Anda di halaman 1dari 35

Seminar Proposal Skripsi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN


PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA FK UNS

GANTAR RINA DEWI PRAMUSHINTA

G0018087

Pembimbing Utama :-
Pembimbing Pendamping :-
Penguji Utama :-
I
Pendahuluan
II
Tinjauan Pustaka
III
Metode Penelitian
I Pendahuluan

A Latar Belakang Masalah


B Rumusan Masalah

C Tujuan Penelitian
D Manfaat Penelitian
AA Latar Belakang Masalah

• Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi.
Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir
yang memasuki dewasa awal yaitu usia 18-24 tahun.
• . Mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa perkembangannya, terma-
suk memiliki tanggung jawab terhadap kehidupannya untuk memasuki masa de-
wasa (Putri, dkk, 2018). Iswardani (Lestari,2010) mengungkapkan bahwa salah
satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa adalah ketidak disiplinan dalam
mengelola waktu yang ditunjukkan dengan lamanya kelulusan karena kebiasaan
menunda pekerjaan.
• Pada dunia akademis penundaan tugas akademis ini sering disebut dengan istilah
prokrastinasi akademik (Ozer, Demir, & Ferrari, 2019).
 Menurut Solomon dan ruthblum Cuan dkk (2019) penundaan yang relatif berat pada maha-
siswa adalah penundaan kelulusan dari perguruan tinggi karena makin lama kuliah makin
berat derajat kecenderungan menunda. Salomon dan Rothblum (Nugrasanti, 2006) menye-
butkan mahasiswa yang melakukan prokrastinasi paling banyak dalam tugas menulis sebe-
sar 46%
 Menurut Ferrari, dkk (2015) terdapat dua faktor yang mempengaruhi munculnya prokrasti-
nasi pada mahasiswa maupun pelajar umumnya.
 Faktor pertama adalah faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri indi-
vidu itu sendiri, meliputi kondisi fisik dan psikologis.
 Faktor kedua adalah faktor ekternal, merupakan faktor penyebab yang berasal dari luar diri
individu, meliputi gaya pengasuhan orang tua, kondisi lingkungan yang rendah pen-
gawasan, serta kondisi lingkungan.
 Bernard mengungkapkan beberapa faktor dilakukannya prokrastinasi diantaranya kece-
masan, pencelaan terhadap diri sendiri, tidak teraturnya waktu, pendekatan yang lemah ter-
hadap tugas, perasaan tertekan dan kelelahan (Catrunada & Puspitawati, 2018). Menurut
Cornell University Safitri (2011)
 kecemasan sama juga seperti dengan pesan karena tubuh akan memberikan tanda ketika
ada sesuatu yang salah. Nevid (2013) menjelaskan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan
khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
 Kecemasan terhadap lingkungan pendidikan sering dialami oleh mahasiswa dan kecemasan yang di
rasakan oleh mahasiswa sering disebut dengan kecemasan akademik (Safitri, 2011).
 Berdasarkan fenomena tersebut peneliti ingin mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan
prokrastinasi akademik mahasiswa FK UNS.
B Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prokrastinasi akademik mahasiswa FK
UNS?

C Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan
prokrastinasi akademik mahasiswa FK UNS.
D Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya terkait dengan tingkat kecemasan den -
gan prokrastinasi akademik mahasiswa FK UNS.
2. Aspek Praktis
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi latihan penerapan teori yang telah diperoleh melalui pembelajaran di dunia perkulia -
han. Hasil dari penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang juga memiliki tema
sejenis.
Bagi Masyarakat
Melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat memahami dan mengetahui dampak dari hubungan prokastinasi akademis
dengan tingkat kecemasan dalam menentukan penggunaan startegi prokastinasi yang tepat bagi dirinya, sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan dari aspek kejiwaan. 
II Tinjauan Pustaka

A Landasan Teori
B Kerangka Pemikiran

C Hipotesis
AA Landasan Teori

Kecemasan
 Kecemasan adalah suatu emosi tidak menyenangkan, was-was yang kemudian ditandai
dengan beberapa bentuk seperti khawatir berlebihan, kegelisahan, dan rasa takut yang
dialami dalam tingkat yang berbeda – beda. Kecemasan digambarkan sebagai suatu
perasaan tidak menentu yang memiliki kemampuan untuk berdampak pada psikologis
manusia, yang melibatkan perasaan, perilaku, dan respon - respon fisiologis.
 Kecemasan tumbuh pada individu saat sedang menghadapi situasi tidak menyenangkan
baginya.
Epidemiologi

