Judul:
Disusun Oleh:
Kelompok 5 :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Pasien dengan Resiko Bunuh Diri” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Keperawatan Jiwa. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Resiko
Bunuh Diri bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Dhia Diana Fitriani, M. Kep,
selaku dosen Keperawatan jiwa yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Pamulang, 25 November
2022
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar..............................................................................................................ii
Daftar Pustaka .............................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang...................................................................................................1
B. Tujuan ...............................................................................................................1
C. Rumusan Masalah .............................................................................................1
BAB II Tinjauan Teori
A. Terapi Somatik
1. Pengertian Terapi Somatik ...............................................................2
2. Tujuan Terapi Somatik .........................................................3
3. Jenis-jenis Terapi Somatik...................................................................3
B. Terapi Psikofarmaka
1. Pengertian Terapi Psikofarmaka .......................................................................9
2. Konsep Terapi Psikofarmaka...........................................................................15
3. Jenis-jenis Terapi Psikofarmaka .................................................................15
4. Peran Perawat Dalam Pemberian obat.....................................................16
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia dapat merupakan penyakit yang ditentukan secara genetik, tetapi juga
terdapat bukti yang menunjukkan kejadian intra uteri dan komplikasi obstetrik.
Obat neuroleptik banyak mengendalikan banyak gejala skizofrenia. Obat tersebut
mempunyai sebagian besar efek pada gejala positif seperti halusinasi dan waham.
Gejala negatif seperti menarik diri dari lingkungan sosial dan apatis emosional
kurang dipengaruhi oleh obat neuroleptik. (Profitasari, 2010)
B. Tujuan Penulisan
Agar mampu memahami materi keperawatan jiwa terkait “terpai Somatik dan
Terapi Psikofarmaka”.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Terapi Somatik?
2. Apa saja jenis-jenis Terapi Somatik?
3. Apa yang dimaksud dengan Psikofarmaka?
4. Bagaimana prinsip dasar pelaksanaan Terapi Somatik
5. Bagaimana peran perawat?
1
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Terapi Somatik
1. Pengertian Terapi Somatik
2. Tujuan
2
walaupun pasien belum tentu dalam keadaan siap mendengar.
Perhatikan ikatan agar tidak melukai pasien dan harus dibuka secara
periodik agar tidak terjadi kontraktur dan dapat digerakan.
3) Peran perawat:
a) Hargai Hak azazi klien, dengan cara:
- Identifikasi kejadian pencetus, harus memenuihi kriteria
terapi
- Observasi yang mengalami agitasi
- Buat rencana tindakan sesuai standar dan dokumentasi
3
b) Lindungi klien dari cidera fisik
- Staf harus cukup, minimal 4 orang.
- Gunakan pendekatan yang tepat.
f) Melepaskan ikatan.
- Pastikan klien sudah dapat mengenalikan perilaku
- Pastikan jumlah perawat cukup
- Lepaskan dari anggota badan yang paling tidak
dominan.
- Anjurkan klien mobilisasi aktif di tempat tidur.
- Anjurkan klien bergerak bertahap.
- Observasi perilaku klien
- Dokumentasi.
4
b. Isolasi
Pasien dikurung dalam satu ruangan tersendiri dengan alasan yang
sama dengan pengikatan. Pastikan ruangan aman dan tidak
memungkinkan pasien menyakiti dirinya sendiri. Isolasi
adalah menempatkan pasien dalam suatu ruang di mana dia tidak
dapat keluar dari ruangan tersebut sesuai kehendaknya. Tingkatan
pengisolasian dapat berkisar dari penempatan dalam ruangan yang
tertutup, tapi tidak terkunci sampai pada penempatan dalam ruangan
terkunci dengan kasur tanpa seprei di lantai, kesempatan
berkomunikasi yang dibatasi, dan pasien memakai pakaian rumah
sakit atau kain terpal yang berat. Penggunaan kain terpal kurang
dapat diterima dan hanya digunakan untuk melindungi pasien atau
orang lain.
1) Indikasi penggunaan:
a) Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan
pasien atau orang lain dan tidak dapat dikendalikan oleh
orang lain dengan intervensi pengekangan yang longgar,
seperti kontak interpersonal atau pengobatan
b) Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika diminta oleh
pasien.
