur
an tidur

Gangguan pola
tidur Insomnia

6. Pemeriksaan Fisik
a. Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar mata,
mata sayu, konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat
kusut dan lelah.
b. Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara
lambat, postur tubuh tidak stabil.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di
rumah sakit. Dimana validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat
ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang
digunakan serta pemeriksaannya sendiri.
8. Penatalaksanaan
Menurut Rahmadani, (2017)Mengingat banyaknya efek samping yang
ditimbulkan dari obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya
boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan
untuk penanganan gangguan tidur antara lain:

a. Golongan obat hipnotik

b. Golongan obat antidepresan

c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.

d. Golongan obat antihistamin.

Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara
pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping
dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi
mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb
(Rahmadani, 2017)

Konsep askep
1. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
No. Reg :
Tgl. MRS :
Tgl. Pengkajian :
Dx Medis
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hub. dgn pasien :
3) Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama :
Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta
bantuan pelayanan seperti :
- Apa yang dirasakan klien
- Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
- Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
- Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien
 Riwayat penyakit sekarang :
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan
penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien,
kondisi ini tidak dikeluhkan.
 Riwayat diit
 Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat
mencerminkan gangguan pola tidur. Pola dan kebiasaan makan yang
salah dapat menjadi faktor penyebab, oleh karena itu kondisi ini perlu
dikaji :
- Penurunan berat badan yang drastis
- Selera makan yang menurun
- Pola makan dan minum sehari-hari
- Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat mengganggu
fungsi pencernaan
 Riwayat Tidur :
Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien, pola tidur
biasa, perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelang tidur dan
lingkungan tidur, penggunaan obat tidur, pola asupan diet, gejala yang
dialami selama terbangun, penyakit fisik yang terjadi secara
bersamaan, status emosional dan mental saat ini.
 Status Sosial Ekonomi
Kaji status sosial ekonomi klien dengan menghindarkan pertanyaan
yang mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan melainkan lebih
difokuskan pada kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu.
Mendiskusikan dan menyimpulkan bersama-sama merupakan upaya
untuk mengurangi kesalahan penafsiran.
 Riwayat kesehatan keluarga :
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya
hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.

4) Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon


 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Pola nutrisi dan metabolic
 Pola cairan dan metabolic
 Pola istirahat dan tidur
 Pola aktivitas dan latihan
 Pola eliminasi
 Pola persepsi dan kognitif
 Pola reproduksi dan seksual
 Pola persepsi dan konsep diri
 Pola mekanisme koping
 Pola nilai dan kepercayaan
5) Pengkajian Fisik
 Keadaan umum pasien
 Kesadaran
 Pemeriksaan TTV

Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam


memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi dan Perkusi. Pengkajian Psikososial: Mengkaji keterampilan
koping, dukungan keluarga, teman dan handai taulan serta bagaimana
keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

Analisa (pengelompokan data)


DS :

 Klien mengeluh nyeri


 Klien mengaku tidak bisa beristirahat dengan baik dan selalu
mengantuk
 Klien mengeluh sulit tidur dan jika tertidur terbangun lagi
beberapa jam kemudian
DO :

 Klien tampak pucat


 Klien tampak lemas
 Klien tampak bingung
 Klien sesak nafas
 Frekuensi pernafasan klien >24 x/menit
 Frekuensi nadi klien >100 x/menit

6) Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan radiologic

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit Gangguan
pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat
faktor eksternal (SDKI, 2017).

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa
RENCANA KEPERAWATAN
Keperawatan
SLKI(StandarLuaranKe SIKI (Standar Intervensi
perawatanIndonesia) Keperawatan Indonesia)

1 Gangguan Pola tidur Dukungan Tidur


pola tidur Setelah dilakukan tindakan Observasi:
asuhan keperawatan  Identifikasi pola
D : 0055
selama 3 x 24 jam masalah aktivitas dan tidur
Gangguan Gangguan pola tidur dapat  Identifikasi faktor
kualitas dan teratasi dengan kriteria pengganggu tidur
kuantitas hasil : (fisik dan/atau
waktu tidur  Keluhan sulit tidur psikologis)
akibat factor (dari menurun ke  Identifikasi makanan
eksternal meningkat) dan minuman yang
 Keluhan tidak puas mengganggu tidur
tidur (dari menurun (mis. kopi, teh,
ke meningkat) alkohol, makanan
mendekati waktu
tidur, minum banyak
air sebelum tidur)
 Identifikasi obat tidur
yang dikonsumsi
Terapeutik:
 Modifikasi
lingkungan (mis.
pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras, dan tempat
tidur)
 Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
 Fasilitasi
menghilangkan stres
sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur
rutin
 Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan (mis.
pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
 Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau tindakan
untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi
 Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
 Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
 Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
 Ajarkan
faktor-faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur (mis.
psikologis:gaya
hidup, sering berubah
shift bekerja)
 Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi
lainnya

4. Evaluasi
S: Pasien mengatakan sudah mulai bisa tidur dengan nyenyak
O: Pasien tidak mengalami kesulitan dalam tidur
A: Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit
P: Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2014. Fundamental Keperawatan,


Edisi 7 Buku 3. Jakarta: Salemba Medika

NANDA International. 2018. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan


Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC

Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth.


2018. Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Missouri: Mosby

Dochterman, Joanne Mccloskey, Bulechek, Gloria M. 2018. Nursing


Interventions Classification (NIC), Fourth Edition. Missouri: Mosby

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai