Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Tidur

Tidur adalah suatu keadaan tak sadar yang masih dapat dibangunkan dengan

pemberiaan rangsangan sensorik ataupun rangsangan lain (Guyton & Hall, 2014).

Tidur merupakan proses fisiologi yang bersiklus bergantian dengan periode yang

lebih lama dari keterjagaan (Potter & Perry, 2005). Menurut Chopra (2003), tidur

merupakan dua keadaan dimana tubuh beristirahat secara tenang dan aktivitas

metabolism juga menurun namun pada saat itu juga otak sedang bekerja keras

selama periode bermimpi dibandingkan dengan ketika beraktivitas disiang hari.

Pada manusia jumlah jam untuk tidur berbeda-beda, tergantung oleh factor

tertentu dan juga usia. Pada neonatus usia 0 sampai 1 bulan memerlukan waktu

untuk tidur sekitar 15 sampai 18 jam waktu tidur mereka ini tidak dipengaruhi oleh

siklus pagi dan malam yang disebabkan oleh ketiadaan “circadian ryhtm” waktu

tersebut berkurang hingga 13 sampai 14 jam setelah satu tahun, Remaja

memerlukan waktu tidur lebih lama daripada orang dewasa, yang dimungkinkan

perubahan fisiologi yang sedang terjadi (Robotham.2011:Benaroch.2012).

Bayi dengan usia 1 sampai 18 bulan memerlukan waktu 12 sampai 14 jam

setiap hari, termasuk tidur siang, dimana tidur yang cukup dapat membuat tubuh

dan otak bayi berkembang baik dan normal. Pada anak usia 3 sampai 6 tahun

dimana pada usia ini anak sudah memasuki masa sekolah, mereka membutuhkan

waktu tidur 11 sampai 13 jam. Pada anak usia 6 sampai 12 tahun membutuhkan
waktu tidur 10 jam. Pada saat menjelang remaja pada usia 17 sampai 18 tahun ,

kebutuhan tidur sehat yaitu 8 sampai 9 jam. Orang dewasa, usia 18 sampai 40

tahun memerlukan waktu tidur 7 sampai 8 jam setiap hari. pada usia lansia , usia

60 tahun keatas kebutuhan tidur cukup 6 jam perhari.

2.1.2. Kualitas Tidur

A. Pengertian

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang

tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, lesu dan apatis, kehitaman

disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, sakit

kepala dan sering menguap atau mengantuk .

kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-

tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. (Hidayat,

2006).

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

1. Faktor Fisiologi

Tidur adalah proses fisiologi yang bersikus dan bergantian dengan

periode yang lebih lama dari keterjagaan . Siklus tidur dan terjaga

mempengaruhi dan mengatur fisiologi dan respin perilaku.

2. Faktor Psikologi

Seseorang yang memiliki masalah pribadi atau berada dalam situasi

dapat menganggu tidur. Emosional dapat menyebabkan seseorang menjadi

stress dan seringkali mengarah ke arah frustasi apabila tidak tidur. Stres juga
menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk dapat tidur, sehingga

menyebabkan seseorang tersebut akan terbangun selama siklus tidur, atau

terlalu banyak tidur. Stress yang sering terjadi akan menyebabkan kebiasaan

tidur yang buruk. Faktor psikologi juga memegang peranan utama terhadap

kecendrungan insomnia. hal ini disebabkan karena ketegangan pikiran

seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi system saraf

pusat sehingga kondisi fisik senantiasa siaga (Hirawan, 2007).

3. Faktor Lingkungan

Setiap orang memerlukan lingkungan tidur yang nyaman dan ventilasi

yang baik. faktor gaya hidup dan rutinitas harian seseorang dapat

mempengaruhi kualitas tidur. seseorang yang bekerja sering kali mempunyai

kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Selain itu banyak faktor

yang mempengaruhi terbentuknya pola tidur seperti kebiasaan makan,

program diet, kebiasaan sehari-hari juga kebiasaan tidur itu sendiri

(Hirawan, 2007).

