PENDAHULUAN
1
adalah remaja. Hal ini terbukti karena pada remaja terjadi perubahan dramatis dalam
pola tidur bangun meliputi durasi tidur yang kurang, waktu tidur yang tertunda, dan
adanya perbedaan pola tidur pada hari kerja dan akhir pekan, maka kualitas tidur
remaja cenderung berkurang.6
Anak remaja yang sekolah biasanya menunda tidur yang sudah terjadwal.
Mereka cenderung memiliki waktu sibuk pada hari-hari berikutnya dan belum pergi
tidur sampai tengah malam. Tidur merupakan salah satu kebutuhan yang harus
tercukupi untuk menjalani aktifitas yang padat. Kualitas tidur yang baik membantu
dalam konsentrasi serta meningkatkan produktivitas kerja disiang hari dan membantu
proses pembelajaran pada siswa.7
Menurut Nasional Sleep Fondation tahun 2016, waktu tidur yang dibutuhkan
remaja sekolah selama 8,5 – 9,5 jam, artinya remaja harus tidur pada pukul 21.00-
21.30 malam agar mendapatkan prestasi yang lebih baik. Hal ini terbukti remaja yang
memiliki waktu tidur yang cukup mempunyai konsentrasi dan minat belajar yang
baik selama mengikuti pelajaran. Sedangkan siswa yang memulai waktu tidur lewat
dari jam tengah malam cendrung susah untuk bangun tidur dan memiliki tingkat
kantuk yang sangat tinggi pada siang hari. Hal ini mengakibatkan kurangnya minat
dan konsentrasi belajar siswa serta banyaknya kejadian siswa yang tertidur selama
pelajaran berlangsung.8
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan di Amerika oleh National Sleep
Foundation pada tahun 1999 didapatkan bahwa lebih dari sepertiga (36%) remaja dan
dewasa muda usia 16-29 tahun dilaporkan mengalami kesulitan untuk bangun pagi
(dibandingkan dengan 20% pada usia 30-64 tahun dan 9% di atas usia 65 tahun).
Hampir seperempat remaja dan dewasa muda (22%) sering terlambat masuk kelas
atau bekerja karena sulit bangun (dibandingkan dengan 11% pada pekerja usia 30-64
tahun dan 5% di atas usia 65 tahun). Empat persen remaja dan dewasa muda
mengeluhkan kantuk saat bekerja sekurangnya 2 hari dalam seminggu atau lebih
(dibandingkan dengan 23% pada usia 30-64 tahun dan 19% di atas usia 65 tahun).9
2
Kurangnya waktu tidur dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah
diantaranya memperlihatkan perasaan lelah, gelisah, lesu, menguap/mengantuk,
aktifitas disekolah terganggu, bahkan seringkali kehilangan konsentrasi pada saat
menerima pelajaran di sekolah. Selain itu kurangnya waktu tidur dapat menyebabkan
gangguan aktivitas otak, seperti gangguan mood, memori, dan motivasi.10
SMA Negeri 3 Tarutung merupakan salah satu sekolah unggulan di Kabupaten
Tapanuli Utara. Saat ini jumlah siswa-siswi di SMAN 3 Tarutung berkisar lebih
kurang 290 orang. Kegiatan siswa-siswi SMAN 3 Tarutung juga terhitung padat.
Kegiatan belajar reguler dimulai pukul 7.15 pagi dan berakhir pukul 13.30 siang.
SMAN 3 Tarutung juga memiliki kegiatan ekstrakulikuler yang wajib diikuti oleh
seluruh siswa. Kegiatan tersebut antara lain kegiatan akademik, kesemaptaan, dan
renang. Kegiatan ekstrakulikuler dimulai pada pukul 15.00 sore dan berakhir pukul
17.45 sore. Siswa-siswi SMAN 3 Tarutung juga dikenal banyak menorehkan prestasi.
SMAN 3 Tarutung selalu menjadi juara umum Olimpiade tingkat Kabupaten dan juga
pernah memenangkan Pertandingan Anti Korupsi Tingkat Nasional pada tahun 2016.
Namun berdasarkan wawancara dengan guru, siswa SMAN 3 Tarutung mengalami
penurunan prestasi pada persentase kelulusan Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Pada
tahun ajaran 2014/2015, 100% lulusan SMAN 3 Tarutung berhasil lulus ke PTN,
tetapi pada tahun ajaran 2015/2016 hanya 94% lulusan nya yang berhasil lulus ke
PTN.
Berdasarkan hal inilah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, apakah
kualitas tidur siswa SMA Negeri 3 Tarutung mempengaruhi hasil prestasi belajar
tersebut.