 Riset Riskesdas terkait prevalensi gangguan mental emosional berupa gejala depresi
dan kecemasan pada usia ≥ 15 tahun dari tahun 2013-2018. Hasil riset menyatakan
bahwa prevalensi pada tahun 2013 memberikan hasil sebesar 14 juta orang atau seki-
tar 6% penduduk Indonesia mengalami gangguan mental emosional berupa gejala
depresi dan kecemasan. Kemudian, pada tahun 2018 kemarin, hasil riset yang didap-
atkan mengalami peningkatan, yakni menjadi 9,8% dari penduduk Indonesia (Ke-
menkes, 2018).
• Faktor Biologis (faktor genetik dan bi-
ologi)
• Faktor Psikologis (Teori Psikoanalisis,
Teori Interpersonal, Teori Perilaku)
Faktor-Faktor • Faktor Sosial (latar belakang dari aspek
Kecemasan
Your Picture Here pendidikan dan ekonomi)
Tingkat kecemasan menurut Peplau (dalam Sari, 2020) terbagi
menjadi 3 tingkatan:
1. Kecemasan ringan:
Tanda dan gejala pada kecemasan ringan berupa persepsi dan perha-
tian meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal,
mampu mengatasi masalah secara efektif serta kemampuan belajar
yang meningkat. Perubahan fisiologis ditandai dengan gelisah, sulit
tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.
Tingkat 2. Kecemasan sedang

kecemasan
Your Picture Here
Respon fisiologis yang muncul berupa nafas pendek, nadi dan tekanan
darah naik, mulut kering, gelisah, konstipasi. Sedangkan untuk respon
kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak
mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
3. Kecemasan Berat
Gejala yang dialami kecemasan berat meliputi persepsi yang sangat
kurang, berfokus pada hal yang detil, rentang perhatian sangat ter-
batas, dan sulit berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta
tidak dapat belajar secara efektif. Gejala: sakit kepala, pusing, mual,
gemetar, insomnia, palpitasi, takikardi, hiperventilasi, sering buang
air kecil maupun besar, dan diare.
• Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) merupakan sebuah que-
sioner dengan 50 butir pertanyaan terstruktur yang pada
Penilaian akhirnya akan menentukan klasifikasi kecemasan menjadi tiga,

Kecemasan
Your Picture Here yaitu kecemasan ringan (total skor < 20), kecemasan sedang
(total skor 20 – 25), dan kecemasan berat (total skor > 25)
(Hadi dkk, 2019)
AA Landasan Teori

Prokrastinasi
 Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan untuk menunda dalam memulai, melaksanakan
dan mengakhiri suatu aktivitas. Prokrastinasi akademik adalah prokrastinasi yang terjadi di
lingkungan akademik (Rumiani, 2006). Prokrastinasi akademik diartikan sebagai suatu
penundaan terhadap tugas-tugas akademik yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang
oleh seseorang sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pelakunya (Andayani dan
Karyanta, 2011).
Karakteristik Prokrastinasi Akademik
Karakteristik individu yang melakukan perilaku prokrastinasi menurut Sirois dalam Ahmaini (2010) adalah:

1) Perfeksionisme, yaitu individu yang mengerjakan sesuatu hal lain yang dirasa kurang sempurna.

2) Pemimpi, yaitu individu yang memiliki banyak ide besar tapi tidak dilakukan.

3) Pencemas, yaitu individu yang berpikir tugas tidak dapat dikerjakan dengan baik dan takut apa yang
dilakukan gagal.

4) Penentang, yaitu individu yang tidak mau diperintah atau dinasehati oleh orang lain.

5) Pembuat masalah, yaitu individu yang sering membuat masalah.

