Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tidur adalah status dimana terjadi perubahan kesadaran ketika persepsi


dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun.Tidur dapat dikarakteristikkan
dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi,
perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respon terhadap stimulus
eksternal. Hampir sepertiga dari waktu digunakan untuk tidur (Hidayat, 2007
dalam Ariani dkk 2013). Maas (2002) Menyebutkan tidur memiliki pengaruh
terhadap kewaspadaan, energi, konsentrasi, dan seterusnya. Tidur merupakan
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh semua orang. Tidur yang normal
melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau rapid eye movement
(REM) dan tidur dengan gerakan bola mata lambat atau non–rapid eye movement
(NREM). Selama NREM seseorang mengalami 4 tahapan selama siklus tidur.
Tahap 1 dan 2 merupakan karakteristik dari tidur dangkal dan seseorang lebih
mudah bangun. Tahap 3 dan 4 merupakan tidur dalam dan sulit untuk
dibangunkan (Potter&Perry, 2005; Martono, 2009).

Rata-rata orang dewasa dapat tidur antara 8-8,5 jam semalam, tetapi
kebutuhan tidur seseorang dapat berbeda-beda. Beberapa orang tampaknya hanya
membutuhkan tidur tujuh jam untuk menghindari masalah kantuk, sedangkan
yang lain butuh sembilan atau lebih jam tidur. Kebutuhan tidur juga berubah
sepanjang siklus hidup. Bayi yang baru lahir tidur antara 16 dan 18 jam sehari,
dan anak-anak di Indonesia tidur prasekolah antara 11 dan 12 jam sehari. Umur
sekolah Anak-anak dan remaja membutuhkan setidaknya 10 jam tidur setiap
malam.

Kualitas tidur dapat diartikan dengan keadaan di mana tidur yang dijalani
seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran di saat terbangun.
(Nashori, 2002; Purwanto, 2003). Kualitas tidur yang baik akan dirasakan bila
individu merasa bugar dan segar ketika bangun tidur, namun sebaliknya jika tidur
yang tidak adekuat atau berkualitas buruk dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan fisiologi dan psikologi. Penelitian yang dilakukan oleh Gaultney
pada tahun 2010 menyatakan bahwa mahasiswa beresiko mengalami gangguan
dalam pemenuhan kebutuhan tidur pada masa perkuliahannya (Dewi, 2016).

Tidur sebagai kebutuhan dasar manusia sangat dipengaruhi oleh berbagai


macam faktor yang mempengaruhi gangguan pemenuhan tidur pada seseorang.
Potter dan Perry (2006), mengemukakan faktor yang mempengaruhi tidur yaitu:
faktor fisiologis, psikologis, lingkungan dan gaya hidup.Tidur yang tidak adekuat
dan kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi
dan psikologi. Dampak fisiologi meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa
lelah, lemah, daya tahan tubuh menurun dan ketidakstabilan tanda-tanda vital.
Dampak psikologis meliputi depresi, cemas dan tidak konsentrasi (Potter &
Perry, 2010).

Mahasiswa kedokteran merupakan kelompok yang rentan mengalami


gangguan tidur, hal ini mungkin disebabkan durasi dan intensitas pendidikan
yang tinggi, tugas dan tanggung jawab yang berat, dan merupakan pilihan hidup
(Gunanthi et al, 2015). Dewasa muda dan mahasiswa juga dilaporkan memiliki
prevalensi yang tinggi terhadap gangguan tidur atau kualitas tidur yang buruk
(Brown, Buboltz, & Soper. 2006). Para mahasiswa biasanya tidak menyadari
bahwa kebiasaan tidur dapat mempengaruhi kinerja akademik mahasiswa (
Pilcher & Walters, 1997).

Kebanyakan orang dewasa muda secara individu sering mengalami jam-


jam tidur yang tidak beraturan, mereka dilaporkan sering mengalami
ketidakpuasan tidur (Rafknowledge, 2004).Hasil penelitian dari fakultas
kedokteran Univeritas Islam Bandung menyatakan bahwa rata-rata mahasiswa
mengalami kualitas tidur yang buruk sesudah menghadapi ujian (69.2%)
dibanding sebelum menghadapi ujian (67.3%) (Maulina, Agista D et al,2016).
Didapatkan juga hasil penelitian yang di lakukan di Bali menunjukkan bahwa
mahasiswa kedokteran Universitas Udayana juga mengalami kualitas tidur yang
buruk, pada hasil penelitian menunjukkan angka 47% (Gunanthi et al, 2015).
Sedangkan hasil penelitian terhadap kualitas tidur pada mahasiswa kedokteran
Unversitas Riau menunjukkan angka 84% mahasiswa kedokteran mengalami
kualitas tidur yang buruk (Manalu, Ayu R et al,2012).

Leproult dkk (1998) mengatakan kekurangan tidur yang kronis dapat


mengakibatkan hormon stres kortisol, yang dapat merusak atau mengganggu sel-
sel otak yang dibutuhkan untuk belajar dan ingatan. Selain itu kekurangan tidur
juga dapat menyebabkan sel-sel otak yang baru gagal untuk berkembang.
Kurangnya tidur pada mahasiswa dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
kognitif. Hal ini disebabkan karena kurang tidur akan membuat kurang
konsentrasi, tidak bisa memiliki ingatan yang baik, tidak bis menggunakan nalar
dengan baik,dan sulit untuk menemukan solusi masalah.

Ibnu Qoyyim, seorang intelektual Islam berkata: “Barangsiapa yang


memperhatikan pola tidur RasulallahSawniscaya ia akan memahami pola tidur
yang benar dan paling bermanfaat untuk badan dan organ tubuh” (Hidayatullah,
2010: 26).Menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah, manfaat tidur itu ada dua macam:
Untuk ketenangan anggota tubuh dan mengistirahatkannya.Tidur Nabi Rasulallah
Sawadalah tidur yang paling baik dan bermanfaat bagi tubuh dan kekuatannya,
begitu pula bangun beliau, Rasulallah Sawtidur pada awal malam sekitar jam 9
malam dan bangun sekitar jam 2 pagi dini hari (kurang lebih 5 jam tidur). Setelah
bangun beliau bersiwak, wudu, dan mendirikan shalat tahajud hingga waktu
shalat subuh, kemudian beliau beristirahat sejenak hingga waktu terbitnya
matahari. Yang demikian ini tentu akan mendatangkan kebaikan hati dan badan,
di dunia dan di akhirat (Al-Jauziyah, 2000: 315).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusunlah rumusan masalah


sebagai berikut“kualitas tidur dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada
mahasiswa kedokteran Universitas YARSI.”
1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka didapatkan


pertanyaan :

1. Bagaimana kualitas tidur pada mahasiswa kedokteran Universitas


YARSI?

2. Apasajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada


mahasiswa kedokteran Universitas YARSI?

3. Bagaimana tidur yang berkualitas ditinjau dari sudut pandang Islam?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kualitas tidur pada mahasiswa kedokteran Universitas


YARSI.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada


mahasiswa kedokteran Universitas YARSI.

3. Mengetahui tidur yang berkualitas ditinjau dari sudut pandang Islam.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi penulis adalah diharapkan skripsi ini dapat memperluas


dan menambah wawasan dan pemahaman dari segi kedokteran dan
islam mengenai hubungan tingkat kualitas tidur dan faktor – faktor yang
mempengaruhi pada mahasiswa kedokteran unuversitas yarsi

2. Manfaat bagi Institusi adalah menjadi bahan pustaka dan literature bagi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi

3. Manfaat lain adalah sebagai bahan informasi tambahan untuk melakukan


penelitian-penelitian berikutnya oleh oeneliti lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tidur

A. Definisi

Tidur, menurut Maas (2002) adalah suatu keadaan di mana kesadaran


seseorang akan sesuatu menjadi turun, namun aktivitas otak tetap memainkan
peran yang luar biasa dalam mengatur fungsi pencernaan, aktivitas jantung dan
pembuluh darah, serta fungsi kekebalan, dalam memberikan energi pada tubuh
dan dalam pemrosesan kognitif, termasuk dalam penyimpanan, penataan, dan
pembacaan informasi yang disimpan dalam otak, serta perolehan informasi saat
terjaga.Tidur telah dideskripsikan sebagai status tingkah laku yang ditandai
dengan posisi tak bergerak yang khas dan sensitivitas reversibel yang menurun,
tapi siaga terhadap rangsangan dari luar (Dorland, 2002). Istirahat dan tidur sama
pentingnya dengan kebutuhan dasar lain. Tidur merupaka hal yang esensial bagi
kesehatan (Pemi, 2009).

