Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan
makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan
istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya. Tidur adalah suatu
keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang
merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan
fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur
dan istirahat yang cukup,kemampuan untuk berkonsentrasi dan beraktivitas akan
menurun serta meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003). Tidur adalah status
perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan
menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas metabolisme tubuh menurun
(Choppra, 2003), tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis
tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Wahid, 2007). Pola
istirahat dan tidur yang biasa dari seorang yang masuk rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lain dengan mudah dipengaruhi oleh penyakit atau rutinitas
pelayanan kesehatan yang tidak dikenal. (Potter & Perry, 2005).
Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Data
hasil polling tidur di Amerika oleh NSF didapat bahwa ternyata wanita lebih 2
banyak mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki – laki, yaitu 63% :
54% (National Sleep Foundation, 2007).
Orang Lanjut Usia (Lansia), menurut defenisi World Health Organization
(WHO), adalah orang usia 60 tahun ke atas yang terdiri dari (1) usia lanjut
(elderly) 60-74 tahun, (2) usia tua (old) 75-90 tahun, dan (3) usia sangat lanjut
(very old) diatas 90 tahun ( Raharja, 2013). Indonesia meupakan salah satu negara
berkembang yang jumlah penduduknya berusia 60 tahun keatas semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
terjadi peningkatan usia harapan hidup (UHH) . Pada tahun 2000 UHH di
Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%) .
Angka ini meningkat menjadi 69,43% tahun pada tahun 2010 (dengan persentase
populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan
persentase populasi lansia adalah 7,58% (Kemenkes, 2013). Peningkatan usia
harapan hidup tersebut bisa karena pengaruh kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang kedokteran. Kualitas hidup
merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan kerena menurut
konstitusi WHO,kesehatan meliputi kesehatan fisik, mental, serta social secara
keseluruhan. Pengukuran kesehatan, serta perawatan kesehatan tidak hanya
ditunjukan oleh perubahan frekuensi dan beratnya penyakit, melainkan juga harus
meliputi kenyamanan hidup yang dapat dinilai melalui peningkatan kualitas hidup
(Pangkahila, 2007).
WHO mengartikan kualitas hidup sebagai persepsi individu mengenai
posisinya dalam kehidupan , dalam konteks kultur dan system nilai dimana
mereka hidup, dan dalam hubungan dengan tujuan , harapan ,standar yang ada, dan
perhatian mereka (Pangkahila, 2007). Sedangkan kualitas hidup lansia merupakan
suatu komponen yang kompleks , mencakup usia harapan hidup, kepuasan dalam
kehidupan,kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi
fisik, pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan social dan jaringan social
(Sutikno, 2011). Lansia dikatakan memiliki hidup yang berkualitas apabila
mereka memiliki kondisi fungsional yang optimal, sehingga mereka dapat
menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan dan berguna.
Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk
dapat berfungsi dengan baik dan merupakan salah satu aspek yang dapat
berpengaruh pada kualitas hidup manusia. Terdapat perbedaan pola tidur pada
lansia dibandingkan dengan usia muda (Prayitno, 2002). Pada kelompok usia
lanjut, kebutuhan tidur akan berkurang dan mereka cenderung lebih mudah
bangun dari tidurnya. Pada usia 12 tahun kebutuhan untuk tidur adalah 9 jam,
berkurang menjadi 8 jam pada usia 20 tahun, 7 jam pada usia 40 tahun, 6 jam
setengah pada usia 60 tahun dan 6 jam pada usia 80 tahun (Prayitno, 2002).
Dengan bertambahnya jumlah lansia, maka jumlah permasalahan pada
lansia juga akan bertambah. Lebih dari 80% penduduk usia lanjut menderita
penyakit fisik yang mengganggu fungsi mandirinya. Sejumlah 30% pasien yang
menderita sakit fisik tersebut menderita kondisi komorbid psikiatrik, terutama
depresi dan ansietas . Sebagian besar usia lanjut yang menderita penyakit fisik dan
gangguan mental tersebut menderita gangguan tidur (Prayitno, 2002).
Gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67% dan yang
paling sering ditemukan adalah insomnia. Gangguan juga terjadi pada dalamnya
tidur sehingga lansia sangat sensitif terhadap stimulus lingkungan. Selama tidur
malam, seseorang dewasa muda normal akan terbangun sekitar 2-4 kali. Hal ini
berbeda dengan lansia yang lebih sering terbangun (Amir, 2007).
Indonesia adalah suatu negara berkembang yang memiliki umur harapan
hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup
dan pelayanan kesehatan secara umum. Salah satu tolak ukur kemajuan suatu
bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya (Kosasih dkk,
2004). Indonesia juga termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur
lanjut usia (aging structured population) karena mempunyai jumlah penduduk
lansia ini antara lain disebabkan karena tingkat social ekonomi masyarakat yang
meningkat, kemajuan dibidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan
masyarakat yang meningkat. Jumlah penduduk pada lansia tahun 2006 sebesar 19
juta jiwa dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010, diprediksikan
jumlah lansia sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun.
Sedangkan, pada tahun 2020 diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta
(11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Efendi, 2009).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis pada tanggal 23 Mei
2016, dari data angket 42 orang lansia, terdapat 37 orang lansia tidak pernah
mendengar tentang posyandu lansia, 40 orang lansia berkeinginan dibentuknya
posyandu lansia, 42 orang lansia menginginkan pemeriksaan dan pengobatan
kesehatan, 10 orang lansia menderita hipertensi, 5 orang mengalami gangguan
pola tidur, 15 orang menderita reumatik, 3 orang lansia menderita sesak nafas, 2
orang menderita penyakit jantung, 5 orang tidak memeriksa kesehatan secara
rutin. 18 orang lansia hanya
melakukan kegiatan rumah tangga setiap hari , 20 orang tidak ikut dalam kegiatan
social, 4 orang berkebun Wawancara dengan kepala lingkungan I, Kelurahan
Sitirejo II dan lansia belum terbentuk posyandu lansia wawancara dengan lansia
mengatakan belum pernah mengikuti posyandu lansia Observasi. Berdasarkan hasil
Observasi saat pengkajian ditemukan 3 orang lansia menerita stroke, tidak
terdapatnya posyandu lansia, dari data angket yang dikumpukan. Tingginya angka
penyakit degenerative (Hipertensi, rematik, jantung, dan diabetes mellitus) yang
diderita oleh lansia, dikarenakan kurangnya pengetahuan lansia tentang pelayanan
kesehatan. Dengan timbulnya berbagai macam penyakit yang diderita oleh lansia
pada daerah sitirejo, kemungkinan untuk gangguan pola tidur pada lansia sering
muncul, khususnya pada penderita rematik, asma.
Menurut data yang di dapat pada lingkungan I sitirejo II sebanyak kurang
lebih 20% lansia mengalami gangguan tidur, mengalami gangguan dikarenakan
berbagai faktor yang terjadi pada lansia , baik dalam kondisi fisik yang menderita
penyakit, faktor lingkungan, stress dan proses menua. Berdasarkan data diatas,
saya tertarik untuk melakukan pengangkatan pada judul saya yaitu “Asuhan
Keperawatan pada Lansia dengan Prioritas Masalah Gangguan Pola Tidur Pada
Ny.B di Lingkungan I Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memberikan
Asuhan Keperawatan pada Pasien Lansia dengan Masalah Gangguan Pola Tidur
pada Tn A di Lingkungan 1 Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn A dengan masalah
gangguan tidur penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian pada Ny.B dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar Tidur.
b. Menegakkan diagnosa pada Ny.B dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar Tidur.
c. Melakukan intervensi keperawatan pada Ny.B dengan prioritas masalah
kebutuhan dasar Tidur.
d. Melakukan implementasi keperawatan berdasarkan rencana keperawatan
yang sudah dibuat pada Ny.B dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
Tidur.
e. Melakukan evaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada Ny.B dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Tidur.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
memberi asuhan keperawatan kepada lansia untuk meningkatkan
kebutuhan tidur yang mengalami terganggu pola tidurnya.
2. Bagi Pasien dengan Gangguan Pola Tidur
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan Dapat membantu perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan
tidur di Lingkungan 1 Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas
BAB II
PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan Tidur


1. Pengertian Tidur
Tidur dapat diartikan sebagai suatu keadaan tak sadarkan diri yang relatif
dan ini diperlukan agar sel-sel dalam tubuh dapat memulihkan kondisinya (Siti
Maryam & Mia, 2010). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat
di bangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008).
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah,
2006).
Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda tanda
sebagai berikut :
1. Aktifitas fisik minimal.
2. Tingkat Kesadaran yang Bervariasi.
3. Terjadinya Perubahan-Perubahan proses fisiologis tubuh , dan
4. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.
Pada waktu tidur terjadi perubahan tingkat kesadaran yang brfluktuasi.
Tingkat kesadaran pada organ-organ pengindraan berbeda-beda, organ
pengindraan yang mengalami penurunan kesadaran yang paling dalam selama
tidur adalah indra penciuman. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kasus
kebakaran yang terjadi pada malam hari tanpa disadari oleh penghuninya yang
sedang tidur. Organ pengindraan yang mengalami penurunan tingkat kesadaran
yang paling kecil adalah indra pendengaran dan rasa sakit. Ini menjelaskan
mengapa orang-orang yang sakit dan berada dalam lingkungan yang bising acap
kali tidak dapat tidur.
2. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan
menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktifitas tidur ini
diatur oleh system pengativasian retikularis yang merupakan system yang
mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan
kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam
mesensefalon dan bagian atas pons (Potter & Perry, 2005).
Selain itu, Reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan
Visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari
korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan
sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.
Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari
sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar
synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan
implus yang diterima dipusat otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry, 2005).

3. Pengaturan Tidur
Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat ,saraf
perifer , endokrin, kardiovaskuler, respirasi, dan musculoskeletal (Robinson 1993,
dalam Potter ). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasikan atau direkam dengan
elektroensefalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, pengukuran tonus otot,
dengan menggunakan elektromiogram (EMG), dan elektrookulogram (EOG)
untuk mengukur pergerakan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua
mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk tidur dan bangun. Reticuler activating system (RAS) di bagian batang otak
atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan
kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensorik raba.
Juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi dan proses pikir).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS
melepaskan katekolamin, misalnya neropinefrin. Saat tidur mungkin disebabkan
oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak
tengah yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang
tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor
sensorik perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan system 8imbic seperti
emosi.
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan
berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS
menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto &
Wartonah, 2006).
Tahapan Tidur menurut (Tarwoto & Wartonah, 2006)
1. Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM
gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak
tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain : mimpi berkurang, keadaan
istirahat, tekanan darah turun, kecapatan pernapasan menurun, metabolisme
turun, dan gerakan bola mata lambat.
a. Tahapan Tidur NREM
1) NREM Tahap 1
a) Tingkat transisi.
b) Merespons Cahaya.
c) Berlangsung beberapa menit.
d) Mudah terbangun dengan rangsangan.
e) Aktifitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun.
f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) NREM Tahap 2
a) Periode suara tidur.
b) Mulai relaksasi otot.
c) Berlangsung 10-20 menit.
d) Fungsi Tubuh berlangsung lambat.
e) Dapat dibangunkan dengan mudah.
3) NREM Tahap 3
a) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak.
b) Sulit dibangunkan.
c) Relakasi otot menyeluruh.
d) Tekanan darah menurun.
e) Berlangsung 15-30 menit.
4) NREM Tahap 4
a) Tidur nyenyak.
b) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif.
c) Untuk restorasi dan istirahat , tonus otot menurun.
d) Sekresi lambung menurun.
e) Gerak bola mata cepat.
2. Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial.
Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu
gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif . Tidur REM ditndai dengan
mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat ( mata
cenderung bergerak bolak-balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada
lakilaki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung, dan Pernapasan tidak
teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat.
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan
menunjukkan gejala- gejala sebagai berikut :
a. Cenderung Hiperaktif.
b. Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosi labil).
c. Nafsu makan bertambah.
d. Bingung dan Curiga.
Tahapan Tidur REM
a. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM.
b. Pada orang dewasa normal REM yaitu, 20-25% dari tidur malamnya.
c. Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi mimpi.
d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan
dalam belajar, memori, dan adaptasi.
Karakteristik Tidur REM
a. Mata : Cepat, tertutup dan terbuka.
b. Otot- otot : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
c. Pernapasan : Tidak teratur, kadanf dengan apnea.
d. Nadi : Cepat dan regular.
e. Tekanan Darah : Meningkat atau Fluktuasi.
f. Sekresi gaster : Meningkat.
g. Metabolisme : Meningkat, temperature tubuh naik.
h. Gelombang otak : EEG aktif.
i. Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

4. Siklus Tidur
Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode
sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap
berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 sampai 30
menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan
berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry, 2005).
Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur
penuh, tiap siklus terdiri dari 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode dari tidur
REM. Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju tahap 4 NREM,
diikuti kebalikan tahap 4 ke 3, lalu ke 2, diakhiri dengan periode dari tidur REM.
Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur (Potter &
Perry, 2005).
Tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek,dan
memperjangkan periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit
selama akhir siklus tidur. Tidak semua orang mengalami kemajuan yang konsisten
menuju ke tahap tidur yang biasa. Sebagai contoh, orang yang tidur dapat
berfluktuasi untuk interval pendek antara NREM tingkat 2,3, dan 4 sebelum
masuk tahap REM. Jumlah waktu yang digunakan tiap tahap bervariasi.
Perubahan tahap ketahap cenderung menemani pergerakan tubuh dan perpindahan
untuk tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk
tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk tidur
nyenyak cenderung bertahap (Closs, 1998 dalam Potter & Perry, 2005)

5. Pola Tidur Normal


1. Neonatus sampai dengan 3 bulan.
a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari.
b. Mudah berespons terhadap stimulus.
c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM.
2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam.
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari.
c. Tahap REM 20-30%.
3. Toddler
a. Tidur 10-12 jam/hari.
b. Tahap REM 20%.
4. Prasekolah
a. Tidur 11 jam malam hari.
b. Tahap REM 20%.
5. Usia Sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari.
b. Tahap REM 18,5%
6. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari.
b. Tahap REM 20%.
7. Dewasa Muda
a. Tidur 7-9 jam/hari.
b. Tahap REM 20-25%.
8. dewasa pertengahan.
a. Tidur kurang lebih 7 jam/hari.
b. Tahap REM 20%.
9. Usia Tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari.
b. Tahap REM 20-25%.
c. Tahap NREM IV menurun kadang kadang absen.
d. Sering terbangun pada malam hari.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur


Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada
yang kebutuhannya yang terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami
gangguan. Seseorang bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya sebagai berikut :
1. Status Kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur
dengan nyenyak . Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik
sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya , pada klien yang
menderita gangguan pada system persendian. Dalam kondisi yang
mengalami nyeri pada sendi tidak akan dapat istirahat atau tidur.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur.
Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur
dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang rebut, bising, dan gaduh
akan menghambat seseorang untuk tidur khususnya lansia.
3. Stress Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal
ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin
darah melalui system saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV
NREM dan REM.
4. Diet
Makanan yang banyak mengandung L- Triptofan seperti keju,susu,
dagingmdan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur.
Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein maupun alcohol akan
mengganggu tidur.
5. Gaya Hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur sesorang . Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan
yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
6. Obat – Obatan
Obat – obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan
tidur, ada pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat
golongan amfetamin akan menurunkan tidur REM.
7. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak
dari normal . Namun demikian , keadaan sakit menjadikan pasien kurang
tidur atau tidak dapat tidur.
8. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
9. Kelelahan
Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
10. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
11. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal ,seseorang yang tahan minum
alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

7. Konsep Dasar Gangguan Pola Tidur Pada Lansia


1. Pengertian Gangguan Pola Tidur
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu
dari ketiga maslah berikut : insomnia gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur
atau ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang
hari (Naylor dan Aldrich, 1994, dalam Potter & Perry, 2005).

