TINJAUAN PUSTAKA
adalah suatu keadaan di mana kesadaran seseorang akan sesuatu menjadi turun,
namun aktivitas otak tetap memainkan peran yang luar biasa dalam mengatur
darah, serta fungsi kekebalan dalam memberikan energi pada tubuh dan dalam
yang disimpan dalam otak, serta perolehan informasi saat terjaga (Maas, 2002).
Adapun menurut Jenni dan Dahl (2008), tidur adalah suatu kegiatan relatif tanpa
sadar yang penuh, yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan
Tidur berasal dari bahasa latin somnus yang berarti alami periode
pemulihan, keadaan fisiologis dari istirahat untuk tubuh dan pikiran (Erfandi,
menyebutkan bahwa tidur bukan reaksi terhadap efek-efek disruptif bangun, tetapi
14
15
tidur di malam hari terlepas dari apapun yang terjadi pada diri kita di siang hari.
Menurut teori ini, individu telah berevolusi untuk tidur di malam hari, karena tidur
Sirkandian tentang tidur lebih difokuskan pada kapan kita tidur dari pada fungsi
tidur. Akan tetapi, salah satu versi ekstrem teori sirkandian mengatakan bahwa
tidur tidak berperan dalam fungsi fisiologis tubuh yang efisien. Menurut teori ini
makanan, minuman, dan berproduksi selama siang hari, dan motivasi kuat mereka
untuk tidur di malam hari berevolusi untuk menghemat sumber energi dan untuk
Teori ini mengatakan bahwa tidur seperti perilaku reproduktif, dalam arti kita
kesehatan tubuh. Proses tidur jika diberi waktu yang cukup dan lingkungan yang
tepat akan menghasilkan tenaga yang luar biasa. Lebih lanjut, tidur dapat
memulihkan, meremajakan, dan memberikan energi bagi tubuh dan otak selain itu
tidur yang baik dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Maas,
2002). Kurang tidur dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan
kerusakan otak, bahkan kematian. Beberapa peneliti menyakini bahwa tidur REM
16
tidur yang kurang dapat mempengaruhi suasana hati seseorang (Webb, 2001).
tidur yang baik merupakan kunci untuk merasa nyaman dan bahagia. Tidur yang
marah dan depresi klinis (Khavari, 2000). periode kekurangan tidur yang panjang,
terkadang menyebabkan disorganisasi ego, halusinasi dan waham selain itu, orang
yang kekurangan tidur REM mungkin menunjukkan sikap mudah tersinggung dan
letargi (merasa kehilangan energi dan antusiasme), (Kaplan & Sadock, 1997).
sebagai suatu keadaan, di mana tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan
kebugaran dan kesegaran pada saat terbangun. Sementara kualitas tidur menurut
tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu
dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah,
mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau
mengantuk. Kualitas tidur yang baik sepertinya terjadi dengan sendirinya tidak
perlu menghadapinya dengan tidak bisa istirahat atau dengan kecemasan dan tidak
kesegaran, dan kepuasan terhadap tidur tanpa seseorang meminum obat apapun
tidurnya, maka tidak akan muncul perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah,
lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva
merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap
atau mengantuk.
satunya tergantung dari aktifitas yang dilakukan. Keunikan justru terjadi pada
masa usia dewasa muda (usia 16 – 30 tahun) dimana terjadi pergeseran irama
sirkadian sehingga jam tidur pun bergeser akibat dari perubahan hormonal yang
terjadi pada akhir masa pubertas. Saat orang lain mulai mengantuk pada pukul
21.00 atau 22.00, pada usia dewasa muda justru bersemangat untuk berkarya, baik
harus bangun lebih awal untuk mempersiapkan diri ke sekolah, kuliah, maupun
tidak mengherankan jika banyak fenomena pelajar atau mahasiswa yang tertidur
Mahasiswa pondok pesantren berada pada masa dewasa muda yaitu pada
rentang usia 16-30 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andriani
(2016), menunjukkan bahwa banyak dari mahasiswa yang mengantuk dan tertidur
di pagi hari pada saat pelajaran berlangsung dan aktivitas – aktivitas lainnya saat
18
tugas – tugas dari kampus serta kebiasaan sebelum tidur seperti megerjakan tugas,
mendengarkan musik dan bermain gadget. Hal ini akan menyita waktu tidur
mahasiswa dan mempengaruhi jam tidur serta tidak konsentrasi saat belajar.
Terlebih lagi pada mahasiswa yang sedang meyelesaikan Tugas Akhir. Hal ini
sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa mahasiswa
pondok pesantren sering memulai tidur saat larut malam sehingga mempengaruhi
bangun pada keesokan harinya bahkan mahasiswa memilih untuk menunda waktu
tidurnya demi untuk belajar, mengaji dan mengerjakan tugas yang belum
sekitar 4-5 jam, sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa pondok pesantren
dan pandangan Islam (dalam Nashori dan Subandi, 2010), ada lima yaitu:
a. Nyenyak selama tidur, sebenarnya orang tidur melalui beberapa fase tidur,
mulai dari fase tidak nyenyak, nyenyak, hingga tidak nyenyak dalam tidur.
menjadi enam tahap. Seseorang yang nyenyak tidur tidak akan mengalami
kencing, suhu tubuh yang panas, sakit dan sebagainya. Termasuk gangguan
19
eksternal adalah suara gaduh (seperti ketukan pintu, suara mobil, adanya
alamiah, misalnya dengan memakan obat tidur, tetap memiliki implikasi yang
b. Waktu tidur yang cukup (minimal enam jam dalam sehari), bila seseorang
dapat tidur dalam waktu yang cukup, maka seseorang akan siap melakukan
tidur yang cukup, diungkapkan oleh (Maas, 2002), bahwa setiap orang
mempunyai rekening hutang tidur. Setiap orang perlu menyimpan cukup tidur
dalam rekening tersebut agar dapat menjaga kondisi homeostatis tidur tetap
stabil, suatu hal yang akan membuatnya awas sepanjang siang. Tidur yang
terjadi dalam diri seseorang adalah tabungan atau aset, setiap jam terjaga
adalah penarikan tabungan atau utang. Seperti apakah neraca rekening tidur
tidur yang cukup besar, karena setiap jam yang dilewatkan seseorang untuk
memperoleh sejumlah tidur setiap malam sehingga tidak membuat atau tetap
mempunyai utang tidur, jika tidak, orang akan utang dan mengantuk setiap
hari.
20
c. Tidur lebih awal dan bangun lebih awal. Keteraturan tidur dan terjaga adalah
sesuatu yang sangat penting, namun yang tak kalah penting dalam keteraturan
itu adalah perlunya seseorang tidur awal dan bangun lebih awal. Hal tersebut
diperkuat oleh Maas (2002) bahwa penting bagi setiap orang untuk menjaga
Dengan demikian, jam-jam yang telah dilaluinya dengan tidur akan sesuai
dilewatkan di luar kamar tidur akan sesuai dengan fase terjaga irama
menjaga jadwal tidur yang teratur, mulai dari tidur pada jam yang sama setiap
d. Merasa segar ketika terbangun, saat terbangun dari tidur yang cukup
sepanjang hari secara efektif dan efisien, (Maas, 2002). Namun, tidak semua
orang yang tidur merasa bugar saat terbangun. Banyak orang yang merasakan
e. Tidak bermimpi buruk, tidur yang berkualitas ditandai oleh tiadanya mimpi
saja mengalami mimpi buruk bila dapat menyikapinya dengan positif, atau
buruk.