2) Kontraindikasi adalah:
a) Kebutuhan untuk pengamatan masalah medik
b) Risiko tinggi untuk bunuh diri
c) Potensial tidak dapat mentoleransi deprivasi sensori
d) Hukuman.
6
c) Dampak pada kardiovaskuler adalah akut miokard, aritmia,
henti jantung, gagal jantung atau hipertensi.
Walaupun sebagai terapi ECT cukup aman, akan tetapi ada beberapa
kondisi merupakan kontra indikasi diberikan terapi ECT.
Kondisi kondisi klien yang kontra indikasi tersebut adalah:
a) Tumor intra kranial, karena ECT dapat meningkatkan tekanan
intra kranial.
b) Kehamilan, karena dapat mengakibatkan keguguran.
7
dan keluarganya.
b) Mengkaji kondisi fisik pasien
c) Menyiapkan pasien
d) Mengamati respon pasien setelah ECT
e) Pastikan pasien atau keluarganya sudah memberikan inform
consent.
d. Fototerapi
Foto terapi atau terapi sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini
diberikan dengan memaparkan klien pada sinar terang 5-20x lebih
terang dari pada sinar ruangan. Klien biasanya duduk, mata terbuka,
1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi mata.
8
2) Mekanisme Kerja :
3) Efek Samping :
1) Indikasi :
2) Mekanisme Kerja:
3) Efek Samping :
B. Terapi Psikofarmaka
1. Pengertian
9
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara
selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama
terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan
psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup klien (Andri,
2009).
2. Konsep Psikofarmakologi
a. Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari manajemen
psikoterapi
b. Perawat perlu memahami konsep umum psikofarmaka
c. Yang termasuk neurotransmitter: dopamin, neuroepinefrin, serotonin
dan GABA (Gamma Amino Buteric Acid) dan lain-lain
d. Meningkat dan menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan
menimbulkan kekacauan atau gangguan mental
e. Obat-obat psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan
neurotransmitter
3. Klasifikasi
c) Akathisia
Ditandai oleh perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan,
seperti adanya perasaan cemas, tidak mampu santai, gugup,
langkah bolak-balik dan gerakan mengguncang pada saat
duduk.
d) Tardive dyskinesia
Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah
11
pengobatan jangka panjang bersifat irreversible (susah
hilang/menetap), berupa gerakan involunter yang berulang
pada lidah, wajah,mulut/rahang, anggota gerak seperti jari
dan ibu jari, dan gerakan tersebut hilang pada waktu tidur.
Efek samping pada sistem saraf perifer atau anti cholinergic side
efect . Terjadi karena penghambatan pada reseptor
asetilkolin. Yang termasuk efek samping anti kolinergik
adalah:
- Mulut kering
- Konstipasi
- Pandangan kabur: akibat midriasis pupil dan
sikloplegia (pariese otot-otot siliaris) menyebabkan
presbyopia
- Hipotensi orthostatik, akibat penghambatan reseptor
adrenergic
- Kongesti/sumbatan nasal
b. Anti Parkinson
c. Anti Depresan
12
1) Hipotesis: syndroma depresi disebabkan oleh defisiensi salah
satu/beberapa aminergic neurotransmitter (seperti:
noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP,
khususnya pada sistem limbik.
3) Efek farmakologi:
a) Mengurangi gejala depresi
b) Penenang
4) Indikasi: syndroma depresi
5) Jenis obat yang sering digunakan: trisiklik (generik), MAO
inhibitor, amitriptyline (nama dagang).
6) Efek samping: yaitu efek samping kolonergik (efek samping
terhadap sistem saraf perifer) yang meliputi mulut kering,
penglihatan kabur, konstipasi, hipotensi orthostatik.
3) Efek farmakologi:
a) Mengurangi agresivitas
14
h. Obat Anti Panik
1) Diagnosa Medis
2) Riwayat Penyakit
1) Persiapan
a) Melihat order pemberian obat di lembaran obat ( di status )
b) Kaji setiap obat yang akan diberikan termasuk tujuan, cara
kerja obat, dosis efek samping dan cara pemberian.
c) Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
d) Kaji kondisi klien sebelum pengobatan:
- Lakukan minimal prinsip lima benar
- Laksanakan program pemberian obat
15
- . Gunakan pendekatan tertentu
- Pastikan bahwa obat telah terminum
- Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian
obat , sebagai aspek LEGAL !!
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
18