3
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan
prestasi belajar siswa SMA Negeri 3 Tarutung tahun 2019.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tidur
2.1.1 Definisi Tidur
5
2.1.2 Manfaat Tidur
Tidur malam yang berkualitas dapat meningkatkan fungsi mental, tidur juga
sangat dibutuhkan untuk konsolidasi , sebuah proses dimana terjadi perubahan
sinapsis yang membuat ingatan yang baru saja tersimpan menjadi lebih tahan lama
dan stabil. Peningkatan dalam hal ingatan telah diasosiasiakn dengan tidur REM dan
gelombang tidur yang lambat, dan juga dengan ingatan keterampilan motorik dan
presepsi spesifik. Namun Ketika mereka kekurangan tidur REM, ingatan mereka
terganggu.25
Fungsi tidur adalah restoratif (memperbaiki) kembali organ-organ tubuh.
Kegiatan memperbaiki kembali tersebut berbeda saat Rapid Eye Movement (REM)
dan Nonrapid Eye Movement (NREM). Nonrapid Eye Movement akan
mempengaruhi proses anabolik dan sintesis makromolekul ribonukleic acid (RNA).
Rapid Eye Movemont akan mempengaruhi pembentukan hubungan baru pada korteks
dan sistem neuroendokrin yang menuju otak. Selain fungsi di atas, tidur juga dapat
digunakan sebagai tanda terdapatnya kelainan pada tubuh yaitu terdapatnya gangguan
tidur yang menjadi peringatan dini keadaan patologis yang terjadi di tubuh.4
Berdasarkan teori restorasi, sekurang-kurangnya ada 2 hal yang diduga kuat
merupakan sebab dari mengapa manusia harus tidur.
a. Perbaikan Sel Otak
Dengan tidur, otak berkesempatan untuk istirahat dan memperbaiki
neuronneuron(sel-sel otak) yang rusak. Tidur juga berperan menyegarkan
kembalikoneksi penting antara sel-sel otak yang digunakan. Hal ini bisa
dianalogikankembali dengan motor. Apabila motor jarang digunakan maka tetap
harusdipanaskan secara rutin untuk menjaga kinerja mesin agar tetap baik.
Apabilatidak dipanaskan, aliran pelumas, aliran bahan bakar, putaran mesin, dan
lainnyabisa berjalan tidak benar yang bisa menyebabkan kerusakan seluruh mesin.Hal
yang sama terjadi pada otak, ada koneksi-koneksi antara sel otak yangjarang
6
digunakan yang memerlukan pemanasan secara rutin. Bentuk pemanasanotak yaitu
berupa tidur.7
b. Penyusunan Ulang Memori
Tidur memberikan kesempatan otak untuk menyususn kembali data-data atau
memori agar bisa menemukan solusi terhadap sebuah masalah. Pada saat merasa
pusing dan tidak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi suatu masalah maka
tidurlah. Sangat mungkin setelah tidur, solusi yang dibutuhkan dalam memecahkan
masalah yang anda hadapi akan bisa ditemukan.7
2.1.3 Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat
otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktvitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons.
Selain itu, reticularactivating system (RAS) dapat memberi rangsangan visual,
pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam
RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat
tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di
pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan
bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system
limbik. Dengan demikian, system pada batang otak yang mengatur siklus atau
perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.11
Dua sistem didalam batang otak, sitem pengaktivasi retikulum dan daerah
sinkronisasi bulbar, diyakini bekerja bersama mengontrol sifat siklik pada tidur.
Formasi retikulum ditemukan dalam batang otak. Ini membentang keatas sampai
kemedula, pons, batang otak, otak tengah dan kemudian ke hipothalamus. Ini terdiri
dari banyak sel syaraf dan serabut. Syaraf memiliki hubungan yang merelay impuls
7
ke dalam korteks serebral danke dalam medulla spinalis. Formasi retikulum
membantu reflex dan gerakan volunter, maupun aktivitasi korteks yang berkaitan
dengan keadaan sadar penuh. Selama tidur, system retikulum mengalami beberapa
stimulasi dari korteks serebral dan dari tepi tubuh. Keadaan terbangun terjadi apabila
system retikulum diaktivasi dengan sistem stimulasi dari korteks serebral dan dari sel
dan organ sensoris tepi. Hipothalamus mempunyai pusat kontrol untuk beberapa
aktivitas tubuh, salah satunya adalah mengenai tidur dan terbangun. Cedera pada
hypothalamus dapat menyebabkan sesorang tertidur untuk periode yang lama atau
panjang. Sejumlah senyawa dapat berperan sebagai neurotransmitter dan terlibat
dalam proses tidur. Norepinefrin asetilkolin, diikuti oleh dopamine, serotonin dan
histamine, terlibat dalam inhibisi GaBa ( Gamma amino Butyric acid ) yang tampak
perlu diinhibisi.10, 27
8
b. Tingkatan tidur normal
Tidur yang normal dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu periode terjaga atau
bangun, tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) dan tidur Rapid Eye Movement
(REM). Tidur NREM dan REM merupakan komponen utama tidur yang yang
adekuat serta penting untuk mempertahankan fungsi tubuh sehari-hari. Selama
periode tidur NREM, hormone disekresi untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perbaikan jaringan tubuh. Sedangkan tidur REM merupakan periode tidur yang aktif
dan kadang disertai adanya mimpi.