6) Terlalu banyak tugas, yaitu individu yang memiliki banyak tugas yang harus dikerjakan dalam waktu yang
sama.
Karakteristik tugas
Seseorang akan cenderung untuk menghindari tugas yang
dirasa tidak menyenangkan. Penundaan akan dilakukan
oleh individu tersebut walaupun hal itu akan
merugikannya dalam jangka panjang.
Tipe kepribadian

Faktor-faktor Neuroticism, Agreeableness, Extraversion, Conscientiousnes


Suasana perasaan dan kinerja
prokrastinasi Beberapa orang meningkatkan kinerjanya dengan
Your Picture Here
akademik melakukan prokrastinasi. Hal ini dikarenakan orang
tersebut merasa dapat mengeluarkan seluruh kemampuan
fisik dan kognitif ketika batas waktu semakin dekat (Steel,
2017).
Demografi
Perbedaan umur menyebabkan perbedaan pengalaman
sehingga terjadi perbedaan perilaku prokrastinasi,
semakin bertambah umur semakin berkurang untuk
prokrastinasi. Jenis kelamin laki-laki sedikit lebih banyak
Kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat
prokrastinasi ini terdiri dari pernyataan positif/favourable
dan pernyataan negatif/unfavourable. Pernyataan
positif/favourable adalah penggambaran perilaku yang
sesuai dan mendukung atribut/variabel yang diukur,

Instrumen sedangkan pernyataan negatif/unfavourable yaitu adalah


penggambaran perilaku yang tidak sesuai/tidak

Pengukuran mendukung atribut/ variable yang diukur


Your Picture Here Instrumen penelitian ini menyediakan 4 alternatif jawaban
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),
Sangat Tidak Setuju (STS).
AA Landasan Teori

Hubungan Prokastinasti Akademik dan Kecemasan


 Menurut Setiawati dari Cornell University (2019) kecemasan akademik adalah hasil
dari proses biokimia dalam tubuh dan otak yang meningkatkan dan membutuhkan per-
hatian. Perubahan terjadi dalam respon terhadap situasi akademik. Ketika kecemasan
meningkat, tubuh akan memberikan reaksi atau respon untuk menolak atau memper-
juangkannya. Ketakutan akan kegagalan ini merupakan kecenderungan mengalami rasa
bersalah karena ia tidak dapat mencapai tujuan dan keinginan, rasa barsalah yang di-
rasakan itu secara tidak langsung dapat menyebabkan kecemasan. Hal tersebut mem-
buat mahasiswa menjadi tidak menyukai tugas, perasaan tidak menyukai tugas ini
berkaitan dengan perasaan terbebani tugas yang berlebihan, tidak puas dengan tugas
yang didapat dan perasaan yang tidak senang terhadap tugas.
B Kerangka Pemikiran

Keterangan:
C
C Hipotesis

H1: Terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan prokrastinasi akademik


mahasiswa FK UNS.
III Metode Penelitian

A Jenis Penelitian G Identifikasi Variabel Penelitian

B Lokasi Penelitian H Definisi Operasional Variabel Penelitian

C Subjek Penelitian I Instrumen Penelitian

D Teknik Pengambilan Sampel J Cara Kerja Penelitian

E Besar Sampel Penelitian K Teknik Analisis Data

F Rancangan Penelitian L Jadwal Penelitian


A Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan potong lintang atau cross
sectional.

B Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C Subjek Penelitian

Mahasiswa angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta menjadi subjek
penelitian.
D Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode simple random sampling dengan
kriteria eksklusi dan inklusi tertentu.
• Kriteria inklusi: mahasiswa aktif angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan bersedia menjadi responden.
• Kriteria eksklusi penelitian ini adalah memiliki riwayat penyakit berat, sedang mengonsumsi obat-
obatan, mahasiswa yang tidak bersedia menjadi partisipan dan tidak mengisi kuesioner secara
lengkap.