2. Klasifikasi Gangguan Tidur


1. Insomnia
Insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat berupa kesulitan untuk
untuk atau kesulitan untuk tetap tertidur. Bahkan seseorang yang terbangun
dari tidur, tetapi belum merasa cukup tidur dapat disebut mengalami
insomnia (Japaradi, 2002). Dengan demikian, insomnia merupakan
ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas
maupun kuantititas. Kenyataannya, insomnia bukan berarti sama sekali
seseorang tidak dapat tidur atau kurang tidur karena orang yang menderita
insomnia sering dapat tidur lebih lama yang mereka perkirakan, tetapi
kualitasnya kurang. Ada 3 jenis insomnia yaitu, Insomnia inisial, Insomnia
Intermitten dan Insomnia Terminal. Insomnia Inisial adalah
ketidakmampuan seseorang untuk memulai tidur.Insomnia Intermitten
adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau keadaan sering
terjaga. Sedangkan Insomnia Terminal adalah bangun secara dini, dan tidak
dapat tidur lagi. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
mengalam insomnia diantaranya adalah, rasa nyeri, kecemasan, ketakutan,
tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat
membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan,
menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi dan tindakan
lainnya. Ada beberapa tindakan atau upaya- upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi insomnia yaitu :
a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju, susu.
Diperkirakan bahwa triptofan, yang merupakan suatu asam amino dari
protein yang dicerna, dapat membantu agar mudah tidur.
b. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama.
c. Hindari tidur diwaktu siang atau sore hari.
d. Berusaha untuk tidur apabila benar- benar kantuk dan tidak pada waktu
kesadaran penuh.
e. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat seblum tidur.
f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang
tidur.
g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot serta meditasi sebelum berusaha
untuk tidur.
2. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks
mencakup adanya otomatis dan semi purposeful aksi motorik , seperti
membuka pintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi,
berjalan kaki dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam
beberapa menit dan kembali tidur lagi (Japardi, 2002). Somnambulisme ini
lebih banyak terjadi pada anak – anak dibandingkan orang dewasa.
Seseorang yang mengalami somnambulisme mempunyai resiko terjadinya
cedera.Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi somnambulisme
yaitu dengan membimbing anak. Tindakan ini dilakukan untuk
mengantisipasi resiko terjadinya cedera pada anak. Ketika anak dalam
kondisi somnambulisme, maka anak harus dibimbing untuk kembali
ketempat tidur. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi
somnambulisme adalah dengan membuat lingkungan yang nyaman dan
aman serta dapat pula dengan menggunakan obat seperti diazepam dan
valium.
3. Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari lebih dari 9 jam, biasanya
disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal,
liver dan metabolisme.
4. Parasomnia
Merupakan Sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti
samnohebalisme (tidur sambil berjalan).
5. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol) . Terjadi pada
anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab
secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stress, dan toilet
training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah enuresis
antara lain : hindari stress, hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan
kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
6. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang
tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula bahwa narkolepsi adalah
serangan mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur pada
setiap saat dimana serangan tidur (kantuk) tersebut datang. Penyebab
narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga karena terjadi akibat
kerusakan genetika system saraf pusat dimana periode REM tidak dapat
dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya apabila
terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada
alat–alat yang berputar–putar atau berada ditepi jurang. Obat-obat
agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis
obat yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut di antaranya jenis
amfetamin.
7. Night Terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6
tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung
terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
8. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara
di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat
menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang
menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut
mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pernapasan.
B. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Pola Tidur Pada Lansia
1. Pengkajian Pada Lansia
1. Biodata
a. Identitas Diri Klien
b. Nama Lengkap : Tn A
c. Tempat, Tanggal Lahir : Porsea, 24 Desember 1949
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Status Perkawinan : Menikah
f. Agama : Islam
g. Suku : Jawa
h. Pendidikan : Spg
i. Pekerjaan : Pensiunan Guru
j. Alamat : Semarang
k. Komposisi Keluarga : Keluarga Inti
2. Keluhan Utama
Tn A mengatakan sulit tidur pada malam hari. Sering terbangun tiba-tiba.
Dan saat akhir-akhir ini mengalami sedikit nyeri pada sendi - sendi lutut.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Provocative/Palliative
1) Apa penyebabnya
Tn A mengatakan bahwa gangguan pola tidur yang terjadi saat ini
dikarenakan klien lelah dan terkadang sedikit nyeri pada sendi.
2) Hal-hal yang memperbaiki Keadaan
Istirahat dengan cukup dan mencoba untuk tidur.
b. Quantity/ Quality
1) Bagaimana dirasakan
Klien merasa kurang istirahat, mata terlihat lesu.
2) Bagaimana dilihat
Klien terlihat lesu, kurang bersemangat.
c. Region
1) Dimana Lokasinya :-
2) Apakah Menyebar : -
d. Severity :-
e. Time : -
4. Riwayat Kesehatan Masa
Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan dahulu pernah mengalami konstipasi. Tapi sekarang
sudah tidak kambuh lagi.
b. Pengobatan/ Tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan sering mengkonsumsi daun daun tradisional untuk
pengobatan dengan cara direbus dan mengkonsumsi buah-buahan.
c. Pernah dirawat/ di operasi
Klien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit dan belum
pernah dioperasi.
d. Lama Dirawat
Tidak pernah dirawat dirumah sakit.
e. Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi apapun terhadap dirinya
f. Imunisasi
Klien mengatakan tidak mendapat imunisasi pada waktu beliau masih