Tidur REM yang adekuat berperan dalam mengorganisasi informasi, proses
belajar dan menyimpan memori jangka panjang.15
1) Periode terjaga
Selama periode terjaga ditandai dengan mata terbuka dan adanya respon
individu terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu individu tampak rileks
selama periode ini dan disertai dengan mata yang tertutup.15
2) Periode tidur NREM (75%)
Periode tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur
NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar
atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain: mimpi berkurang,
keadaan istirahat, tekanan darah turun, pernapasan dan metabolisme
menurun, dan gerakan bola mata lambat.5
Tidur NREM memiliki 4 tahap yang masing-masing tahap ditandai
denganpola perubahan aktifitas gelombang otak. Keempat tahap tersebut
yaitu:
Tahap I:
Merupakan tahap transisi dimana seseorang beralih dari sadar
menjaditidur. Pada tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa kabur
dan rileks,seluruh otot menjadi lemah, kelopak mata menutup mata,
kedua bola matabergerak ke kiri dan ke kanan, kecepatan jantung dan
pernapasan menurunsecara jelas, pada EEG terlihat terjadi penurunan
9
voltasi gelombanggelombangalfa. Seseorang yang tidur pada tahap I
ini dapat dibangunkandengan mudah.5
Tahap II:
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
TahapII ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu
tubuh menurun,tonus otot perlahan-lahan berkurang, serta kecepatan
jantung dan pernapasanturun dengan jelas. Pada EEG timbul
gelombang beta yang berfrekuensi 14-18siklus/detik. Gelombang-
gelombang ini disebut dengan gelombang tidur.Tahap II ini
berlangsung sekitar 10-15 menit.5
Tahap III:
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot
lenyapsecara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan dan proses
tubuh berlanjutmengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf
parasimpatis. Pada EEG,memperlihatkan perubahan gelombang beta
menjad 1-2 siklus/detik. Seseorangyang tidur tahap III ini sulit untuk
dibangunkan.5
Tahap IV:
Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang berada
dalamkeadaan rilekx, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah
lemah lunglai,dan sulit dibangunkan. Pada EEG, tampak hanya terlihat
gelombang delta yanglambat dengan frekuensi 1-2 siklus/detik.
Denyut jantung dan pernapasanmenurun sekitar 20-30%. Pada tahap
ini dapat terjadi miopi. Selain itu, tahap 4ini dapat memulihkan
keadaan tubuh.5
10
3) Periode tahap REM (20-25%)
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif. Hal tersebut berarti tidur
REM ini sifatnya nyeyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola
matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot
kendor,tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung
bergerak bolakbalik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki-
laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung dan pernapasan tidak
teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme mingkat.5
11
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus
dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan
keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis
dapat terganggu.5
b. Penyakit fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidak nyamanan fisik (seperti
kesulitan bernafas), atau masalah hati seperti kecemasan atau depresi dapat
menyebabkan masalah tidur. Penyakit juga menyebabkan seseorang untuk tidur
12
dalam posisi tidak biasa. Sebagai contoh, posisi yang aneh saat lengan diimobilisasi
pada traksi dapat mengganggu tidur.28
c. Gaya hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur seseorang. Individu
dengan waktu kerja tidak sama setiap harinya seringkali mempunyai kesulitan
menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Kesulitan mempertahankan kesadaran selama
waktu kerja. Perubahan lain yang menggunakan pola tidur merupakan kerja berat
yang tidak biasanya, terlihat dalam aktivitas social pada larut malam, dan perubahan
28
waktu makan malam.
d. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan
untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang
tenang. Ukuran, kekerasan, dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Jika
sesorang biasanya tidur dengan induvidu lain, maka tidur sendiri menyebabkan ia
terjaga.Selain itu, suara juga mempengaruhi tidur, tingkat suara yang dibutuhkan
untuk membangunkan seseorang tergantung dari tahapan tidurnya. Suara yang lebih
rendah cenderung dapat membangunkan orang yang tidur dalam tahap I, sementara
suara yang keras membangunkan seseorang dari tidur tahap III atau IV.Tingkat
cahaya juga dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur, beberapa orang kadang
meyukai keadaan gelap dan sementara itu beberapa orang juga menyukai keadaan
yang terang.28
e. Aktivitas dan kelelahan
Jam hidup manusia terbagi atas tiga tahap yaitu delapan jam bekerja normal,
delapan jam berikutnya dipergunakan untuk pekerjaan ringan, dan 8 jam lebihnya
dipergunakan untuk istirahat toal. Tidak ada yang dapat menggantikan jam biologis
ini, meskipun manusia menyuplai berbagai macam suplemen untuk tetap fit seharian
karena suplemen hany memiliki sedikit peran dan produktivitas tubuh dan bahkan
akan memperparah penyakit akibatmenumpuknya berbagai bahan kimia yang
berlebihan dan dapat merugikan tubuh. Maka dari itu istirahat yang cukup sangat
13
penting demi menjaga stabilitas kerja tubuh dan menghindari berbagai dampak yang
timbul akibat dari kurangnya waktu tidur dimalam hari oleh aktivitas tambahan.28
14
listrik yang terus menerus timbul dalam otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat
eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit
lain yang diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombang alfa,
betha, tetha dan delta.10
Selain itu, menurut Hidayat (2006), kualitas tidur seseorang dikatakan baik
apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami
masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda
fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan
psikologis yang dialami.11
a. Tanda Fisik
Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata,
konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan
(sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian),
terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.16
b. Tanda Psikologis
Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas
berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi
penglihatan atau pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan atau
keputusan menurun.16
Pengkajian tentang kualitas tidur dapat dilakukan dengan kuesioner the
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang terdiri dari 7 komponen meliputi waktu
yang diperlukan untuk dapat memulai tidur, lamanya waktu tidur, presentase antara
waktu tidur dengan waktu yang dihabiskan ditempat tidur, gangguan tidur yang
sering dialami sewaktu malam hari, kebiasaan penggunaan obat-obatan untuk
6
membantu tidur, gangguan aktivitas siang hari, dan kualitas tidur secara subyektif.
