Anda di halaman 1dari 32

BLOK NEUROPSIKIATRI

KELOMPOK 3
GANGGUAN
TIDUR

PLENO MODUL 1
YAUMIL NURUL SAFIRA NURUL JANAH
KHAIRUNNISA MUTHIATURRAHMAH SYAFIUDDIN
SHANUN SHARI SAKUNTI TIARA PUTRI RAMLI
ST. AISYAH NURRAMADHANI AMRAN ANDI IFFAH CAHYANIPUTRI REZKI
A. NURUL KHAERIZZA SAFITRI AULIYAH NURUL RAHMI
NURUL AISYAH SUDIRMAN
SKENARIO 1
Seorang laki-laki berusia 27 tahun datang ke poliklinik
dengan keluhan sulit untuk memulai tidur pada malam
hari. Pasien juga sering terbangun dini hari. Keluhan
disertai sakit kepala, mudah Lelah. Pasien menyangkal
menggunakan obat-obatan atau alkohol. Dari
pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.
KATA KUNCI Sulit
Sering
memulai
tidur pada terbangun
malam hari dini hari

Laki-laki,
27 tahun
Mudah
Sakit
lelah
kepala

Tidak
menggunakan
Pemfis obat-obatan
tidak ada atau alkohol
kelainan
LEARNING OUTCOME
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dan fungsi tidur.
2. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi dan fisiologi tidur.
3. Mahasiswa mampu mengetahui definisi gangguan tidur.
4. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi gangguan tidur.
5. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi gangguan tidur.
6. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi gangguan tidur.
7. Mahasiswa mampu mengetahui dampak dari gangguan tidur.
8. Mahasiswa mampu mengetahui langkah penegakan diagnosis terkait skenario.
9. Mahasiswa mampu mengetahui hubungan gejala penyerta dengan keluhan utama.
10. Mahasiswa mampu mengetahui diferensial diagnosis terkait skenario.
11. Mahasiswa mampu mengetahui integrasi keislaman yang berkaitan dengan skenario.
PROBLEM
TREE
DEFINISI TIDUR
a. Secara umum

Tidur di defenisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat di bangunkan
dengan pemberian rangsangan sensorik atau lainya

b. Menurut para ahli

Tidur adalah suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapt di bangunkan dengan
pemberian rangsangan sensorik atau dengan rangangan lainya (Guyton & Hall, 1997).

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang
cukup (Asmadi, 2008).

Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa kesadaran yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang
merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan
badaniah yang berbeda (Tarwanto & Wartonah, 2006).
FUNGSI TIDUR
1. Tidur merupakan bagian dari proses mempertahankan fungsi fisiologis normal.
Tidur juga merupakan waktu yang diperlukan untuk memperbaiki dan
menyiapkan energi yang akan dipergunakan setelah periode istirahat..
2. Fungsi tidur antara lain untuk melindungi tubuh, konservasi energi, restorasi
otak, homeostasis, meningkatkan fungsi immunitas, dan regulasi suhu tubuh .
Salah satu fungsi tidur yang paling utama adalah untuk memungkinkan
sistem syaraf pulih setelah digunakan selama satu hari.
Dalam The World Book Encyclopedia, dikatakan tidur memulihkan energi kepada
tubuh, khususnya kepada otak dan sistem saraf.

Referensi:
Purwanto, setiyo. Mengatasi insomnia dengan terapi relaksasi. Fakultas psikologi universitas
muhammadiyah surakarta. Jurnal kesehatan, vol.1, No.2. Desember 2018
NEUROANATOMI DAN FISIOLOGI
TIDUR
1. Neuroanatomi dan Fisiologi Pusat Pengaturan Tidur
Ascending Reticular Activating
System (ARAS)
2. Tahap Tidur
a. Tidur Rapid Eye Movement (REM)
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial
yang ditandai dengan mimpi yang bermacam-macam, otot- otot yang meregang,
kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur (sering lebih cepat), perubahan
tekanan darah, gerakan otot tidak teratur, gerakkan mata cepat.
b. Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)
Saat tidur NREM gelombang otak makin lambat dan teratur. Tidur makin
dalam serta pernafasan menjadi lambat dan teratur. Terdiri dari 4 tahap :
1. Tahap 1 adalah tahap transisi antara keadaan bangun (terjaga) dan tidur.
2. Tahap 2 atau tidur ringan adalah tahap pertama orang dalam keadaan benar-
benar tertidur.
3. Tahap 3 adalah periode tidur dalam yang sedang. Suhu tubuh dan tekanan
darah menurun, dan menjadi sulit untuk membangunkan orang pada tahap ini.
4. Tahap 4 adalah level terdalam dari tidur.