B. Fisiologi

Menurut Potter dan Perry (2006), fisiologi tidur dimulai dari irama
sirkadian yang merupakan irama yang dialami individu yang terjadi selama 24
jam. Pola fungsi biologis dan perilaku dipengaruhi oleh irama sirkadian.
Pemeliharaan siklus sirkadian memengaruhi sekresi hormon, temperatur tubuh,
denyut nadi, ketajaman sensori, suasana hati, dan tekanan darah. Irama sirkadian
meliputi siklus harian bangun tidur yang dipengaruhi oleh temperatur, sinar, dan
faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan pekerjaan rutin.

Tidur merupakan suatu proses fisiologis bersiklus yang bergantian dengan


periode yang lebih lama dari waktu terjaga dan terjadi secara berulang-ulang
selama periode tertentu serta 18 mempengaruhi respon perilaku dan fungsi
fisiologis ( Potter & Perry , 2006).

Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular
activating system (RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR) yang terletak
pada batang otak (Potter and Perry, 2005 dalam Agustin, 2012). RAS merupakan
sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk
kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan bagian atas pons.
Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan
perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan
emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan
melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur,
disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di
pons dan batang otak tengah, yaitu BSR (Potter and Perry, 2005 dalam Agustin,
2012)

C. Klasifikasi

Terdapat dua jenis tidur, yakni tidur gelombang lambat atau NREM dan
tidur paradoksal atau REM. Tidur NREM secara umum meliputi 80% dari
seluruh waktu tidur, sedangkan tidur REM lebih kurang 20%. Menurut Hobson
dan Mc. Carley tidur NREM dan REM merupakan siklus yang berlangsung
selama periode tidur. Tidur NREM disebabkan menurunnya aktivitas neuron
monoaminergik (noradrenergik dan serotonergik) yang aktif pada waktu bangun
dan menekan aktivitas neuron kolinergik. Tidur REM disebabkan inaktivitas
neuron monoaminergik sehingga memicu aktivitas neuron kolinergik (neuron
retikuler pons) (Rachman, 2007).

a. Non Rapid Eye Movement (NREM)

1) Seorang yang baru tertidur memasuki stadium 1 yang ditandai oleh


aktivitas elektroensefalogram (EEG) frekuensi tinggi amplitudo rendah dengan
keadaan seseorang baru saja terlena. Seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata
menutupi mata, dan kedua bola mata bergerak bolak-balik ke kedua sisi. EEG
tahap tidur pertama ini, memperlihatkan penurunan 21 voltase dengan
gelombang-gelombang alfa yang makin menurun frekuensinya.

2) Stadium dua ditandai oleh munculnya kumparan tidur (sleep spindel).


Terjadi letupan-letupan gelombang mirip alfa (10- 14 Hz, 50 關 V) yang
berfrekuensi 14-18 siklus per detik. Dalam tahap kedua ini kedua bola mata
berhenti bergerak, tetapi tonus otot masih terpelihara.

3) Stadium 3 ditandai dengan pola yang timbul berupa gelombang dengan


frekuensi yang lebih rendah dibandingkan dengan pada stadium dua dan
amplitudo meningkat. EEG memperlihatkan gelombang dasar yang lambat (1-2
siklus per detik) dengan sekali-kali timbulnya sleep spindles. Keadaan fisik pada
tahap ketiga ini adalah lemah lunglai, karena tonus otot sangat rendah.

