Anda di halaman 1dari 9

GANGGUAN POLA TIDUR PADA MAHASISWA YANG MENYUSUN

SKRIPSI

Proposal Kampanye Psikologi Mata Kuliah: Pengantar Psikologi


Dosen: Ahmad Habiby Arafaat Baman, S.Psi., M.Psi.
Semester I Jurusan Kesejahteraan Sosial Kelas C

Anggota Kelompok 2:

Sumiyyah (NIM: 50900123070)

Sri Mardianti Asmah (NIM: 50900123088)

Wildani (NIM: 509001230101)

Muh Anwar (NIM: 50900123054)

Bayu Andika (NIM: 50900123091)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN ALAUDDIN


MAKASSAR
2023
BAB I PENDAHULUAN

Pada proses penyusunan skripsi tak jarang mahasiswa banyak yang


mengalami gangguan sulit tidur karena tekanan yang ditimbulkan dari menyusun
skripsi. Gangguan sulit tidur tersebut dapat disebabkan karena pengaruh stress yang
timbul karena mendapat dosen pembimbing yang sulit dijumpai, karena
ketidaksiapan mahasiswa itu sendiri untuk menyusun sebuah skripsi, atau karena
judul yang diajukan selalu ditolak oleh dosen yang bersangkutan. Tekanan yang
ditimbulkan dari keadaan tersebut sangat berpengaruh bagi keadaan psikologis
mahasiswa sehingga salah satunya menimbulkan gangguan tidur. Kehilangan jam
tidur meskipun sedikit, mempunyai akibat yang sangat mempengaruhi semangat,
kemampuan konsentrasi, kinerja, produktivitas, keterampilan komunikasi dan
kesehatan secara umum, termasuk sistem gastrointestinal, fungsi kardiofaskuler,
dan sisitem kekebalan tubuh. Orang yang tidak tidur kehilangan energi dan lekas
marah, orang yang dua hari tidak tidur akan sulit berkonsentrasi untuk waktu yang
lama. Banyak kesalahan akan dibuat, terutama dalam tugas-tugas rutin, dan kadang
ia tidak mampu memusatkan perhatian. Orang yang tidak tidur lebih dari tiga hari
akan sulit berpikir, melihat, dan mendengar dengan jelas (Ariantini & Sugeng,
2012).
Adapun proposal kampanye ini dibuat untuk menguraikan, menggambarkan
atau mendeskripsikan mengenai insomnia yang terjadi pada mahasiswa yang
menyusun skripsi.

2
BAB II ISI

A. Pengertian
Skripsi merupakan karya tulis ilmiah berdasarkan hasil penelitian lapangan dan
atau studi kepustakaan yang disusun mahasiswa sesuai dengan bidang studinya
sebagai tugas akhir dalam studi formal. Skripsi merupakan bukti kemampuan
akademik mahasiswa dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang
sesuai dengan bidang keahlian atau bidang studinya. Penyusuna skripsi
dimaksudkan sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan. Skripsi
merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam penelitian yang
berhubungan dengan masalah yang sesuai bidang keahlian atau bidang studinya
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana.
Insomnia merupakan suatu kondisi yang dicirikan dengan adanya gangguan
dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu. Gangguan tidur
dapat mengganggu pertumbuhan fisik, emosional, kognitif, dan sosial orang
dewasa. Fakta tersebut menunjukkan besarnya kemungkinan masalah akademis,
emosional, kesehatan, dan perilaku pada orang dewasa dapat dicegah atau
diperbaiki secara signifikan melalui intervensi, yaitu memperbaiki kualitas dan
kuantitas tidur (LeBourgeois, Giannotti, & Cortesi, 2005). Gangguan pola tidur
merupakan kondisi seseorang yang mengalami risiko perubahan jumlah dan kualitas
pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan. Klasifikasi gangguan tidur
menurut International Classification of Sleep Disorder, yaitu dissomnia,
parasomnia, gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan atau
psikiatri, gangguan tidur yang tidak terklasifikasi (Japradi, 2002).

