Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja,
teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
diinginkan. Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang.
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya
penilaian. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh
mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.1
Data dari Kemendikbud penurunan nilai terjadi pada peserta didik Indonesia
yang duduk di sekolah lanjut tingkat atas, didapatkan rata-rata nilai ujian nasional
mengalami penurunan signifikan. Hasil nilai rata-rata ujian nasional SMA secara
keseluruhan pada tahun 2015 adalah 62,11 dan tahun 2016 memiliki rata-rata 57,66.
Penurunan nilai prestasi pada sekolah merupakan kondisi nyata capaian nilai siswa di
lapangan.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua yakni faktor internal
dan eksternal. Faktor internal meliputi psikologis dan fisologis dan faktor eksternal
meliputi sosial dan non sosial.3 Faktor fisiologis menurut kebutuhan maslow adalah
kebutuhan dasar yang paling esensial, karena ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi
maka manusia tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya.
Tidur adalah salah satu bagian dari faktor fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar
bagi setiap manusia. Waktu tidur yang singkat pada remaja sekolah akan
mempengaruhi suasana hati dan mengurangi kinerja sekolah.4
Penelitian epiodemiologi mengungkapkan prevalensi jumlah anak remaja yang
mengalami gangguan tidur di Indonesia semakin meningkat terhadap siswa yang
menunjukkan prevalensi gangguan tidur sekitar 51%.5 National Institute of Health
menyimpulkan bahwa kelompok yang berisiko tinggi mengalami gangguan tidur

1
adalah remaja. Hal ini terbukti karena pada remaja terjadi perubahan dramatis dalam
pola tidur bangun meliputi durasi tidur yang kurang, waktu tidur yang tertunda, dan
adanya perbedaan pola tidur pada hari kerja dan akhir pekan, maka kualitas tidur
remaja cenderung berkurang.6
Anak remaja yang sekolah biasanya menunda tidur yang sudah terjadwal.
Mereka cenderung memiliki waktu sibuk pada hari-hari berikutnya dan belum pergi
tidur sampai tengah malam. Tidur merupakan salah satu kebutuhan yang harus
tercukupi untuk menjalani aktifitas yang padat. Kualitas tidur yang baik membantu
dalam konsentrasi serta meningkatkan produktivitas kerja disiang hari dan membantu
proses pembelajaran pada siswa.7
Menurut Nasional Sleep Fondation tahun 2016, waktu tidur yang dibutuhkan
remaja sekolah selama 8,5 – 9,5 jam, artinya remaja harus tidur pada pukul 21.00-
21.30 malam agar mendapatkan prestasi yang lebih baik. Hal ini terbukti remaja yang
memiliki waktu tidur yang cukup mempunyai konsentrasi dan minat belajar yang
baik selama mengikuti pelajaran. Sedangkan siswa yang memulai waktu tidur lewat
dari jam tengah malam cendrung susah untuk bangun tidur dan memiliki tingkat
kantuk yang sangat tinggi pada siang hari. Hal ini mengakibatkan kurangnya minat
dan konsentrasi belajar siswa serta banyaknya kejadian siswa yang tertidur selama
pelajaran berlangsung.8
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan di Amerika oleh National Sleep
Foundation pada tahun 1999 didapatkan bahwa lebih dari sepertiga (36%) remaja dan
dewasa muda usia 16-29 tahun dilaporkan mengalami kesulitan untuk bangun pagi
(dibandingkan dengan 20% pada usia 30-64 tahun dan 9% di atas usia 65 tahun).
Hampir seperempat remaja dan dewasa muda (22%) sering terlambat masuk kelas
atau bekerja karena sulit bangun (dibandingkan dengan 11% pada pekerja usia 30-64
tahun dan 5% di atas usia 65 tahun). Empat persen remaja dan dewasa muda
mengeluhkan kantuk saat bekerja sekurangnya 2 hari dalam seminggu atau lebih
(dibandingkan dengan 23% pada usia 30-64 tahun dan 19% di atas usia 65 tahun).9

2
Kurangnya waktu tidur dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah
diantaranya memperlihatkan perasaan lelah, gelisah, lesu, menguap/mengantuk,
aktifitas disekolah terganggu, bahkan seringkali kehilangan konsentrasi pada saat
menerima pelajaran di sekolah. Selain itu kurangnya waktu tidur dapat menyebabkan
gangguan aktivitas otak, seperti gangguan mood, memori, dan motivasi.10
SMA Negeri 3 Tarutung merupakan salah satu sekolah unggulan di Kabupaten
Tapanuli Utara. Saat ini jumlah siswa-siswi di SMAN 3 Tarutung berkisar lebih
kurang 290 orang. Kegiatan siswa-siswi SMAN 3 Tarutung juga terhitung padat.
Kegiatan belajar reguler dimulai pukul 7.15 pagi dan berakhir pukul 13.30 siang.
SMAN 3 Tarutung juga memiliki kegiatan ekstrakulikuler yang wajib diikuti oleh
seluruh siswa. Kegiatan tersebut antara lain kegiatan akademik, kesemaptaan, dan
renang. Kegiatan ekstrakulikuler dimulai pada pukul 15.00 sore dan berakhir pukul
17.45 sore. Siswa-siswi SMAN 3 Tarutung juga dikenal banyak menorehkan prestasi.
SMAN 3 Tarutung selalu menjadi juara umum Olimpiade tingkat Kabupaten dan juga
pernah memenangkan Pertandingan Anti Korupsi Tingkat Nasional pada tahun 2016.
Namun berdasarkan wawancara dengan guru, siswa SMAN 3 Tarutung mengalami
penurunan prestasi pada persentase kelulusan Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Pada
tahun ajaran 2014/2015, 100% lulusan SMAN 3 Tarutung berhasil lulus ke PTN,
tetapi pada tahun ajaran 2015/2016 hanya 94% lulusan nya yang berhasil lulus ke
PTN.
Berdasarkan hal inilah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, apakah
kualitas tidur siswa SMA Negeri 3 Tarutung mempengaruhi hasil prestasi belajar
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas masalah penelitian yang diteliti adalah
hubungan antara kualitas tidur dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri 3 Tarutung
tahun 2019.

3
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan
prestasi belajar siswa SMA Negeri 3 Tarutung tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Diketahui distribusi frekuensi prestasi belajar siswa SMA Negeri 3 Tarutung
tahun 2019.
b. Diketahui distribusi frekuensi kualitas tidur siswa SMA Negeri 3 Tarutung
tahun 2019.
c. Diketahui hubungan arah dan kekuatan antara variabel kualitas tidur dengan
prestasi belajar siswa SMA Negeri 3 Tarutung tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Instansi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan evaluasi lebih lanjut terkait
dengan permasalahan kualitas tidur dengan prestasi belajar pada siswa SMA
Negeri 3 Tarutung.
2. Tenaga Kesehatan
Salah satu fungsi perawat adalah sebagai konselor dan edukator sehingga
menjadi bahan dalam memberikan informasi kepada para pelajar yang
mengalami gangguan pada kualitas tidur.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Agar dapat digunakan sebagai data atau pembanding bagi peneliti
selanjutnya dalam membahas kualitas tidur dengan prestasi belajar siswa.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tidur
2.1.1 Definisi Tidur