Adapun menurut Mass (2002), aspek-aspek dari kualitas tidur ada lima
yaitu:
bagi seseorang. Dalam posisi miring ke kanan lambung dalam posisi yang
b. Badan dalam keadaan rileks (tidak ada aktivias yang berat sesaat menjelang
tidur, seperti aktivitas olahraga yang terlalu dekat dengan waktu tidur karena
c. Nyenyak selama tidur, seseorang yang nyenyak tidur tidak akan mengalami
terbangun karena ingin kencing, dan suhu tubuh panas. Gangguan eksternal
seperti, suara gaduh (suara mobil, pukulan di tembok, dan ketukan pintu).
d. Waktu tidur yang cukup (minimal enam jam dalam sehari), setiap orang
mempunyai rekening utang tidur, setiap orang perlu menyimpan cukup tidur
dalam rekening agar dapat menjaga kondisi homeostatis tidur tetap stabil,
e. Merasa segar ketika terbangun, saat terbangun dari tidur yang cukup
seseorang merasakan rasa segar atau bugar saat terbangun, dan siap
mudah terganggu.
yaitu;
d. Efisiensi tidur.
aspek kualitas tidur menurut Wolniczak (2013) adalah durasi tidur, gangguan saat
tidur, atency, efisience tidur, sedangkan menurut Maas (2002) dapat dilihat dari
enam aspek yakni, tidur dalam keadaan miring ke kanan, badan dalam keadaan
rileks, nyenyak selama tidur, waktu tidur yang cukup, merasa segar saat
23
dilihat dari lima aspek yakni, nyenyak selama tidur, waktu tidur yang cukup, tidur
dan bangun lebih awal, merasa segar ketika terbangun, tidak bermimpi buruk.
Kelima aspek dari Nashori (2002) tersebut nantinya akan peneliti gunakan sebagai
acuan dalam penyusunan alat ukur guna mengungkap kualitas tidur, karena
dapat mengganggu tidurnya, nafas yang pendek membuat orang sulit tidur
dan orang yang memiliki kongesti di hidung dan adanya drainase sinus
yang bisa tidur dengan cahaya lampu ada juga yang bisa tidur apabila lampu
c. Latihan fisik dan kelelahan, kelelahan yang berlebihan akibat kerja yang
waktu tidur malam dan harus dihindari jika seseorang mengalami insomnia.
24
d. Obat-obatan dan zat-zat kimia, Hypnotics atau obat tidur dapat mengganggu
tidur NREM tahap 3 dan 4 serta dapat menekan REM. Beta blockers dapat
menekan tidur REM dan meningkatkan frekuensi bangun dari tidur dan
e. Diet dan kalori, kehilangan berat badan berkaitan dengan penurunan waktu
tidur total, terganggunya tidur dan bangun lebih awal. Sedangkan kelebihan
f. Stres psikologis, stres psikologis mempengaruhi tidur dengan dua cara, yang
pertama orang mengalami stres merasa sulit untuk merasakan tidur yang
nyaman sesuai dengan yang dibutuhkan. Kedua, tidur REM berkurang dalam
jumlah yang cenderung menambah kecemasan dan stres. Salah satu jenis stres
a. Bersuci, berdo’a dan berdzikir sebelum tidur. Menjelang tidur, aktivitas yang
berdo’a dan berdzikir sebelum tidur. Bersuci yang dimaksud dalam tulisan ini
sebelum tidur adalah aktifitas yang dianjurkan oleh ajaran islam. Aktifitas
lain yang dianjurkan adalah berdo’a menjelang tidur. Inti dari berdo’a adalah
25
b. Tidur dalam keadaan miring ke kanan dan menghadap kiblat. Aktifitas lain
yaitu Ka’bah yang berada di Kota Makkah. Artinya seseorang secara sadar
seseorang, yaitu ruh, jiwa dan raganya terarah kepada Allah. Posisi ke arah
alam. Kepala lurus dengan kutub utara, kakinya lurus dengan kutub selatan.
Miring ke kanan adalah simbol yang baik. Kanan dalam pandangan Islam,
sering diistilahkan ash-habul yamin, adalah posisi yang baik. Tidak kurang
dari itu, miring ke kanan ternyata memiliki implikasi biologis bagi seseorang.