15
2.2. Belajar
Menurut Mudzakir dan Sutrisno (1997) dalam Nurkholis (2006) teori belajar
yang terkenal dalam psikologi ada 3 yaitu:
a. Teori Conditioning
Dalam teori Conditioning, belajar merupakan proses perubahan yang terjadi
karena adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan respon dan reaksi.
Yang paling penting dalam teori ini adalah latihan-latihan yang kontinyu.
b. Teori Connectinism (Thorndike)
Dalam belajar menurut Thorndike melalui dua proses yaitu trial and error
(mencoba dan gagal) serta law of effect yaitu segala tingkah laku yang
berakibat pada suatu keadaan yang memuaskan, yang diiingat dan dipelajari
dengan sebaik-baiknya.
16
c. Teori Psikologi Gestalt
Dalam teori ini mempunyai pandangan bahwa dalam belajar faktor
pemahamanatau pengertian (insight) merupakan faktor yang penting.
Dengan belajar seseorang dapat memahami atau mengerti hubungan antara
pengetahuan danpengalaman. Selain itu dalam belajar pribadi atau
organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar tidak hanya
dilakukan secara reaktif-mekanis belaka tetapi dilakukan dengan sadar,
bermotif dan bertujuan.19
17
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Sehubungan dengan faktor internal ini ada tingkatan yang perlu diketahui yaitu
faktor kondisi fisik, tingkat emosi, daya ingat, dan daya konsentrasi.
1) Faktor Kondisi Fisik (Jasmani)
Dalam faktor jasmania ini dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu factor
kesehatan dan faktor cacat tubuh.
2) Kecerdasan Emosi
Kemunculan istilah kecerdasan emosi dalam pendidikan, dan adanya
pengaruh kecerdasan emosi dalam belajar, bagi sebagian orang mungkin
dianggap sebagai hal yang yang baru. Teori Daniel Goleman, sesuai dengan
judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Menurut
Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan
akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak
beralasan, terlalu kritis, rewel,cenderung menarik diri, terkesan dingin dan
cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat.
Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka
orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. 9
Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf
kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai
orangyang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya
kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung
putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-
orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi.9
18
3) Daya Ingat
a) Memori Jangka Pendek (Short Term Memory)
Semua individu memiliki akses menuju memori jangka pendek.
Memori ini menahan data memori selama beberapa detik dan terkadang juga
bisa sampai beberapa menit. Menurut model Atkinson dan Shiffrin,
simpanan jangka pendek hanya dapat mengingat beberapa hal saja. Ia juga
dapat diakses oleh sejumlah proses pengontrolan yang mengatur aliran
informasi kepada dan dari simpanan jangka panjang. Biasanya, materi masih
tetap bertahan di dalam memori jangka pendek kira-kira 30 detik saja,
kecuali dilatih untuk mempertahankannya lagi. Kapasitas memori jangka
pendek menyimpan informasi dalam suatu area penyimpanan sementara
bersifat sangat terbatas dan rentan terhadap memudarnya informasi dengan
cepat.29
b) Memori Jangka Panjang (Long Term Memory)
Ingatan jangka panjang adalah suatu tipe memori yang relatif tetap dan
tidak terbatas. Kapasitas yang dimiliki memori jangka panjang sepertinya
tidak terbatas. Informasi dalam jumlah yang sangat besar yang tersimpan
dalam memori jangka panjang memungkinkan individu untuk belajar,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, serta mengembangkan identitas diri
dan sejarah kehidupan. Memori jangka panjang tempat menyimpan memori-
memori yang terus tinggal dalam pikiran selama periode yang panjang.
Lokasi tempat memori tersimpan adalah di seluruh bagian otak, meskipun
juga terpusat di bagian-bagian tertentu.29
4) Daya Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan
mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam
belajar konsentrasi berarti pemusatan perhatian dan kesadaran sepenuhnya
kepada materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan mengeyampingkan
semua hal yang samasekali tidak ada hubungannya dengan kegiatan tersebut.