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh


semuaorang. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimanapersepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapatdibangunkan kembali
dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tidur juga merupakan suatu proses aktif
yang terdiri dari periode berulang tidur gelombang lambat dan paradoks dimana
selama tidur tingkatan aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang melainkan
penyerapan O2 oleh otak meningkat melebihi normal sewaktu terjaga.10, 23
Tidur merupakan kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak
bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk membentuk
suatu sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism ), memberi waktu organ
tubuh beristirahat maupun menjaga keseimbangan metabolisme dan biokim tubuh.
Dan juga dapat memperbaiki fungsi dan homeostatis ( mengembalikan keseimbangan
fungsi-fungsi normal tubuh ) serta penting juga dalam pengaturan suhu tubuh dan
energi cadangan.21
Pola tidur berbeda-beda, tergantung pada usia dan kebiasaan individu. Pada
orang dewasa istirahat secara relax juga diperlukan selain daripada tidur yang
sebenarnya. Berdasarkan jenis pekerjaannya, bagi yang bekerja dengan menggunakan
otak atau pikiran memerlukan lebih banyak tidur dibandingkan dengan orang yang
bekerja dengan fisik. Data dari The National Sleep Foundation, Amerika Serikat,
menyebutkan bahwa orang dewasa harus tidur sekitar 30 persen dari waktu 24 jam
atau sekitar 6-8 jam sebaiknya dipergunakan untuk tidur.21

5
2.1.2 Manfaat Tidur

Tidur malam yang berkualitas dapat meningkatkan fungsi mental, tidur juga
sangat dibutuhkan untuk konsolidasi , sebuah proses dimana terjadi perubahan
sinapsis yang membuat ingatan yang baru saja tersimpan menjadi lebih tahan lama
dan stabil. Peningkatan dalam hal ingatan telah diasosiasiakn dengan tidur REM dan
gelombang tidur yang lambat, dan juga dengan ingatan keterampilan motorik dan
presepsi spesifik. Namun Ketika mereka kekurangan tidur REM, ingatan mereka
terganggu.25
Fungsi tidur adalah restoratif (memperbaiki) kembali organ-organ tubuh.
Kegiatan memperbaiki kembali tersebut berbeda saat Rapid Eye Movement (REM)
dan Nonrapid Eye Movement (NREM). Nonrapid Eye Movement akan
mempengaruhi proses anabolik dan sintesis makromolekul ribonukleic acid (RNA).
Rapid Eye Movemont akan mempengaruhi pembentukan hubungan baru pada korteks
dan sistem neuroendokrin yang menuju otak. Selain fungsi di atas, tidur juga dapat
digunakan sebagai tanda terdapatnya kelainan pada tubuh yaitu terdapatnya gangguan
tidur yang menjadi peringatan dini keadaan patologis yang terjadi di tubuh.4
Berdasarkan teori restorasi, sekurang-kurangnya ada 2 hal yang diduga kuat
merupakan sebab dari mengapa manusia harus tidur.
a. Perbaikan Sel Otak
Dengan tidur, otak berkesempatan untuk istirahat dan memperbaiki
neuronneuron(sel-sel otak) yang rusak. Tidur juga berperan menyegarkan
kembalikoneksi penting antara sel-sel otak yang digunakan. Hal ini bisa
dianalogikankembali dengan motor. Apabila motor jarang digunakan maka tetap
harusdipanaskan secara rutin untuk menjaga kinerja mesin agar tetap baik.
Apabilatidak dipanaskan, aliran pelumas, aliran bahan bakar, putaran mesin, dan
lainnyabisa berjalan tidak benar yang bisa menyebabkan kerusakan seluruh mesin.Hal
yang sama terjadi pada otak, ada koneksi-koneksi antara sel otak yangjarang

6
digunakan yang memerlukan pemanasan secara rutin. Bentuk pemanasanotak yaitu
berupa tidur.7
b. Penyusunan Ulang Memori
Tidur memberikan kesempatan otak untuk menyususn kembali data-data atau
memori agar bisa menemukan solusi terhadap sebuah masalah. Pada saat merasa
pusing dan tidak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi suatu masalah maka
tidurlah. Sangat mungkin setelah tidur, solusi yang dibutuhkan dalam memecahkan
masalah yang anda hadapi akan bisa ditemukan.7
2.1.3 Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat
otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktvitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons.
Selain itu, reticularactivating system (RAS) dapat memberi rangsangan visual,
pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam
RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat
tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di
pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan
bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system
limbik. Dengan demikian, system pada batang otak yang mengatur siklus atau
perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.11
Dua sistem didalam batang otak, sitem pengaktivasi retikulum dan daerah
sinkronisasi bulbar, diyakini bekerja bersama mengontrol sifat siklik pada tidur.
Formasi retikulum ditemukan dalam batang otak. Ini membentang keatas sampai
kemedula, pons, batang otak, otak tengah dan kemudian ke hipothalamus. Ini terdiri
dari banyak sel syaraf dan serabut. Syaraf memiliki hubungan yang merelay impuls

7
ke dalam korteks serebral danke dalam medulla spinalis. Formasi retikulum
membantu reflex dan gerakan volunter, maupun aktivitasi korteks yang berkaitan
dengan keadaan sadar penuh. Selama tidur, system retikulum mengalami beberapa
stimulasi dari korteks serebral dan dari tepi tubuh. Keadaan terbangun terjadi apabila
system retikulum diaktivasi dengan sistem stimulasi dari korteks serebral dan dari sel
dan organ sensoris tepi. Hipothalamus mempunyai pusat kontrol untuk beberapa
aktivitas tubuh, salah satunya adalah mengenai tidur dan terbangun. Cedera pada
hypothalamus dapat menyebabkan sesorang tertidur untuk periode yang lama atau
panjang. Sejumlah senyawa dapat berperan sebagai neurotransmitter dan terlibat
dalam proses tidur. Norepinefrin asetilkolin, diikuti oleh dopamine, serotonin dan
histamine, terlibat dalam inhibisi GaBa ( Gamma amino Butyric acid ) yang tampak
perlu diinhibisi.10, 27

2.1.4 Tingkatan Tidur Normal


a. Waktu tidur normal
Tidur pada remaja – dewasa muda 16-30 tahun, mempunyai pola yang
berbeda dibandingkan usia lainnya. Ini disebabkan oleh perubahan hormonal yang
terjadi di akhir masa pubertas. Pada masa ini mereka mengalami pergeseran irama
sirkardian, sehingga jam tidur pun bergeser. Secara umum kebutuhan tidur meningkat
menjadi 8,5 jam setiap harinya. Tetapi waktu tidurnya berubah, rasa kantuk baru
menyerang sekitar tengah malam, dimana orang lain sudah tertidur. Saat orang lain
mulai mengantuk pada pukul 21:00 atau 22:00, orang muda justru baru bersemangat
untuk berkarya, baik itu belajar atau menyelesaikan pekerjaan pada jam tersebut.
Kebutuhan tidur pada usia dewasa muda yaitu sekitar 7-8 jam sehari, pada usia
dewasa pertengahan kebutuhan tidur berkisar 7 jam sehari, dan pada usia dewasa tua
kebutuhan tidur sehari berkisar 6 jam namun lama tidur pada usia ini sudah tidak
menentu lagi.5

8
b. Tingkatan tidur normal
Tidur yang normal dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu periode terjaga atau
bangun, tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) dan tidur Rapid Eye Movement
(REM). Tidur NREM dan REM merupakan komponen utama tidur yang yang
adekuat serta penting untuk mempertahankan fungsi tubuh sehari-hari. Selama
periode tidur NREM, hormone disekresi untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perbaikan jaringan tubuh. Sedangkan tidur REM merupakan periode tidur yang aktif
dan kadang disertai adanya mimpi.
Tidur REM yang adekuat berperan dalam mengorganisasi informasi, proses
belajar dan menyimpan memori jangka panjang.15
1) Periode terjaga
Selama periode terjaga ditandai dengan mata terbuka dan adanya respon
individu terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu individu tampak rileks
selama periode ini dan disertai dengan mata yang tertutup.15
2) Periode tidur NREM (75%)
Periode tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur
NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar
atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain: mimpi berkurang,
keadaan istirahat, tekanan darah turun, pernapasan dan metabolisme
menurun, dan gerakan bola mata lambat.5
Tidur NREM memiliki 4 tahap yang masing-masing tahap ditandai
denganpola perubahan aktifitas gelombang otak. Keempat tahap tersebut
yaitu:
 Tahap I:
Merupakan tahap transisi dimana seseorang beralih dari sadar
menjaditidur. Pada tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa kabur
dan rileks,seluruh otot menjadi lemah, kelopak mata menutup mata,
kedua bola matabergerak ke kiri dan ke kanan, kecepatan jantung dan
pernapasan menurunsecara jelas, pada EEG terlihat terjadi penurunan