Dalam posisi demikian, lambung berada dalam posisi yang lebih bebas untuk
yakin akan adanya jalan keluar, maka ia dapat menjalani tidurnya dengan
d. Tidak melakukan aktifitas tidur yang berat menjelang tidur. Secara fisik,
aktifitas yang dianjurkan adalah tidak melakukan aktifitas fisik yang berat
sesaat menjelang tidur. Dikatakan oleh Maas (2002) bahwa menjelang tidur
yang terlalu dekat dengan waktu tidur akan menghadirkan pengaruh berupa
penyakit, lingkungan, latihan fisik dan kelelahan, diet dan kalori, obat-obatan dan
zat kimia, stres akademik, bersuci, berdo’a, dan berdzikir, memulai tidur dalam
keadaan miring ke kanan dan menghadap ke kiblat, nyaman secara psikologis, tak
27
ada aktifitas fisik yang berat menjelang tidur. Pada penelitian ini, peneliti akan
yaitu stres akademik, karena stres akademik adalah salah satu faktor dari kualitas
tidur, dikarenakan hal yang paling pertama dihadapi oleh mahasiswa pondok
pesantren ialah stres akademik yang nantinya akan mempengaruhi pada kualitas
tidurnya. Dalam penelitian ini, faktor yang mempengaruhi kualitas tidur adalah
stres akademik yang terdapat dalam faktor yang mempengaruhi kualitas tidur
menurut Alimul (2015) yaitu penyakit, lingkungan, latihan fisik dan kelelahan,
diet dan kalori, obat-obatan dan zat-zat kimia dan stres akademik.
B. Stres Akademik
dengan lingkungan. Sarafino dan Smith (2014), menyatakan bahwa stres adalah
biologis, psikologis dan sosial. Lazarus dan Folkman (1984), menyatakan bahwa
munculnya stres bergantung pada dua faktor, yaitu individu itu sendiri dan situasi
lingkungan di sekitarnya.
keadaan yang menekan. Damayanti (2013), menyatakan bahwa stres adalah suatu
keadaan yang menekan baik secara fisik maupun psikologis. Hal tersebut
secara ekstra (Sunberg, Winebarger. & Taplin 2007). Sehingga apabila tidak
Stres tidak hanya sebagai stimulus dan respon, namun merupakan sebuah
proses. Stres adalah sebuah proses yang menjadikan individu sebagai agen yang
aktif untuk dapat dipengaruhi oleh dampak keadaan atau situasi yang memicu
stres (stressor) itu sendiri, seperti perubahan kognitif, perilaku, fisiologis dan
emosional/afektif (Sarafino & Smith, 2014). Proses itu akan berlangsung secara
terus menerus dan akan membentuk dalam suatu penyesuaian antara individu
dari academic stressor. Menurut Heiman dan Kariv (2005), menyatakan bahwa
stres akademik adalah stres yang disebabkan academic stressor dalam proses
harus dikuasai dan ketidakcukupan waktu untuk melakukan hal tersebut (Carveth,
dalam Misra & McKean, 2000). Sehingga menimbulkan stres pada mahasiswa
penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik. Feldt dan Updegraff (2013), dalam
penelitiannya menyatakan bahwa stres akdemik ialah stres yang terjadi pada
akademiknya dan gagalnya untuk berprestasi yang tidak sesuai harapan. Hal
tersebut merupakan tantangan dari sistem kuliah, konflik ketika belajar, dan
jenis tuntutan baik dalam diri individu maupun tugas formal yang berhubungan
belajar. Sementara adanya tekanan itu akibat perasaan yang tidak mampu dalam
a. Dilihat dari fungsi kognitif, kondisi stres disebabkan oleh adanya kesulitan
buruk, daya ingat mudah menurun (mudah lupa), dan muncul pemikiran yang
tidak biasa.
percaya diri yang rendah akibat stres. Seperti kecemasan, ketakutan, mudah
marah, sedih yang mendalam, tertekan, merasa ragu-ragu, dan merasa malu,
kemampuan atau potensi yang dimiliki rendah, sehingga merasa tidak mampu
c. Dilihat dari fungsi fisiologis, respon fisiologis akibat stres yang biasanya
terjadi adalah merasa sakit pada tubuh dan kebugaran fisik menurun. Seperti
fisik kondisi stres muncul dengan muka memerah, pucat, badan terasa lemah
dan merasa tidak sehat, jantung berdebar-debar, gemetar, sakit perut, pusing,
dan mulai terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan secara berlebihan dan
berisiko.
a. Dilihat dari segi aspek fisik, aspek fisik antara lain adalah individu
mengalami sakit kepala, pusing, pening, tidur tidak teratur, insomnia (sulit
tidur) ketika akan menghadapi ujian, tidur larut, bangun tidur terlalu awal,
sakit pinggang, rentan bagian bawah, diare saat akan menghadapi ujian,
terutama pada leher dan bahu, terganggu pencernaan, bisulan, tekanan darah
b. Dilihat dari segi aspek emosional, individu dengan aspek ini akan sering
menunjukkan perilaku yang sering gelisah atau cemas mengenai masa depan,
sedih karena takut gagal mempertahankan prestasi yang telah dicapai, depresi,
mudah menangis ketika mendapat hasil belajar yang rendah, merana jiwa dan
hati, mood sering berubah-ubah, mudah tersinggung dan marah ketika ada
yang menegur kesalahan yang dilakukan, gugup, rasa harga diri menurun atau
merasa tidak aman jika harus bersang dengan teman yang lebih pintar, terlaku
peka atau sensitif, mudah menyerang orang lain atau agresif, menunjukkan
sikap permusuhan terhadap orang yang lebih pintar, emosi mongering, atau
c. Dilihat dari segi aspek intelektual, aspek intelektual antara lain adalah sulit
saat menjelang ujian akhir, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja, kehilangan
sense of humor yang sehat, produktifitas atau prestasi menurun, mutu kerja
rendah.
d. Dilihat dari segi aspek interpersonal, aspek interpersonal antara lain adalah
kehilangan kepercayaan kepada orang lain sehingga tidak mau terlibat dengan
kelompok atau diskusi kelompok, mudah menyalahkan orang lain jika tidak
bisa mengerjakan tugas tepat waktu, mudah membatalkan janji atau tidak
lain dengan kata-kata (agresi verbal), bersikap terlalu membentengi diri atau
kesimpulan bahwa aspek stres akademik terdiri atas: fisik, emotional, intelektual,
peneliti memilih untuk menggunakan aspek stres akademik dari Robotham (2008)
yaitu kognitif, afektif (emotional) fisiologis dan perilaku untuk mengungkap stres
akademik pada mahasiswa pondok pesantren, karena aspek stres akademik yang
dikemukakan tersebut menurut peneliti isinya lengkap dan dapat digunakan untuk
melihat masalah dan dapat mengungkap variabel kualitas tidur pada mahasiswa
pondok pesantren.
33
pesantren dengan kegiatan yang padat setiap harinya seperti mengaji Al-qur’an,
mengaji kitab kuning dan kajian keagamaan lainnya (Geertz, 1964). Selain
tuntutan dan tugas yang harus segera diselesaikan serta mengikuti keorganisasian.
Bagi yang berminat. Hal tersebut sudah menjadi konsekuensi mahasiswa yang
mau tinggal dalam naungan pesantren, mau tidak mau mahasiswa yang
peraturan yang ada di pesantren, seiring padatnya jam kegiatan yang ada di
pesantren maupun di luar pesantren santri memiliki jam tidur 4-5 jam dalam
Stres akademik menurut Heiman & Kariv (2005) adalah stres yang
kegiatan belajar. Lebih lanjut munculnya academic stressor tersebut berasal dari
ketidakcukupan waktu untuk melakukan hal tersebut (Carveth, dalam Misra &
McKean, 2000). Adapun aspek stres akademik menurut Robotham (2008), yaitu
34
kognitif, emosional, fisiologis dan perilaku. Aspek stres akademik ini akan
dibahas satu persatu dalam kaitannya dengan kualitas tidur pada mahasiswa
akademik positif maka kualitas tidur pada mahasiswa pondok pesantren akan
tidur akan menurun. Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwartika,
(2014) bahwa semakin tinggi stres akademik pada mahasiswa pondok pesantren,
stres akademik pada mahasiswa pondok pesantren maka semakin tinggi kualitas
tidurnya.