kecil.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Orang Tua
Klien mengatakan tidak ada penyakit yang serius terhadap orang tuanya.
b. Saudara Kandung
Tidak ada yang mengalami penyakit keturunan.
c. Penyakit Keturunan yang ada.
Tidak ada yang mengalami penyakit keturunan.
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan Jiwa.
Keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan
jiwa.
e. Anggota Keluarga yang meninggal.
Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.
6. Riwayat Keadaan Psikososial
a. Persepsi Klien Tentang penyakitnya
Klien mengatakan bahwa dia ingin selalu sehat, dan tidak akan sakit.
b. Konsep Diri
1) Gambaran Diri
Klien mengatakan senang dengan kondisi tubuhnya, tidak gemuk.
2) Ideal Diri
Klien mengatakan semoga saja dia tidak mengalami penyakit
serius sehingga dapat tetap beraktifitas seperti biasa nya.
3) Harga Diri
Klien merasa senang dengan dirinya, karena anaknya patuh
terhadap dia dank lien merasa dihargai.
4) Peran Diri
Berperan sebagai ibu rumah tangga, Seorang istri,ibu dan nenek
ditengah-tengah keluarga nya.
5) Identitas Diri
Seorang Ibu rumah tangga dengan pensiunan guru.
c. Keadaan Emosi
Baik , dapat mengontrol emosi.
d. Hubungan Sosial
Hubungan social Klien dengan lingkungan social terjalin dengan baik.
- Orang yang berarti : Suami dan Anak
- Hubungan dengan Keluarga : Kandung
- Hubungan dengan Orang Lain : Terjalin dengan baik
- Hambatan dalam berhubungan dengan : Tidak ada
- Orang Lain
e. Spritual
1) Nilai dan Keyakinan
Klien percaya dengan keyakinan Agama yang dianutnya
2) Kegiatan Ibadah
Klien mengikuti Ibadah dan Pengajian keluarga
f. Istirahat Tidur
- Lama Tidur malam : 21.00-05.00 wib
- Setelah mengalami gangguan : 22.00-02.00 wib
- Siang : 13.00-14.00 wib
- Keluhan dengan Tidur :Tidur terganggu, sering terbangun
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda – tanda Vital
- Suhu Tubuh : 37 C
- Tekanan Darah : 120/80 mmhg
- Nadi : 82x/menit
- Pernapasan : 22 x/menit
- Skala nyeri : Skala 3
- Tinggi badan : 150 cm
- Berat badan : 60 kg
c. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan Rambut
- Bentuk : Normal , Berbentuk bulat.
- Ubun – ubun : Ada
- Kulit kepala : Bersih , tidak ada Ketombe
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut: Rapi , rambut lebat, ikal, ada
uban
- Bau : Tidak ada
- Warna Kulit : Kuning langsat
Wajah
- Warna Kulit : Kuning langsat
- Struktur Wajah :Bulat, tidak ada kelainan
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan: 2 buah bola mata dan simetris
- Palpebra : Terbuka
- Konjungtiva dan sclera : Tidak Pucat
- Pupil : Simetris
- Cornea dan iris : Adanya sedikit kekeruhan lensa
Hidung
- Tulang hidung : Simetris , normal
- Lubang Hidung : Lengkap , ada 2 lubang
- Cuping hidung : Normal
Telinga
- Bentuk Telinga : Simetris , lengkap ada 2 daun telinga
- Ukuran Telinga : Kecil
- Lubang Telinga : Bersih
- Ketajaman Pendengaran : Masih Baik
Mulut dan Faring
- Keadaan Bibir : Tidak kering
- Keadaan Gusi dan Gigi : Gusi dan gigi bersih, gigi lengkap
- Keadaan Lidah : Normal
Leher
- Posisi Trachea : Simetris
- Thiroid : Normal , tidak ada pembengkakan
- Suara : Bersih
- Kelenjar Limfe : Ada
- Denyut nadi karotis : Normal, masi teraba
Pemeriksaan Integumen
- Kebersihan : Baik
- Kehangatan : Kulit terasa hangat.
- Warna : Kuning langsat
- Turgor : Normal
- Kelembapan : Kulit lembab
- Kelainan Pada Kulit : Adanya bintik hitam karena proses
Menua. Pemeriksaan Thoraks/Dada
- Inspeksi thoraks
(Normal,burelchest,funnelchest,pigeonchest,failchest,kifos
Koliasis)
- Pernafasan (Frekuensi,irama) : Normal , tidak sulit dalam bernafas
- Tanda Kesulitan Bernafas : Tidak ada
Pemeriksaan Paru
- Palpasi Getaran Suara : Tidak dilakukan
- Perkusi : Tidak dilakukan
- Auskultasi(Suara nafas,suara : Tidak dilakukan Pemeriksaan
Ucapan,suara tambahan)
Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi : Kedua belah dada normal, simetris
- Palpasi : Normal, Tidak ada bunyi tambahan
- Perkusi : Normal, Terdengar suara resonan
- Auskultasi : Normal, Terdengar suara broncial
Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi ( Bentuk,benjolan) : Normal, tidak ada benjolan
- Auskultasi : Tidak terdengar kelainan
- Palpasi (Tanda nyeri tekan : Tidak adanya pembesaran Hepar
/limfa Benjolan,ascites,hepar,lien)
- Perkusi (Suara abdomen) : Normal
8. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Pola Makan dan Minum
- Frekuensi makan / hari : 3 x Sehari
- Nafsu / Selera makan : Baik dan Normal
- Nyeri Ulu hati : Tidak ada
- Alergi : Tidak ada
- Mual dan Muntah : Tidak ada
- Waktu Pemberian makan : Teratur dan tepat waktu
- Jumlah dan Jenis makan : 1 Porsi makan dengan nasi Putih dan lauk
- Waktu pemberian minum : Setiap saat apabila haus
- Masalah Makan minum : Tidak ada masalah
b. Perawatan Diri / Personal hygiene
- Kebersihan Tubuh : Bersih, tidak tampak kotoran,rapi
- Kebersihan Gigi dan Mulut : Bersih, Tidak berbau
- Kebersihan Kuku kaki/tangan: Bersih, kuku tidak panjang
c. Pola Kegiatan / Aktivitas
- Uraian Kegiatan Klien untuk :
1. Mandi : Dilakukan 2 x sehari dengan mandiri
2. Makan : 3x sehari dilakukan secara mandiri
3. Eliminasi : Dilakukan secara mandiri
4. Ganti Pakaian : Dilakukan secara mandiri
- Uraian aktivitas Ibadah : Klien setiap hari minggu ke gereja.
9. Pola Eliminasi
a. BAB
- Pola BAB : Kurang lebih 4-6 kali seminggu
- Karakter Feses : Normal , Lembek dan berwarna Kuning
- Riwayat Perdarahan : Tidak Pernah
- Diare : Tidak ada
a. BAK
- Pola BAK : Kurang lebih 3 – 6 Kali sehari
- Karakter Urine : Normal, Bau tidak menyengat
- Nyeri/Rasa terbakar/sulit BAK: Tidak ada
- Riwayat Penyakit Ginjal : Tidak ada
2. ANALISA DATA
Masalah
NO Data Penyebab
Keperawatan
1 Ds :Tn A mengatakan Saya -Faktor menua Gangguan Pola
sering terbangun apa bila -Kebisingan Tidur
tidur malam. Terkadang -Keadaan Lingkungan
tidak bisa tidur nyenyak. yang tidak nyaman.
Do :
- K/u Baik
- Konjungtiva enemis
- Terkadang menguap
- Klien tampak lelah
- TD : 120/80 mmhg
- N : 80 x/ menit
- RR : 24 x/ menit
- S : 36 c
Waktu tidur malam sekitar
21.00 – 05.00 wib.
Waktu tidur setelah
mengalami gangguan
22.00-02.00 wib
Ds : Tn A mengatakan
tidak mengetahui tentang
2 penyakit reumatik. -Proses Menua. Kurang
Makanan, pantangan dan -Kurang pengetahuan pengetahuan
pengobatannya tentang informasi tentang reumatik.
Do : Ny.B tampak bertanya reumatik.
tentang rematik, makanan,
pantangan, dan cara
pengobatannya.
Masalah
NO Data Penyebab
Keperawatan
3 Ds : Tn A mengatakan -Proses Menua. Nyeri
adanya nyeri pada bagian -Nyeri
lutut dan dirasakan pada -Tulang mengalami
saat bangun tidur, ketika gesekan.
berdiri dan duduk. -Permukaan tulang dan
Do : sendi tidak lagi licin.
TD : 130/70 mmhg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,5 c
Respirasi : 24x/ menit
Ny.B tampak memegangi
kakinya.
Skala nyeri : skala 3

3. Masalah Keperawatan
1. Gangguan Pola Tidur.
2. Kurang Pengetahuan Tentang Reumatik.
3. Nyeri.

4. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)


1. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Faktor menua dan keadaan
lingkungan yang tidak nyaman ditandai dengan klien sering terbangun
pada saat tidur dan tidur tidak nyenyak.
2. Kurangnya pengetahuan tentang rematik berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi tentang rematik.
3. Nyeri akut akibat proses inflamasi pada kaki berhubungan dengan
terjadinya nyeri pada kaki ditandai dengan rasa kesemutan dan nyeri
pada persendian.
5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan Pola Setelah dilakukan -Lakukan -Memberikan
Tidur tindakan pengkajian informasi rencana
Berhubungan keperawatan masalah keperawatan
dengan Faktor diharapkan gangguan tidur -mengatur pola
menua dan gangguan tidur klien, tidur .
keadaan tidak terjadi. karakteristik dan -Meningkatkan
lingkungan yang Dengan kriteria penyebab pola tidur.
tidak nyaman hasil :Klien dapat kurang tidur -Mengurangi
ditandai dengan tidur, nyaman -Lakukan gangguan pada
klien sering dan rileks. persiapan untuk pola tidur.
terbangun pada tidur malam -Memberikan
saat tidur dan seperti jam 8. kenyamanan
tidur tidak -Anjurkan untuk tidur.
nyenyak makan yang
cukup satu jam
sebelum tidur.
-Keadaan
tempat tidur
yang nyaman
-Lingkungan
yang tidak
berisik dari
kebisingan
-Tingkatkan
aktivitas sehari-
hari dan Kurangi
aktivitas
sebelum tidur.
Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
2 Kurangnya Setelah dilakukan -Kaji tingkat -Menambah pengetahuan
pengetahuan intervensi, pengetahuan klien. klien tentang penyakit

tentang rematik diharapkan : -Berikan yang dideritanya.


Ny.B diharapkan pendidikan -Klien mengetahui
berhubungan
paham mengenai kesehatan tentang tentang rematik untuk
dengan kurang
penyakitnya. cara mencegah pengurangan memicu
terpaparnya
dan mengatasi terjadinya nyeri.
informasi tentang
rematik. -Mengetahui sejauh mana
rematik -Anjurkan klien klien paham tentang
untuk peyakit dideritanya.
mengkonsumsi
makanan yang
dapat dikonsumsi.
-Evaluasi tingkat
pengetahuan klien.
3 Nyeri akut akibat Setelah dilakukan -Menganjurkan - Mengurangi rasa nyeri
proses inflamasi intervensi hasil Klien untuk mandi yang dirasakan klien
pada kaki yang diharapkan : air hangat, sehingga tercapai rasa
berhubungan -Ny.B kompres sendi- nyaman.
dengan terjadinya melaporkan rasa sendi yang sakit -Nyeri berkurang melalui
nyeri pada kaki kesemutan dan denga kompres masase yang dilakukan.
ditandai dengan nyeri pada sendi hangat. -Memudahkan untuk ikut
rasa kesemutan berkurang -Memberikan serta dalam terapi dan
dan nyeri pada -Tn A dapat masase yang mengurangi tegangan
persendian. merasa nyaman, lembut otot/spasme.
tanpa rasa ngilu -Mengajarkan
dan nyeri pada teknik relaksasi.
kaki.
6. Implementasi Dan Evaluasi
Tanggal No Implementasi Evaluasi
26/5/2016 1 - Melakukan pengkajian masalah S :Klien mengatakan masih
Kamis gangguan tidur klien, mengalami gangguan sekali-
karakteristik, dan penyebab sekali.
kurang tidur O :
Hasil : Klien sering terbangun -K/u Baik
pada malam hari, klien terbangun -Klien merasa sudah hampir
kira-kira 1 jam tertidur, jika sudah bisa tidur
terbangun klien biasanya -TD : 120/70mmhg
melakukan kegiatan minum air -Nadi : 82x/menit
hangat, penyebab klien terbangun -RR : 24x/menit
karena faktor lingkungan dan jika -S : 36 C
gejala rematik yang membuatnya Kuantitas tidur pada malam hari
nyeri dari jam 20.00 – 04.00 wib
-Menganjurkan klien untuk tidur Pada siang hari 12.00 – 14.00
malam seperti pada jam 8 malam wib
sesuai dengan pola tidur klien. A : Masalah Sebagian teratasi
Hasil : Klien tidur jam 20.00- P : Intervensi Dilanjutkan
04.00 wib.
-Anjurkan Keluarga klien untuk
memberikan keadaan tempat tidur
yang nyaman, bersih dan bantal
yang nyaman.
Hasil : Keluarga klien menuruti
anjuran tersebut.Membuat tempat
tidur yang nyaman, lingkungan
yang tidak panas.
-Meningkatkan aktivitas sehari-
hari dan kurangi aktivitas sebelum
tidur.
Hasil : Klien tidak melakukan
kegiatan sebelum tidur. Tidak
mengerjakan yang berat-berat.
Tanggal No Implementasi Evaluasi
26/5/2016 2 -Membina hubungan S : Klien mengatakan sudah paham
Kamis saling percaya dengan dengan apa yang disampaikan mengenai
klien. rematik, penyebab, makanan yang dapat
Hasil : Memberi salam dan tidak dapat dikonsumsi.
kepada klien,dan klien O : Tn A tampak paham dengan apa
membalas salam tersebut. yang disampaikan.
-Menjelaskan tentang A : Masalah Teratasi
rematik kepada klien. P : Intervensi Dilanjutkan
Hasil : Klien bertanya -Beri penkes tentang rematik.
mengenai rematik
tersebut.
-Menjelaskan Cara untuk
mengurangi sakit pada
lutut dengan berolah raga.
Hasil : Klien mengatakan
telah melakukan olah
raga jalan pagi.
-Menjelaskan makanan
yang dapat dikonsumsi
klien
Hasil : Klien
mengkonsumsi susu, telur,
buah-buahan dan keju.
-Menjelaskan makanan
yang tidak boleh
dikonsumsi oleh penderita
rematik.
Hasil : Klien mengatakan
menghindari konsumsi
makanan seperti Kacang,
buncis dll.
Tanggal No Implementasi Evaluasi
26/5/2016 3 -Membina Hubungan saling S : Tn A mengatakan sudah 3
Kamis percaya dengan klien. minggu merasakan kesemutan
Hasil : memberi salam pada klien dan nyeri sendi pada lutut-
dank lien merespon salam yang lututnya
disampaikan. -Tn A mengatakan rasa nyeri
-Mengkaji keluhan yang sendi tersebut datang ketika
dirasakan klien, catat faktor yang akan bergerak missal duduk
mempercepat dan tanda-tanda atau berdiri.
rasa sakit non verbal. O:
Hasil : Klien mengalami nyeri -TD : 120/80 mmhg
saat bergerak tiba-tiba, faktor -Nadi : 82x/menit
yang mempercepat nyeri saat -Suhu : 36 C
klien banyak berdiri, klien -Respirasi : 24x/menit
memegangi lutut yang nyeri. -Tn A tampak memegangi kaki
-Menganjurkan klien untuk mandi bagian lututnya.
air hangat, kompres sendi-sendi -Tn A tampak melakukan teknik
yang sakit dengan kompres hangat. relaksasi dan distraksi dengan
Hasil : Klien mengatakan setiap cara tarik nafas dalam.
malam mandi air hangat, A : Masalah Teratasi
mencontohkan kepada klien P : Intervensi Dilanjutkan
mengompres kaki nya dengan air -Kaji pengetahuan klien tentang
hangat. rematik
-Mengajarkan klien untuk teknik -Berikan penkes tentang
relaksasi. penyakit rematik.
Hasil : Klien mampu melakukan
teknik penarikan nafas saat nyeri
menyerang.
-Mengajarkan klien untuk
melakukan olahraga kaki, misalnya
dengan berjalan pagi hari.
Hasil : Klien mengatakan pagi
berjalan untuk olah raga kakinya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien Ny.B
yang mengalami masalah gangguan tidur didapatkan hasil sebagai :
1. Tidur adalah, suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada rasa stress
emosional, bebas dari kecemasan.
2. Faktor resiko gangguan tidur pada Ny.B meliputi dikarenakan
berhubungan dengan gangguan lingkungan klien, gejala rematik yang
diderita, serta pengetahuan yang kurang mengenai rematik.
3. Tindakan penanganan gangguan pola tidur dilakukan dengan menciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman sehingga dapat memicu pola istirahat
dengan baik.
4. Masalah Keperawatan yang ditemukan pada Ny.B adalah gangguan pola
tidur, Nyeri berhubungan dengan gejala rematik, dan Kurangnya
pengetahuan tentang rematik.
5. Dari data yang telah didapat, prioritas masalah utama klien adalah
Gangguan Pola Tidur.
6. Implementasi yang sudah dilakukan pada Ny.B dapat berupa mengatur
pola tidur klien, menjelaskan pentingnya kebutuhan tidur pada klien, serta
menghindari kegiatan yang mengganggu pola tidur sehari-hari.
B. Saran
1. Klien sebaiknya dapat melaksanakan segala bentuk anjuran untuk dapat
memperbaiki pelaksanaan gangguan pola tidur agar pemenuhan kebutuhan
tidur terpenuhi.
2. Keluarga bekerja sama untuk dapat membuat suasana ataupun keadaan
yang memicu ketenangan, agar klien tidak mengalami gangguan tidur.
3. Untuk setiap tindakan asuhan keperawatan yang diberikan, sebaiknya klien
melaksanakannya demi tercapainya asuhan keperawatan yang baik untuk
klien.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi (2008) Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM,


Salemba Medika Jakarta

Maryam Siti.R, dkk (2010) Asuhan Keperawatan Pada Lansia, Trans Info Media
Jakarta

Maryam Siti.R, dkk (2008) Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannnya, Salemba
Medika Jakarta

Nugroho Wahjudi (2000) Keperawatan Gerontik, edisi 2, Jakarta

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Jakarta: EGC

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,


Proses, dan Praktik, edisi 4. Jakarta: EGC

Wartonah Tarwoto (2006) KDM dan Proses Keperawatan, edisi 3, Salemba


Medika Jakarta

Wartonah Tarwoto (2010) KDM dan Proses Keperawatan, edisi 4, Salemba


Medika Jakarta
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/ Implementasi
No Dx Evaluasi (SOAP)
Tanggal Keperawatan

1. Gangguan Jumat/ 1. Mengkaji Pola tidur S:


Pola tidur 27/5/2016 klien perhari.
Tn A mengatakan
Berhubungan Hasil : Klien tidur
untuk tidur nya
dengan mulai dari jam 20.00-
saat ini semakin
ketidaknorma 04.00 wib
membaik,
lan fisiologis 2. Mengkaji tentang
khususnya pada
dan faktor keinginan untuk tidur
saat tidak ada
menua pasien.
kebisingan, dan
ditandai Hasil : Semenjak
ngilu pada kaki
dengan klien tempat tidur klien
nya.
sering nyaman dan nyeri
terbangun tidak lagi timbul klien O:
pada saat merasa ingin tidur
Tanda-tanda vital
tidur. dengan nyaman.
3. Mengkaji faktor T : 36,5 C
penyebab gangguan
RR : 24x/menit
tidur.
Hasil : Klien merasa HR : 82x/menit
nyaman dengan
BB : 52 kg
kondisi
lingkungannya TB : 150 Cm

sehingga dapat
A:
dengan nyaman untuk
tidur. Masalah Teratasi

4. Mengkaji tanda-tanda P :
vital klien.
TD : 120/80 mmhg Intervensi
RR : 22x/menit dilanjutkan
HR :82x/menit
S : 36 C
5. Mendiskusikan
pentingnya kebutuhan
istirahat tidur untuk
pasien.
Hasil : Klien
mengatakan lebih
sering untuk mengatur
pola tidurnya dengan
baik.
6. Menganjurkan klien
untuk minum air
hangat sebelum tidur.
Hasil : Klien
meminum air hangat
setiap sore.
7. Menganjurkan klien
untuk membuat
suasana lingkungan
nyaman.
Hasil : Tempat tidur
klien dilapisi dengan
tilam yang lembut,
bantal yang bersih.
Hari/
No Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Tanggal

2. Kurangnya 1. Mengkaji klien untuk untuk saat ini


Pengetahua mengetahui sejauh apa rematik yang
n tentang pandangan mengenai dirasakannya tidak
Rematik rematik. begitu
berhubunga Hasil : Klien bertanya apa mengganggu,
n dengan itu rematik. karena klien tahu
keterbatasa 2. Mengkaji Klien makanan rematik tersebut
n kognitif apa yang dikonsumsi dan terjadi karena pada
tidak dikonsumsi oleh klien umumnya
Hasil : Klien menunjukkan menyerang lansia.
makanan yang
O:
dikonsumsinya yaitu, susu,
dan telur. Dan tidak TD : 120/80
mengkonsumsi kacang- mmhg
kacangan.
T : 37 C
3. Mengkaji klien kegiatan
apa yang dilakukan untuk RR : 23x/menit

mengurangi rematik. HR : 82x/menit


Hasil : Klien berolahraga
pagi, mengompres dengan A : Masalah

air hangat pada sore hari. Teratasi

P : Intervensi
Dilanjutkan

3. Nyeri akut 1. Mengkaji Skala nyeri yang S:


akibat masih terjadi pada klien.
Klien mengatakan
proses Hasil : Klien tidak lagi
bahwa nyeri
inflamasi merasa nyeri, dengan skala
sedikit berkurang,
pada kaki 3. terutama pada saat
berhubunga 2. Mengkaji kegiatan apa klien melakukan
n dengan yang dilakukan pasien teknik relaksasi,
kesemutan untuk mengurangi rasa mengompres kaki
dan nyeri nyeri. dan jalan pagi
pada Hasil : Klien mengompres
O:
persendian. dengan air hangat.
3. Mengkaji respon klien T : 36,5 C
setelah melakukan teknik
TD : 130/70
relaksasi, kompres hangat
mmhg
dan kegiatan olahraga yang
dilakukan. HR : 82x/menit
Hasil : Klien menarik nafas
RR : 24x/menit
dalam sebanyak 3 kali.
2. Mendiskusikan bersama A : Masalah
pasien tentang mengatasi Teratasi
rasa nyeri.
P : Intervensi
Hasil : Klien melakukan
dilanjutkan
pengompresan ketika nyeri.
3. Mengingatkan pasien untuk
tidak memakan makanan
yang menyebabkan nyeri
pada gejala rematik.
Hasil : Klien
mengkonsumsi buah-
buahan, susu, dan telur.
Hari/ Implementasi Evaluasi
No Dx
Tanggal Keperawatan (SOAP)

1. Gangguan Sabtu/28/2016 1. Mengkaji pola tidur S:


Pola tidur klien saat ini.
Tn A
berhubungan Hasil : Klien tidur
mengatakan saat
dengan pada jam 20.00-
ini klien sudah
ketidaknorma 04.00 wib
bisa tidur.
lan fisiologis 2. Mengkaji Kondisi
Kebutuhan tidur
dan faktor kenyamanan klien
semakin baik.
menua untuk dapat tidur.
ditandai Hasil : Klien tidur O:
dengan klien diatas tilam yang
T : 37 C
sering lembut sehingga
terbangun terasa nyaman. TD : 120/80
pada saat 3. Mengkaji aktifitas mmhg
tidur. apa saja yang dapat
HR : 82x/menit
dilakukan sebelum
tidur. RR : 24x/menit
Hasil : Sebelum
Klien tampak
tidur, klien
lebih segar,
meminum air
wajah.
hangat.
4. Menganjurkan klien Konjungtiva
untuk meminum air tidak enemis
hangat sebelum
Tidak tampak
tidur.
lesu, tidak
Hasil : Klien
tampak
minum air hangat
menguap.
segelas pada malam
hari. A:

5. Menganjurkan klien
untuk membuat Masalah
suasana lingkungan Teratasi
nyaman.
P : Intervensi
Hasil : Keluarga
Dilanjutkan
membuat kondisi
tempat tidur lebih
nyaman dengan
kasur yang lembut,
bantal yang bersih.

2. Kurangnya 1. Mengkaji klien S:


Pengetahuan tentang penyakit
Tn A
Tentang rematik.
mengatakan
Rematik Hasil : Klien paham
rematik adalah
berhubungan tentang rematik.
penyakit yang
dengan 2. Mengkaji klien
pada umunya
keterbatasan makanan apa yang
menyerang
kognitif. dikonsumsi dan tidak
lansia seperti
dikonsumsi sehari-
dirinya dan
hari.
klien
Hasil : Klien
mengatakan
memperlihatkan
rematik tidak
susu, telur yang
begitu
dikonsumsi olehnya.
menggangu
3. Mengkaji klien
selama
aktifitas apa yang
melakukan
dapat membuat
pencegahan dan
rematik itu terjadi.
mengkonsumsi
Hasil : nyeri
makanan yang
muncul ketika klien
dianjurkan.
banyak berdiri, dan
bergerak tiba-tiba. O:
4. Memberi
T : 36 C
Pendidikan
Kesehatan TD :
mengenai rematik. 120/80mmhg
Hasil : Klien
HR : 82x/menit
melakukan apa
yang disarankan RR : 22x/menit
pada pendidikan
Klien antusias
yang diberi.
untuk berbicara
mengenai
gejala rematik
yang
dideritanya.

A : Masalah
Teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan

No Dx Hari/ Implementasi Evaluasi (SOAP)


Tanggal Keperawatan

3. Nyeri 1. Mengkaji kapan S:


akut nyeri yang
Klien mengatakan
akibat dirasakan klien.
bahwa nyeri
proses Hasil : nyeri
sedikit berkurang,
inflamasi muncul saat terutama pada saat
pada kaki melakukan banyak klien melakukan
berhubun aktifitas dan teknik relaksasi,
gan bergerak tiba-tiba. mengompres kaki
dengan 2. Mengkaji kegiatan dan jalan pagi
kesemuta apa yang dilakukan
O:
n dan pasien untuk
nyeri mengurangi rasa T : 36 C
pada nyeri.
TD : 120/80
persendia Hasil :
mmhg
n. mengompres kaki
dengan air hangat. HR : 82x/menit
3. Mengkaji respon
RR : 24x/menit
klien setelah
melakukan teknik Klien tampak
relaksasi, kompres biasa dan tidak
hangat dan merasakan nyeri
kegiatan olahraga
A : Masalah
yang dilakukan.
Teratasi
Hasil : Klien
menarik nafas saat P : Intervensi

nyeri muncul dilanjutkan

dengan dengan

memperagakannya, melakukan
mengompres relaksasi, kompres

dengan air hangat hangat, dan jalan

dan jalan pagi hari. pagi.

Anda mungkin juga menyukai