9
voltasi gelombanggelombangalfa. Seseorang yang tidur pada tahap I
ini dapat dibangunkandengan mudah.5
 Tahap II:
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
TahapII ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu
tubuh menurun,tonus otot perlahan-lahan berkurang, serta kecepatan
jantung dan pernapasanturun dengan jelas. Pada EEG timbul
gelombang beta yang berfrekuensi 14-18siklus/detik. Gelombang-
gelombang ini disebut dengan gelombang tidur.Tahap II ini
berlangsung sekitar 10-15 menit.5
 Tahap III:
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot
lenyapsecara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan dan proses
tubuh berlanjutmengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf
parasimpatis. Pada EEG,memperlihatkan perubahan gelombang beta
menjad 1-2 siklus/detik. Seseorangyang tidur tahap III ini sulit untuk
dibangunkan.5
 Tahap IV:
Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang berada
dalamkeadaan rilekx, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah
lemah lunglai,dan sulit dibangunkan. Pada EEG, tampak hanya terlihat
gelombang delta yanglambat dengan frekuensi 1-2 siklus/detik.
Denyut jantung dan pernapasanmenurun sekitar 20-30%. Pada tahap
ini dapat terjadi miopi. Selain itu, tahap 4ini dapat memulihkan
keadaan tubuh.5

10
3) Periode tahap REM (20-25%)
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif. Hal tersebut berarti tidur
REM ini sifatnya nyeyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola
matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot
kendor,tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung
bergerak bolakbalik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki-
laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung dan pernapasan tidak
teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme mingkat.5

2.1.5 Siklus Tidur


Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM
terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami
REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan kecenderungan untuk menjadi
hiperaktif, kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah.
Sedangkan jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit.5
Siklus tidur normal dapat dilihat pada skema berikut:

Gambar 2.1 Siklus Tidur


(Asmadi, 2008)

11
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus
dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan
keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis
dapat terganggu.5

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur


Sejumlah faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur. Kualitas
tidur mengandung arti kemampuan individu untuk tetap tidur dan bangun dengan
jumlah tidur REM dan NREM yang cukup. Sedangkan kuantitas tidur berarti total
waktu tidur individu.28
Faktor psikologis, fisiologi, dan lingkungan dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas tidur. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut :28
a. Usia
Durasi dan kualitas tidur beragam diatara orang-orang dari semua kelompok
usia. Variasi pola tidur menurut usia antara lain sebagai berikut :28
1) Bayi baru lahir usia 0 – 3 bulan, durasi tidurnya 14- 17 jam
2) Masa bayi usia 4 – 12 bulan, durasi tidurnya 12-15 jam
3) Batita usia 1 – 2 tahun, durasi tidurnya 11 -14 jam
4) Balita usia 3 – 5 tahun, durasi tidurnya 10 – 13 jam
5) Anak – anak usia 6 – 13 tahun, durasi tidurnya 9 – 11 jam
6) Remaja usia 14 – 17 tahun, durasi tidurnya 8 – 10 jam
7) Dewasa muda usia 18 – 25 tahun, durasi tidurnya 7 – 8 jam
8) Dewasa tua usia 26 – 64 tahun, durasi tidurnya 6 – 7 jam
9) Lansia > 65 tahun, durasi tidurnya 6 jam

b. Penyakit fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidak nyamanan fisik (seperti
kesulitan bernafas), atau masalah hati seperti kecemasan atau depresi dapat
menyebabkan masalah tidur. Penyakit juga menyebabkan seseorang untuk tidur

12
dalam posisi tidak biasa. Sebagai contoh, posisi yang aneh saat lengan diimobilisasi
pada traksi dapat mengganggu tidur.28
c. Gaya hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur seseorang. Individu
dengan waktu kerja tidak sama setiap harinya seringkali mempunyai kesulitan
menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Kesulitan mempertahankan kesadaran selama
waktu kerja. Perubahan lain yang menggunakan pola tidur merupakan kerja berat
yang tidak biasanya, terlihat dalam aktivitas social pada larut malam, dan perubahan
28
waktu makan malam.
d. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan
untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang
tenang. Ukuran, kekerasan, dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Jika
sesorang biasanya tidur dengan induvidu lain, maka tidur sendiri menyebabkan ia
terjaga.Selain itu, suara juga mempengaruhi tidur, tingkat suara yang dibutuhkan
untuk membangunkan seseorang tergantung dari tahapan tidurnya. Suara yang lebih
rendah cenderung dapat membangunkan orang yang tidur dalam tahap I, sementara
suara yang keras membangunkan seseorang dari tidur tahap III atau IV.Tingkat
cahaya juga dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur, beberapa orang kadang
meyukai keadaan gelap dan sementara itu beberapa orang juga menyukai keadaan
yang terang.28
e. Aktivitas dan kelelahan
Jam hidup manusia terbagi atas tiga tahap yaitu delapan jam bekerja normal,
delapan jam berikutnya dipergunakan untuk pekerjaan ringan, dan 8 jam lebihnya
dipergunakan untuk istirahat toal. Tidak ada yang dapat menggantikan jam biologis
ini, meskipun manusia menyuplai berbagai macam suplemen untuk tetap fit seharian
karena suplemen hany memiliki sedikit peran dan produktivitas tubuh dan bahkan
akan memperparah penyakit akibatmenumpuknya berbagai bahan kimia yang
berlebihan dan dapat merugikan tubuh. Maka dari itu istirahat yang cukup sangat

13
penting demi menjaga stabilitas kerja tubuh dan menghindari berbagai dampak yang
timbul akibat dari kurangnya waktu tidur dimalam hari oleh aktivitas tambahan.28

2.1.7 Kualitas Tidur


Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan
keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap REM dan NREM yang seharusnya.
Kurang tidur yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik dan psikis.
Dari segi fisik, kurang tidur akan menyebabkan muka pucat, mata sembab, badan
lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Sedangkan
dari segi psikis, kurang tidur akan menyebabkan timbulnya perubahan suasan
kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu, lambat menghadapi rangsangan, dan
sulit berkonsentrasi. 13
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang
tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah merasa gelisah, lesu, apatis,
kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih,
perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap.11
Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani seorang
individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran disaat terbangun, kepuasan
seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan
lelah dan gelisah.12
Wavy menyebutkan bahwa kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana
seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur,
kemampuan tinggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis.
Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan
energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas
tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang.30
Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemerikasaan laboraorium
yaitu EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman listrik dari
permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas

14
listrik yang terus menerus timbul dalam otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat
eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit
lain yang diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombang alfa,
betha, tetha dan delta.10
Selain itu, menurut Hidayat (2006), kualitas tidur seseorang dikatakan baik
apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami
masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda
fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan
psikologis yang dialami.11
a. Tanda Fisik
Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata,
konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan
(sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian),
terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.16
b. Tanda Psikologis
Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas
berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi
penglihatan atau pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan atau
keputusan menurun.16
Pengkajian tentang kualitas tidur dapat dilakukan dengan kuesioner the
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang terdiri dari 7 komponen meliputi waktu
yang diperlukan untuk dapat memulai tidur, lamanya waktu tidur, presentase antara
waktu tidur dengan waktu yang dihabiskan ditempat tidur, gangguan tidur yang
sering dialami sewaktu malam hari, kebiasaan penggunaan obat-obatan untuk
6
membantu tidur, gangguan aktivitas siang hari, dan kualitas tidur secara subyektif.

