Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN FISTULA

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 5:

1. Sri Wahyu Ningsih


2. Mardiana
3. M. Alwi Azani
4. Hermawan
5. Nizam Zarkasi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023

i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami Panjatkan puja dan puiji syukur atas Kehadiran-nya yang telah
melimpahkan rahmat, serta hidayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari susunan kalimat maupun bahasanya. oleh
karena itu kami dengan tangan terbuka menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah kami ini.

ii
DAFTAR PUSTAKA
COVER
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................1
TUJUAN PENULISAN..........................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................2
A. PENGERTIAN FISTULA.......................................................................2
B. ETIOLOGI FISTULA...........................................................................2
C. KLASIFIKASI FISTULA.......................................................................3
D. PATOFISIOLOGI FISTULA..................................................................4
E. MANIFESTASI KLINIS FISTULA.......................................................5
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG FISTULA...........................................6
G. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN FISTULA.....................7
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................9
A. KESIMPULAN.......................................................................................9
B. SARAN....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman menyebabkan perubahan pada pola hidup
masyarakat seperti kebiasaan konsumsi fast food, paparan zat kimia dan
kurangnya aktivitas fisik yang menyebabkan penyakit, salah satunya kanker.
Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang
ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal di luar batas normal yang
kemudian dapat menyerang bagian tubuh yang berdampingan atau menyebar
ke organ lain (WHO, 2017) dalam (Gentry, 2017). Karakteristik dan pola
hidup masyarakat yang tidak sehat menjadi tantangan dalam pengendalian
kanker dan berdampak pada peningkatan prevalensi kanker yang tidak
terkendali. Salah satu jenis kanker dengan faktor risiko terkait perilaku yang
tidak sehat adalah kanker kolorektal (Dirseciu, 2017).
Kanker kolorektal adalah kanker yang terdapat pada kolon dan rektum.
Kanker ini disebut kanker kolon atau kanker rektum bergantung dari mana
kanker tersebut berawal. Kanker kolon dan kanker rektum sering digabungkan
bersama karena memiliki banyak kesamaan (American Cancer Society, 2015)
dalam (Harahap, 2019). Kanker rektum merupakan salah satu dari keganasan
pada rektum yang terjadi akibat timbulnya di mukosa/epitel dimana lama
kelamaan timbul nekrose dan ulkus (Nugroho, 2011). Rektum merupakan
bagian 15 cm terakhir dari usus besar dan terletak di dalam rongga panggul di
tengah tulang pinggul. Rektum adalah bagian dari usus besar pada sistem
pencernaan yang disebut dengan traktus gastrointestinal (Oliver, 2013) .
B. Tujuan Penulisan
1. Memhami Pengertian Fistula
2. Memhami Etiologi Fistula
3. Memhami Klasifikasi Fistula
4. Memhami Patofisiologi Fistula
5. Memhami Manifestasi Klinis Fistula
6. Memhami Pemeriksaan Penunjang Fistula
7. Memhami Manajemen asuhan keperawatan Fistula

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Fistula
Fistula ani merupakan suatu kondisi terdapatnya saluran atau
terowongan antara regio anorektal dengan kulit di sekitar anus.
Orificium internal sering kali berada di kanalis anal dan orificium
eksternal berada di kulit perianal. Fistula ani terjadi akibat adanya
abses anorektal yang telah keluar. Abses anorektal merupakan
suatu kondisi akut, sedangkan fistula memperlihatkan fase kronis
(Oliveira PG, Sousa JB, Almeida RM 2015).
Fistula ani adalah terbentuknya saluran di antara ujung usus
besar dan kulit di sekitar anus atau dubur. Kondisi ini disebabkan oleh
adanya infeksi yang berkembang menjadi benjolan berisi nanah
(abses) di area kulit sekitar anus Hokkanen, et al. (2019).
Penyakit fistula ani (anal fistula) adalah terbentuknya saluran
kecil di antara ujung usus besar dan kulit di sekitar anus. Fistula
sendiri yaitu saluran penghubung antara dua bagian tubuh atau
pembuluh darah Ratto, et al. (2019).
Dari beberpa pendapat ahli diatas saya menyimpukan bahwa
Fistula Ani adalah adalah terbentuknya saluran kecil di antara ujung
usus besar dan kulit di sekitar anus yang disebabkan infeksi yang
berkembang menjadi benjolan berisi nanah di area kulit sekitar anus.
B. Etiologi
Etiologi fistula ani belum diketahui secara jelas, tetapi
biasanya diawali oleh infeksi anorektal. Beberapa mikroba yang
menjadi etiologi abses anorektal adalah Bacteroides fragilis,
Peptostreptococcus, Prevotella, Fusobacterium, Porphyromonas,
Clostridium, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Abses
perianal dapat menyebabkan adanya ruang kosong yang menetap,
membentuk kista atau fistula antara kanalis analis dengan kulit
perianal. Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding
anus atau rektum. Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari

2
pengeluaran nanah pada abses anorektal. Tetapi lebih sering
penyebabnya tidak dapat diketahui.
Fistula sering ditemukan pada penderita penyakit crohn. Penyakit
crohn adalah suatu keadaan inflamasi kronis dengan etiologi yang tidak
diketahui, bisa mengenai setiap bagian saluran alimentarius dari esophagus
hingga rectum. Penyakit crohn paling sering terjadi pada ileum terminal dan
usus halus. Selain itu, anal fistula juga sering didapati pada penderita
tuberculosis, diverticulitis, dan kanker atau cedera anus maupun rectum.
Fistula pada anak-anak biasanya merupakan cacat bawaan, dimana
fistula tertentu lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Fistula yang
menghubungkan rektum dan vagina bisa merupakan akibat dari terapi sinar X,
kanker, penyakit Crohn, dan cedera pada ibu selama proses persalinan.
Fistula merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan immune
system atau daya tahan tubuh setiap individu. Jika seorang penderita
merasakan kelelahan seperti saat bepergian jauh, begadang, dan terlalu
kelelahan serta telat makan, maka akan berdampak pada memperburuknya
penyakit tersebut. Fistula juga sangat erat kaitannya dengan pola makan.
Penyebabnya adalah peradangan di dalam dubur tepatnya dari kelenjar anal
(krypto-glandular) didaerah linea dentata. Jika peradangan sampai kebawah
kulit disekitar dubur, kulit menjadi merah, sakit dan ada benjolan, penderita
biasanya merasa meriang. Anal fistula lebih banyak diderita pria daripada
wanita.
C. Klasifikasi
Selain fistula simple, Parks membagi fistula ani menjadi 4 type:
1. Intersphinteric fistula
Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna dan
bermuara berdekatan dengan lubang anus.
2. Transphinteric fistula
Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna,
kemudian melewati muskulus sfingter eksterna dan bermuara sepanjang
satu atau dua inchi di luar lubang anus, membentuk huruf ‘U' dalam tubuh,
dengan lubang eksternal berada di kedua belah lubang anus (fistula

3
horseshoe)
3. Suprasphinteric fistula
Berawal dari ruangan diantara m. sfingter eksterna, dan interna dan
membelah ke atas muskulus pubrektalis lalu turun di antara puborektal dan
m.levator ani lalu muncul satu atau dua inchi di luar anus.
4. Ekstrasphinteric fistula
Berawal dari rektum atau colon sigmoid dan memanjang ke bawah,
melewati muskulus levator ani dan berakhir di sekitar anus. Fistula ini
biasa disebabkan oleh abses appendiceal, abses diverticular, atau Crohn's
Disease
D. Patofisiologi
Penyebabnya adalah peradangan di dalam dubur tepatnya dari
kelenjar anal (krypto-glandular) didaerah linea dentata. Jika peradangan
sampai kebawah kulit disekitar dubur , kulit menjadi merah , sakit dan ada
benjolan, penderita biasanya merasa meriang. Dengan bertambahnya
kumpulan nanah maka rasa sakit sakit juga akan bertambah, keadaan ini oleh
awam sering disebut bisul.Pada tahap ini pemberian antibiotik saja tidak akan
dapat menyembuhkan abses , tetapi nanah harus juga hilang. Jika abses ini
pecah maka gejala diatas akan hilang. Abses dapat pecah sendiri (spontan)
atau harus dibuka (incisi) dalam narkose.Pembukaan dalam narkose umumnya
dapat dilakukan dalam rangka rawat jalan tetapi penderita harus puasa makan
dan minum selama 6 jam sebelum dilakukan tindakan.
Setelah nanah keluar dan luka mengering , ada dua kemungkinan
yaitu sembuh sama seka.li atau sembuh dengan meninggalkan lubang kecil
yang terus menerus mengeluarkan cairan nanah terkadang bercampur darah.
Meskipun tidak sakit tetapi akan mengganggu kehidupan sehari-hari. Kondisi
ini disebut anal fistula.
E. Manifestasi Klinis
Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari lubang kutaneus.
Gejala lain mungkin pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung
kemih, tergantung pada saluran fistula. Fistula bisa terasa sangat nyeri
atau bisa mengeluarkan nanah atau darah. Biasanya ditandai dengan