E Besar Sampel Penelitian

Peneliti menggunakan rumus analitik slovin  (Masturoh dan Temesvari, 2018). Rumus slovin digunakan
untuk menentukan besar sampel dalam penelitian. Besar sampel penelitian yang dibutuhkan adalah 72
orang.
F Rancangan Penelitian G Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas
Tingkat Kecemasan
2. Variabel Terikat
Prokrastinasi Akademik
3. Variabel Perancu
usia responden, jenis kelamin responden, latar
belakang keluarga dan pendidikan
responden
H Definisi Operasional Variabel Penelitian

1 Tingkat Kecemasan
 Definisi
Kecemasan digambarkan sebagai suatu perasaan tidak menentu yang memi-
liki kemampuan untuk berdampak pada psikologis manusia, yang melibatkan
perasaan, perilaku, dan respon - respon fisiologis. Orang yang mengalami ke-
cemasan dapat terjadi gangguan keseimbangan pribadi seperti tegang, resah,
gelisah, takut, dan berkeringat. Orang dengan kecemasan akan merasa jauh
dari perasaan bebas (Hayat, 2014).
 Alat ukur Sebagai cut off pont adalah sebagai berikut:
Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)  Skor < 21 berarti tidak cemas
 Skala Pengukuran
Kategorik nominal  Skor > 21 berarti cemas
 Hasil ukur :
klasifikasi kecemasan menjadi tiga, yaitu kecemasan ringan (total skor < 20), ke-
cemasan sedang (total skor 20 – 25), dan kecemasan berat (total skor > 25). (Hadi
dkk, 2019).
H Definisi Operasional Variabel Penelitian

2 Prokrastinasi Akademik
 Definisi
Prokrastinasi menyebabkan seseorang cenderung tidak bisa mengontrol diri untuk menunda-nunda aktivitas sam-
pai detik terakhir atau bahkan tugas tersebut tidak dikerjakan sama sekali (Gafni dan Geri, 2010).
 Alat ukur
Kuisioner Prokrastinasi Akademik
 Skala Pengukuran
Kategorik nominal
 Hasil ukur :
I Instrumen Penelitian

Lembar Kuesioner
Kuesioner Prokrastinasi
Informed TMAS Akademik
Consent

32
J Cara Kerja Penelitian
Pelaksanaan Penelitian, yang meliputi:
Persiapanan Penelitian, yang meliputi:
a. Melakukan pengambilan sampel penelitian
a. Menyusun proposal penelitian.
dengan metode simple random sampling.
b. Melakukan seminar proposal.
b. Membagikan dan menyebarkan lembar
c. Mengurus Ethical Clearance (EC) dan
informed consent, kuesioner secara daring
mengajukan surat izin untuk melakukan
kepada responden.
penelitian
c. Peneliti melakukan analisis data yang telah di-
d. Mempersiapkan penelitian yang dilakukan se-
dapatkan.
cara daring/ online dengan membuat google
d. Peneliti membuat laporan penelitian.
form.

33
K Teknik Analisis Data

 Analisis bivariat dilakukan dengan uji korelasi Pearson product merupakan jenis uji
analisis statistik yang biasanya dipergunakan dalam mencari dan mengetahui kore-
lasi atau hubungan antar variabel yang memiliki skala pengukuran nominal (Mas-
turoh dan Temesvari, 2018). Hal ini bertujuan untruk mengetahui hubungan
antara tingkat kecemasan dengan prokrastinasi akademik mahasiswa FK UNS.

 Data diperoleh berskala nominal dan ordinal yang kemudian diolah menggunakan
program Statistical Program for Social Science (SPSS) for Windows version 23.0.
L Jadwal Penelitian
Lampiran