B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Insomnia


Masalah gangguan tidur atau insomnia sering dialami oleh mahasiswa, terutama
mahasiswa tingkat akhir. Masa akhir studi merupakan masa kritis yang sering di
alami oleh mahasiswa. Pada masa ini mahasiswa di tuntut menyelesaikan

3
pendidikan tepat waktu, pandangan masyarakat terhadap mahasiswa dan priode
pendidikan menyebabkan mahasiswa memiliki berbagai macam tuntutan baik
secara akademik maupun non akademik (Hartiningtiyas, Suryati, & Ismail, 2021).
Menurut penelitian (Sulistiyani, 2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya gangguan pola tidur adalah stres atau kecemasan, depresi,
atau gelisah, suhu kamar, dan lingkungan. Seseorang mengalami kesulitan untuk
memulai tidur, sering terbangun pada malam hari ataupun di tengah-tengah saat
tidur. Orang yang menderita insomnia juga bisa terbangun lebih dini dan kemudian
sulit untuk tidur kembali.
Faktor internal penyebab insomnia yang diperoleh pada penelitian (Rizqiea &
Hartati, 2012) yang juga sebagai informan adalah keterbatasan fisik dan stress.
Fenomena tersebut telah sesuai dengan teori yang telah dituliskan sebelumnya
bahwa masalah psikologis, seperti stress, depresi, dan cemas merupakan penyebab
terjadinya insomnia (Widya, 2010). Namun, pada fenomena yang dialami oleh
informan ini, hanya stress sebagai masalah psikologis penyebab terjadinya insomnia
karena tidak ada informan yang mengalami depresi ataupun cemas sebagai
penyebab terjadinya insomnia. Faktor eksternal penyebab terjadinya insomnia yang
diperoleh dari informan adalah akademik, tempat penelitian, dan referensi. Faktor
eksternal penyebab insomnia tersebut telah sesuai dengan fenomena yang dialami
oleh informan, yaitu adanya ketentuan akademik, lamanya proses birokrasi di
tempat penelitian, dan keterbatasan referensi yang ada.
Awal insomnia yang dialami oleh (Rizqiea & Hartati, 2012) dibedakan lagi
menjadi dua, yaitu stimulus awal insomnia dan munculnya insomnia. Pernyataan
mengenai sering terjaga pada informan dapat dilihat dari tidak ada rasa kantuk dan
waktu mulai mengantuk yang ditunjukkan oleh informan. Mempersiapkan tidur
yang diperoleh dari informan adalah durasi persiapan tidur dimana informan
memerlukan jeda waktu antara mempersiapkan tidur hingga pada akhirnya jatuh
tertidur. Akhir insomnia yang dimaksudkan di sini adalah waktu bangun tidur yang
dialami.