4
adanya sejenis bisul dibagian anus yang tidak bisa sembuh- sembuh.
Didalam bisul tersebut adalah terowongan/canal yang menembus ke
saluran pembuangan/ rectum. Bisa ada satu, dua atau lebih lobang.
Fistula juga ditandai dengan demam, batuk serta rasa gatal disekitar
anus dan lubang fistula. Pada pemeriksaan fisik pada daerah anus,
dapat ditemukan satu atau lebih external opening atau teraba fistula
di bawah permukaan. Pada colok dubur terkadang dapat diraba indurasi
fistula dan internal opening.
F. Komplikasi
Fistula ani merupakan penyakit yang dapat kambuh kembali setelah
perawatan. Tanpa perawatan dan pengobatan yang tepat, gejalanya akan
semakin memburuk.
Komplikasi juga bisa terjadi apabila anal fistula tidak diobati dengan
tepat. Salah satu komplikasi yang mungkin terjadi akibat fistula ani adalah
ketidakmampuan untuk mengontrol pergerakan usus. Kondis ini
dapat mengganggu atau memengaruhi kebiasaan buang air.
Komplikasi pada anal fistula dapat terjadi langsung setelah
operasi atau tertunda.
1. Komplikasi terjadi secara langsung
a. Perdarahan
b. Impaksi fekal
Impaksi fekal adalah masa atau kumpulan feses yang
mengeras di dalam rektum. Impaksi terjadi akibat retensi dan
akumulasi materi feses dalam waktu lama
c. Hemorrhoid
Pelebaran pembuluh darah vena di bagian bawah dari
saluran cerna, yaitu rektum dan anus (dubur).
2. Komplikasi terjadi secara tunda
a. Inkontinensia
Munculnya inkontinensia berkaitan dengan banyaknya otot
sfingter yang terpotong, khususnya pada pasien dengan fistula
kompleks seperti letaktinggi dan letak posterior. Drainase dari

5
pemanjangan secara tidak sengaja dapat merusak saraf -
saraf kecil dan menimbulkan jaringan parut lebih banyak.
Apabila pinggiran fistulotomi tidak tepat, maka anus dapat
tidakrapat menutup, yang mengakibatkan bocornya gas dan
feces. Risiko ini juga meningkat seiring menua dan pada
wanita.
b. Rekurens
Terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukaan primer
atau mengidentifikasi pemanjangan fistula ke atas atau ke
samping. Epitelisasi dari bukaan interna dan eksterna lebih
dipertimbangkan sebagai penyebab persistennya fistula.
Risiko ini juga meningkat seiring penuaan dan pada wanita.
c. Stenosis analis
Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis pada kanalis anal.
d. Penyembuhan luka yang lambat
Penyembuhan luka membutuhkan waktu ± 12 minggu, kecuali
ada penyakit lain yang menyertai (seperti penyakit Crohn)
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penderita anal fistula meliputi:
1. Fistulografi
Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan
anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat
jalur fistula.
2. Ultrasound endoanal / endorekta
Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke dalam kanalis
ani untuk membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter
dari lesi ransfingter. Transduser water-filled ballon membantu
evaluasi dinding rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter.
3. MRI
MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks
untuk memperbaiki rekurensi.

6
4. CT- Scan
CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit
crohn atau irritable bowel syndrome yang memerlukan evaluasi
perluasan daerah inflamasi. Pada umumnya memerlukan
administrasi kontras oral dan rektal.
5. Barium Enema
Untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit
inflamasi usus.
6. Anal Manometri
Evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada
pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula karena trauma
persalinan, atau pada fistula kompleks berulang yang mengenai
sphincter ani.
H. Manajemen Asuahan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengumpulan data
dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yaitu
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik (Bolat & Teke,
2020). Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan, Data
yang dikumpulkan meliputi (Lestari et al., 2019) :
b. Identitas
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data
mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
2) Identitas penanggung jawab

7
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk
memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama
perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh
klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien
rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji secara umum perjalanan penyakitnya sampai dengan
muncul keluhan seperti nyeri dapat dikaji dengan PQRST,
paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri atau gatal
dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar
kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat
mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time
(T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.
3) Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama
atau pernah di riwayat sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita
penyakit kolelitiasis.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum :
a) Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien
b) Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas
keadaan klien.
c) Tanda-tanda Vital

8
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan
respirasi (TPRS)
2) Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu.
Biasanya pada penyakit ini kantung empedu dapat terlihat
dan teraba oleh tangan karena terjadi pembengkakan pada
kandung empedu.
3) Pola aktivitas
a) Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
b) Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan
melakukan aktivitas dan anjuran bedrest.
c) Aspek Psikologis
Kaji tentang emosi, Pengetahuan terhadap penyakit, dan
suasana hati.
4) Aspek penunjang
Hasil pemeriksaan Laboratorium (bilirubin, amylase serum
meningkat) Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran
dokter.
2. Diagnose Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan Pre operatif
Ansietas berhubungan dengan rencana operasi,
b. Diagnosa Intra Operasi
Risiko perdarahan berhubungan denga tindakan pembedahan
c. Diagnosa Post Operasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik

9
3. Intervensi
Intervensi Pre Operatif
Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
1 Ansietas berhubungan Tujuan : Reduksi Ansietas
dengan krisis situasional Setelah dilakukan tindakan Obserνasi
keperawatan 1x 30 menit 1. Identifikasi saat tingkat
diharapkan tingkat ansietas ansietas berubah (misalnya
menurun kondisi, waktu stressor)
Kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan
1. Perilaku tegang menurun (5) mengambil keputusan
2. Perilaku gelisah menurun (5) 3. Monitor tanda-tanda ansietas
3. Verbalisasi kebingungan (verbal maupun non verbal)
menurun (5)
Terapeutik
4. Verbalisasi khawatir akibat 4. Ciptakan suasana terapeutik
kondisi yang dihadapi untuk
menurun (5) menumbuhan kepercayaan
5. Diaforesis menurun (5)
5. Temani pasien untuk

10
6. Tremor menurun (5) mengurangi kecemasan, jika
7. Pucat menurun (5) memungkinkan
8. Konsentrasi membaik (5) 6. Pahami situasi yang membuat
ansietas
7. Dengarkan dengan penuh perhatian
8. Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
9. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
10. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
11. Diskusikan perencanaanrealistis
tentang peristiwa yang akan
dating Edukasi
12. Jelaskanprosedur,termasuksensasi
yang mungkin dialami
13. Anjurkan keluarga tetap bersama
pasien,

11
Intervensi Intra Opratif
Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
2 Resiko Perdarahan Tujuan : Pencegahan Perdarahan (SIKI I.02067
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan
Hal. 283) Observasi :
Tindakan keperawatan selama 1×1 Jam
pembedahan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
diharapkan Perdarahan klien
menurun. Kondisi klien membaik 2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin
dengan kriteria hasil : sebelum dan setelah kehilangan darah
3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
1. Tekanan darah membaik (5)
2. Denyut nadi membaik (5) 4. Monitor koagulasi (mis. prothrombin
3. Suhu tubuh membaik (5 time (PT),
partial thromboplastin time (PTT),
fibrinogen
trapeutik
1. Pertahankan bed rest selama

12
perdarahan
2. Batasi tindakan invasif, jika perlu
3. Gunakan kasur pencegah dekubitus
4. Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan untuk menghidari konstipasi
2. Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
3. Anjurkan menghindari aspirin dan
antikoagulan
4. Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian produk darah,
jika perlu

13
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu

Intervensi Post opasi


Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
3 Nyeri akut berhubungan Tujuan : Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera Observasi
fisiologis Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan 1x1 diharapkan tingkat durrasi, frekuensi, kualitas,
insensitas nyeri
nyeri menurun 2. Identifikasi sekala nyeri
Kriteria hasil : 3. Identifikasi faktor
memperberat dan
1. Frekuensi nadi membaik (5)
memperingan nyeri
2. Pola nafas membaik (5) Terapeutik
4. Berikan teknik nonfarmakologis
3. Keluhan nyeri menurun (5)
untuk mengirangi rasa nyeri
4. Meringis menurun (5) ( mis. TENS, hipnosis,akupresur,
trapi musik, biofeedback, trapi
5. Gelisah menurun (5)
pijat, aroma terapi, teknik
6. Kesulitan tidur menurun (5) imajinasi terbimbing, kompres

14
hangat/dingin, terapi bermain)
5. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
6. Pasilitasi istirahat dan tidur
7. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
8. Jelasksan penyebab, periode,dan
pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10.Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
11.Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
12.Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

15
16
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan Fistula Ani adalah adalah terbentuknya
saluran kecil di antara ujung usus besar dan kulit di sekitar anus
yang disebabkan infeksi yang berkembang menjadi benjolan berisi
nanah di area kulit sekitar anus.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan
mahsiswa terkait asuhan keperwatan pada pasien fistula

17
DAFTAR PUSTAKA
Sabiston D, Oswari J.Buku Ajar Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.1994.
Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6.
Jakarta :EGC.2000.
Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.
Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.Hal 747-748
Grace P, Borley N. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga.Jakarta : Erlangga.2006.
Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara. 2000.
Corman, M.L. Colon and Rectal Surgery 5th Ed. Lippincott Williams & Wilkins.
2005.

18

Anda mungkin juga menyukai