15
2.2. Belajar

2.2.1 Definisi Belajar


Belajar adalah suatu usaha proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.24
Belajar adalah proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga
menyebabkan munculnya perubahan prilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena
22
adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari . Belajar adalah suatu
proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam
tingkah laku dan kecakapan.18
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri
karena adanya interaksi dengan lingkungan yang disadari.

2.2.2 Teori Belajar

Menurut Mudzakir dan Sutrisno (1997) dalam Nurkholis (2006) teori belajar
yang terkenal dalam psikologi ada 3 yaitu:
a. Teori Conditioning
Dalam teori Conditioning, belajar merupakan proses perubahan yang terjadi
karena adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan respon dan reaksi.
Yang paling penting dalam teori ini adalah latihan-latihan yang kontinyu.
b. Teori Connectinism (Thorndike)
Dalam belajar menurut Thorndike melalui dua proses yaitu trial and error
(mencoba dan gagal) serta law of effect yaitu segala tingkah laku yang
berakibat pada suatu keadaan yang memuaskan, yang diiingat dan dipelajari
dengan sebaik-baiknya.

16
c. Teori Psikologi Gestalt
Dalam teori ini mempunyai pandangan bahwa dalam belajar faktor
pemahamanatau pengertian (insight) merupakan faktor yang penting.
Dengan belajar seseorang dapat memahami atau mengerti hubungan antara
pengetahuan danpengalaman. Selain itu dalam belajar pribadi atau
organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar tidak hanya
dilakukan secara reaktif-mekanis belaka tetapi dilakukan dengan sadar,
bermotif dan bertujuan.19

2.2.3 Prestasi Belajar


Dalam proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses
belajar mengajar, yakni penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah
laku yang dapat diukur dengan tes tertentu.1
Prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah
melakukan kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas pengukuran tertentu.
Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang
diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa,
baik yang berdimensi cipta, dan rasa maupun yang berdimensi karsa.26
Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai hasil dari suatu aktivitas belajar
yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil pendidikan
yang diwujudkan berupa angka ataupun nilai maupun indeks prestasi. Penggolongan
hasil belajar mahasiswa berdasarkan penggolongan prestasi keberhasilan: sangat baik
3
(4,00), baik (3,00-3,50), cukup (2,00-2,50), kurang (1,00), gagal (0,00) .
Dari pendapat tersebut mengenai prestasi belajar dapat disimpulkan
bahwaprestasi belajar adalah kemampuan seseorang pada bidang tertentu
dalammencapai tingkat kedewasaan yang dapat diukur langsung dengan tes.

17
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

a. Faktor dari dalam diri (Internal)

Sehubungan dengan faktor internal ini ada tingkatan yang perlu diketahui yaitu
faktor kondisi fisik, tingkat emosi, daya ingat, dan daya konsentrasi.
1) Faktor Kondisi Fisik (Jasmani)
Dalam faktor jasmania ini dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu factor
kesehatan dan faktor cacat tubuh.
2) Kecerdasan Emosi
Kemunculan istilah kecerdasan emosi dalam pendidikan, dan adanya
pengaruh kecerdasan emosi dalam belajar, bagi sebagian orang mungkin
dianggap sebagai hal yang yang baru. Teori Daniel Goleman, sesuai dengan
judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Menurut
Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan
akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak
beralasan, terlalu kritis, rewel,cenderung menarik diri, terkesan dingin dan
cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat.
Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka
orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. 9
Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf
kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai
orangyang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya
kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung
putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-
orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi.9

18
3) Daya Ingat
a) Memori Jangka Pendek (Short Term Memory)
Semua individu memiliki akses menuju memori jangka pendek.
Memori ini menahan data memori selama beberapa detik dan terkadang juga
bisa sampai beberapa menit. Menurut model Atkinson dan Shiffrin,
simpanan jangka pendek hanya dapat mengingat beberapa hal saja. Ia juga
dapat diakses oleh sejumlah proses pengontrolan yang mengatur aliran
informasi kepada dan dari simpanan jangka panjang. Biasanya, materi masih
tetap bertahan di dalam memori jangka pendek kira-kira 30 detik saja,
kecuali dilatih untuk mempertahankannya lagi. Kapasitas memori jangka
pendek menyimpan informasi dalam suatu area penyimpanan sementara
bersifat sangat terbatas dan rentan terhadap memudarnya informasi dengan
cepat.29
b) Memori Jangka Panjang (Long Term Memory)
Ingatan jangka panjang adalah suatu tipe memori yang relatif tetap dan
tidak terbatas. Kapasitas yang dimiliki memori jangka panjang sepertinya
tidak terbatas. Informasi dalam jumlah yang sangat besar yang tersimpan
dalam memori jangka panjang memungkinkan individu untuk belajar,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, serta mengembangkan identitas diri
dan sejarah kehidupan. Memori jangka panjang tempat menyimpan memori-
memori yang terus tinggal dalam pikiran selama periode yang panjang.
Lokasi tempat memori tersimpan adalah di seluruh bagian otak, meskipun
juga terpusat di bagian-bagian tertentu.29
4) Daya Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan
mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam
belajar konsentrasi berarti pemusatan perhatian dan kesadaran sepenuhnya
kepada materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan mengeyampingkan
semua hal yang samasekali tidak ada hubungannya dengan kegiatan tersebut.

19
Bila seseorang tidak bias berkonsentrasi, proses tersebut tidak berjalan
dengan baik sehingga kemungkinan besar tidak dapat menyerap, menyimpan,
dan mengingat kembali informasi dengan baik.

c. Faktor dari luar (Eksternal)

Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah interaksi


sosial. Faktor ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, factor
kampus, faktor lingkungan masyarakat.
1) Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi mahasiswa dan dapat
mempengaruhi keluarga antara lain : cara mendidik, relasi antara anggota
keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi
keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.24
2)
Faktor kampus
Faktor kampus dapat berupa : cara mengajar dosen, peralatan belajar
mengajar, kurikulum, waktu kuliah, interaksi dosen dan mahasiswa, kode
etik mahasiswa, dan media pendidikan.24
3)
Faktor lingkungan masyarakat
Faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa antara lain
:teman bergaul, kegiatan lain di luar kampus dan cara hidup
lingkungankeluarganya.24

20
2.3 Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Prestasi Belajar
Seperti yang telah diketahui tidur merupakan proses fisiologis yang sangat
penting untuk hidup. Kualitasnya berhubungan erat dengan psikologi dan kesehatan
fisik serta pengukuran-pengukuran lain dalam kehidupan seseorang. Kuantitas
daripada tidur juga amat penting karena berkaitan baik dengan kesiagaan dan juga
14.
pemusatan perhatian Salah satu efek akibat dari kekurangan tidur adalah rasa
mengantuk pada siang hari, rasa lelah dan kurang tumpuan serta dapat mempengaruhi
suasana hati (mood). Ini akhirnya menjadi faktor utama penurunan prestasi belajar
pada siswa.8
Oleh karenaitu dapat disimpulkan bahwa tidur sangat berpengaruh besar
dalam hal kewaspadaan, energi, suasana hati, berat badan, persepsi, daya ingat, daya
piker dan lain sebagainya. Hasil penelitian yang mengkaji waktu tidur dan fungsi
optimal anak remaja pada siang harinya membuktikan adanya hubungan antara
gangguan pada pola tidur dengan prestasi belajar. Hal ini disebabkan hasil daripada
penelitian tersebut menunjukkan siswa yang memperoleh niali dan peringkat yang
tinggi melaporkan masa tidur yang lebih panjang dan waktu tidur yang lebih awal
pada hari persekolahan berbanding siswa yang memperoleh perongkat yang rendah31.
Berdasarkan hasil penelitian yang lain didapatkan masa memulai tidur dan bangun
pada tidur lebih memberi kesan kepada prestasi belajar siswa berbanding jumlah
masa tidur siswa itu sendiri. Hasil ini menunjukkan siswa yang lebih berprestasi
mempunyai kemampuan untuk mengubah waktu tidur mereka menjadi lebih awal
berbanding siswa yang kurang berprestasi.8
Sedangkan menurut satu lagi penelitian yang meneliti mengkaji hubungan
antara ritme sirkadian, waktu persekolahan dan tingkat kesukaran subjek yang
dipelajari mendapati bahwa pada subyek yang lebih sukar, masa optimal
siswamemberi pengaruh besar terhadap keputusan ujian mereka.17

