Anda di halaman 1dari 7

LK. 2.

1 Eksplorasi Alternatif Solusi

Masalah terpilih
Akar Penyebab Analisis
No. yang akan Eksplorasi alternatif solusi
masalah alternatif solusi
diselesaikan
1 Kecemasan pada Distorsi kognitif Kecemasan merupakan keadaan emosional dengan Layanan klasikal
peserta didik pada peserta ciri keterangsangan fungsi fisiologis, tingkah laku menggunakan
didik yang tidak menyenangkan dan keadaan khawatir metode small
pada sesuatu yang belum tentu terjadi (Jeffrey S. group discussion
Nevid, 2005).

Spilberger (dalam Sari & Naqiyah, 2016) mengemukakan


bentuk kecemasan terdiri dari trait anxiety dan state
anxiety. Trait anxiety adalah kekhawatiran berlebih yang
terjadi pada individu saat menghadapi seseuatu yang
sebenarnya tidak terlalu berbahaya bagi dirinya.
Sedangkan state anxiety adalah kecemasan yang terjadi
sesaat pada individu saat menghadapi suatu kondisi
tertentu.

Ciri-ciri dan gejala kecemasan menurut Jeffrey S. Nevid


(dalam Annisa & Ifdil, 2016) terdiri dari ciri-ciri fisik,
tingkah laku dan kognitif. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Charles & Shelton (2004) dan
Nihayah, dkk (2021) yang menyatakan ciri-ciri fisik
orang yang mengalami kecemasan diantaranya tidak
bersemangat, pegal-pegal, dan ketegangan pada mata.
Selain itu terdapat ciri pada tingkah laku yaitu sulit
untuk tidur malam sehingga hal-hal tersebut berdampak
pada penguasaan materi atau terganggunya konsentrasi
(kognitif). Disamping itu Adwas, dkk. (2019)
mengemukakan gejala lain dari kecemasan yaitu
pengalaman subjektif individu yang disertai dengan
gangguan pola tidur, sulit berkonsentrasi, gangguan
fungsi sosial dan pekerjaan.

Tingkatan kecemasan terdiri atas 4 kategori yaitu


ringan, sedang, berat, panik. Kategori respon
kecemasan adaptif berada pada tingkatan ringan
dan sedang, dan respon kecemasan mal adaptif
berada pada kategori berat dan panik (Nihayah,
dkk., 2021)

Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya kecemasan


yaitu faktor biologis, psikologis, dan sosial. Adapun
faktor biologis diantaranya hereditas dan
kekurangan nutrisi; faktor psikologis diantaranya
rendahnya harga diri dan perasaan negatif; dan
faktor sosial diantaranya rendahnya dukungan
sosial dan konflik sosial (Shri, 2010).

Kondisi cemas yang terjadi apabila tidak


mendapatkan penanganan maka akan terjadinya
kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
menurunnya performa belajar mapun bekerja, serta
kesulitannya berinterksi sosial (Nihayah, dkk.,
2021). Relaksasi merupakan salah satu teknik
dalam terapi perilaku yang mampu mengurangi
ketegangan dan kecemasan. Powell dan Enright
(2017) menyatakan bahwa relaksasi merupakan
suatu keterampilan untuk mempelajari suatu
respon yang dapat dilakukan oleh klien untuk
mereduksi stres dan kecemasan yang dirasakan.
Selain itu, penanganan gangguan kecemasan juga
dapat dilakukan dengan terapi psikologis,
farmakoterapi atau pemberian obat-obatan dan
pengkombinasian keduanya (Adwas, dkk., 2019)

Small Group Discussion adalah metode pembelajaran


yang memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara aktif dengan bekerjasama dalam kelompok untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah, 2002).

Keunggulan metode Small group discussion menurut


Ahmad (2013) adalah
1. Mendorong siswa menggunakan
pengetahuan dan pengalamannya untuk
memecahkan masalah
2. Melatih siswa untuk berpikir dan
memecahkan masalah
3. Mendorong siswa untuk mengemukakan
pendapat, sehingga muncul sikap demokratis
4. Memberi kesempatan pada siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

Christiani & Mintohari (2014) melakukan penelitian


mengenai penerapan metode small group discussion
dimana hasil menunjukkan bahwa metode Small Group
Discussion dengan model Cooperative Learning dapat
meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa, serta hasil
belajar siswa pada 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor.

Hasil Wawancara dengan rekan guru BK


1. Ditnjau dari banyaknya kasus “kesurupan” dan
hasil telaah terhadap kasus tersebut dapat
diketahui bahwa faktor utamanya yaitu
kurnagnya kemampuan peserta didik untuk
mereduksi kecemasan yang dirasakan.
2. Sebagai layanan preventif alangkah baiknya jika
seluruh peserta didik menerima materi
mengenai kecemasan dan juga cara
mereduksinya
3. gunakan metode pembelajaran yang melibatkan
peserta didik untuk menemukan informasi
secara mandiri sehingga mereka mampu
membuka wawasannya.
Peserta didik Kurangnya Iksan, dkk. (2012) mendefinisikan komunikasi Layanan
memiliki sikap keterampilan sebagai proses pertukaaran informasi baik verbal bimbingan
asertif yang rendah komunikasi yang maupun non-verbal kepada orang lain yang kelompok
dimiliki oleh menerima informasi. Sedangkan keterampilan menggunakan
teknik homeroom
peserta didik komunikasi adalah kemampuan seseorang dalam
yang
menyampaikan suatu informasi kepada khalayak
dikolaborasikan
umum (penerima informasi). dengan modelling.