Lampiran 1.
Formulir Informed Consent
Lampiran 2.
Kuesioner TMAS
Lampiran 3.
Kuesioner Prokrastinasi
Akademik
Daftar Pustaka
• Andayani TR, Karyanta NA (2011). Model pembelajaran regulasi diri untuk menurunkan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Wacana, 3(6):137-152.
• Aryani BS (2017). Hubungan kecanduan smartphone terhadap indeks prestasi kumulatif mahasiswa kedokteran semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta, Universitas Sebelas Maret. Skripsi.
• Bian M & Leung L (2014). Linking loneliness, shyness, smartphoneaddiction and patterns of smartphone use to capital. Journal: Social Science Computer Review,1-19.
• Chiu, Shao-I (2014). The relationship between life stress and smartphone addiction on taiwanese university student: A meditation model of learning self efficacy and social efficacy. Computers in Human Behavior, 34:49-57.
• Collins English Dictionary (2012). Collins English Dictionary - Complete & Unabridged 10th Edition. Harper Collins Publishers. http://www.dictionary.com/browse/smartphone - Diakses: Desember 2017.
• Dahlan MS (2010). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan edisi 3. Jakarta: Salemba Medika, pp: 25-33
• Díaz-Morales JF, Ferrari JR, Cohen J R (2008). Indecision and avoidant procrastination: The role of morningness—eveningness and time perspective in chronic delay lifestyles. The journal of general psychology, 135(3):228-240.
• Faizah SRI (2015. Hubungan Antara Self-Directed Learning Readiness (SDLR) dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Universitas Sebelas Maret. Skripsi.
• Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (2016). Buku pedoman program studi kedokteran fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
• Ferrari JR, Johnson JL, McCown W (1995). Procrastination and task avoidance: Theory, research, and treatment. New York: Plenum.
• Freeman EK, Cox-Fuenzalida LE, Stoltenberg I (2011). Extraversion and arousal procrastination: Waiting for the kicks. Current Psychology, 30(4):375-382.
• Gafni R, Geri N (2010). Time management: Procrastination tendency in individual and collaborative tasks. Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge, and Management, 5(1):15-125
• Ghufron NM (2003). Hubungan kontrol diri dan persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orang tua dengan prokrastinasi akademik. Universitas Gajah Mada. Tesis.
• Ghufron NM, RisnawatiSR (2011). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta : Arruzz Media Kandemir M, Palanci M (2014). Academic functional procrastination: Validity and
• reliability study. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 152: 194-198.
• Kwon M, Lee JY, Won WY, Park JW, Min JA, Hahn C, Gu X, Choi JH, Kim DJ (2013). Development and validation of a smartphone addiction scale (SAS). PLOS ONE, 8(2).
• Karuniawan A, Cahyanti IY (2013). Hubungan antara academic stress dengan smartphone addiction pada mahasiswa pengguna smartphone. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. 2(1):16-21.
• Lin YH, Chiang CL, Lin PH, Chang LR, Ko CH, Lee YH, Lin SH (2016). Proposed diagnostic criteria for smartphoneaddiction. PLOS ONE, 11(11).
• Mok JY, Choi SW, Kim DJ, ChoiJ.S, Lee J, Ahn H, Choi EJ, Song WY (2014). Latent class analysis on internet and smartphone addiction in college students. Neuropsychiatric Disease and Treatment, 10:817-828.
• Notoatmodjo S (2005). Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, p:115 Oxford Dictionary. (2016). English Oxford Living Dictionary. Oxford University Press.
• https://en.oxforddictionaries.com/definition/smartphone - Dipetik November 2017
• Putri AK (2014). Hubungan lingkungan belajar di Institusi pendidikan dan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa program studi D III kebidanan STIKES Aisyah Surakarta. Surakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Tesis.
• Rozental A, Carlbring P (2014). Understanding and treating procrastination: A review of a common self-regulatory failure. Psychology, 5(13):1488-1502.
• Rumiani (2006). Prokrastinasi akademik ditinjau dari motivasi berprestasi dan stres mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3(2):37-48.
• Salehan M, Neghaban A (2013). Social networking on smartphone: When mobile phone become addictive. Computers in Human Behavior, 34:2632-2639.
• Semiun Y (2010). Neurosis. Dalam: Semium (eds). Kesehatan mental 2. Yogyakarta: Kanisius, pp: 335-352
• Steel P (2007). The nature of procrastination: A meta-analytic and theoretical review of quintessential self-regulatory failure. Psychological Bulletin. 133(1):65–94.
• Ursia NR, Siaputra IB, Sutanto N (2013). Prokrastinasi akademik dan self-control pada mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Makara Seri Sosial Humaniora, 17(1): 1-18.
• Van Deursen AJ, Bolle CL, Hegner SM, Kommers PA (2015). Modeling habitual and addictive smartphone behavior: The role of smartphone usage types, emotional intelligence, social stress, self-regulation, age, and gender. Computers in human behavior, 45:411-420.
• Wolters CA (2003). Understanding procrastination from a self-regulated learning perspective. Journal of Educational Psychology, 95(1):179-187.

Anda mungkin juga menyukai