21
BAB III
KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep dan Definisi Operasional

Kualitas tidur Prestasi Belajar

Keterangan :
: Variabel Independent
: Variabel Dependent

Variabel
 Variabel Independent : Kualitas tidur
 Variabel Dependent : Prestasi belajar

3.2 Definisi Operasional


N Variabe Definisi Alat Ukur Cara Interpretas Skala
o l Ukur i
1 Kualitas Kualitas Quosioner Penilaian -Skor ≤5: Ordinal
tidur tidur adalah Pittsburgh diperoleh kualitas
kemampuan Sleep Quality dari skor tidur baik
setiap orang Index (PSQI) yang - Skor > 5:
untuk yang terdiri diperoleh kualitas
mempertaha dari 7 (tujuh) dari tidur buruk
nkan komponen, responden
keadaan yaitu kualitas yang telah

22
tidur dan tidur subjektif, menjawab
untuk latensi tidur, pertanyaan
mendapatka durasi tidur, -ertanyaan
n tahap efisiensi tidur, pada
REM dan gangguan tidur kuosioner
NREM malam, PSQI
yang penggunaan
seharusnya. obat tidur dan
disfungsi
aktivitas siang
hari.
2 Prestasi Pencapaian Peringkat siswa Penilaian -Peringkat Ordinal
belajar akhir (ranking) diperoleh 1-15:
keberhasilan dari memuaskan
suatu proses peringkat - Peringkat
pembelajara siswa di >15: kurang
n di sekolah kelas yang memuaskan
tertulis di
rapor siswa

3.2 Hipotesis Penelitian


1) Hipotesis Null (Ho)
Pola tidur tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas XI
SMA N 3 Tarutung
2) Hipotesis Alternatif (Ha)
Pola tidur berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas XI SMA
N 3 Tarutung

23
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif analitik
yang mencari hubungan kualitas tidur dengan prestasi belajar pada siswa kelas
XI SMA N 3 Tarutung. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah cross-sectional, dimana telah dilakukan pengumpulan data melalui
pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner untuk menilai kualitas tidur siswa.
Kemudian nilai prestasi siswa dilihat dari peringkat di kelas pada saat penelitian
dan dilakukan hanya satu kali pengamatan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMA N 3 Tarutung dan pengambilan data
penelitian dilakukan pada tanggal 21 Januari 2019

4.3 Populasi dan Sampel


Populasi adalah siswa kelas XI SMA N 3 Tarutung yaitu sebanyak 93
siswa, kemudian sampel diambil dengan cara totally sampling, dimana sampel
yang diambil adalah siswa SMA N 3 Tarutung yang memenuhi kriteria inklusi
dari penelitian ini.

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


1. Kriteria Inklusi
- Merupakan siswa SMA N 3 Tarutung
- Merupakan siswa yang aktif hingga tahun ajaran sekarang, dimana
dilakukan penelitian.
- Bersedia mengikuti penelitian.

24
2. Kriteria Eksklusi
- Siswa yang tidak hadir saat pengambilan data penelitian

4.5 Metode Pengumpulan Data


Instrumen penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan kuosioner
pengaruh pola tidur terhadap prestasi belajar siswa. Data primer dikumpulkan
dari kuisioner untuk mengetahui pola tidur dari siswa tersebut. Pada penelitian
ini akan diambil data sekunder yaitu peringkat siswa di kelas saat dilakukan
penelitian.

4.6 Instrumen Penelitian


Kuesioner PSQI digunakan untuk mengukur kualitas tidur yang terdiri dari 7
komponen yang menggambarkan tentang kualitas tidur secara subyektif, waktu
mulainya tidur, lamanya tidur, gangguan tidur, kebiasaan penggunaan obat-
obatan dan aktivitas yang dapat menganggu tidur serta aktivitas sehari-hari
terkait dengan tidur. Nomor pertanyaan masing-masing komponen dapat dilihat
dalam tabel.

Tabel 4.1 Komponen dan nomor pertanyaan kuesioner PSQI


No Komponen Nomor Pertanyaan
1 Kualitas Tidur 9
2 Waktu memulai tidur 2,5a
3 Lama tidur 4
4 Efisiensi tidur 1,3,4
5 Gangguan tidur 5b-5j
6 Penggunaan obat untuk membantu tidur 6
7 Gangguan aktivitas siang hari 7,8

25
4.7 Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner
(kelengkapan, tulisan jelas terbaca, jawaban relevan dan konsisten dengan
pertanyaan).
b. Coding
Coding merupakan kegiatan untuk mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan.
c. Processing
Processing merupakan data dari jawaban masing-masing responden yang telah
diubah ke dalam bentuk kode dimasukkan ke Software komputer, yaitu SPSS.
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pembersihan data dari kesalahan yang mungkin
bisa terjadi.
2. Analisa Data
Analisa data univariat bertujuan untuk menggambarkan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti. variabel-variabel penelitian yang diteliti
meliputi kualitas tidur dan prestasi belajar. Jenis atau sifat data dalam penelitian
ini adalah kategorik. Analisa ini digunakan untuk memperoleh distribusi
frekuensi dan presentase dari masing-masing variabel sehingga diperoleh
gambaran umum data yang disajikan dalam bentuk tabel.
Analisi bivariat dilakukan terhadap dua variabel independen dan
dependen yang diduga memiliki korelasi, dengan menggunakan uji statistic Chi-
square dengan derajat kepercayaan 95% bila p < 0,05 maka hasil perhitungan
menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel.

26
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
5.1.1 Karakteristik Responden
Penelitian dilaksanakan di SMA N 3 Tarutung , Tapanuli Utara. Berikut
adalah data karakteristik kader kesehatan remaja yang meliputi jenis kelamin, dan
usia.
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi %
1 Laki-laki 39 47,2
2 Perempuan 44 53
Jumlah 83 100

Dari 83 orang responden, diketahui responden dengan jenis kelamin laki-laki


sebanyak 39 orang (47%), dan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak
44 orang (53%).

Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan usia


No Usia Frekuensi %
1 14 tahun 1 1,2
2 15 tahun 7 8,4
3 16 tahun 61 73,5
4 17 tahun 13 15,7
5 18 tahun 1 1,2
Jumlah 83 100

27
Dari 83 orang responden didapati sebanyak 1 orang (1,2%) berusia 14 tahun, 7
orang (8,4%) berusia 15 tahun, 61 orang (73,5%) berusia 16 tahun, 13 orang (15,7%)
berusia 17 tahun dan sebanyak 1 orang (1,2%) berusia 18 tahun.

Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan Prestasi Belajar


No Prestasi Belajar Frekuensi %
1 Memuaskan 45 54,2
2 Kurang Memuaskan 38 45,8
Jumlah 83 100

Dari 83 orang responden didapati sebanyak 45 orang (54,2%) memiliki


prestasi belajar yang memuaskan dan 38 orang (45,8%) memiliki prestasi belajar
yang kurang memuaskan.