19
Bila seseorang tidak bias berkonsentrasi, proses tersebut tidak berjalan
dengan baik sehingga kemungkinan besar tidak dapat menyerap, menyimpan,
dan mengingat kembali informasi dengan baik.
20
2.3 Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Prestasi Belajar
Seperti yang telah diketahui tidur merupakan proses fisiologis yang sangat
penting untuk hidup. Kualitasnya berhubungan erat dengan psikologi dan kesehatan
fisik serta pengukuran-pengukuran lain dalam kehidupan seseorang. Kuantitas
daripada tidur juga amat penting karena berkaitan baik dengan kesiagaan dan juga
14.
pemusatan perhatian Salah satu efek akibat dari kekurangan tidur adalah rasa
mengantuk pada siang hari, rasa lelah dan kurang tumpuan serta dapat mempengaruhi
suasana hati (mood). Ini akhirnya menjadi faktor utama penurunan prestasi belajar
pada siswa.8
Oleh karenaitu dapat disimpulkan bahwa tidur sangat berpengaruh besar
dalam hal kewaspadaan, energi, suasana hati, berat badan, persepsi, daya ingat, daya
piker dan lain sebagainya. Hasil penelitian yang mengkaji waktu tidur dan fungsi
optimal anak remaja pada siang harinya membuktikan adanya hubungan antara
gangguan pada pola tidur dengan prestasi belajar. Hal ini disebabkan hasil daripada
penelitian tersebut menunjukkan siswa yang memperoleh niali dan peringkat yang
tinggi melaporkan masa tidur yang lebih panjang dan waktu tidur yang lebih awal
pada hari persekolahan berbanding siswa yang memperoleh perongkat yang rendah31.
Berdasarkan hasil penelitian yang lain didapatkan masa memulai tidur dan bangun
pada tidur lebih memberi kesan kepada prestasi belajar siswa berbanding jumlah
masa tidur siswa itu sendiri. Hasil ini menunjukkan siswa yang lebih berprestasi
mempunyai kemampuan untuk mengubah waktu tidur mereka menjadi lebih awal
berbanding siswa yang kurang berprestasi.8
Sedangkan menurut satu lagi penelitian yang meneliti mengkaji hubungan
antara ritme sirkadian, waktu persekolahan dan tingkat kesukaran subjek yang
dipelajari mendapati bahwa pada subyek yang lebih sukar, masa optimal
siswamemberi pengaruh besar terhadap keputusan ujian mereka.17
21
BAB III
KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL
Keterangan :
: Variabel Independent
: Variabel Dependent
Variabel
Variabel Independent : Kualitas tidur
Variabel Dependent : Prestasi belajar
22
tidur dan tidur subjektif, menjawab
untuk latensi tidur, pertanyaan
mendapatka durasi tidur, -ertanyaan
n tahap efisiensi tidur, pada
REM dan gangguan tidur kuosioner
NREM malam, PSQI
yang penggunaan
seharusnya. obat tidur dan
disfungsi
aktivitas siang
hari.
2 Prestasi Pencapaian Peringkat siswa Penilaian -Peringkat Ordinal
belajar akhir (ranking) diperoleh 1-15:
keberhasilan dari memuaskan
suatu proses peringkat - Peringkat
pembelajara siswa di >15: kurang
n di sekolah kelas yang memuaskan
tertulis di
rapor siswa
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
24
2. Kriteria Eksklusi
- Siswa yang tidak hadir saat pengambilan data penelitian
25
4.7 Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner
(kelengkapan, tulisan jelas terbaca, jawaban relevan dan konsisten dengan
pertanyaan).
b. Coding
Coding merupakan kegiatan untuk mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan.
c. Processing
Processing merupakan data dari jawaban masing-masing responden yang telah
diubah ke dalam bentuk kode dimasukkan ke Software komputer, yaitu SPSS.
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pembersihan data dari kesalahan yang mungkin
bisa terjadi.
2. Analisa Data
Analisa data univariat bertujuan untuk menggambarkan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti. variabel-variabel penelitian yang diteliti
meliputi kualitas tidur dan prestasi belajar. Jenis atau sifat data dalam penelitian
ini adalah kategorik. Analisa ini digunakan untuk memperoleh distribusi
frekuensi dan presentase dari masing-masing variabel sehingga diperoleh
gambaran umum data yang disajikan dalam bentuk tabel.
Analisi bivariat dilakukan terhadap dua variabel independen dan
dependen yang diduga memiliki korelasi, dengan menggunakan uji statistic Chi-
square dengan derajat kepercayaan 95% bila p < 0,05 maka hasil perhitungan
menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel.
26
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Karakteristik Responden
Penelitian dilaksanakan di SMA N 3 Tarutung , Tapanuli Utara. Berikut
adalah data karakteristik kader kesehatan remaja yang meliputi jenis kelamin, dan
usia.
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi %
1 Laki-laki 39 47,2
2 Perempuan 44 53
Jumlah 83 100
27
Dari 83 orang responden didapati sebanyak 1 orang (1,2%) berusia 14 tahun, 7
orang (8,4%) berusia 15 tahun, 61 orang (73,5%) berusia 16 tahun, 13 orang (15,7%)
berusia 17 tahun dan sebanyak 1 orang (1,2%) berusia 18 tahun.
