Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ekonomi perbaikan lingkungan hidup dan majunya

pengetahuan dan teknologi ilmu kedokteran, promosi kesehatan pencegahan

penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan meningkatnya umur

harapan hidup manusia (Life Expectency). Akibatnya jumlah orang lansia akan

bertumbuh dan ada kecenderungan akan meningkat dengan cepat. (Lilik

Ma’rifatul,2011:65).

Manusia lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang secara

tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan

akhirnya menjadi tua. Hal ini normal dengan perubahan fisik dan tingkah laku

yang dapat di ramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka

mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan

suatu proses alami masa ini seseorang mengalami kemunduran yang di

tentukan oleh tuhan yang maha esa. Semua orang akan mengalami proses

menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup ,manusia yang terakhir.di

masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,mental dan sosial secara

bertahap. (Lilik Ma’rifatul Azizah, 2011:1)

Mengutip data WHO, pada abad 21 jumlah penduduk dunia yang

berlanjut usia semakin melonjak. Diwilayah Asia Pasifik, jumlah kaum lanjut

usia akan bertambah pesat dari 410 juta tahun 2007 menjadi 733 juta pada

1
2

2025, dan diperkirakan menjadi1,3 miliar pada tahun 2050. (Ariati Murwani

dkk, 2011: 2).

Di Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut

usia+1.000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari

penduduk berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada lanjut usia

berganti menjadi “ledakan penduduk lanjut usia” (lansia) (Siti Bandiyah, dua

ribu sembilan 2009: 3).

Di Indonesia pertambahan jumlah penduduk lansia dalam kurun waktu

tahun 1990-2002 tergolong tercepat didunia.Pada tahun 2002, jumlah di

Indonesia 16 juta jiwa. Jumlah penduduk lansia pada tahun 2010 sebesar

kurang lebih 19 juta, usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2015

diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%), dan pada tahun 2020 diperkirakan

sebesar 28,8 juta,(11,34%) dengan usia harapan hidup71,1 tahun.

Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa

antara tahun 2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak Balita,

yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk.

Adapun di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65 tahun manusia

akan menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah

penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas

menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka

kehilangan semangat (Ariati Murwani dkk, 2011: 10).

Salah satu masalah yang ditimbulkan akibat proses penuaan yaitu

masalah gangguan pemenuhan tidur. Feinberg dkk, dari penelitiannya


3

mendapatkan bahwa gangguan pola tidur pada usia lanjut adalah pada waktu

total tidurnya berkurang, latensi tidur yang memanjang tetapi lebih sering

terbangun (Anangadipa M,2012:45).

Keluhan tentang kesulitan istirahat tidur waktu malam sering kali

terjadi pada lansia.peningkatan waktu siang hari yang dipakai untuk tidur

dapat terjadi karena seringnya terbangun pada malam hari. Dibandingkan

dengan jumlah waktu yang dihabiskan di tempat tidur, waktu yang dipakai

tidur menurun sejam atau lebih.Perubahan pola tidur pada lansia disebabkan

perubahan SSP yang mempengaruhi pengaturan tidur (Potter & Perry, dua

ribu enam 2006:1470).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penunjang tidur nyenyak

adalah rasa santai dan rileks di seluruh tubuh.Kecepatan metabolisme tubuh

dan ketegangan pikiran juga harus dikendurkan sebelum tidur. Salah satu cara

yang dipercaya ampuh membantu tidur nyenyak adalah meminum susu hangat

sebelum tidur. (Astawan Made, 12-02-2005, Medicastore.com tidur jadi lebih

berkualitas. diakses tanggal 2 januari 2014). http://jiwajiwi. blogspot.

com/2008/05/minum-susu-tidur-jadi-lebih-berkualitas.html

Meminum segelas susu hangat sebelum tidur akan membuat lebih

cepat mengantuk. Ada beberapa hal yang menyebabkan susu hangat berguna

untuk membantu tidur nyenyak. Pertama susu kaya dengan kalsium. Selain

berkhasiat memperkuat tulang dan gigi, kalsium juga menebarkan efek

penenang (calming effect). Kedua, Susu hangat dapat memperlambat

metabolisme tubuh dan memunculkan perasaan kantuk, Mekanisme menuju

pada kenyamanan dalam tidur merupakan hasil interaksi molekul-molekul


4

dalam susu dan merupakan reaksi yang terjadi dalam tubuh akibat asupan susu

tersebut. susu juga mengandung asam amino tryptophan yang bila masuk

ketubuh berubah menjadi serotonin. Salah satu manfaat serotonin adalah

merileks tubuh sekaligus juga dapat menimbulkan kantuk (Nurmiati Amir, dua

ribu sebelas 2011: 254).

Berdasarkan pernyataan diatas gangguan pemenuhan tidur sering

sekali di keluhkan dan di temukan pada lanjut usia dipanti Sosial Tresna

Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa merupakan salah satu tempat proses

pelayanan lanjut usia yang hanya melayani 100 orang lanjut usia yang terdiri

dari 39 laki-laki dan,61 perempuan dari berbagai suku dan bahasa yang

berbeda-beda yang di tempatkan dalam 12 asrama dan tiap - tiap asrama di

huni oleh 8-9 orang lansia dari 100 orang lansia yang tinggal dipanti Sosial

Tresna Wedha Gau Mabaji Kabupaten Gowa yang mengalami gangguan

pemenuhan tidur pada tahun 2012 sebanyak 26 orang dan pada tahun 2013 -

bulan februari tahun 2014 meningkat menjadi 30 orang.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk

meneliti“Pengaruh Pemberian Susu Hangat Terhadap Lansia Pada

Gangguan Pemenuhan Tidur Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji

Kabupaten Gowa”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas maka dapat dirumuskan :

1. Apakah ada pengaruh kualitas air pemberian susu hangat pada lansia

terhadap gangguan pemenuhan tidur di Panti Sosial Tresna Werdha Gau

Mabaji Kabuaten Gowa?


5

2. Apakah ada pengaruh sterilisasi pemberian susu hangat pada lansia

terhadap gangguan pemenuhan tidur di Panti Sosial Tresna Werdha Gau

Mabaji Kabuaten Gowa?

3. Apakah ada pengaruh kebersihan pemberian susu hangat pada lansia

terhadap gangguan pemenuhan tidur di Panti Sosial Tresna Werdha Gau

Mabaji Kabuaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui pengaruh pemberian susu hangat pada lansia terhadap gangguan

pemenuhan tidur di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten

Gowa.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui pengaruh kualitas air pemberian susu hangat pada lansia

terhadap gangguan pemenuhan tidur di Panti Sosial Tresna Werdha

Gau Mabaji Kabuaten Gowa.

b. Diketahui pengaruh sterilisasi pemberian susu hangat pada lansia

terhadap gangguan pemenuhan tidur di Panti Sosial Tresna Werdha

Gau Mabaji Kabuaten Gowa.

c. Diketahui pengaruh kebersihan pemberian susu hangat pada lansia

terhadap gangguan pemenuhan tidur di Panti Sosial Tresna Werdha

Gau Mabaji Kabuaten Gowa.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai bahan pengetahuan untuk mendapatkan pengalaman dan

meningkatkan kemampuan dalam menganalisa pengaruh pemberian

susuhangat terhadap gangguan pemenuhan tidur pada lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

2. Bagi Instansi

Bagi instansi Sebagai salah satu bahan masukan atau sumber informasi

tambahan bagi Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa

dalam rangka peningkatan mutu pelayanan yang optimal pada lansia yang

mengalami gangguan pemenuhan tidur.

3. ManfaatBagi Profesi Keperawatan

Untuk menambah ilmu pengetahuan bagi perawat agar mampu

meningkatkan pelayanan dan memberikan perawatan yang tepat bagi

lansia sehinggadapat meminimalkan angka kematian pada lansia.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi pada institusi agar dijadikan dokumentasi ilmiah

untuk peneliti selanjutnya.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan bacaan diperpustakaan atau sumber data bagi peneliti lain

yang memerlukan masukan berupa data atau pengembangan penelitian

dengan judul yang sama demi kesempurnaan penelitian ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Tidur

Suatu teori fungsi tidur adalah berhubungan dengan penyembuhan

(Evans dan French, 1995). Memperoleh kualitas tidur terbaik adalah penting

untuk peningkatan kesehatan yang baik dan pemulihan individu yang sakit

(Potter dan Perry, 2006 : 1470).

1. Defenisi Tidur

Tidur oleh Johnson dianggap sebagai salah satu kebutuhan

fisiologis manusia. Tidur terjadi secara alami, dengan fungsi fisiologis dan

psikologis yang melekat merupakan suatu proses perbaikan tubuh. Secara

fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk

mempertahankan kesehatan tubuh, dapat terjadi efek-efek seperti pelupa,

konfusi, dan disorientasi, terutama jika deprivasi tidur terjadi untuk waktu

yang lama (Anangadipa M, 2012:245).

Gangguan tidur bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu

gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan

emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan. Sulit tidur sering

terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut dan seringkali timbul

bersamaan dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan,

depresi atau ketakutan.

Pada kelompok usia lanjut (40 tahun) hanya di jumpai 7% kasus

yang mengeluh mengenai masalah tidur (hanya saat tidur tidak lebih dari 5

7
8

jam sehari). Hal yang sama dijumpai pada 22% pada kelompok usia tujuh

puluh lima tahun. Demikian pula kelompok lanjut usia lebih banyak

mengeluh terbangun lebih awal dari pukul 05.00 pagi. Selain itu, terdapat

30% kelompok usia tujuh puluh tahun yang banyak terbangun diwaktu

malam hari (Siti Bandiyah, 2009;45).

Semakin bertambah usia, efisien tidur semakin berkurang. Efisien

tidur diartikan sebagai jumlah waktu tidur berbanding dengan waktu

berbaring di tempat tidur.Kebutuhan tidur pun semakin menurun karena

dorongan homeostatistik untuk tidur pun berkurang. Hal ini dialami oleh

para lanjut usia. Pada usia lanjut, wanita lebih banyak mengalami

insomnia, dibandingkan pria lebih banyak menderita sleep apnea atau

kondisi medis lain yang dapat mengganggu tidur (Andereas Prasadja, dua

ribu sembilan 2009:32)

2. Siklus Tidur

Secara normal, pada orang dewasa pola tidur rutin dimulai dengan

periode sebelum tidur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30

menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur akan

berlangsung satu jam atau lebih.

Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus

tidur penuh, tiap siklus terdiri 4 tahap dari tidur NREM dan 1 periode dari

tidur REM. Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap

4 NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke-3, lalu ke-2, diakhiri dengan

periode dari tidur REM (Potter dan Perry, 2006:1472).


9

a. Tahapan Siklus Tidur

1) Tahap 1 (NREM)

Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur, tahap berakhir

beberapa menit.Pengurangan aktivitas fisiologi dimulai dengan

penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme,

sesorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti

suara.

2) Tahap 2

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.

Tahap ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu

tubuh menurun, tonus otot perlahan-lahan berkurang, serta

kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas.Tahap ini

berlangsung 10-15 menit.

3) Tahap 3 NREM

Tahap awal dari tidur yang dalam, Orang yang tidur sulit

dibangunkan dan jarang bergerak, Otot-otot dalam keadaan santai

penuh, Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur, Tahap

berakhir 15 hingga 30 menit.

4) Tahap 4 NREM

Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam, sangat sulit untuk

membangunkan orang yang tidur, tanda-tanda vital menurun secara

bermakna dibanding selama jam terjaga, tidur sambil berjalan dan

enuresis dapat terjadi (Potter dan Perry, 2006:1473).


10

5) Tidur REM

Gerakan bola mata yang cepat dan sinkron, kedutan otot-otot muka

dan ekstremitas, Variasi denyut nadi, tekanan darah dan frekuensi

pernafasan, Otot-otot tampak seperti lumpuh, mimpi dapat terjadi

pada beberapa fase tetapi yang lazim pada tidur REM. Aktivitas

otak cukup meningkat (Yuflihul Khair,2011:56).

6) NREM dan REM pada lansia

Pola pergantian tahap NREM dan REM akan berubah sejalan

dengan peningkatan usia. Tahap tidur REM pada lansia dikurangi

oleh banyaknya frekuensi bangun dimalam hari sehingga jumlah

total REM berkurang.Jumlah tahap tidur I pada tidur NREM

meningkat.Tahap 3 dan 4 kurang dalam. Hal ini menandakan

jumlah gelombang lambat/tidur lelap pada lansia berkurang

(Yuflihul Khair,2011:57).

3. Perubahan tidur pada lansia

Pola tidur-bangun berubah sesuai dengan bertambahnya umur.

Pada masa neonatus sekitar 50% waktu tidur total adalah tidur REM.

Lama tidur sekitar 18 jam. Pada usia satu tahun lama tidur sekitar 13 jam

dan 30 % adalah tidur REM. Waktu tidur menurun dengan tajam setelah

itu. Dewasa muda membutuhkan waktu tidur 7-8 jam dengan NREM 75%

dan REM 25% , dewasa tua sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM

(Rapid Eye Movement), tidur tahap IV nyata berkurang kadang-kadang


11

tidak ada. Mungkin mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu

tidur malam hari (Asmadi, 2010:23).

Lansia menghabiskan waktunya lebih banyak di tempat tidur,

mudah jatuh tidur, tetapi juga mudah terbangun.Peningkatan frekuensi dan

durasi mengantuk di siang hari menunjukkan tidak adekuatnya tidur di

malam hari.Lansia mesti didorong untuk mengatur dan mengurangi

waktunya di tempat tidur. Selain itu, lansia mesti didorong untuk lebih

aktif di siang hari (fisik dan sosial) (Nurmiati Amir,2012:56)

4. Pengatur tidur

Siklus sirkadian tidur-bangun dapat mempengaruhi fungsi

neuroendokrin misalnya sekresi kortisol, melatonin, dan hormon

pertumbuhan.Pada dewasa normal, temperatur tubuh juga mengikuti ritme

sirkadian; puncaknya pada sore hari dan paling rendah pada malam hari.

Umur pola tidur premorbid dan status kesehatan secara umum

mempengaruhi tidur. Apabila dibandingkan dengan tidur subyek dengan

usia muda, tidur lansia kurang dalam, lebih sering terbangun, tidur delta

berkurang, dan tidurnya tidak efektif. Mengantuk di siang hari sering

terjadi pada lansia. Keadaan ini dapat mempengaruhi jadwal tidur-

bangunnya di malam hari. Walaupun demikian, beberapa individu

memang mempunyai durasi tidur lebih pendek atau kebutuhan tidurnya

lebih sedikit. Individu ini tidak mempunyai keluhan susah masuk tidur dan

tidak ada tanda-tanda khas insomnia seperti sering terbangun, letih, susah

konsentrasi, dan iritabilitas. (Nurmiati Amir, 2012:120).


12

5. Gangguan Tidur pada Lansia

Lansia dengan depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit paru,

diabetes, artritis, atau hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas

tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang bila dibandingkan dengan

lansia yang sehat. Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab

morbiditas yang signifikan. Ada beberapa dampak serius gangguan tidur

pada lansia misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi

dan memori, mood depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang

tidak semestinya (Yuhliful Khair,2011:120).

Pola tidur akan berubah dengan bertambahnya usia, khususnya

pada lansia. Normalnya, pola tidur lansia tidak jauh berbeda dengan pola

tidur dewasa muda. Gangguan tidur bisa dialami dengan berbagai cara :

a. sulit untuk tidur

b. tidak ada masalah untuk tidur namun mengalami kesulitan untuk tetap

tidur (sering bangun)

c. bangun terlalu awal

Menurut Charlotte Eliopoulos (2005), lansia yang mengalami

gangguan tidur memperlihatkan kesulitan untuk memulai tidur, waktu

tidur pada malam hari kurang dari 4 jam, mengantuk (naps) sepanjang

hari, peningkatan frekuensi menguap di siang hari, kurangnya energi atau

motivasi untuk beraktivitas, daerah kehitaman di sekitar mata, kelelahan

dan terdapat gangguan perasaan atau kognitif.


13

a. Klasifikasi gangguan tidur

1) Gangguan tidur primer

Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan

disebabkan oleh gangguan mental lain, kondisi medik umum,atau

zat. Gangguan tidur ini dibagi dua yaitu disomnia dan parasomnia.

Disomnia terdiri dari insomnia primer, hipersomnia primer,

narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan,

gangguan ritmik sirkadian tidur, dan disomnia yang tidak dapat

diklasifikasikan.

Parasomnia terdiri dari gangguan mimpi buruk, gangguan

teror tidur, berjalan saat tidur, dan parasomnia yang tidak dapat

diklasifikasikan.

2) Gangguan tidur terkait gangguan mental lain yaitu

terdapatnya keluhan gangguan tidur yang menonjol yang

diakibatkan oleh gangguan mental lain (sering karena gangguan

mood).

3) Gangguan akibat kondisi medik umum yaitu adanya

keluhan gangguan tidur yang menonjol yang diakibatkan oleh

pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum terhadap siklus

tidur-bangun.

4) Gangguan tidur akibat zat yaitu keluhan tidur yang menonjol

akibat sedang menggunakan atau menghentikan penggunaan zat

(termasuk medikasi) (Nurmiati Amir, 2009:39).


14

6. Hormon yang mempengaruhi tidur

a. Serotonin

Serotonin merupakan neurotransmiter yang bertanggung jawab

terhadap transfer impuls-impuls syaraf ke otak. Fungsi serotonin dalam

tubuh adalah sebagai modulator kapasitas kerja otak, termasuk juga

regulasi stabilitas emosi, daya tangkap, dan regulasi selera makan.

(Astawan Made, 12-02-2005, Medicastore.com tidur jadi lebih

berkualitas. diakses tanggal 2 januari 2014). http://jiwajiwi. blogspot.

com/2008/05/minum-susu-tidur-jadi-lebih-berkualitas.html

Serotonin mempunyai efek yang menenangkan. Hormon ini

menyiapkan otak dan tubuh untuk masuk ke tahap tidur dalam dengan

cara mengurangi aktivitas sistem tubuh. Serotonin juga berperan dalam

menginduksi rasa kantuk dan relaksasi serta memiliki efek meredakan

rasa sakit (pain-killing effect).

Serotonin dalam tubuh kemudian diubah menjadi hormon

melatonin.Hormon ini diproduksi secara alami dalam tubuh apabila

matahari sudah mulai tenggelam (mendekati senja).Hormon melatonin

memiliki efek regulasi terhadap relaksasi tubuh dan rasa kantuk.

Produksinya merupakan alarm alami tubuh yang mengingatkan tubuh

untuk beristirahat. (Astawan Made, 12-02-2005, Medicastore.com tidur

jadi lebih berkualitas. diakses tanggal 2 januari 2014). http://jiwajiwi.

blogspot.com/2008/05/minum-susu-tidur-jadi-lebih-berkualitas.html
15

b. Melatonin

Hormon melatonin sangat berperan dalam proses tidur dan

kualitas tidur seseorang. Hormon ini dapat menurunkan kewaspadaan

dan memicu kantuk. Tubuh akan meningkatkan kadar hormon

melatonin dalam darah. Selain itu tubuh juga mengatur agar kadar

hormon melatonin tersebut tetap tinggi sepanjang malam. Melatonin

berfungsi mengontrol sirkadian tidur, sekresinya terutama pada malam

hari. Melatonin digunakan untuk merangsang tidur seseorang dan

bermanfaat membuat tidur lebih nyenyak (Gsianturi,2011:58).

c. Asam amino Tryptophan

Asam amino penyusun alfa-laktalbumin yang terbesar adalah

sistein dan tryptofan. Sistein memiliki peran dalam respons imunitas

tubuh.Tryptofan dan metabolit-metabolitnya merupakan komponen

penting dalam sistem saraf. Tryptofan merupakan asam amino esensial

yang berfungsi sebagai prekursor pembentukan serotonin.

Tryptofanakan dikonversi menjadi serotonin di dalam tubuh. (Astawan

Made, 12-02-2005, Medicastore.com tidur jadi lebih berkualitas.

diakses tanggal 2 januari 2014). http://jiwa jiwi. blogspot.

com/2008/05/minum-susu-tidur-jadi-lebih-berkualitas.html

B. Tinjauan Umum Tentang Lansia

1. Pengertian Lansia

Lanjut usia adalah suatu proses alami yang di tentukan oleh tuhan

yang maha esa semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa
16

tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir di masa ini seseorang

akan mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap,

(Lilik Ma’rifatul Azizah:2011:1).

Menurut undang-undang RI nomor 13 tahun 1998, Depkes (2001)

yang dimaksud dengan usia lanjut adalah seorang laki-laki atau perempuan

yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih

berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal tidak lagi mampu

berperan aktif dalam pembangunan.

Wheeler mengungkapkan usia tua tidak hanya dilihat dari

perhitungan kronologis atau berdasarkan kalender saja, tetapi juga

menurut kondisi kesehatan seseorang (healt age) dan berdasarkan ciri daya

pikirnya (mind age). Sehingga umur sesungguhnya dari seseorang

merupakan gabungan dari ketiga-tiganya, (Arita Murwani dkk,2011:1).

Sesuai dengan UU.No 4 tahun 1965 (pasal 1), “seseorang dapat

dinyatakan jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai

umur,55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah

sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari

orang lain sedangkan UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.(Lilik

Ma’rifatu Azizah,2011:1).

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit untuk dijawab

secara memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat

mengenai batasan umur lansia :


17

a. Menurut WHO

1) Usia pertengahan ( Middle Age ), usia 45 – 59 tahun.

2) Usia lanjut ( Elderly ) antara 60-70 tahun.

3) Usia lanjut tua ( old ) antara 75 – 90 tahun.

4) Usia sangat tua ( very Old ) diatas 90 tahun.

b. Menurut Prof. Dr. Koesoemanto Setyonegoro Pengelompokan lansia

sebagai berikut :

1) Usia dewasa muda ( Elderly Adulhood ) 18 - 25 tahun

2) Usia dewasa penuh ( Middle Years ) 25 – 65 tahun

3) Lansia ( Geriatric Age ) lebih dari 65 tahun

c. Menurut Depkes RI membagi lansia sebagai berikut :

1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa

Virilitas.

2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa Presenium.

3) Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai masa Senium.

d. Proses Dr. ny Sumiati Ahmad Mohammad (Alm) Guru besar Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada membagi Periodisasi Biologis

perkembangan manusia sebagai berikut :

1) 0-1 tahun : masa bayi

2) 1-6 tahun : masa prasekolah

3) 6-12 tahun : masa Sekolah

4) 10-20 : Masa Pubertas

5) 40-65 : masa setengah umur

6) 65 tahun keatas : masa lanjut usia.


18

2. Proses Menua

Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut)

secara alamiah.menua bukanlah suatu penyakit melainkan proses

berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi stresor dari dalam

maupun luar tubuh,(Lilik Ma’rifatul Azizah,.2011:7).

Angeing Process (proses menua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang diderita. Ini merupakan proses yang terus-menerus

(berlanjut) secara alami.

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses

berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam

maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada

berbagai penyakit yang sering menghidapi kaum lanjut usia. Proses menua

sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya

dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan

jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit, (Lilik Ma’rifatul

Azizah,2011:8).

Proses menua yang terjadi pada usia lanjut secara linier dapat

digambarkan melalui tiga tahap, yaitu antara lain :

a. Kelemahan.

b. Keterbatasan fungsional.
19

c. Keterhambatan.

Tiga tahap tersebut akan dialami bersamaan dengan proses

kemunduran. Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah

kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa (psikologis) pada usia

lanjut.

a. Teori-teori proses penuaan

Menurut Morse dan Furst, proses penuaan dapat dilihat dari tiga

segi, yaitu :

1) Penuaan biologis

Gejala-gejala penuaan ini ialah berkurangnya kekenyalan

pembuluh darah dan kekuatan otot, menurunnya daya pandang,

pendengaran, cita rasa, penciuman, dan rabaan serta meningkatnya

tekanan darah.

2) Penuaan psikologis

Gejala-gejala penuaan ini misalnya menurunnya daya ingat,

kekurangan gairah dan kecemasan terhadap kematian.

3) Penuaan sosiologis

Gejala-gejala penuaan ini misalnya, kehilangan pekerjaan

(karenapension), kekuasaan dan status.(LilikMa’rifatul

Azizah,2011:35).

3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Akibat Proses Penuaan

Seseorang yang mengalami usia lanjut akan mengalami

perubahan-perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan mental dan


20

psikososial. Dimana perubahan ini sifatnya adalah normal dan dapat

dihindari.

Perubahan fisik yang biasanya terjadi pada proses penuaan

mencakup semua sistem tubuh, diantaranya adalah kulit, pernafasan,

sistem pencernaan, sistem perkemihan, reproduksi, otot dan tulang, saraf,

sistem endokrin, dan cardiovaskuler. (Lilik Ma’rifatul Azizah, 2011:11).

a. Perubahan fisik

1) Perubahan Sel

Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan

cairan intraseluler menurun, osteoporosis.

2) Perubahan sistem Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah

menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh

darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah

perifer sehingga tekanan darah meningkat (R. Siti Maryam dkk,

dua ribu sebelas 2011:12).

3) Perubahan sistem respirasi

Pada penuan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total

paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk

mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke

paru berkurang perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak

mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu dan kemampuan

peregangan toraks berkurang. Umur tidak berhubungan dengan


21

perubahan otot diafragma, apabila terjadi perubahan otot

diafragma, maka otot thoraks menjadi tidak seimbang dan

menyebabkan terjadinya distorsi dinding thoraks selama respirasi

berlangsung.(Lilik Ma’rifatul Azizah: 2011:12)

4) Perubahan sistem persyarafan

Sistim susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atrofir

yang progresif pada serabut saraf lansia menggali penurunan

kordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-

hari.Penuaan menyebabkan penurunan presepsi sensori dan respon

motorik pada susunan saraf pusat pada lansia mengalami

perubahan marfologis dan biokimia, perubahan tersebut

mengakibatkan penurunan fungsi kognitif.Koordinasi

keseimbangan kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan

peningkatan waktu reaksi.(Lilik Ma’rifatul Azizah,2011:13)

5) Perubahan sistem muskuloskeletal

Perubahan sistim muskuloskletal pada lansia antara lain sebagai

berikut:

a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin): Kolagen sebagai

pendukung utama pada kulit,tendon, tulang, kartilago dan

jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan

yang tidak teratur perubahan pada kolagen tersebut merupakan

penyebab turunya fleksibilitas pada lansia sehingga

menimbulkan dampak berupa nyeri,penurunan kemampuan


22

untuk meningkatkan kekuatan otot,kesulitan bergerak dari

duduk ke berdiri,jongkok dan berjalan dan hambatan dalam

melakukan kegiatan sehari-hari.

b) Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan

mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi

rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi

berkuran dan degenarasi yang terjadi cenderung kearah

progresif, kosekuensinya kartilago pada persendian menjadi

rentan terhadap gesekan.(Lilik Ma’rifatul Azizah,2011:11)

6) Perubahan sistem integument

Pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis kering dan

berkerut kulit akan berkurang cairan sehingga menjadi tipis dan

berbecak. Kekeringan kulit disebabkan atrofi glandula sebasesa

dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit

di kenal dengan liver spot.Perubahan kulit lebih banyak di

pengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain angin dan matahari,

terutama sinar ultra violet. (Lilik Ma’rifatul Azizah,2011;11).