4
C. Dampak dari Masalah
Pada penelitian (Rizqiea & Hartati, 2012), penurunan aktivitas yang dialami
oleh informan ini dapat ditunjukkan oleh beberapa hal, yaitu ketidakteraturan
manajemen waktu, mengantuk di siang hari, dan gangguan konsentrasi. Mengantuk
di siang hari yang dialami oleh informan ini sesuai dengan teori mengenai dampak
dari terjadinya insomnia, yaitu mengantuk di siang hari/kelelahan (Bonnet & Arand,
2010). Ketidakteraturan manajemen waktu dan gangguan konsentrasi tidak tampak
secara jelas pada teori yang telah dituliskan sebelumnya, tetapi peneliti
mengidentifikasi kedua hal tersebut telah sesuai dengan teori mengenai dampak dari
terjadinya insomnia, yaitu mengalami penurunan kualitas hidup (Bonnet & Arand,
2010). Gangguan kesehatan yang dialami oleh informan ditandai dengan
menurunnya kekebalan tubuh. Menurunnya kekebalan tubuh yang dialami informan
ini diidentifikasi lagi oleh peneliti menjadi dua, yaitu gangguan nutrisi dan kondisi
kesehatan yang buruk. Menurunnya kekebalan tubuh yang dialami oleh informan
telah sesuai dengan teori mengenai dampak terjadinya insomnia, yaitu penurunan
kekebalan tubuh (Pigeon, 2010). Penurunan mood diidentifikasi peneliti menjadi
dua, yaitu perasaan tidak menentu dan aktivitas tidak optimal. Penurunan mood
yang dialami oleh informan ini telah sesuai dengan teori dari dampak terjadinya
insomnia, yaitu perubahan suasana hati (Bonnet & Arand, 2010).
Setelah penelitian ini dilakukan kepada kelima informan, peneliti memperoleh
dampak positif dari terjadinya insomnia, yaitu dua dari lima informan mengatakan
bahwa dampak positif dari insomnia adalah tercapainya target yang diinginkan.
Tercapainya target yang diinginkan seperti yang dikatakan oleh informan tersebut
dapat dilihat dari pemanfaatan waktu yang baik, tugas cepat selesai, dan tugas
selesai tepat waktu. Keadaan berbeda ditemukan peneliti pada tiga dari lima
informan yang menyatakan bahwa tidak ada dampak positif dari terjadinya
insomnia. Ketiga informan tersebut merasa selalu dirugikan oleh insomnia. Hal
tersebut merupakan penemuan baru di lapangan mengenai dampak positif insomnia

5
karena teori-teori sebelumnya mengenai dampak insomnia hanya ditemukan
dampak negatifnya saja.

D. Mencegah atau Mengurangi Masalah yang Terjadi


Adapun pencegahan yang dapat dilakukan agar dapat mengurangi insomnia
yang terjadi pada mahasiswa ialah, menurut (Bonnet & Arand, 2010) membuat
jadwal tidur yang dilakukan oleh informan adalah dengan membiasakan tidur lebih
awal. Menciptakan lingkungan yang nyaman di sini dilakukan informan dengan tiga
cara, yaitu pencahayaan cukup, suasana yang kondusif, dan pengaturan posisi tidur.
Pencahayaan yang cukup antara informan yang satu dengan yang lainnya
berbedabeda, ada yang lebih nyaman dengan lampu yang dimatikan ataupun redup,
tetapi ada juga yang lebih suka lampu tetap menyala saat tidur. Manajemen nutrisi
yang dilakukan informan sebelum tidur adalah dengan minum susu, baik hangat
maupun dingin. Masing-masing informan memiliki kegemaran yang berbeda-beda
untuk kebiasaan minum susu, ada yang suka minum susu coklat, tetapi ada juga
yang suka minum susu putih. Melakukan aktivitas sebelum tidur dibagi lagi oleh
peneliti menjadi tiga, yaitu melakukan kegiatan yang membosankan, mendengarkan
musik, dan minum obat tidur. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada karena
pada teori yang dicantumkan hanyalah mengenai terapi farmakologis ataupun terapi
nonfarmakologis untuk mengatasi insomnia, kecuali minum obat tidur karena telah
sesuai dengan teori yang telah dituliskan peneliti sebelumnya, dimana terapi
farmakologis dapat menyembuhkan insomnia (Epstein & Mardon, 2007).
Membuat jadwal tidur ini dilakukan informan dengan membuat perencanaan
tidur. Perencanaan tidur yang dibuat informan dapat dilakukan dengan menargetkan
waktu untuk tidur. Membiasakan tidur tepat waktu dilakukan informan dengan
menggunakan waktu seefektif mungkin, yaitu dilakukan dengan menuruti rasa
kantuk dan tidak menunda pekerjaan. Kebiasaan yang dilakukan informan sebagai
pencegahan agar tidak terjadi insomnia kembali adalah dengan melakukan kegiatan
yang membosankan, minuman yang dikonsumsi, dan meningkatkan ketenangan.
Melakukan kegiatan yang membosankan adalah dengan nonton TV, nonton film,

6
dan baca-baca revisi. Minuman yang dikonsumsi di sini adalah dengan cara
mengurangi konsumsi kafein dan juga minum susu. Fenomena tersebut tidak sesuai
dengan teori yang telah dituliskan sebelumnya, tetapi fenomena ini menjadi
penemuan baru mengenai pencegahan yang dilakukan agar tidak terjadi insomnia
kembali.