4) Stadium empat ditandai dengan perlambatan maksimum dengan


gelombang-gelombang besar. Pada tahap tidur keempat hanya gelombang lambat
saja tanpa sleep spindles. Keadaan fisik pada tahap keempat ini adalah lemah
lunglai, karena tonus otot sangat rendah.

b. Rapid Eye Movement (REM)

REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tibatiba, peningkatan
aktivitas saraf otonom dan mimpi. Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas dari
tekanan darah, denyut nadi dan 22 frekuensi nafas. Keadaan ini disertai dengan
penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas otot involunter. REM disebut
juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau tidur paradoks
(Rachman, 2007 dalam Angkat, 2010).

REM tidak berdiri sendiri, selalu disuperimposisikan pada tidur


gelombang lambat. Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20
menit, rata-rata timbul setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100
menit setelah seseorang tertidur. Tidur REM menghasilkan pola EEG yang
menyerupai tidur NREM tingkat I dengan gelombang beta, disertai mimpi aktif,
tonus otot sangat rendah, frekuensi jantung dan nafas tidak teratur (ciri dalam
keadaan mimpi), terjadi gerakan otot yang tidak teratur (pada mata menyebabkan
gerakan bola mata yang cepat atau 'rapid eye movement'), dan lebih sulit
dibangunkan daripada tidur gelombang lambat.

D. Pola Tidur

Pada usia dewasa muda umumnya mereka sangat aktifmembutuhkan


waktu tidur 7-8 jam/hari, tahap REM 20%. Dewasa muda yang sehat
membutuhkan cukup tidur untuk berpartisipasi dalam kesibukkan aktifitas karena
jarang sekali mereka tidur siang (Asmadi, 2008). Seorang pakar wellness
mengatakan bahwa waktu paling optimal untuk mulai tidur di malam hari adalah
jam 10 malam, selain ampuh untuk mengumpulkan kembali energi dan tenaga,
tidur mulai jam 10 malam juga sangat baik untuk kecantikan kulit, vitalitas tubuh,
dan meningkatkan mood positif di pagi hari. Kebutuhan tidur seseorang berbeda-
beda menurut kelompok umur, untuk umur 18–40 tahun kebutuhan tidur adalah
8–8 jam perhari, untuk umur 41–60 tahun kebutuhan tidur adalah 7 jam perhari,
dan untuk umur 60 tahun keatas kebutuhan tidur adalah 6 jam perhari (Hidayat,
2008). Pola tidur yang baik meliputi durasi tidur yang sesuai dengan kebutuhan
menurut umur, tidur nyenyak tidak terbangun karena suatu hal di selasela waktu
tidur. Sedangkan pola tidur yang buruk meliputi durasi tidur yang kurang dari
kebutuhan menurut umur, tidur terlalu larut malam dan bangun terlalu cepat, tidur
tidak nyenyak sering terbangun karena suatu hal (Hidayat, 2008).

2.1.2 Kualitas Tidur

Menurut Hidayat dalam Khasanah & Hidayati (2012), kualitas tidur


seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan
tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Kualitas tidur adalah keadaan
di mana tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan
kebugaran di saat terbangun (Khasanah & Hidayati, 2012). Kualitas tidur
ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada malam
hari seperti kedalaman tidur, kemampuan tinggal tidur, dan kemudahan untuk
tertidur tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang baik dapat memberikan
perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan
tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital
untuk hidup semua orang (Bare, 2002).

2.1.3 Manfaat Kualitas Tidur yang Baik

Menurut Kozier tidur memberikan efek fisiologis pada sistem saraf dan
struktur tubuh. Tidur NREM merupakan bagian dari fungsi perbaikkan tubuh
yaitu waktu yang diperlukan tubuh untuk membangun kembali sumber-sumber
yang diperlukan. Tidur berperan dalam mengurangi kelelahan, menyeimbangkan
suasana hati, meningkatkan aliran darah ke otak, meningktkan sintesis protein,
memilihara mekanisme perlawanan terhadap penyakit (sistem imun), memacu
perkembangan dan perbaikkan seluler, dan meningkatkan kemampuan belajar
dan penyimpanan memori (Timby, 2009). seseorang yang tidak mengalami tidur
cukup biasanya menjadi mudah tersinggung, memiliki konsentrasi yang buruk,
dan sulit mengambil keputusan.

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada Mahasiswa

a. Cahaya

Keadaan mengantuk dan tidur berhubungan dengan irama sirkadian dalam


pengaturan siang dan malam. Keadaan terbangun berkaitan dengan cahaya
matahari atau kondisi yang terang ( Timby, 2009 dalam Indarwati, 2012). Cahaya
yang mempengaruhi tidur dan aktivitas otak selama terbangun, sedangkan, irama
sirkadian, dan homeostasis mempengaruhi 23 regulasi tidur manusia (Djik, 2009
dalam Indarwati, 2012). Cahaya mempengaruhi produksi melatonin. Melatonin
adalah hormon dalam setiap organisme dengan tingkat berbeda tergantung siklus
hidup dan paparan cahaya. Melatonin dihasilkan oleh kelenjar pineal di otak
manusia. Melatonin berperan besar dalam membantu kualitas tidur. Mengatasi
penyimpangan-penyimpangan, depresi, dan system kekebalan yang rendah.
Peneletian menunjukkan bahwa hormon ini membantu seseorang untuk tidur
lebih nyenyak, mengurangi jumlah bangun mendadak di malam hari serta
meningkatkan kualitas tidur (Pengayoman, 2008 dalam Indarwati, 2012).
b. Aktivitas Fisik

Aktivitas dan latihan fisik dapat meningkatkan kelelahan dan kebutuhan


untuk tidur. Latihan fisik yang melelahkan sebelum tidur membuat tubuh
mendingin dan meningkatkan relaksasi. Individu yang mengalami kelelahan
menengah biasanya memperoleh tidur yang tenang terutama setelah bekerja atau
melakukan aktivitas yang menyenangkan (Potter & Perry, 2006).

c. Lingkungan

Lingkungan tempat seseorang tidur berpengaruh terhadap kemampuan


seseorang untuk tidur dan tetap tidur (Potter & Perry, 2006). Lingkungan yang
tidak mendukung seperti terpapar 24 banyak suara menyebabkan seseorang
kesulitan untuk memulai tidur. Lingkungan yang tidak nyaman seperti lembab
juga dapat mempengaruhi tidur.

d. Umur

Umur menjadi salah satu faktor mempengaruhi tidur dan kebutuhan tidur
seseorang (Pemi, 2009 dalam Indarwati, 2012). Kebutuhan tidur berkurang
dengan pertambahan usia. Kebutuhan tidur anak-anak berbeda dengan kebuthan
tidur dewasa. Kebutuhan tidur dewasa juga akan berbeda dengan kebutuhan
lansia.

e. Pola Tidur

Kebiasaan tidur pada siang hari mempengaruhi kualitas tidur seseorang di


malam hari Pola-pola tidur siang berlebihan dapat mempengaruhi keterjagaan,
kualitas tidur, penampilan kerja, kecelakaan saat mengemudi, dan masalah
perilaku emosional. (Potter & Perry, 2006).

f. Stress Emosional

Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur


seseorang. Kecemasan menyebabkan seseorang menjadi terjaga. Keadaan terjaga
terus menerus inilah yang dapat mengakibatkan gangguan tidur.
2.2 Tinjauan Pustaka Menurut Islam

2.2.1 Tidur Menurut Islam

Makna Tidur Menurut Islam

Tidur sebagai sarana istirahat disebutkan dua kali dalam Al-Qur’an yaitu
dalam surat al-Furqan: 47

Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai)


pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangkit
berusaha.

Ayat tersebut menyatakan: Dan di antara bukti-bukti keesaan Allah dan


kekuasaan-Nya adalah bahwa Dia-lah sendiri yang menjadikan untuk
kamu sekalian malam dengan kegelapannya sebagai pakaian yang
menutupi diri kamu, dan menjadikan tidur sebagai pemutus aneka
kegiatan kamu sehingga kamu dapat beristirahat guna memulihkan
tenaga, dan Dia juga menjadikan siang untuk bertebaran antara lain
berusaha mencari rezeki. Tidur disebut sebagai subat karena tidur terjadi
dengan membentangkan badan, dan dalam hal itu terkandung makna
istirahat. Ada juga yang mengatakan makna asalnya adalah diam dan
berhenti, tidur disebut subat karena dengan tidur berarti berhenti dari
segala aktivitas jasmani. Ada lagi yang mengatakan asalnya dari makna
diam di tempat, tidur dinamai subat karena orang tidur itu diam, tidak
sibuk dan tidak bergerak, sedangkan Al-Khalil mengartikan subat dengan
“tidur berat” artinya tidur itu dijadikan berat sehingga dapat istirahat
dengan sempurna.
Tidur sebagai kematian kecil Tidur juga diibaratkan sebagai kematian
kecil, hal ini seperti yang terdapat dalam firman Allah Swt.
Artinya : Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa
(seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; Maka Dia tahan nyawa (orang)
yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai
waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-
tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.(QS. Az-Zumar: 42)

Menurut Ahmad Syawqi tidur disebut kematian kecil, karena orang tidur
tidak hidup di alam waktu, kesadaran, dan persepsi, melainkan di alam yang
kedap waktu. Jika tidak dibangunkan, orang tidur akan memasuki kematian
besar.Seseorang yang tidur tidak merasakan perjalanan waktu, karena saat itu
ruhnya sedang berada di alam arwah yang tidak ada perjalanan waktu di
dalamnya. Salah satu contohnya adalah para pemuda Ashabul Kahfi yang tidur
selama 300 tahun dan ketika bangun mereka tidak tahu berapa lama mereka telah
tidur. Ini disebabkan karena ketika tidurruh mereka meninggalkan jasadnya.
Sehingga mereka tidak tahu apapun yang terjadi di sekitar mereka.

Keluarnya ruh dari jasad ini merupakan peristiwa kematian. Oleh karena
itu, di saat seseorang sedang tidur berarti dia sedang mengalami kematian kecil.
Sebab ruhnya telah keluar dari jasadnya, hanya saja ruh dan jasadnya masih
berhubungan.Orang yang tidur bisa disebut sebagai orang mati tentu saja bukan
dalam pengertiannya yang hakiki. Kita bisa melihat bahwa doa menjelang tidur
dan doa bangun tidur yang diajarkan Rasulullah saw jelas-jelas menyamakan
tidur itu dengan mati(Beirut: Dar al-Kutb, 1992).
2.3 Kerangka Teori

1. Cahaya
Faktor yang 2. Aktivitas Fisik
mempengaruhi kualitas
3. Lingkungan
tidur pada mahasiswa
4. Pola Tidur
llll
5. Stres Emosional

6. Umur

Kualitas Tidur

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

- Kualitas Tidur Baik

- Kualitas Tidur Buruk

Bagan 1. Kerangka Teori

2.3 Kerangka Konsep


Variable Independen
Variabel Dependen
1. Aktivitas Fisik
Kualitas tidur mahasiswa
2. Lingkungan dengan kuesioner PSQI

3. Stres Emosional - Baik


- Buruk

Bagan 2. Kerangka Konsep

2.4 Perumusan Hipotesis

H (0) : Diterima atau tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik, lingkungan
dan stres emosional dengan kualitas tidur.

H (1) : Ditolak atau terdapat hubungan antara aktivitas fisik, lingkungan dan stres
emosional dengan kualitas tidur.

2.5 Definisi Operasional

Skala
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur
Pengukuran

Variabel Dependent
Kualitas Keadaan dimana tidur Baik
1 Tidur yang di jalani seorang Kuesioner Nominal
individu dapat Pittsburgh Buruk
menghasilkan kesegaran Sleep Quality
dan kebugaran disaat Index
terbangun
Variabel Independent
Aktivitas
Mempengaruhi
1 fisik Kuesioner
Gerakkan tubuh yang di
lakukan oleh otot rangka Tidak
yang merupakanbentuk Mempengaruhi
pengeluaran tenaga yang
mempengaruhi kualitas
tidur

2 Lingkungan Kuesioner Mempengaruhi


Tidak Nominal
Keadaan sekitar individu
yang berpengaruh terhadap Mempengaruhi
perilaku kualitas tidur

Stres
Mempengaruhi
3 Emosional Kuesioner
Kondisi yang menekan Nominal
psikis seseorang yang Tidak
berhubungan dengan Mempengaruhi
kualitas tidur

Tabel 1. Definisi Operasional


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Non-Eksperimental.