28
3 Kurang 29 34,9
4 Sangat Kurang 0 0
Jumlah 83 100
29
4 <5 jam 2 2,4
Jumlah 83 100
Dari 83 orang responden, didapati sebanyak 25 orang (30,1%) lama tidur
malam hari lebih dari 7 jam, sebanyak 50 orang (60,2%) tidur malam hari selama 6-7
jam, sebanyak 6 orang (7,2%) tidur malam hari selama 5-6 jam , dan 2 orang (2,4%)
tidur selama kurang dari 5 jam .
30
ringan pada malam hari, sebanyak 27 orang (32,5%) memiliki gangguan tidur sedang
pada malam hari, dan 1 orang (1,2%) memiliki gangguan tidur berat di malam hari.
31
5.1.2 Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Prestasi Belajar
f % f % f %
Baik 25 86,2 4 13,8 29 100
Buruk 20 37 34 63 54 100 0,471 0,01
Total 45 54,2 38 45,8 83 100
5.2. Pembahasan
Responden terbanyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 44 orang (53%)
dibandingkan siswa laki-laki sebanyak 39 orang (47%). Hal ini sesuai dengan
penelitian Marpaung (2013) tentang gambaran lama tidur dengan prestasi belajar
32
dimana didapatkan 72 siswa (62,9%) berjenis kelamin perempuan lebih banyak
dibandingkan siswa pria yaitu sebanyak 43 orang (37,1%.43 Pada peneltian Dewi S
yang meneliti prevalensi kurang tidur pada mahasiswa dimana pada penelitiannya
disebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
kualitas tidur. 44
Berdasarkan usia, responden terbanyak aberasal dari usia 16 tahun yaitu
sebanyak 61 orang (73,5%) kemudian usia 17 tahun sebanyak 13 orang (15,7%). Hal
ini sesuai dengan penelitian Marpaung (2013) dimana didapatkan responden
terbanyak berasal dari usia 17 tahun yaitu 56 siswa (48,2%), dan terbesar kedua dari
kelompok umur 16 tahun sebanyak 50 siswa (43,1%).43 Bila dibandingkan dengan
hasil penelitian oleh Nur Aini yang mengkaji hubungan pola tidur dengan prestasi
belajar pada siswa SMA Dharma Pancasila Medan (2011) dengan jumlah responden
85 siswa didapatkan sama yaitu responden terbesar pada usia 16-17 tahun.45
Berdasarkan kualitas tidur, didapatkan responden yang memiliki kualitas tidur
buruk sebanyak 54 orang (65,1%) sementara responden dengan kualitas tidur baik
sebanyak 29 orang (34,9%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Deshinta tahun
2009 dimana didapatkan responden yang memiliki kualitas tidur yang buruk
sebanyak 220 orang (16,7%) dan kualitas tidur yang baik sebanyak 67 orang (23,3%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Manalu (2014) yang dilakukan kepada
81 responden didapatkan 68 orang (84%) memiliki kualitas tidur yang buruk, dan 13
orang (16%) memiliki kualitas tidur yang baik. Kualitas tidur yang buruk dapat
disebabkan oleh aktifitas sosial, karena pada usia dewasa muda seseorang sedang
berada di puncak keaktifan dalam aktifitas sosial.46 Selain faktor aktifitas sosial,
faktor elektronik juga sangat mempengaruhi kualitas tidur seseorang, seperti akses
internet, peralatan elektronik yang ada di kamar tidur seperti televisi, gadget, dan
komputer.47 Wicaksono (2012) dalam penelitiannya yang berjudul analisis faktor
dominan yang berhubungan dengan kualitas tidur didapatkan ternyata stress juga
dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.48 Selain faktor stress, depresi dan
ansietas terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang,
33
seperti penyakit, lingkungan, kelelahan, alkohol, makanan dan minuman.49 Oleh
karena itu perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas tidur. Kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seorang
mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur, kemampuan
tinggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. Sehingga kualitas
tidur yang buruk dapat mempengaruhi kemampuan konsentrasi belajar responden,
dimana akan berdampak kurang fokusnya dalam mengikuti belajar mengajar. Kurang
tidur menurut beberapa studi dapat menurunkan konsentrasi, atensi dan kemampuan
menyelesaikan masalah.40
Berdasarkan temuan penelitian ditemukan bahwa pada umumnya siswa
memiliki prestasi belajar yang memuaskan yaitu 54,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa berada pada kategori cukup, sehingga sangat perlu dilakukan
pembinaan dari berbagai aspek, karena banyak faktor yang mempengaruh prestasi
belajar siswa sebagaimana pendapat Djaali bahwa: Keberhasilan atau kegagalan
siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu: (1)
faktor dari dalam diri siswa seperti kemampuan dasar umum, bakat, minat, motivasi,
serta sikap dan kebisaaan belajar, (2) faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti
lingkungan fisik, sarana dan prasarana, lingkungan sosial, lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah”.45
Menurut Dalyono, berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua
faktor yaitu:46
a. Faktor internal Yaitu faktor yang mempengaruhi dari dalam diri siswa seperti
kesehatan, minat, bakat, inteligensi, motivasi, dan cara belajar.
b. Faktor eksternal
Yaitu faktor yang mempengaruhi dari luar diri siswa seperti: kondisi keluarga,
sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Dengan demikian hasil belajar akan
bertambah jika faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dimiliki dan
dilaksanakan dengan baik oleh siswa.