7
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian Insomnia merupakan suatu kondisi yang dicirikan dengan adanya
gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu. Penyebab
dari terjadinya insomnia yang dialami mahasiswa adalah keterbatasan fisik, stress,
ketentuan akademik, tempat penelitian, dan kurangnya referensi. Dampak negatif
dari terjadinya insomnia yang dialami oleh mahasiswa adalah penurunan aktivitas,
gangguan kesehatan, dan penurunan mood. Dampak positif dari terjadinya insomnia
yang dialami oleh mahasiswa adalah tercapainya target yang diinginkan, yang
ditunjukkan dengan pemanfaatan waktu yang baik, tugas cepat selesai, dan tugas
selesai tepat waktu. Tindakan yang dilakukan mahasiswa saat terjadi insomnia
adalah membuat jadwal tidur, menciptakan lingkungan yang nyaman, melakukan
aktivitas sebelum tidur, dan manajemen nutrisi sebelum tidur. Pencegahan yang
dilakukan mahasiswa agar tidak terjadi insomnia adalah membuat jadwal tidur,
membiasakan tidur tepat waktu, minum susu, mengurangi kafein, dan
meningkatkan ketenangan.
Adapun sebagai akhir dari proposal kampanye ini diharapkan dapat membantu
memberikan informasi yang relevan terhadap mahasiswa akhir yang sedang
mengalami gangguan pola tidur atau insomnia.

8
DAFTAR REFERENSI

Ariantini, F. A., & Sugeng, H. (2012). GANGGUAN INSOMNIA PADA


MAHASISWA. Jurnal Psikologi Ilmiah, 2-4.
Bonnet, M., & Arand, D. (2010). Subjective and Objective Daytime Consequences
of Insomnia. USA: Informa Healthcare.
Epstein, J. L., & Mardon, S. (2007). The Harvard Medical School Guide to a Good
Nights Sleep. USA: McGraw-Hill eBooks.
Hartiningtiyas, S. N., Suryati, & Ismail. (2021). Tingkat Stres Berhubungan Dengan
Kualitas Tidur mahasiswa Keperawatan Dalam Menyusun Skripsi.
LINGGAU HEALTH JOURNAL Vol. 1 No. 1, 8-14.
Japradi, I. (2002). Gangguan Tidur. Jakarta: Fakultas Kedokteran.
Kaplan, H. I., & Sadock. (1998). Ilmu kedokteranjiwa darurat. Dalam Ilmu
kedokteranjiwa darurat. Jakarta: Widya Medika.
LeBourgeois, M., Giannotti, F., & Cortesi, F. (2005). The Relationship between
Reported Sleep Quality and Sleep Hygiene in Italian and American
adolescents. US: Pediatrics.
Pigeon, W. R. (2010). Insomnia as a Risk Factor in Disease. USA: Informa
Healthcare.
Rizqiea, N. S., & Hartati, E. (2012). PENGALAMAN MAHASISWA YANG
MENGALAMI INSOMNIA. Jurnal Nursing Studies, Vol. 1, No. 1, 231236.
Sulistiyani, C. (2012). Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Tidur
Pada Mahasiswa. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 280–292.
Tabroni, I., Nauli, F. A., & Arneliwati. (2021). Jurnal Keperawatan. Jurnal
Keperawatan & Kebidanan, 1-9.
Widya. (2010). Mengatasi Insomnia. Yogyakarta: Kata Hati.

Anda mungkin juga menyukai