Menurut Robotham (2008), stres akademik dari segi afektif atau emosional
yaitu kondisi stres disebabkan oleh adanya kesulitan memusatkan perhatian dalam
proses belajar dan memiliki pikiran negatif terhadap diri sendiri dari lingkungan
gangguan pada frekuensi tidur sehingga dapat mengakibatkan tidak merasa segar
saat terbangun. Hal ini dikarenakan pada saat kondisi cemas akan meningkatkan
norepinefrin darah melalui system saraf simpatis, zat ini akan mengurangi tahap
IV NREM dan REM. Hal ini juga sependapat dengan teori Potter dan Perry
(2006), yang menyatakan bahwa kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi
dapat mengganggu tidur. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kaplan dan
Sadock (1997), menjelaskan bahwa orang yang mampu menjaga kesehatan fisik
dan kesehatan mental seperti kecemasan maka akan memiliki kualitas tidur yang
35
baik, karena kualitas tidur yang baik dan teratur menyebabkan aktifitas tubuh dan
kesehariannya.
Menurut Robotham (2008), stres akademik dari segi fisiologis yaitu respon
fisiologis akibat stres yang biasanya terjadi yang meliputi merasa sakit pada tubuh
dan kesegaran tubuh menurun dapat mempengaruhi kualitas tidur seperti tidur
tidak nyenyak dan mengalami mimpi buruk. Berdasarkan studi pendahuluan yang
mengalami sering sakit kepala, mengeluh stres akibat jadwal perkuliahan yang
dianggap terlalu padat, praktek lapangan yang disertai penugasan yang banyak
serta deadline tugas yang dirasakan sangat singkat, sehingga dapat menyebabkan
sering bermimpi buruk dan yang paling banyak dirasakan adalah tidak nyenyak
selama tidur, bahkan sulit untuk tertidur. Sebaliknya, penelitian yang dilakukan
waktu dengan baik sehingga semua beban tugas tidak terbengkalai dan dapat
dikerjakan dengan baik maka akan mendapatkan kualitas tidur yang baik. Karena
yang dimaksud dengan kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk dapat
tetap tidur, tidak hanya mencapai jumlah atau lamanya tidur. Kualitas tidur
Menurut Robotham (2008), stres akademik dari segi kognitif yaitu kondisi
belajar dan memiliki pikiran negatif terhadap diri sendiri dari lingkungan
mempengaruhi kualitas tidur yang buruk seperti waktu tidur terlambat dan tidur
lebih pendek. Lebih lanjut, sebuah studi terhadap 100 mahasiswa Universitas
tidur seperti pikiran yang tidak diinginkan, merugikan dan menyedihkan yang
berulang-ulang seperti merasa bahwa hidup ini sia-sia, maka akan menyebabkan
tidur lebih pendek dan terlambat tidur. Sebaliknya, menurut penelitian yang
mengendalikan pikiran negatif pasti akan mendapatkan waktu tidur yang cukup.
bahwa berpikir positif tak hanya memiliki dampak baik untuk mood dan keadaan
menenangkan diri sesekali. Istirahat bisa saja berarti memelankan langkah ketika
berjalan, merenung sejenak tentang apa yang sudah dilakukan, serta menyegarkan
Menurut Robotham (2008), stres akademik dari segi perilaku yaitu mulai
berdampak negatif pada kualitas tidur dan mengakibatkan rasa kantuk di siang
37
kognitif yang berkurang sebagai akibat dari kurang tidur. Sehingga dari beberapa
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukam dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif
antara stres akademik dengan kualitas tidur pada mahasiswa pondok pesantren. ini
berarti, semakin rendah stres akademik pada mahasiswa pondok pesantren maka
akademik pada mahasiswa pondok pesantren maka semakin rendah kualitas tidur
mahasiswa.