7) Perubahan sistem pendengaran

Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga terutama

terhadap bunyi atau suara-suara yang tinggi, suara yang tidak jelas

dan sulit mengerti kata-kata.Membran timpani atrofi sehingga

terjadi gangguan pendengaran.Tulang-tulang pendengaran

mengalami kekakuan. (Lilik Ma’rifatul Azizah,2011:11).


23

8) Perubahan sistem penglihatan

Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya respon terhadap

sinar.Kornea lebih berbentuk sferis (bola).Lensa lebih suram

(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan

gangguan penglihatan.daya adaptasi terhadap kegelapan lebih

lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap. Hilangnya daya

akomodasi.Menurunnya lapangan pandang.Berkurangnya daya

membedakan warna biru atau hijau pada skala.(Lilik Ma’rifatul

Azizah: 2011)

9) Perubahan sistem gastrointestinal

Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun, dan

peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut

menurun.Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori

menurun yang menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan

enzim pencernaan. (Lilik Ma’rifatul Azizah, 2011:13).

10) Perubanhan sistem Genito urinaria

a) Ginjal, merupaan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme

tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh

satuan unit terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di

glumerulus, kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi.

Aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Fungsi tubulus

berkurang akibatnya; kurang kemapuan mengkonsentrasi

urine, berat jenis urine menurun, protein uria.


24

b) Vesika urinaria (kandung kemih) otot-ototnya menjadi lemah,

kapasitasnya menurun sampai 200ml atau menyebabkan

frekuensi buang air kecil meningkat.Vesika urinari susah

dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.

c) Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di

atas 65 tahun.

d) Atrofi vulva.

11) Perubahan sistem reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya

ovarium dan uterus.Terjadi atrofi payudara.Pada laki-laki testis

masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya

penurunan secara beransur-ansur.Dorongan seksual menetap

sampai usia diatas 70 tahun, yaitu dengan kehidupan seksual dapat

diupayakan sampai masa usia lanjut usia. Selaput lendir vagina

menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang

(Lilik Ma’rifatul Azizah,2011:13).

12) Perubahan sistem endokrin

Produksi dari hampir semua hormon menurun, Fungsi paratiroid

dan sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormon ada tetapi

lebih rendah dan hanya dalam pembuluh darah.Berkurangnya

produksi dari ACTH, TSH, FSH, LH.Menurunnya aktifitas tiroid,

menurunnya produksi aldosteron.Menurrunnya sekresi hormon


25

kelamin misalnya progesteron, estrogen, testosterone. (Lilik

Ma’rifatulAzizah,2011:15)

13) Perubahan pola tidur

Pola tidur berubah dengan bertambahnya usia. Butuh waktu lebih

lama untuk jatuh tidur, sering terbangun, mutu tidur berkurang,

lebih lama berada ditempat tidur (Lilik Ma’rifatul

Azizah,2011:120)

b. Perubahan Kognitif

1) Memori (daya ingat, ingatan)

Pada lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif

yang sering kali paling awal mengalami penurunan. Ingatan jangka

panjang (long term memory) kurang mengalami perubahan,

sedangkan ingatan jangka pendek (short term memory) atau

seketika 0-10 menit memburuk. Lansia akan kesulitan dalam

mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang begitu menarik

perhatiannya (Lilik Ma’rifatul Azizah, 2011:13).

2) IQ (intellegent Quocient)

Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi matematika

dan perkataan verbal.Tetapi persepsi dan daya membayangkan

menurun. Keceptan proses disaraf pusat menurun sesuai

pertambahan usia. Perubahan itu dialami hampir semua orang yang

mencapai usia 70-an tahun, ada juga penyimpangan beberapa orang

yang berusia 70 tahun melaksanakan hal itu dengan lebih baik


26

dibandingkan orang berusia 20 tahun. (Lilik Ma’rifatul Azizah, dua

ribu sebelas 2011:14).

3) Kemampuan belajar (learning)

Menurut Brocklehurst dan Allen (1987), Darmojo dan Martono,

(2004), lanjut usia yang sehat dan tidak mengalami demensia

masih memiliki kemampuan belajar yang baik. Hal ini sesuai

dengan prinsip belajar seumur hidup, bahwa manusia itu memiliki

kemampuan untuk belajar sejak dilahirkan sampai akhir hayat.

(Lilik Ma’rifatul Azizah, 2011:14-15).

4) Pengembalian keputusan

Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau seolah-

olah terjadi penundaan. Oleh sebab itu mereka membutuhkan

pendamping yang dengan sabar sering mengingatkan mereka.

5) Motivasi

Motivasi dapat bersumber dari fungsi kognitif dan fungsi afektif.

Motif kognitif lebih menekankan pada kebutuhan manusia akan

informasi dan untuk mencapai tujuan tertentu. Motif afektif lebih

menekan aspek perasaan dan kebutuhan individu untuk mencapai

tingkat emosional tertentu. Pada lanjut usia motivasi baik kognitif

maupun afektif untuk mencapai sesuatu cukup besar namun

motivasi itu sering kurang memperoleh dukungan kekuatan fisik

maupun psikologis sehingga hal-hal diinginkan banyak berhenti

ditengah jalan (Lilik Ma’rifatul azizah, 2011:16).


27

c. Perubahan Psikososial

Nilai seseorang diukur oleh produktifitasnya, identitas dikaitkan

dengan peranan dalam pekerjaan. Merasakan atau sadar akan

kematian. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah

perawatan bergerak lebih sempit. Penyakit kronis dan ketidak

mampuan, kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial,

gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.Gangguan saraf panca indera

timbul kebutaan dan ketulian.Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik,

perubahan terhadap gambaran hidup, perubahan konsep diri. (Lilik

Ma’rifatul azizah, 2011:16).

d. Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam

kehidupannya.Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya,

hal ini terlihat dala berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun adala berfikir dan bertindak

dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan kedilan

Karakteristik Penyakit Pada Lansia (Lilik Ma’rifatul azizah, 2011:16).

Penyakit-penyakit yang sering dialami Lansia di Indonesia meliputi:

a. Penyakit sistem pernapasan

Infeksi yang sering diderita adalah pneumonia, TBC, dan kanker

paru yang sering dijumpai pada perokok berat.

b. Penyakit sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah


28

Penyakit yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah hipertensi,

penyakit jantung koroner, angina pektoris, infark miokard akut,

dan stroke (Ariati Murwani dkk, 2011:17).

c. Penyakit gangguan metabolic

Penyakit metabolik yang dijumpai meliputi diabetes mellitus,

klimakterium, dan ketidakseimbangan toroid (Lilik Ma’rifatul

Azizah,2011:120).

d. Penyakit sistem pencernaan

Penyakit yang dijumpai pada usia lanjut adalah gastritis, ulkus

peptikum, konstipasi.

e. Penyakit sistem urogenital

Penyakit yang dijumpai adalah hipertropi prostate, tumor pada

saluran kemih, kanker prostate.

f. Penyakit Persendian tulang

Penyakit yang dijumpai pada usia lanjut adalah osteoporosis,

osteomalasia, osteoarthiritis(Lilik Ma’rifatul Azizah,2011:120).

g. Penyakit yang disebabkan oleh keganasan

Pada wanita, kanker dijumpai pada rahim, payudara, dan saluran

pencernaan. Kanker pada pria paling banyak dijumpai pada paru-

paru, saluran pencernaan, dan kelenjar prostat (Ariati Murwani

dkk, 2010). Hasil penelitian profil penyakit lansia di 4 kota

(Padang, Bandung, Denpasar dan Makassar) adalah sebagai

berikut:
29

1) Fungsi tubuh yang di rasakan menurun : penglihatan (76,42%),

daya ingat (69,39%), seksual (58,04%), gigi dan mulut

(51,12%).

2) Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi

(69,39%), sakit kepala (51,51%), daya ingat menurun

(38,51%), selera makan menurun (30,08%), mual atau perut

perih (26,66%), sulit tidur (24,88%) dan sesak nafas (21,28%)

3) Penyakit Kronis : reumatik (33,14%), hipertensi (20,66%),

gastritis,(11,34%) dan penyakit jantung (6,45%) (Arita

Murwani, dkk.2010:49).

C. Tinjauan Umum Tentang Susu

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penunjang tidur nyenyak

adalah rasa santai dan rileks di seluruh tubuh.Kecepatan metabolisme tubuh

dan ketegangan pikiran juga harus dikendurkan sebelum tidur. Salah satu cara

yang dipercaya ampuh membantu tidur nyenyak adalah meminum susu hangat

sebelum tidur.

Susu hangat dapat menimbulkan efek rileks dan nyaman pada

tubuh.Susu hangat dapat memperlambat metabolisme tubuh dan memunculkan

perasaan kantuk. Mekanisme menuju pada kenyamanan dalam tidur

merupakan hasil interaksi molekul-molekul dalam susu dan merupakan reaksi

yang terjadi dalam tubuh akibat asupan susu tersebut.Substansi utama dalam

susu yang dapat membantu relaksasi adalah mineral susu dan protein susu.

(Astawan Made, 12-02-2005, Medicastore.com tidur jadi lebih berkualitas.


30

diakses tanggal 2 januari 2014). http://jiwajiwi.blogspot.com/2008/05/minum-

susu-tidur-jadi-lebih-berkualitas.html

1. Mineral Susu

Mineral susu yang berpengaruh langsung terhadap relaksasi tubuh

adalah kalsium, magnesium, dan fosfor. Ketiga mineral tersebut

merupakan mineral utama yang terdapat di dalam susu

Kandungankalsium, magnesium, dan fosfor dapat mencapai 30 persen dari

total mineral susu.

Kalsium, mineral yang paling banyak dalam tubuh, sangat penting

untuk menjaga kekuatan dan kepadatan tulang.Makanan Tersehat di Dunia

mencatat bahwa kalsium juga berperan penting dalam konduksi

pembekuan darah, saraf, kontraksi otot dan mengatur tekanan darah.

Kalsium dapat mengatur tekanan darah (blood pressure

modulator). Pada penderita tekanan darah tinggi (hipertensi), kalsium yang

masuk ke dalam darah akan menurunkan viskositas darah. Keadaan ini

tentu saja sangat baik bagi penderita hipertensi.Pada tekanan darah normal,

kalsium dapat membantu mempertahankan tekanan darah.Tekanan darah

yang stabil dapat membantu mencegah stres dan menimbulkan perasaan

rileks sehingga memudahkan tubuh beristirahat. (Astawan Made, 12-02-

2005, Medicastore.com tidur jadi lebih berkualitas. diakses tanggal 2

januari 2014). http://jiwajiwi.blogspot.com/2008/05/minum-susu-tidur-

jadi-lebih-berkualitas.html
31

Selain itu kalsium dapat membantu meningkatkan berat badan.

Dalam sebuah studi klinis yang dilakukan oleh MJ Zemel dan diterbitkan

dalam edisi,2004 Mei American Journal of Clinical Nutrition, para

peneliti menemukan bahwa kalsium dalam produk susu disebabkan

penurunan yang signifikan pada jaringan adipose. Dari 32 pasien obesitas

kehilangan lemak dapat dipercepat (Naomi Coleman,2011:78).

Peran lain kalsium bersama fosfor adalah dalam memelihara kerja

otot-otot tubuh.Rasio Ca-P dalam darah sangat berpengaruh terhadap

densitas tulang. Belakangan diketahui pula bahwa rasio Ca-P yang

seimbang, yaitu 1 : 1, dapat memelihara fungsi otot polos dan otot lurik,

terutama dalam regulasi kontraksi dan relaksasi.

Mekanisme stimulasi relaksasi juga dibantu oleh magnesium.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa magnesium dapat mencegah otot

kaku, kejang/kram dan ngilu-ngilu yang biasanya terjadi setelah seharian

beraktivitas atau pada wanita saat masa menstruasi. (Astawan Made, 12-

02-2005, Medicastore.com tidur jadi lebih berkualitas. diakses tanggal 2

januari 2014). http://jiwajiwi.blogspot.com/2008/05/minum-susu-tidur-

jadi-lebih-berkualitas.html

2. Protein Susu

Salah satu komponen protein susu yang sangat berpengaruh

terhadap efek relaksasi tubuh adalah alfa-laktalbumin. Asam amino

penyusun alfa-laktalbumin yang terbesar adalah sistein dan

tryptofan.Sistein memiliki peran dalam respons imunitas tubuh.Tryptofan


32

dan metabolit-metabolitnya merupakan komponen penting dalam sistem

saraf.

Alfa-laktalbumin dapat meningkatkan rasio tryptofan terhadap

asam amino netral lainnya. Hal ini dapat meningkatkan aktivitas serotonin

otak, menurunkan konsentrasi kortisol dan dapat meningkatkan ketahanan

tubuh terhadap stres (Jelen dan Lutz, 1998).

Tryptofan merupakan asam amino esensial yang berfungsi sebagai

prekursor pembentukan serotonin. Tryptofan akan dikonversi menjadi

serotonin di dalam tubuh. Konversi triptofan menjadi serotonin dibantu

oleh vitamin B6 dan vitamin C. Alfa-laktalbumin juga memiliki afinitas

yang tinggi terhadap kalsium (Renner et al, 1989). Seperti telah dijelaskan

sebelumnya, peran kalsium dalam relaksasi tubuh juga sangat besar

artinya. (Astawan Made, 12-02-2005, Medicastore.com tidur jadi lebih

berkualitas. diakses tanggal 2 januari 2014). http://jiwa jiwi. blogspot.

com/2008/05/minum-susu-tidur-jadi-lebih-berkualitas.html

3. Komponen Lain

Selain mineral dan protein susu, ada beberapa komponen lain pada

susu yang juga dapat memicu relaksasi tubuh. Komponen-komponen

tersebut dapat membantu mencegah dan mengatasi stres serta depresi

dengan mekanisme yang saling sinergi.