3.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional analitik karena penelitian


ditujukan mencari hubungan variabel dependen yaitu, Aktivitas fisik, Lingkungan
dan Stres Emosional daan variabel independen yaitu, kualitas tidur mahasiswa
dengan kuisioner PSQI.

3.3 Populasi

Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa Kedokteran Universitas


Yarsi yang sedang menjalankan kepanitraan di rumah sakit di daerah Jakarta.

3.4 Sampel

Sampel penelitian ini adalah responden yang memenuhi kriteria insklusi


dan kriteria eksklusi.

a. Kriteria inklusi

Kriteria insklusi adalah kriteria dimana subjek penelitan dapat mewakili


dalam sampel peneletian yang memenuhi syarat sebagai sampel, yaitu :

 Mahasiswa yang bersedia menjadi responden penelitian dan mengisi


kuisioner penelitian
 Mahasiswa yang menjalankan kepanitraan di rumah sakit Provinsi DKI
Jakarta

 Mahasiswa angkatan 2012 dan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas


Yarsi yang menjalankan kepanitraan di rumah sakit Provinsi DKI Jakarta

 Mahasiswa yang dalam keadaan aktif dan hadir saat pengambilan sampel

b. Kriteria eksklusi

Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat


mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, yaitu :

 Mahasiswa yang memiliki penyakit psikologis yang berkaitan dengan


kualitas tidur di malam hari.

 Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden

 Mahasiswa yang terlalu sibuk sehingga sulit ditemui

3.5 Cara Pengambilan Sampel

Cara penetapan sampel dengan metode whole sampling. Sampel diambil


dari seluruh mahasiswa kepanitraan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.

Jumlah mahasiswa kepanitraan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi

 Angkatan 2012 :

 Angkatan 2013 :

Jumlah mahasiswa kepanitraan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi


yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dalam penelitian

 Angkatan 2012 :

 Angkatan 2013 :

3.6 Penetapan Besar Sampel


3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang diperoleh dari
kuesioner yang diisi oleh responden.

3.8 Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data

1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberi penjelasan tujuan penelitian


dan cara pengisian kuesioner kepada responden.

2. Setelah memahami tujuan penelitian, responden yang telah setuju diminta


menandatangani surat pernyataan kesediaan untuk menjadi responden
penelitian.

3. Setelah kuesioner diisi, kemudian peneliti melihat kelengkapan dari


kuesioner untuk dilakukan pengolahan dan analisa data.

4. Setelah seluruh data terkumpul, data diolah oleh software SPSS Statistics
Deskop versi 23.0

3.9 Instrumen Pengumpulan Data

Metode yang di gunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara


dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan
data bersamaan dengan surat persetujuan responden (informed consent).

3.10 Analisa Data

Untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dan faktor-faktor yang


mempengaruhinya di gunakan uji analisa data Chi Square.

3.11 Alur Penelitian

Pembuatan Proposal dan Revisi

Uji Proposal
Pengambilan data kuesioner

Pengolahan Data dan Analisa Data

Ujian Hasil Penelitian

Melakukan Revisi

Penyerahan Laporan Penelitian dan


manuskrip Publikasi

Bagan 3. Alur Penelitian

3.12 Jadwal Penelitian

Tabel 1. Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Waktu

1. Bimbingan Proposal dengan dosen Oktotober 2017 - Desember


pembimbing 2017

2. Ujian Proposal Skripsi Januari 2018

3. Pelaksaan Penelitian Februari 2018

4. Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Maret 2018 - Juli 2018


5. Ujian Skripsi Agustus 2018

DAFTAR PUSTAKA

Musfiratun, Ana. 2014. “Hubungan Intesitas Penggunaan Internet dengan


Kualitas Tidur pada Mahasiswa Semester VI di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Majapahit Mojokerto”

http://repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/S1-
KEP/article/view/147/117,

Nashori, Fuad dkk. 2005. “Perbedaan Kulitas Tidur dengan Kualitas


Mimpi Antara Mahasiswa Laki-Laki dan Mahasiswa Perempuan”

http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/317/209

Khasanah, Khusnul. 2012. “Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial


“MANDIRI” Semarang”

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing/article/view/449
Departement of Health and Human Service National Institutes of Health.
2011. “Your Guide To Healthy Sleep”

https://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/public/sleep/healthy_sleep.pdf

Ratnasari, Candra D. 2016. “Gambaran Kualitas Tidur pada Komunitas


Game Online Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro”

http://eprints.undip.ac.id/51197/1/BAB_1-3.pdf

Ginting, Hestiani W B. 2013. “Kualitas Tidur Pada Mahasiswa”

http://www.lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S52887-
Hestiani%20Windari%20Br%20Ginting

Gunanthi dkk. 2015. “Prevalensi dan Gambaran Gangguan Tidur


Berdasarkan Karakteristik Mahasiswa Semester I Program Studi
Pendidikkan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2015”

https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1002006098-2-Unggah.pdf

Manalu, Ayu R N dkk. 2012. “Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan


Darah pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2012”

http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2213/R
EPOSITORI%20penelitian%20benar.pdf?sequence=1

Maulina, Agista D. 2016. ‘Hubungan Kualitas Tidur dengan Daya


Konsentrasi pada Mahasiswa Tingkat Empat Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung”

http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/dokter/article/view/4222/pdf

Nurlela, Siti dkk. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas


Tidur Pasien Post operasi Laparotomi di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Gombong”

http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/21/jtstikesmuhgo-
gdl-sitinurlel-1042-1-vol.5n-3.pdf
Indri, Umammi V dkk. 2014. “Hubungan Antara Nyeri, Kecemasan Dan
Lingkungan dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Post Operasi
Apendisitis”

https://media.neliti.com/media/publications/187926-ID-hubungan-
antara-nyeri-kecemasan-dan-ling.pdf

Sarfriyanda, Jaka dkk. 2015. “Hubungan Antara Kualitas Tiduran dan


Kuantitas Tidur dengan Prestasi Belajar Mahasiswa”

https://media.neliti.com/media/publications/185714-ID-hubungan-
antara-kualitas-tidur-dan-kuant.pdf

Hartaji, R Damar A. 2009. “Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang


Berkuliah dengan Jurusan Pilihan Orangtua”

http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/200
9/Artikel_10504208.pdf

Sholechah, Mar’atus. 2016. “Posisi Tidur dalam Tinjauan Hadist”

jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita/article/download/752/
665

Setiawan, Ferry A. 2015. “Pengaruh Terapi Murrotal Al-Quran Terhadap


Kualitas Tidur Pasien ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul”
http://repository.stikesayaniyk.ac.id/667/1/Ferry%20Adhi%20Setiawa
n_3211121_nonfull%20resize.pdf

Magfirah, Inun. 2016. “Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah


Pada Mahasiswi Program Studi S1 Fisioterapi Angkatan 2013 dan
2014 di Universitas Hasanudin”

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/18648/PRIN
T%20SKRIPSI.pdf?sequence=1

Budayani, Sri H. 2015. “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas


Tidur Penderitas Asma di RSUD Kabupaten Karanganyar”
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-
srisatitib-1175-1-skripsi-8.pdf

Ulfa, Khumaidah. 2014. “Studi Tematik Hadis Tentang Tata Cara Tidur
Nabi Muhammad SAW”

http://eprints.walisongo.ac.id/3929/1/104211028_Coverdll.pdf

Roshifanni, Shofa. 2017. “Risiko Hipertensi Dengan Orang Pola Tidur


Buruk”

https://media.neliti.com/media/publications/76416-ID-none.pdf

Anda mungkin juga menyukai