Referensi:
Putri, Hilmiani. 2015. Studi Deskriptif Gangguan Tidur Pada Anak Usia 9-12 Tahun di SD Negeri
Pisangan 1 Ciputat. Laporan Penelitian Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah.
Susanti, Lydia. Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Kejadian Insomnia di Poliklinik Saraf RS
DR.M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015;4(3). Hal. 951-953
DEFINISI GANGGUAN TIDUR
Defenisi gangguan tidur
• Gangguan tidur adalah tidak dapat tidur atau keadaan terjaga yang abnormal (Doland.kamus saku
kedokteran edisi 28.2012.Jakarta:EGC)
• Gangguan tidur merupakan kesulitan untuk masuk tidur,kesulitan untuk mempertahankan tidur,atau tidak
cukup tidur(Kaplan HI,Sadock BJ, Grebb JA,: Synopsis of Psychiatry- Bahavioral Sciences)
• Gangguan tidur suatu kondisi tidur yang tidak memuaskan secara kualitas / kuantitas yang berlangsung
untuk satu kurun waktu .( Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2, Airlangga University Press,
2009, Surabaya).

Referensi:
Doland. kamus saku kedokteran edisi 28.2012.Jakarta:EGC
Kaplan HI,Sadock BJ, Grebb JA,: Synopsis of Psychiatry- Bahavioral Sciences
Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2, Airlangga University Press, 2009, Surabaya)
ETIOLOGI DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI GANGGUAN TIDUR
ETIOLOGI GANGGUAN TIDUR FAKTOR GANGGUAN TIDUR
1. Kondisi medis 1. Usia
2. Kondisi psikiatri 2. Jenis kelamin
3. Kondisi lingkungan 3. Kondisi medis dan psikitari
4. Faktor Lingkungan dan Sosial
Referensi:
Carscadon, M. A & Dement, W.C . 2011. Monitoring and Staging Human Sleep. In M.H.Kryger.M,
Principles of Sleep Medicine 5th Edition.
Susanti (2015) faktor faktor mempengaruhi kejadian insomnia. E-journal fk unand vol. 4, No.3
KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR
Berdasarkan klasifikasi dari Revisi teks keempat Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) menggolongkan gangguan
tidur berdasarkan kriteria diagnosis klinis dan perkiraan etiologi, ketiga
kategori tersebut adalah:
1. Gangguan tidur primer
a. Disomnia
1) Insomnia Primer
2) Hipersomnia Primer
3) Narkolepsi
4) Gangguan tidur terkait pernapasan
5) Gangguan tidur irama sirkadian
b. Parasomnia
1. Gangguan Mimpi buruk (night-mare)
2. Gangguan Teror tidur (Terror sleep)
3. Gangguan Berjalan sambil tidur (Sleep walking)

2. Gangguan tidur yang berkaitan dengan gangguan jiwa lainnya


a. Insomnia akibat gangguan jiwa lain
b. Hipersomnia akibat gangguan jiwa lain

3. Gangguan tidur lainya (akibat keadaan medis umum atau dicetuskan oleh zat)
a. Gangguan tidur akibat Keadaan medis umum
b. Gangguan tidur yang dicetuskan zat
Referensi:
Sadock, B.J, Sadock, V.A. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2nd ed. Jakarta : EGC.
PATOFISIOLOGI GANGGUAN TIDUR
Dalam tubuh serotonin diubah menjadi melatonin yang merupakan
hormone katekolamin yang diproduksi secara alami oleh tubuh. Adanya lesi pada
pusat pengatur tidur di hypothalamus juga dapat mengakibatkan keadaan siaga
tidur. Katekolamin yang dilepaskan akan menghasilkan hormone norepineprin yang
akan merangsang otak untuk melakukan peningkatan aktivitas.