34
Hasil uji analisa data menggunakan Pearson Correlation didapatkan p-
value=0,01 (p<0,05) maka artinya ada hubungan kualitas tidur dengan prestasi
belajar siswa SMA Negeri 3 Tarutung . Terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan adanya hubungan kualitas tidur dengan prestasi belajar siswa SMA
Negeri 3 Tarutung. Dilihat dari uji statistik, mayoritas siswa memiliki kualitas tidur
yang buruk dengan prestasi belajar yang kurang memuaskan. Kualitas tidur yang
buruk dapat menyebabkan iritabilitas dan kurangnya tingkat kewaspadaan yang dapat
menyebabkan tingkat konsentrasi siswa menurun sehingga prestasi belajar pun
menurun. Berdasarkan survey yang dilakukan di Great British Sleep ditemukan
bahwa orang yang memiliki kualitas tidur yang buruk mengalami kesulitan dalam
mempertahankan perhatian dan merespon suatu stimulus.47 Berdasarkan data dari
kuesioner PSQI pada komponen 7 tentang gangguan aktivitas siang hari yang telah
diisi oleh responden, ditemukan hasil bahwa responden dengan kualitas tidur yang
buruk terganggu aktivitasnya di siang hari. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi
aktivitas belajar responden yang dapat berdampak pada menurunnya konsentrasi
belajar responden sehingga menurunkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul studi kasus mengenai gambaran gangguan konsentrasi belajar anak yang
mengalami sleep apnea. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan adanya gangguan
konsentrasi belajar anak yang mengalami sleep apnea.48 Curcio, Ferrara & Gennaro
(2006) dalam penelitian yang berjudul Sleep loss, learning capacity and academic
performance menyatakan bahwa kualitas tidur yang buruk mempengaruhi proses
pembelajaran seperti terganggunya konsentrasi sesorang.8
35
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan
kualitas tidur dengan prestasi belajar siswa di SMA Negeri 3 Tarutung maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebanyak 54,2% siswa memiliki prestasi belajar yang memuaskan.
2. Sebanyak 34,9% siswa memiliki kualitas tidur yang baik.
3. Korelasi antara kualitas tidur dengan prestasi belajar memiliki hubungan yang
bermakna (p=0,01) < 0,05 dengan arah positif dan kekuatan korelasi kuat (r
hitung=0,471 > r tabel =0,2133) artinya semakin baik kualitas tidur seseorang
maka semakin memuaskan pula prestasi belajar yang diperoleh.
6.2 Saran
Terkait dengan kesimpulan hasil penelitian, beberapa hal yang dapat disarankan
demi keperluan pengembangan hasil penelitian hubungan kualitas tidur dengan
prestasi belajar siswa SMA Negeri 3 Tarutung adalah sebagai berikut:
1. Untuk pihak sekolah
Diharapkan pihak sekolah lebih memperhatikan proses belajar peserta didik
dengan mengatur waktu belajar seperti kegiatan ekstrakulikuler,atau pemberian
tugas rumah sehingga siswa dapat mengatur kegiatan belajar serta memiliki waktu
istirahat dan tidur yang cukup untuk meningkatkan prestasi belajar.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan informasi dan referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dibidang kesehatan menanggapi masalah kualitas tidur terhadap prestasi belajar.
Tenaga kesehatan dapat memberikan informasi dan penyuluhan mengenai
kesehatan pada remaja serta membahas pentingnya menjaga kualitas tidur yang
baik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa disekolah.
36
3. Peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengakaji lebih dalam lagi faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar seperti minat, motivasi, kelelahan, kebutuhan
nutrisi dan lingkungan.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
12. Adolescent, 1998. http://www.jstor.org/pss/1132351 Diaksespada 20 Januari
2019
13. Aiyuda, N. PengaruhKualitasTidurterhadapPrestasiBelajar,
FakultasPsikologi,Universitas Islam Negeri Sultan SyarifKasim, Riau, 2009.
http://www.scribd.com/doc/2770907/Makalah-Psi-Islam-Pengaruh-Kualitas-
Tidur-Terhadap-Prestasi-Belajar
14. Arifin, Arif R, dkk.FisiologiTidurdanPernapasan.
DepartemenPulmonologidanIlmuKedokteranRespirasi FKUI – SMF Paru
RSUP Persahabatan. Jakarta,2010.