Perbaikan sistem kekebalan tubuh juga dapat membantu

mengurangi stres. Perbaikan ini dibantu oleh mineral seng (zinc), vitamin

C dan vitamin,B12, serta asam amino lisin. Mekanisme lainnya dalam


33

mengurangi stres adalah dengan mengendalikan kadar glukosa darah yang

dilakukan oleh biotin dan niasin.

Pemeliharaan dan peredaan ketegangan saraf serta pencegahan

depresi juga dibantu oleh vitamin B1 (tiamin), asam folat, dan asam

pantotenat. Vitamin B6 dan vitamin C yang ada pada susu turut membantu

pembentukan serotonin dan hormon melatonin.(Astawan Made, 12-02-

2005, Medicastore.com tidur jadi lebih berkualitas. diakses tanggal 2

januari 2014)..

D. Tinjauan Umum Tentang Pemberian Susu Hangat Terhadap Lansia


Pada Gangguan Pemenuhan Tidur.
Seperti yang telah di jelaskan diatas bahwa pengaturan tidur di atur

oleh serotonin, asam aminotryptophan, melatonin dan sejumlah substansi

lainnya.Pada lansia mengalami perubahan degenaratif secara otomatis juga

mengalami kemunduran dalam produksi dan sintesis pusat rangsangan bangun

tidur yaitu serotonin yang di produksi oleh nucleus raphe dorsalis di batang

otak (Winoto Hardy dkk. 2010:45).

Kekurangan hormon serotonin berbanding lurus dengan kurangnya

asam amino tryptophan yang terdapat di dalam tubuh. Dan akan berdampak

pada kekurangan melatonin. Hal ini mengakibatkan tidak terpenuhinya

kebutuhan tidur pada lansia (Astawan Made, 12-02-2005, Medicastore.com

tidur jadi lebih berkualitas. diakses tanggal 2 januari 2014). http://jiwajiwi.

blogspot.com/2008/05/minum-susu-tidur-jadi-lebih-berkualitas.html

Menurut Naomi Coleman (2011) salah satu cara untuk mengatasi

gangguan tidur pada lansia adalah dengan meminum susu. Dengan meminum
34

susu hangat dapat mendorong rasa kantuk, Susu hangat dapat menimbulkan

efek rileks dan nyaman pada tubuh. Susu hangat dapat memperlambat

metabolisme tubuh dan memunculkan perasaan kantuk.

Mekanisme menuju pada kenyamanan dalam tidur merupakan hasil

interaksi molekul-molekul dalam susu dan merupakan reaksi yang terjadi

dalam tubuh akibat asupan susu tersebut. Substansi utama dalam susu yang

dapat membantu relaksasi adalah mineral susu dan protein susu. (Astawan

Made, 12-02-2005, Medicastore.com tidur jadi lebih berkualitas. diakses

tanggal 2 januari 2014). http://jiwajiwi.blogspot.com/2008/05/minum-susu-

tidur-jadi-lebih-berkualitas.html

Mineral susu yang berpengaruh langsung terhadap relaksasi tubuh

adalah kalsium, magnesium, dan fosfor. Ketiga mineral tersebut

merupakan mineral utama yang terdapat di dalam susu

Kandungankalsium, magnesium, dan fosfor dapat mencapai 30 persen dari

total mineral susu.

Kalsium, mineral yang paling banyak dalam tubuh, sangat penting

untuk menjaga kekuatan dan kepadatan tulang. Makanan Tersehat di

Dunia mencatat bahwa kalsium juga berperan penting dalam konduksi

pembekuan darah, saraf, kontraksi otot dan mengatur tekanan darah

(Astawan Made, 12-02-2005, Medicastore.com tidur jadi lebih berkualitas.

diakses tanggal 2 januari 2014). http://jiwajiwi. blogspot.

com/2008/05/minum-susu-tidur-jadi-lebih-berkualitas.html
35

Adapun komponen protein susu yang sangat berpengaruh terhadap

efek relaksasi tubuh adalah alfa-laktalbumin. Asam amino penyusun alfa-

laktalbumin yang terbesar adalah sistein dan tryptofan.Alfa-laktalbumin

dapat meningkatkan rasio tryptofan terhadap asam amino netral

lainnya.Hal ini dapat meningkatkan aktivitas serotonin otak. Vitamin B6

dan Vitamin C yang ada pada susu turut membantu pembentukan

serotonin dan hormon melatonin. (Astawan Made, 12-02-2005,

Medicastore.com tidur jadi lebih berkualitas. diakses tanggal 2 januari dua

ribu empet belas 2014). http://jiwajiwi.blogspot.com/2008/05/minum-

susu-tidur-jadi-lebih-berkualitas.html

E. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti

1. Kualitas Air

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk

kehidupan.Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak

berasa, dan tidak berbau.Air minumpun seharusnya tidak mengandung

kuman pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan

manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi

tubuh,tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara

ekonomis.(Juli soemirat slamet.2011:132).

Adapun beberapa faktor untuk mengetahui kualitas air antara lain :

a. Bau

Air minum tidak boleh berbau;yang berbau selain tidak estetis juga

tidak akan diminum.bau air dapat member petunjuk akan kualitas air.
36

b. Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang

bersifat anorganik ataupun organik.Zat anorganik, biasanya

berasalkan lapukan batu dan logam, sedangkan yang organik dapat

berasal dari lapukan tanaman dan atau hewan.

c. Rasa

Air minum biasanya tidak memberi rasa atau tawar.air yang tidak

tawar dapat menunjukan kehadiran berbagai zat yang dapat

membahayakan kesehatan.

d. Suhu

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi

pelarutan zat kimia yang ada pada saluran pipa, yang dapat

membahayakan kesehatan,menghambat reaksi – reaksi biokimia di

dalam saluran pipa,mikroorganisme pathogen tidak mudah

berkembang biak,dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.

e. Warna

Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk

mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme

yang berwarna.

2. Sterilisasi

Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua

bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan proses fisik maupun kimiawi.

Sterilisasi juga di katakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman


37

pathogen atau apatogen beserta spora yang terdapat pada alat maupun

wadah yang akan digunakan bebas dari kuman yang ter kontaminasi.

(A.Aziz Alimul,H,2008:150).

Jenis-jenis sterilisasi antara lain :

a) Sterilisasi cepat

b) Sterilisasi panas kering

c) Steriliasi gas.

Hal – hal yang perlu di perhatikan pada sterilisasi antara lain :

1) Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan

masih berfungsi.

2) Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril

3) Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu

mensteril selesai.

3. Kebersihan

Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higiene yang

baik.Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri

agar sehat.kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan

bahan kimia berbahaya.

a. Kebersihan Kulit:

1) Kulit sangat penting fungsinya bagi kesehatan seseorang.oleh

karena itu kebersihan kulit harus selalu di jaga dan di pelihara, agar

kulit dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya.