Tabel 5.4 Karakteristik responden berdasarkan Kualitas Tidur


No Kulitas Tidur Frekuensi %
1 Baik 29 34,9
2 Buruk 54 65,1
Jumlah 83 100

Dari 83 orang responden didapati sebanyak 29 orang (34,9%) memiliki


kualitas tidur yang baik, dan sebanyak 54 orang (65,1%) memiliki kualitas tidur yang
buruk.

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan kualitas tidur subjektif


No Kualitas Tidur Subjektif Frekuensi %
1 Sangat baik 3 3,6
2 Baik 51 61,4

28
3 Kurang 29 34,9
4 Sangat Kurang 0 0
Jumlah 83 100

Dari 83 orang responden, didapati sebanyak 3 orang (3,6%) memiliki kualitas


tidur subjektif sangat baik, sebanyak 51 orang (61,4%) kualitas tidur subjektifnya
baik, sebanyak 29 orang (34,9%) memiliki kualitas tidur subjektif kurang, dan tidak
ada responden yang memiliki kualitas tidur subjektif sangat kurang.

Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan Latensi Tidur


No Latensi Tidur Frekuensi %
1 <15 menit 40 48,2
2 15-30 menit 26 31,3
3 31-60 menit 17 20,5
4 >60 menit 0 0
Jumlah 83 100

Dari 83 orang responden, didapati sebanyak 40 orang (48,2%) memiliki


latensi tidur selama kurang dari 15 menit, sebanyak 26 orang (31,3%) memiliki masa
latensi tidur selama 15 menit hingga 30 menit , sebanyak 17 orang (20,5%) memiliki
latensi tidur selama 31 menit hingga 60 menit, dan tidak ada responden yang
memiliki latensi tidur lebih dari 60 menit.

Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan Lama Tidur Malam Hari


No Lama Tidur Frekuensi %
1 >7 jam 25 30,1
2 6-7 jam 50 60,2
3 5-6 jam 6 7,2

29
4 <5 jam 2 2,4
Jumlah 83 100
Dari 83 orang responden, didapati sebanyak 25 orang (30,1%) lama tidur
malam hari lebih dari 7 jam, sebanyak 50 orang (60,2%) tidur malam hari selama 6-7
jam, sebanyak 6 orang (7,2%) tidur malam hari selama 5-6 jam , dan 2 orang (2,4%)
tidur selama kurang dari 5 jam .

Tabel 5.8 Distribusi responden berdasarkan Efisiensi Tidur


No Efisiensi Tidur Frekuensi %
1 >85% 81 97,6
2 75-84% 1 1,2
3 65-74% 0 0
4 <65% 1 1,2
Jumlah 83 100
Dari 83 orang responden, didapati sebanyak 81 orang (97,6%) memiliki
efisiensi tidur lebih dari 85%, sebanyak 1 orang (1,2%) efisiensi tidur nya 75%
hingga 84%, tidak ada responden yang yang efisiensi tidurnya 65-74%, dan 1 orang
(1,2%) memiliki efisiensi tidur kurang dari 65%.

Tabel 5.9 Distribusi responden berdasarkan Gangguan Tidur Malam


No Gangguan Tidur Frekuensi %
1 Tidak Ada 1 1,2
2 Ringan 54 65,1
3 Sedang 27 32,5
4 Berat 1 1,2
Jumlah 83 100
Dari 83 orang responden, didapati sebanyak 1 orang (1,2%) tidak memiliki
gangguan tidur malam hari, sebanyak 54 orang (65,1%) memiliki gangguan tidur

30
ringan pada malam hari, sebanyak 27 orang (32,5%) memiliki gangguan tidur sedang
pada malam hari, dan 1 orang (1,2%) memiliki gangguan tidur berat di malam hari.

Tabel 5.10 Distribusi responden berdasarkan Penggunaan Obat Tidur


No Penggunaan Obat Tidur Frekuensi %
1 Tidak Pernah 83 100
2 1 kali seminggu 0 0
3 2 kali seminggu 0 0
4 ≥ 3 kali seminggu 0 0
Jumlah 83 100
Dari 83 orang responden, seluruhnya (100%) tidak pernah menggunakan obat
tidur sebelum tidur.

Tabel 5.11 Distribusi responden berdasarkan Gangguan Aktivitas Siang Hari


No Gangguan Aktivitas Siang Hari Frekuensi %
1 Tidak Ada 6 7,2
2 Ringan 43 51,8
3 Sedang 33 39,8
4 Berat 1 1,2
Jumlah 83 100

Dari 83 orang responden, didapati sebanyak 6 orang (7,2%) tidak memiliki


gangguan aktivitas pada siang hari, sebanyak 43 orang (51,8%) memiliki gangguan
ringan dalam beraktivitas di siang hari, sebanyak 33 orang (39,8%) memiliki
gangguan sedang dalam beraktivitas pada siang hari, dan 1 orang (1,2%) memiliki
gangguan berat dalam beraktivitas di siang hari.

31
5.1.2 Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Prestasi Belajar

Tabel 5.12 Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Prestasi Belajar


Prestasi Belajar
Kualitas Memuaskan Kurang Total Pearson p-
Tidur memuaskan Correlation value

f % f % f %
Baik 25 86,2 4 13,8 29 100
Buruk 20 37 34 63 54 100 0,471 0,01
Total 45 54,2 38 45,8 83 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang memiliki


kualitas tidur baik sebanyak 25 orang (86,2%) memiliki prestasi belajar memuaskan
dan sebanyak 4 orang (13,8%) memiliki prestasi belajar kurang memuaskan.
Sementara responden yang memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 20 orang (37%)
memiliki prestasi belajar memuaskan dan sebanyak 38 orang (45,8%) memiliki
prestasi belajar kurang memuaskan.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi tabulasi silang tersebut, dilakukan
uji korelasi Pearson. Berdasarkan hasil uji statistik Pearson diperoleh r hitung sebesar
0,471 dengan nilai Sig. (2-tailed) (p)=0,01. Kemudian didapatkan nilai r tabel untuk
sampel sebanyak 83 responden dengan tingkat kesalahan 5% (CI:95%). Nilai p (0,01)
< 0,05 menunjukkan adanya korelasi antara variabel yang dihubungkan. Kemudian,
nilai r hitung (0,471) > r tabel (0,2133) menunjukkan adanya hubungan antara
variabel dependen dan variabel independen.

5.2. Pembahasan
Responden terbanyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 44 orang (53%)
dibandingkan siswa laki-laki sebanyak 39 orang (47%). Hal ini sesuai dengan
penelitian Marpaung (2013) tentang gambaran lama tidur dengan prestasi belajar

32
dimana didapatkan 72 siswa (62,9%) berjenis kelamin perempuan lebih banyak
dibandingkan siswa pria yaitu sebanyak 43 orang (37,1%.43 Pada peneltian Dewi S
yang meneliti prevalensi kurang tidur pada mahasiswa dimana pada penelitiannya
disebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
kualitas tidur. 44
Berdasarkan usia, responden terbanyak aberasal dari usia 16 tahun yaitu
sebanyak 61 orang (73,5%) kemudian usia 17 tahun sebanyak 13 orang (15,7%). Hal
ini sesuai dengan penelitian Marpaung (2013) dimana didapatkan responden
terbanyak berasal dari usia 17 tahun yaitu 56 siswa (48,2%), dan terbesar kedua dari
kelompok umur 16 tahun sebanyak 50 siswa (43,1%).43 Bila dibandingkan dengan
hasil penelitian oleh Nur Aini yang mengkaji hubungan pola tidur dengan prestasi
belajar pada siswa SMA Dharma Pancasila Medan (2011) dengan jumlah responden
85 siswa didapatkan sama yaitu responden terbesar pada usia 16-17 tahun.45
Berdasarkan kualitas tidur, didapatkan responden yang memiliki kualitas tidur
buruk sebanyak 54 orang (65,1%) sementara responden dengan kualitas tidur baik
sebanyak 29 orang (34,9%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Deshinta tahun
2009 dimana didapatkan responden yang memiliki kualitas tidur yang buruk
sebanyak 220 orang (16,7%) dan kualitas tidur yang baik sebanyak 67 orang (23,3%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Manalu (2014) yang dilakukan kepada
81 responden didapatkan 68 orang (84%) memiliki kualitas tidur yang buruk, dan 13
orang (16%) memiliki kualitas tidur yang baik. Kualitas tidur yang buruk dapat
disebabkan oleh aktifitas sosial, karena pada usia dewasa muda seseorang sedang
berada di puncak keaktifan dalam aktifitas sosial.46 Selain faktor aktifitas sosial,
faktor elektronik juga sangat mempengaruhi kualitas tidur seseorang, seperti akses
internet, peralatan elektronik yang ada di kamar tidur seperti televisi, gadget, dan
komputer.47 Wicaksono (2012) dalam penelitiannya yang berjudul analisis faktor
dominan yang berhubungan dengan kualitas tidur didapatkan ternyata stress juga
dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.48 Selain faktor stress, depresi dan
ansietas terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang,

33
seperti penyakit, lingkungan, kelelahan, alkohol, makanan dan minuman.49 Oleh
karena itu perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas tidur. Kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seorang
mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur, kemampuan
tinggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. Sehingga kualitas
tidur yang buruk dapat mempengaruhi kemampuan konsentrasi belajar responden,
dimana akan berdampak kurang fokusnya dalam mengikuti belajar mengajar. Kurang
tidur menurut beberapa studi dapat menurunkan konsentrasi, atensi dan kemampuan
menyelesaikan masalah.40
Berdasarkan temuan penelitian ditemukan bahwa pada umumnya siswa
memiliki prestasi belajar yang memuaskan yaitu 54,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa berada pada kategori cukup, sehingga sangat perlu dilakukan
pembinaan dari berbagai aspek, karena banyak faktor yang mempengaruh prestasi
belajar siswa sebagaimana pendapat Djaali bahwa: Keberhasilan atau kegagalan
siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu: (1)
faktor dari dalam diri siswa seperti kemampuan dasar umum, bakat, minat, motivasi,
serta sikap dan kebisaaan belajar, (2) faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti
lingkungan fisik, sarana dan prasarana, lingkungan sosial, lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah”.45
Menurut Dalyono, berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua
faktor yaitu:46
a. Faktor internal Yaitu faktor yang mempengaruhi dari dalam diri siswa seperti
kesehatan, minat, bakat, inteligensi, motivasi, dan cara belajar.
b. Faktor eksternal
Yaitu faktor yang mempengaruhi dari luar diri siswa seperti: kondisi keluarga,
sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Dengan demikian hasil belajar akan
bertambah jika faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dimiliki dan
dilaksanakan dengan baik oleh siswa.

34
Hasil uji analisa data menggunakan Pearson Correlation didapatkan p-
value=0,01 (p<0,05) maka artinya ada hubungan kualitas tidur dengan prestasi
belajar siswa SMA Negeri 3 Tarutung . Terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan adanya hubungan kualitas tidur dengan prestasi belajar siswa SMA
Negeri 3 Tarutung. Dilihat dari uji statistik, mayoritas siswa memiliki kualitas tidur
yang buruk dengan prestasi belajar yang kurang memuaskan. Kualitas tidur yang
buruk dapat menyebabkan iritabilitas dan kurangnya tingkat kewaspadaan yang dapat
menyebabkan tingkat konsentrasi siswa menurun sehingga prestasi belajar pun
menurun. Berdasarkan survey yang dilakukan di Great British Sleep ditemukan
bahwa orang yang memiliki kualitas tidur yang buruk mengalami kesulitan dalam
mempertahankan perhatian dan merespon suatu stimulus.47 Berdasarkan data dari
kuesioner PSQI pada komponen 7 tentang gangguan aktivitas siang hari yang telah
diisi oleh responden, ditemukan hasil bahwa responden dengan kualitas tidur yang
buruk terganggu aktivitasnya di siang hari. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi
aktivitas belajar responden yang dapat berdampak pada menurunnya konsentrasi
belajar responden sehingga menurunkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul studi kasus mengenai gambaran gangguan konsentrasi belajar anak yang
mengalami sleep apnea. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan adanya gangguan
konsentrasi belajar anak yang mengalami sleep apnea.48 Curcio, Ferrara & Gennaro
(2006) dalam penelitian yang berjudul Sleep loss, learning capacity and academic
performance menyatakan bahwa kualitas tidur yang buruk mempengaruhi proses
pembelajaran seperti terganggunya konsentrasi sesorang.8

35
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan
kualitas tidur dengan prestasi belajar siswa di SMA Negeri 3 Tarutung maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebanyak 54,2% siswa memiliki prestasi belajar yang memuaskan.
2. Sebanyak 34,9% siswa memiliki kualitas tidur yang baik.
3. Korelasi antara kualitas tidur dengan prestasi belajar memiliki hubungan yang
bermakna (p=0,01) < 0,05 dengan arah positif dan kekuatan korelasi kuat (r
hitung=0,471 > r tabel =0,2133) artinya semakin baik kualitas tidur seseorang
maka semakin memuaskan pula prestasi belajar yang diperoleh.

6.2 Saran
Terkait dengan kesimpulan hasil penelitian, beberapa hal yang dapat disarankan
demi keperluan pengembangan hasil penelitian hubungan kualitas tidur dengan
prestasi belajar siswa SMA Negeri 3 Tarutung adalah sebagai berikut:
1. Untuk pihak sekolah
Diharapkan pihak sekolah lebih memperhatikan proses belajar peserta didik
dengan mengatur waktu belajar seperti kegiatan ekstrakulikuler,atau pemberian
tugas rumah sehingga siswa dapat mengatur kegiatan belajar serta memiliki waktu
istirahat dan tidur yang cukup untuk meningkatkan prestasi belajar.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan informasi dan referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dibidang kesehatan menanggapi masalah kualitas tidur terhadap prestasi belajar.
Tenaga kesehatan dapat memberikan informasi dan penyuluhan mengenai
kesehatan pada remaja serta membahas pentingnya menjaga kualitas tidur yang
baik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa disekolah.