Referensi:
Iswari dan Wahyuni. (2013). Melatonin dan melatonin receptor agonist sebagai
penanganan insomnia primer kronis. E-jurnal medika udayana 2 (4):1-14
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah: Irawati,
Ramadani D, Indriyani F. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006.
DAMPAK DARI
GANGGUAN TIDUR
Tidur memiliki beberapa dampak positif yaitu:
1. Memperbaiki sel rusak
2. Meningkatkan daya ingat
3. Mencegah penyakit
4. Meningkatkan energi
5. Mencegah stress.
Dampak-dampak yang disebabkan dari pola tidur yang tidak teratur antara lain:
1. Tidur kurang dari lima jam dalam satu malam, dapat beresiko terjangkit depresi, stress,
penyakit jantung, struk dan penyakit diabetes.
2. Kurangnya jam tidur telah terbukti dapat mengakibatkan siklus hormon dan metabolisme
menjadi tidak seimbang
3. Menurunnya daya tahan tubuh
4. Menurunnya prestasi kerja, kelelahan, depresi, mudah tersinggung
5. Menurunnya daya konsentrasi yang dapat memengaruhi keselamatan diri sendiri dan juga
orang lain
LANGKAH PENEGAKAN DIAGNOSIS
TERKAIT SKENARIO
A. Anamnesis
Garis besar riwayat psikiatri, sebagai berikut:
1. Data identitas
2. Keluhan utama dan masalah
3. Riwayat penyakit sekarang onset dan faktor presipitasi
4.Riwayat penyakit dahulu psikiatri, medis, riwayat penggunaan zat dan atau alkohol
5. Riwayat pribadi (prenatal, masa kanak dini, pengahan dan akhir atau remaja, masa
dewasa, riwayat pekerjaan, perkawinan, pendidikan, agama, aktivitas sosial, lingkungan
tempat tinggal sekarang)
6. Riwayat seksual: pernah mengalami traumadimasa muda/tidak (seperti diperkosa), pernah
melihat kekerasan seksual yang dilakukan ayahnya pada ibunya/tidak.
B. Pemeriksaan Psikiatri

1. Bicara:

Kualitas dan kuantitas pembicaraan pasien dapat menginformasikan proses pikirnya. Kualitasnya berupa relevansi,
kepatuhan,koherensi, kejelasan, dan volume suara. Kuantitas yaitu banyak dan cepatnya pembicaraan serta suasana.

2. Persepsi :

 Halusinasi

Dapat berupa halusinasi auditorik, visual, gustatorik, taktil, olfaktorik, kinestetik, viseral, hipnagonik, histerik dan
formicatioon. Tanyakan apakah pasien mendengar suara orang saat tidak ada orang disekitar, apakah suara tersebut datang
dari luar atau didalam kepala, apakah ada halusinasi perintah dan apa reaksi pasien atas halusinasi tersebut.

 Ilusi

Merupakan penilaian yang salah tentang pencerapan yang sungguh terjadi.

 Depersonalisasi

Adalah perasaan aneh tentang dirinya bahwa dirinya telah berubah dan tidak seperti biasa lagi. Contohnya pengalaman diluar
tubuh (out of body experience) dan sesuatu dari bagian tubuhnya bukan lagi kepunyaannya.

 Derealisasi

Adalah perasaan aneh tentang lingkungannya berubah dan tidak sesuai kenyataan.
3. Proses Pikir:
 Bentuk Pikiran

Cara bagaimana buah pikir terhubungkan. Pikiran normal adalah bertujuan dan terangkai berurutan
dengan hubungan yang logis.
 Isi Pikiran

Dapat terjadi gangguan isi pikiran seperti waham, fobia, fantasi, obsesi, suicidal thoughts, dan lain-lain.
 Mimpi atau Fantasi

 Gangguan proses pikir

C. Pemeriksaan Status Mental


Pemeriksaan status mental merupakan bagian dari pengkajian klinis yang medeskripsikan keseluruhan
observasi yang dilakukan oleh pemeriksaan dan kesan didapatkan dari pasien psikiatri saat dilakukan
wawancara. Walaupun riwayat pasien tetap stabil, status mental pasien dapat berubah setiap hari atau
setiap jam. Pemeriksaan status mental adalah gambaran penampilan pasien, cara bicara, tindakan,
pikiran selama wawancara. Bahkan bila pasien membisu, inkoheren, atau menolak jawaban pertanyaan,
dokter dapat memperoleh segudang informasi berdasarkan pengamataan yang cermat.
1. Deskripsi Umum 5. Pikiran 8. Daya Nilai dan Tilikan

• Penampilan • Proses dan bentuk Pikiran • Daya nilai sosial

• Perilaku dan psikomotor • Isi pikiran • Uji daya nilai

• Sikap terhadap pemeriksaan 6. Kesadaran dan Kognisi • Penilaian Realita


• Tilikan
2. Mood dan Afek • Taraf kesadaran
9. Taraf Dapat Dipercaya
• Mood • Orientasi (waktu, tempat, orang)
• Afek • Daya Ingat (segera, janga pendek,
jangka menengah, jangka panjang) D. Pemeriksaan Penunjang
• Keserasian
• Konsentrasi dan perhatian • Uji laboratorium dalam psikiatri
3. Pembicaraan • Uji Neuroendokrin Uji Fungsi Tiroid
• Kemampuan membaca dan menulis • Uji perangsangan hormon pelepas
4. Gangguan Persepsi
tiroid (TRH)
• Kemampuan Visuospasial
• Halusinasi Auditorik • Uji Supresi Deksametason
7. Pengendalian Impuls • Uji Endokrin Lain
• Halusinasi Visual
• Halusinasi Taktil
HUBUNGAN GEJALA PENYERTA

DENGAN KELUHAN
↓serotonin & norepinefrin → rasa takut/cemas → diproses di amigdala dengan 2 jalur

1. Jalur lambat, diperantarai korteks prefrontal yg lebih tinggi → analisis rasional menekan respon impulsif amigdala → rasa
takut/cemas diterima dengan logis

2. Jalur cepat, peran utama amigdala → respon naluriah membentuk “perasaan takut” yang kasar → stress → menekan
pembentukan neuron baru di hipokampus → ↓perbaikan suasana hati → diterima sebagai masukan sensorik yang turun ke
batang otak → mengaktivasi RAS → sadar, kewaspadaan, terjaga → sulit tidur & mudah terbangun dini hari

• masukan sensorik yang turun ke batang otak → refleks vasospasme arteri di kepala → iskemia → pembuluh darah tidak mampu
mempertahankan tonus normal → vasodilatasi&berdenyut akibat tekanan darah → sakit kepala

• ↓serotonin & norepinefrin → ↓nafsu makan → ↓ metabolisme karbohidrat

• → ↓ATP → tubuh kekurangan energi→ mudah lelah

• → ↓ATP ekstrasel otak → keadaan sadar/terjaga/bangun dari tidur


DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Insomnia
Insomnia adalah suatu kondisi yang dicirikan dengan adanya
gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu
dan kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau
mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu dan gejala
tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun dan beraktivitas
pada siang hari (Susanti L. , 2015).
Etiologi:
1. Faktor lingkungan
2. Faktor Fisiologis Manifestasi Klinis:
3. Stres Hidup 1. Kesulitan untuk memulai tidur pada malam
hari
4. Psikiatrik
2. Sering terbangun pada malam hari
5. Fisik
3. Bangun tidur terlalu awal
4. Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
Faktor Risiko:
5. Iritabilitas, depresi atau kecemasan
1. Jenis Kelamin
6. Konsentrasi dan perhatian berkurang
2. Usia
7. Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
3. Memiliki gangguan kesehatan mental
8. Ketegangan dan sakit kepala
4. Stres
5. Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan
jadwal kerja.
Kriteria Diagnostik :

Kriteria menurut PPDGJ-III :


1. Penderita mengeluhan adanya kesulitan masuk tidur atau
mempertahankan tidur, serta kualitas tidur yang kurang baik. (Tanto &
Liwang, 2014)
2. Adanya gangguan tidur minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal 1
bulan (Tanto & Liwang, 2014).
3. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan terlalu berlebihan
memikirkan dampaknya pada siang maupun malam hari (Tanto & Liwang,
2014).
4. Penderita mengatakan tidak puas terhadap kuantitas dan atau kualitas
tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi
fungsi dalam sosial dan pekerjaan (Tanto & Liwang, 2014).
2. Sleep Apnea
Sleep Apnea adalah keadaan terjadinya obstruksi jalan nafas atas
secara periodik selama tidur yang menyebabkan nafas berhenti secara
intermiten, baik komplit (apnea) atau parsial (hipopnea) (Supriyatno &
Deviani, 2015).

Epidemiologi:
Penelitian epidemiologi melaporkan sleep apnea lebih sering terjadi pada
pria dibanding wanita. Selain itu, terdapat beberapa hipotesis yang
menjelaskan hubungan jenis kelamin dengan timbulnya sleep apnea antara
lain karena efek hormonal yang dapat mempengaruhi muskulatur saluran
nafas bagian atas, perbedaan distribusi lemak dan perbedaan struktur dan
fungsi faring. Sleep apnea sering terjadi pada orang dewasa daripada anak-
anak (Supriyatno & Deviani, 2015)
Manifestasi Klinis:
1. Mendengkur, secara klinis kebanyakan pasien sleep apnea memiliki gejala mendengkur
saat tidur. Mendengkur merupakan kunci diagnosis utama sleep apnea yang didapatkan
dari anamnesis.
2. Mengantuk berlebihan pada siang hari, 12 EDS disebabkan oleh kualitas tidur pada
malam hari yang menurun karena terjadi tidur yang terputus-putus (fragmentasi tidur),
berhubungan dengan respons saraf pusat yang berulang karena adanya gangguan
pernafasan saat tidur. Gejala yang lebih parah dapat menyebabkan pasien tertidur
saat melakukan aktivitas seperti menonton televisi, makan, atau saat berkendara.
3. Gejala malam lainnya yang dialami pasien sleep apnea pada malam hari adalah gerakan
motorik yang abnormal, mimpi buruk, perasaan sesak nafas pada malam hari dan nokturia
(Supriyatno & Deviani, 2015).
4. Gejala siang lainnya yang dialami pasien sleep apnea pada siang hari dapat berupa nyeri
kepala, merasa tidak segar saat bangun, perubahan perilaku, penurunan konsentrasi,
depresi, cemas, impotensi dan penurunan libido. Semua gejala ini dapat menyebabkan
penurunan kualitas hidup pasien (Supriyatno & Deviani, 2015)
3. Gangguan Irama Sirkadian
Gangguan tidur irama sirkadian mencakup suatu kisaran luas
keadaan yang melibatkan ketidaksejajaran antara periode tidur
yang sebenarnya dengan periode tidur yang diinginkan.
• Klasifikasi Gangguan Irama Sirkadian
Empat jenis gangguan tidur irama sirkadian:
1. Tipe Fase Tidur Tertunda
2. Tipe Jet Lag
3. Tipe Kerja Bergiliran
4. Tidak Tergolongkan
Kriteria Diagnostik Gangguan Irama Sirkadian
1. Pola gangguan tidur berulang atau menetap yang menyebabkan rasa
kantuk yang berlebihan atau insomnia akibat ketidaksesuaian antara
jadwal tidur-bangun yang dibutuhkan oleh lingkungan seseorang dan
pola tidur-bangun sirkadiannya.
2. Gangguan tidur menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna
atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain.
3. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan tidur lain
atau gangguan jiwa lain.
4. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth.,
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum.
Tentukan tipenya:
• Tipe fase tidur tertunda (delayed): pola onset tidur dan waktu
bangun tertunda yang menetap, dengan ketidakmampuan untuk
jatuh tertidur dan terbangun pada waktu lebih awal yang diinginkan
• Tipe jet lag: rasa mengantuk dan sadar yang terjadi pada saat yang
tidak tepat dibandingkan dengan waktu setempat, terjadi setelah
pejalanan berulang melintasi lebih dari satu zona waktu
• Tipe kerja giliran (shift work): insomnia selama periode tidur utama
atau rasa mengantuk yang berlebihan selama periode bangun yang
utama karena pekerjaan dengan giliran malam atau sering
berubahnya jadwal bergiliran
• Tipe tidak tergolongkan

Sumber:
Sadock, Benjamin J.; Virginia A. Sadock. 2012. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis.
Edisi 2. Jakarta. EGC
TABEL DD
Kata Kunci Insomnia Sleep Apneau Gangguan Irama Sirkadian

Laki-Laki + + +
27 Tahun + - +
Sulit Memulai Tidur + - +
Bangun Dini Hari + + +
Sakit Kepala + + +
Mudah Lelah + + +
Tidak ada konsumsi obat dan + - -
alkohol

Pemeriksaan Fisik + - +
INTEGRASI
KEISLAMAN
Qs. Al-Qashash, 28 : 73

َ ‫ار ِلتَس ُكْنُوا فِي ِْه َو ِلتَبتَغُوا ِمنْ فَض ِل ِْه َولَعَْلَّ ُكمْ تَش ُك ُر‬
ْ‫ون‬ َْ ‫ل لَ ُك ُْم اللَّي‬
َْ ‫ل َوالنَّ َه‬ َْ َ‫َو ِمنْ َرح َمتِ ِْه َجع‬

“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang,


supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari
sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu
bersyukur kepada-Nya.”
INTEGRASI KEISLAMAN
Qs. Al-Isra, 17 : 79

َ ‫س ٰىََْنْيَبعََ َ َك‬
ْ‫ْرب َككْ َمََا ًماْ َْمح ُمودًا‬ َ ْ‫َو ِم َنْاللَّي ِلْفَت َ َه َّجدْ ِب ِهْنَا ِفلَةًْلَ َك‬
َْ ‫ع‬

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah


kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan
Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”

Anda mungkin juga menyukai