Liliweri (2011) menyatakan 4 bentuk hambatan


dalam komunikasi, yaitu 1) Fisik contohnya tempat
yang kurang kondusif; 2) Psikologis, perbedaan
persepsi, motivasi; 3) fisiologis, segala aspek fisik
yang mengganggu proses komunikasi, dan 4)
semantik, misal perbedaan bahasa atau istilah
yang sulit dipahami oleh komunikan.

Strategi komunikasi yang efektif menurut Rana


(2015) antara lain adalah melakukan kontak mata,
gunakan Bahasa tubuh yang penuh perhatian,
focus pada satu topik, focus pada lawan bicara,
tersenyum atau mengangguk saat mendengarkan
lawan bicara, tidak mendominasi lawan bicara, dan
ajukan pertanyaan terbuka.

Wibowo (dalam Setianingsih, Sutoyo, & Purwanto, 2014)


menyatakan bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan
kelompok di mana pimpinan kelompok menyediakan
informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar
anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk
membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai
tujuan-tujuan bersama.

Menurut Pietrofesa, dkk. (1980) dalam Romlah (2006)


teknik penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom)
adalah teknik untuk mengadakan pertemuan dengan
sekelompok siswa di luar jam-jam pelajaran dalam
suasana kekeluargaan dan dipimpin oleh konselor.

Lailani (2019) menyatakan bahwa teknik homeroom


efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
peserta didik.

Teknik sosial modeling menurut Komalasari (2016) yaitu


salah satu teknik belajar bagi individu, yang mana
dalam proses ini terdapat adanya proses penokohan
(modelling), peniruan (imitation), serta proses belajar
melalui pengamatan (observational learning). Modelling
juga merupakan proses belajar yang melibatkan aspek
kognitif melalui proses observasi perilaku yang diamati,
baik untuk ditambah atau mengurangi perilaku untuk
diimitasi.

Hasil Wawancara dengan rekan BK


1. Teknik diskusi lebih cocok digunakan untuk
peserta didik yang memang sudah mumpuni
dalam komunikasi
2. Teknik homeroom lebih cocok digunakan untuk
topik topik seperti membangun kepercayaan
diri, meningkatkan komunikasi karena sifatnya
lebih luwes dan suasanyanya lebih santai.
3. Dikarenakan bimbingan kelompok itu juga
tahapannya lumayan banyak maka sebaiknya
pemimpin kelompok mempersiapkan segala
sesuatunya lebih baik sehingga tahapannya
tidak ada yang terlewatkan sehingga tujuan
bimbingan dapat tercapai.
Daftar Rujukan

Adwas, A.A., Jbireal, J.M., Aza, A.E. (2019) Anxiety: Insights into Signs, Symptoms, Etiology, Pathophysiology, and
Treatment. East African Scholars Journal of Medical Sciences. ISSN 2617-4421 (Print) | ISSN 2617-7188 (Online)
Annisa, D.F. & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lnajut Usia (Lansia). Konselor Vol 5 No 2 ISSN: Print
1412-9760
Charles, I., & Shelton, D. O. (2004). Diagnosis and management of anxiety disorders. Journal of American Osteopathic
Association, 104(3), S2-S5.
Djamarah, S.B. (2002) Psikologi Belajar. Jakarta: Rhineka Cipta
Komalasari, G. dkk. (2016). Teori Dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks
Liliweri, A. (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana Predana Media Group
Nihayah, dkk. (2021). The Academic Anxiety of Student in Pandemic Era. Journal of Advanced Guidance and Counseling
Vol. 2 No. 1 (2021), 39-55 DOI: https://doi.org/10.21580/jagc.2021.2.1.6986
Powell, T.P. dan Enright, S.M. 2017. Anxiety and Management. London: Routledge.
Rana, P. (2015). Effective Communication Skill. IJRAR- International Journal of Research and Analytical Reviews. E
ISSN 2348 –1269, PRINT ISSN 2349-5138
Romlah, T. (2006). Teori dan Praktek Bimbingan dan Konseling. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sari, N.O., & Naqiyah, N. (2016). Citra Diri Remaja Putri Ditinjau Dari Kecemasan Penggunaan Instagram. Skripsi.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Setianingsih, E.S., Sutoyo, A., Purwanto, E. (2014). Pengembanagn Model Bimbingan Kelompok Teknik Pemecahan
Masalah untuk Meningkatkan Keterbukaan Diri Siswa. Jurnal Bimbingan Konseling 3 (2)
Shri, R. (2010). Anxiety: Cause and Management. The Journal of Behavioral Science. Vol. 5, No.1, 100-118 ISSN: 1906-
4675

Anda mungkin juga menyukai