36
3. Peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengakaji lebih dalam lagi faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar seperti minat, motivasi, kelelahan, kebutuhan
nutrisi dan lingkungan.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Herdiman, A. (2015). Hubungan Ganguan Tidur Terhadap Prestasi Belajar


Remaja Usia 12-15 Tahun di Semarang Tahun 2015. Skripsi.
2. Kemendikbud. (2016). Nilai Rata-rata UN 2016 Turun dari Tahun 2015
diakses dari https://news.detik.com/berita/d-3206228/nilai-rata-rata-un-2016 -
turun-poin-dari-tahun-2015
3. Sunaryo. (2013). Psikologi untuk Keperawatan Edisi 2. Jakarta:EGC.
4. Potter, P.A & A.G. Perry. (2006). Buku Ajar fundamental Of Nursing. Jakarta
: EGC
5. Sulistiyani, C. (2012). Faktor Yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur pada
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1(2):280-292.
6. Mitchelle A. S. Michael.G, Leon C.L, Helen R.W. (2013). The Impact of
Sleep on Adolescent Depressed Mood, Alertness and Academic Performance.
Journal of Adolescence. 36: 1025-1033
7. Azam, S, Zahra Farsi, Nahid Raja. (2014). The Relationship Between Sleep
Quality With Fatique Severity and Academic Performance of Nursing
Students. 1(4): 213-220.
8. Cucio, G, Michele Ferrara, Luigi De Gennaro. (2006). Sleep Loss, Learning
Capacity and Academic Performance. Jurnal Sleep Medicine. 10: 323-337.
9. Kaplan, H.I. dan Sadock, B.J. 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 2, edisi VII.
Jakarta : Binarupa Aksara.
10. Lumantow, I, Sefti Rompas, Franly Onibala. (2016). Hubungan Kualitas
Tidur dengan Tekanan Darah pada Remaja Di Desa Tombasian Atas
Kecamatam Kawangkoan Barat. e-journal Keperawatan. 4:1.
11. Abu Muhammad Ibnu Abdullah. PrestasiBelajar, 2008. http://Spesialis-
torch.comDiaksespada 20 Januari 2019

38
12. Adolescent, 1998. http://www.jstor.org/pss/1132351 Diaksespada 20 Januari
2019
13. Aiyuda, N. PengaruhKualitasTidurterhadapPrestasiBelajar,
FakultasPsikologi,Universitas Islam Negeri Sultan SyarifKasim, Riau, 2009.
http://www.scribd.com/doc/2770907/Makalah-Psi-Islam-Pengaruh-Kualitas-
Tidur-Terhadap-Prestasi-Belajar
14. Arifin, Arif R, dkk.FisiologiTidurdanPernapasan.
DepartemenPulmonologidanIlmuKedokteranRespirasi FKUI – SMF Paru
RSUP Persahabatan. Jakarta,2010.
15. Asmadi. TeknikProsedurKeperawatanKonsepAplikasiKebutuhanDasarKlien.
16. Jakarta: SalembaMedika, 2008.
17. Boltz, Marie. The Pittsburgh Sleep Quality Index. Practices in Nursing Care,
2007.http://www.consultGeriRN.org. Diaksespadatanggal 18 Januari 2019

18. Catherine. Faktor yang MempengaruhiPolaTidurPasien di


RuangPerawatanBedahBajiKamase I dan II BP-RSUD Labuan Baji
Makassar. Skripsi. Makassar. 2011
19. Eliasson, A.R, and Lettieri, C.J. Early to Bed, Early to Rise! Sleep Habits
andAcademic Performance ini College Students, USA,
2009.http://www.springerlink.com/content/d8u404v8753652x1 Diaksespada
18 Januari 2019
20. Goleman, Daniel. Emotional Inteligence. Jakarta: PT.
GramediaPustakaUtama, 2009.
21. Guyton, Arthur C. Hall, John E. Buku Ajar FisiologiKedokteran. Edisi 11.
Jakarta. PenerbitBukuKedokteran ECG.2007
22. Hidayat, A.A. PengantarKebutuhanDasarManusia. Jakarta: SalembaMedika,
2006.

39
23. Khasanah, Khusnul, Wahyu. KualiasTidurLansia. Jurnal Nursing Studies.
Volume 1, 2012. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing.
Diaksespada 18 Januari 2019
24. Kozier, B. Fundamentals of Nursing: concept theory and practices. Redwood
City California: Addison Wesley, 2004.
25. Lima, P.F et al. Changes of Sleep Habits of Medical Students According to
Class Starting Time: A Longitudinal Study, 2009. http://www.icb.usp.br/-
flass/hypnos/vo1001/HYP2-2002.pdf
26. Loriz, L.M. Excessive Daytime Sleepiness: How to Help Your Patient
Manage. Clinical Excelelence for Nurse Practitioners. Volume 8. Number 4,
2004.
27. Mardjono, M. NeurologiKlinisDasar. Jakarta: Dian Rakyat, 2008
28. McElroy, T, and Mosteller, L. The Influence of Circardian Type, Time of Day
and Class Difficulty on Students’ Grades, Psychology Departement,
AppalachianState University, 2006.http://www.investigationpsicopedagogica
.org/revista/articulos/10/english/Art1016 ; diaksespada 18 Januari 2019
29. NgalimPurwanto. PsikologiPendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya,
2006.
30. Nurkholis A.Faktor-faktor yang MempengaruhiPrestasiBelajar Mata
PelajaranEkonomipadaSiswaKelas VIII
MTs.NurussalamTernosoKabupatenBatang, FakultasEkonomi, Universitas
Semarang, 2006.
31. Potter, P. A., & Perry, A. G. Fundamental Keperawatan Ed.7 Vol. 2.
Jakarta:SalembaMedika. 2010.
32. Purnama, PandePutu. HubunganTingkatanKecemasandanGangguanPolatidur
padaPasienPertama Kali DirawatInap di RuangPerawatanUmumRumahSakit
PUSAT AngkatanDaratGatotSubroto Jakarta. Jakarta. 2009.
33. SanjayaWina. StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan.
Prenada: Jakarta, 2009.

40
34. Sherwood, Lauralle. FisiologiManusiadariSelkeSistem. Edisi 6. Jakarta.
PenerbitBukuKedokteran ECG.2011
35. Slameto. BelajardanFaktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
RinekaCipta, 2010.
36. Stickgold, dr.Robert. Harvard University. Article Sleep and Memory.2008.
(http://healthysleep.med.harvard.edu/need-sleep/whats-in-it-for-you/memory)
diaksespadatanggal 18 Januari 2019
37. Syah M. PsikologiBelajar. Raja GrafindoPersada Jakarta, 2006.
38. Travis, Carol. Wade, Carole; Psikologi. Edisi 9. Jilid 1; Jakarta;
PenerbitErlangga. 2007
39. Warahmatillah. HubunganAktivitasAkademik yang disertaiAktivitasFisik
denganGangguanTidurpadaMahasiswaFakultasKedokteran UMI Makassar
Angkatan 2010. KaryaIlmiah. FakultasKedokteran UMI, 2012
40. Wade, Carole&CarolTavris. Psikologi (jilid 1). Jakarta: Erlangga, 2008.
41. Wavy, W. The Relationship between Time Management, Perceived Stress,
Sleep Quality and Academic Performance among University Students, 2008.
http://libproject.hkbu.edu.hk/trsimage/hp/06636306.pdf Diaksespada 19
Januari 2019
42. Wolfson, A.R, Carskadon, M.A. Sleep Schedules and Daytime Functioning in
Adolescent, 1998. http://www.jstor.org/pss/1132351Diaksespada 21
Maret2016
43. Panangiangan Marpaung. Gambaran Lama Tidue terhadap Prestasi Belajar.
urnal e-Biomedik (eBM),Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 543-549
44. Dewi SK.Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan prevalensi kurang tidur
kronis pada mahasiswa didaerah istimewa Yogyakarta. Jurnal kesehatan Surya
Medika. Yogyakarta: 2009. (diakses tanggal 25 oktober 2012). Dikutip dari:
http://www.skripsistikes.wordpress.com
45. Aini N.Hubungan antara pola tidur dengan prestasi belajar pada siswa SMA
Dharma Pancasila. Medan: Fakultas Kedokteran UniversitasSumatera
Utara;201

41
46. Manalu, A. N. (2013). Hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah
mahasiswa kedokteran angkatan 2012. Scholarly articles
47. Syamsoedin, W. K. (2015). Hubungan durasi penggunaan media sosial
dengan kejadian insomnia pada remaja di SMA Negeri 9 Manado. Scholarly
article, 6-8.
48. Wicaksono, D. W. (2012). Analisis faktor dominan yang berhubungan dengan
kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Scholarly Article, 4-6
49. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental keperawatan (ed. 7 vol. 2).
Jakarta: Salemba Medika

42

Anda mungkin juga menyukai