15. Asmadi. TeknikProsedurKeperawatanKonsepAplikasiKebutuhanDasarKlien.
16. Jakarta: SalembaMedika, 2008.
17. Boltz, Marie. The Pittsburgh Sleep Quality Index. Practices in Nursing Care,
2007.http://www.consultGeriRN.org. Diaksespadatanggal 18 Januari 2019
39
23. Khasanah, Khusnul, Wahyu. KualiasTidurLansia. Jurnal Nursing Studies.
Volume 1, 2012. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing.
Diaksespada 18 Januari 2019
24. Kozier, B. Fundamentals of Nursing: concept theory and practices. Redwood
City California: Addison Wesley, 2004.
25. Lima, P.F et al. Changes of Sleep Habits of Medical Students According to
Class Starting Time: A Longitudinal Study, 2009. http://www.icb.usp.br/-
flass/hypnos/vo1001/HYP2-2002.pdf
26. Loriz, L.M. Excessive Daytime Sleepiness: How to Help Your Patient
Manage. Clinical Excelelence for Nurse Practitioners. Volume 8. Number 4,
2004.
27. Mardjono, M. NeurologiKlinisDasar. Jakarta: Dian Rakyat, 2008
28. McElroy, T, and Mosteller, L. The Influence of Circardian Type, Time of Day
and Class Difficulty on Students’ Grades, Psychology Departement,
AppalachianState University, 2006.http://www.investigationpsicopedagogica
.org/revista/articulos/10/english/Art1016 ; diaksespada 18 Januari 2019
29. NgalimPurwanto. PsikologiPendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya,
2006.
30. Nurkholis A.Faktor-faktor yang MempengaruhiPrestasiBelajar Mata
PelajaranEkonomipadaSiswaKelas VIII
MTs.NurussalamTernosoKabupatenBatang, FakultasEkonomi, Universitas
Semarang, 2006.
31. Potter, P. A., & Perry, A. G. Fundamental Keperawatan Ed.7 Vol. 2.
Jakarta:SalembaMedika. 2010.
32. Purnama, PandePutu. HubunganTingkatanKecemasandanGangguanPolatidur
padaPasienPertama Kali DirawatInap di RuangPerawatanUmumRumahSakit
PUSAT AngkatanDaratGatotSubroto Jakarta. Jakarta. 2009.
33. SanjayaWina. StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan.
Prenada: Jakarta, 2009.
40
34. Sherwood, Lauralle. FisiologiManusiadariSelkeSistem. Edisi 6. Jakarta.
PenerbitBukuKedokteran ECG.2011
35. Slameto. BelajardanFaktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
RinekaCipta, 2010.
36. Stickgold, dr.Robert. Harvard University. Article Sleep and Memory.2008.
(http://healthysleep.med.harvard.edu/need-sleep/whats-in-it-for-you/memory)
diaksespadatanggal 18 Januari 2019
37. Syah M. PsikologiBelajar. Raja GrafindoPersada Jakarta, 2006.
38. Travis, Carol. Wade, Carole; Psikologi. Edisi 9. Jilid 1; Jakarta;
PenerbitErlangga. 2007
39. Warahmatillah. HubunganAktivitasAkademik yang disertaiAktivitasFisik
denganGangguanTidurpadaMahasiswaFakultasKedokteran UMI Makassar
Angkatan 2010. KaryaIlmiah. FakultasKedokteran UMI, 2012
40. Wade, Carole&CarolTavris. Psikologi (jilid 1). Jakarta: Erlangga, 2008.
41. Wavy, W. The Relationship between Time Management, Perceived Stress,
Sleep Quality and Academic Performance among University Students, 2008.
http://libproject.hkbu.edu.hk/trsimage/hp/06636306.pdf Diaksespada 19
Januari 2019
42. Wolfson, A.R, Carskadon, M.A. Sleep Schedules and Daytime Functioning in
Adolescent, 1998. http://www.jstor.org/pss/1132351Diaksespada 21
Maret2016
43. Panangiangan Marpaung. Gambaran Lama Tidue terhadap Prestasi Belajar.
urnal e-Biomedik (eBM),Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 543-549
44. Dewi SK.Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan prevalensi kurang tidur
kronis pada mahasiswa didaerah istimewa Yogyakarta. Jurnal kesehatan Surya
Medika. Yogyakarta: 2009. (diakses tanggal 25 oktober 2012). Dikutip dari:
http://www.skripsistikes.wordpress.com
45. Aini N.Hubungan antara pola tidur dengan prestasi belajar pada siswa SMA
Dharma Pancasila. Medan: Fakultas Kedokteran UniversitasSumatera
Utara;201
41
46. Manalu, A. N. (2013). Hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah
mahasiswa kedokteran angkatan 2012. Scholarly articles
47. Syamsoedin, W. K. (2015). Hubungan durasi penggunaan media sosial
dengan kejadian insomnia pada remaja di SMA Negeri 9 Manado. Scholarly
article, 6-8.
48. Wicaksono, D. W. (2012). Analisis faktor dominan yang berhubungan dengan
kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Scholarly Article, 4-6
49. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental keperawatan (ed. 7 vol. 2).
Jakarta: Salemba Medika
42