2.1.3. Konsentrasi

A. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konsentrasi adalah

pemusatan perhatian atau pikiran dengan suatu hal.

Djamarah (2008) mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah pemusatan jiwa

terhadap suatu objek seperti konsentrasi pikiran, perhatian dan sebagainya.

Dalam belajar dibutuhkan konsentrasi dalam bentuk perhatian yang terpusat

pada suatu pelajar. Maka dari itu konsentrasi merupakan salah satu aspek yang
mendukung siswa untuk mencapai prestasi yang baik dan apabila konsentrasi ini

kurang maka dalam mengikuti pelajaran di kelas maupun secara pribadi akan

terganggu.

Pengertian konsentrasi secara umum adalah suatu proses pemusatan pikiran

kepada suatu objek tertentu. Artinya tindakan atau pekerjaan yang kita lakukan

secara sungguh-sungguh dengan memusatkan seluruh panca indra kira baik itu

penciuman, pendengaran, penglihatan, dan fikiran kita. Bahkan yang sifatnya

abstrak sekalipun yaitu perasaan. Ketika memahami kata perkata tentu harus

paham betul arti kata yang dimaksud, pendengaran kita harus mampu menyerap

apa yang disampaikan guru/ dosen. Sehingga maksud dan tujuan dari apa yang

disampaikan dapat sampai. Ketika kita memahami dengan pendengan dan

mampu mengerti apa yang dimaksud, bersungguh-sungguh mendengarkan serta

memperhatikannya dengan sungguh-sungguh maka itu lah yang dimaksud

dengan Konsentrasi.

B. Aspek-Aspek Konsentrasi

Nugroho (2007) mengungkapkan aspek-aspek konsentrasi sebagai berikut

1. Pemusatan pikiran

Adalah suatu keadaan yang membutuhkan kenangan , nyaman, perhatian

seseorang dalam memahami permasalahan yang dihadapi.

2. Perasaan Tertekan

Adalah perasaan seseorang yang buka dari individu melainkan dorongan

atau tuntutan dari orang lainmaupun lingkungan.

3. Gangguan pikiran
Adalah hambatan seorang yang berasal dari dalam individu maupun orang

sekitar. Misalnya masalah ekonomi, keluarga, masalah pribadi individu.

4. Gangguan kepanikan

Adalah hambatan untuk konsentrasi dalam bentuk rasa was-was menunggu

hasil yang akan dilakukan maupun yang sudah dilakukan oleh orang

tersebut.

2.1.4. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

A. Definisi

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) merupakan pengukuran yang

mengacu pada tidur sebulan terakhir yang terdiri dari 19 item dengan 7

komponen yaitu kualitas tidur, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur,

gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi siang hari (Buysse,

Charles, Timothy, Susan dan David, 1989; Kita, 2013). Kuesioner ini

merupakan kuesioner yang paling banyak digunakan karena penilaian umum

kualitas tidur adalah secara keseluruhan dan PSQI tidak dirancang untuk

menilai kualitas tidur pada malam tertentu saja (Buysse, Charles, Timothy,

Susan dan David, 1989). Pengukuran ini meliputi tujuh bidang yaitu Subjek

kualitas tidur, kedalam tidur, lama tidur, efisiensi biasa tidur, gangguan tidur,

penggunaan obat tidur, gangguan fungsi pada siang hari selama sebulan.

B. Komponen Pengukuran

Kualitas Tidur dapat diukur dengan menggunakan PSQI yang terdiri dari

tujuh komponen, yaitu :


1. Kualitas Tidur

Evaluasi kualitas tidur secara subjektif merupakan evaluasi singkat terhadap

tidur seseorang tentang apakah tidurnya sangat baik atau sangat buruk

2. Latensi Tidur

Latensi tidur adalah durasi mulai dari berangkatnya tidur hingga tertidur.

Seseorang dengan kualitas tidur baik menghasilkan waktu kurang dari 15

menit untuk dapat memasuki tahap tidur selanjutnya secara lengkap.

Sebaliknya, lebih dari 20 menit menandakan level insomnia yaitu seseorang

yang mengalami kesulitan dalam memasuki tahap tidur selanjutnya.

3. Durasi Tidur

Durasi tidur dihitung dari waktu seseorang tidur sampai terbangun dari pagi

hari tanpa menyebutkan terbnagun pada tengah malam. Orang dewasa yang

dapat tidur selama lebih dari 7 jam setiap malam dapat dikatakan memiliki

kualitas tidur yang baik.

4. Efisiensi Kebiasaan Tidur

Efisiensi kebiasaan tidur adalah rasio persentasi antara jumlah total jam

tidur dibagi dengan jumlah jam yang dihabiskan ditempat tidur. Seseorang

dikatakan mempunyai kualitas tidur yang baik apabila efisiensi kebiasaan

tidurnya lebih dari 85%.

5. Gangguan Tidur

Gangguan tidur merupakan kondisi terputusnya tidur yang mana pola tidur-

bangun seseorang berawal dari pola kebiasaannya, hal ini menyebabkan

penurunan baik kualitas maupun kuantitas tidur seseorang.


6. Penggunaan Obat

Penggunaan obat-obatan yang mengandung sedative mengindikasikan

adanya masalah tidur. Obat-obatan mempunyai efek terhadap terganggunya

tidur pada tahap REM. Oleh karena itu, setelah mengomsumsi obat yang

mengandung sedaktif, seseorang akan diharapkan pada kesulitan untuk tidur

yang disertaidengan frekuensi terbangun ditengah malam dan kesulitan

untuk kembali tertidur, semuanya akan berdampak langsung terhadap

kualitas tidurnya.

7. Disfungsi Ditengah Malam

Seseorang dengan kualitas tidur yang buruk menunjukkan keadaan

mengantuk ketika beraktibitas di siang hari, kurang antusias atau perhatian

2.1.5. Hubungan antara Tidur dan Konsentrasi

Kualitas tidur dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah neurotransmitter

dan hormon. Neurotransmitter dalam kondisi normal dalam membuat kondisi tidur

yang baik dan bekerja lebih baik pula di dalam tubuh sesuai dengan fungsinya.

Namun, gangguan tisur dapat mengacaukan neurotransmitter yang kemudia dapat

menggangu fungsi tubuh lainnya, salah satunya adalah fungsi kognitif. contohnya

norepinefrin, pada siklus tidur normal, norepinefrin berkurang untuk mencipkan

kondisi tidur atau istirahat. hal ini baik bagi tubuh karena norepinefrin yang

berlebihan dapat membuat kondisi seperti tremor dan perasaan cemas. Melatonin

dan serotonin juga berperan dalam kondisi tidur, kadar kedua neurotransmitter ini

akan meningkat untuk menciptakan kondisi mengantuk dan akan menurun seiring

kondisi tidur mulai tercapai dan menjadi sangat rendah saat terbangun. Pada kondisi
gangguan tidur melatonin dan serotonin terus meningkat untuk membuat tubuh

beristirahat, tingginya kadar melatonin dan serotonin akan menimbulkan kecemasan

dan gangguan fungsi kognitif (Hal et al.2000).

Kualitas tidur yang buruk juga memiliki efek negatif baik terhadap kesehatan

fisik maupun psikologi seseorang. Gangguan kualitas tidur memiliki kaitan yang

besar dengan depresi dan kesemasan (Augner, 2011). Gangguan kualitas tidur juga

berimplikasi pada kemampuan akademik dari individu tersebut, menurut beberapa

penilitian gangguan kualitas tidur hampir dapat dipastikan mempengaruhi performa

akademik terutama pada wanita (Abdulghani et al.2012).

2.1.6. Kerangka Teori

Gangguan Kualitas Tidur

Anda mungkin juga menyukai