2) Cara membersihkan kulit umumnya di lakukan dengan mandi


38

3) Mandi juga merupakan kesenangan masyarakat Indonesia

4) Indonesia beriklim tropis (panas dan berdebu) mandi sebaiknya di

lakukan sebanyak dua kali sehari (pagi dan sore).

b. Kebersihan Rambut

1) Rambut berguna untuk melindungi kepala dan member keindahan.

2) Rambut yang bersih tidak akan menjadi sarang kutu dan katombe.

3) rambut sangat muda kotor terutama bagi orang yang selalu

memakai minyak rambut, orang yang bekerja di tempat yang

terbuka dan berdebu oleh karena itu rambut perlu di pemiliharaan

agar rambut tetap sehat dan indah.

c. kebersihan kuku

1) kuku mempunyai fungsi dan peranan yang amat penting dalam

kehidupan kita.

2) Kuku yang kotor dapat menjadi sarang berbagai kuman penyakit

yang dapat di tularkan ke bagian-bagian tubuh yang lain.

3) Oleh Karen itu kuku, perlu di jaga dan di pelihara kebersihanya.,

(Anik Maryunani,2013:34)

F. Kerangka Konsep

Salah satu masalah yang ditimbulkan akibat proses penuaan yaitu

masalah gangguan tidur. Cara yang dipercaya ampuh membantu tidur nyenyak

adalah meminum susu hangat sebelum tidur .

Susu hangat dapat menimbulkan efek rileks dan nyaman pada tubuh.

Susu hangat dapat memperlambat metabolisme tubuh dan memunculkan

perasaan kantuk.Mekanisme menuju pada kenyamanan dalam tidur

merupakan hasil interaksi molekul-molekul dalam susu dan merupakan reaksi


39

yang terjadi dalam tubuh akibat asupan susu tersebut. (Astawan Made, 12-02-

2005, Medicastore.com tidur jadi lebih berkualitas. diakses tanggal 2 januari

dua ribu empat belas 2014). http://jiwajiwi. blogspot. com/2008/05/minum-

susu-tidur-jadi-lebih-berkualitas.html

Kerangka pikir merupakan model konseptual yang menjelaskan tentang

kerangka berfikir penelitian yaitu hubungan antara variable independen dan

variable dependen. Adapun Kerangka Konsep penelitian yaitu :

Variabel Independen Variabel Dependen

Kualitas Air

Gangguan Tidur
Sterilisasi

Kebersihan

Keterangan :

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

= Variabel yang di Teliti

A. Defenisi Operasional Kriteria Objektif

1. Kualitas Air

Air adalah kebutuhan yang paling utama untuk kehidupan manusia,

hewan, maupun tumbuh – tumbuhan dan air merupakan sumber utama

yang sangat penting untuk kehidupan sehari – hari.


40

Yang dimaksud dengan kualitas air adalah bagaimana keadaan air

yang dapat digunakan atau yang dapat dikonsumsi apakah jernih, tidak

berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau dan keadaan airnya tidak

berkeruh.

Kriteria Objektif:

Baik : Bila responden menjawab dengan benar ≥ 50%

Kurang : Bila responden menjawab dengan benar < 50%

2. Sterilisasi

Yang dimaksud dengan sterilisasi bagaimana keadaan alat atau

wadah yang digunakan itu agar bebas dari kuman – kuman yang

terkontaminasi.

Kriteria Objektif :

Baik : Bila responden menjawab dengan benar ≥ 50%

Kurang : Bila responden menjawab dengan benar < 50%

3. Kebersihan

Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higiene yang baik.

Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar

sehat. kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan

kimia berbahaya.

Kriteria Objektif :

Baik : Bila responden menjawab dengan benar ≥ 50%

Kurang : Bila responden menjawab dengan benar < 50%


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif untuk

dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional merupakan rancangan

penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat

bersamaan (sekali waktu).penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya

pengaruh pemberian susu hangat terhadap gangguan pemenuhan tidur pada

lansia. (A.Aziz Alimul H,2011:58).

B. Populasi Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan lansia yang

tinggal di PSTW Gau Mabaji Gowa Makassar yang berjumlah 100 orang

lansia.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam

penelitian keperawatan, kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, diamana

kriteria itu mnenentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan

(Hidayat,2008:60). Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal

di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. Sampel

dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang teknik sampel yang di

41
42

gunakan adalah purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel

dengan cara memilih sample di antara populasi sesuai dengan yang di

kehendaki atau dikembangkan peneliti.

Kriteria inklusi :

1) lansia yang mengalami gangguan pemenuhan tidur

2) lansia yang dapat diajak komunikasi

3) lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.

4) Lansia yang suka minum susu.

5) Lansia yang kuantitas jam tidurnya berkurang

6) Lansia yang susah untuk memulai tidur.

Kriteria eksklusi :

1) Lansia yang menolak untuk menjadi responden

2) Lansia yang mengalami nyeri dan depresi berat selama penelitian.

3) Lansia yang tidak berada ditempat saat penelitian berlangsung.

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji

Kabupaten Gowa.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulanMei s/d juni tahun 2014

D. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Adalah data yang diperoleh langsung dari responden sebagai hasil

penelitian.
43

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Panti Sosial Tresna

Werdha Gau Mabaji kabupaten Gowa.

E. Instrument penelitia

Instrument penelitian yang digunakan adalah pedoman Wawancara,

Observasi, yang telah terlampir Kuesioner (angket) dan Dokumentasi

F. Pengelolahan Data

1. Editing

Proses editing di lakukan setelah data terkumpul dan di lakukan dengan

memeriksa kelengkapan data, dan memeriksa keseragaman data.

2. Koding

Data yang telah diteliti diubah dalam bentuk simbol-simbol dari setiap

jawaban responden.

3. Tabulasi

Data yang telah diperbaiki dimasukkan dalam bentuk tabel yang

berhubungan dengan variabel depen den dan variabel independen.

G. Analisis data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menghitung skor masing-masing

variabel dengan membuat table distribusi frekuensi dan presentasi dari

masing-masing variabel.

Dalam penelitian analisis univariat digunakan untuk mengetahui

proporsi dari masing-masing variable penelitian yaitu pemberian susu

hangat pada lansia terhadap gangguan tidur.


44

2. Uji Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian susu

hangat terhadap pemenuhan tidur pada lansia. data yang diperoleh dalam

bentuk kuisioner dengan skala Guttman dianalisa dengan menggunakan

tehnik uji chi Square yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh

pemberian susu hangat terhadap gangguan tidur lansia dengan tingkat

kemaknaan p<a (0,05). Dalam melakukan analisa data akan diolah

menggunakan sistem komputerisasi.

H. Etika Penelitian

1. Informed consent (format persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang harus memenuhi criteria inklusi disertai judul penelitian serta

manfaat dari penelitian.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan dari responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden tetapi lembar tersebut diberi kode.

3. Confidentiality (kerahasian)

Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok tertentu yang akan dilaporkans sebagai hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai