Anda di halaman 1dari 5

PENGETAHUAN, KETERAMPILAN, DAN KEMAMPUAN

1. Self-Learning dan Sumber Pengetahuan


Self Learning sebagai, sebuah proses di mana individu mengambil inisiatif, dengan atau
tanpa bantuan orang lain, dalam mendiagnosis kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan
pembelajaran, mengidentifikasi sumber daya manusia dan material untuk belajar, memilih dan
menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dan mengevaluasi hasil belajar. Berkaitan dengan
proses terjadinya self learning, Zimmerman (2008:70) menjelaskan lebih lanjut bahwa siklus sel-
regulated learning dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan, yaitu tahap: (1) pemikiran awal;
(2) kontrol terhadap pelaksanaan atau kemauan; (3) tahap refleksi diri.Vermunt (2008:70)
mengemukakan bahwa komponen pada belajar self-regulated learning terdiri dari empat, yaitu :
(1) ketrampilan memproses, disebut juga cognitive skills; (2) ketrampilan regulasi diri; (3)
konsep belajar; (4) orientasi belajar. Pintrich (2002: 453) mendefinisikan self learning sebagai
proses konstruktif ketika guru menetapkan tujuan pembelajaran diri sekaligus mencoba
memantau, mengatur, dan mengendalikan pengamatan motivasi, serta perilakunya yang dibatasi
oleh tujuan belajar dan kondisi lingkungan.
Berdasarkan deskripsi konseptual diatas, maka dapat disintesiskan bahwa self learning
(pembelajaran diri) adalah usaha individu yang dilakukan secara sistematis untuk memfokuskan
pikiran, perasaan, dan perilaku pada pencapaian tujuan pembelajaran yang dilakukan pada diri
sendiri dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada dirinya yang dilakukan secara sadar dan
terencana, sehingga mendorong dirinya (motivasi) untuk berkembang menjadi lebih baik dengan
menetapkan cara-cara yang mendukung kearah perkembangan diri secara optimal, diukur
berdasarkan indikator: (1) penilaian diri, (2) perbaikan diri dan (3) penguatan diri.
Sedangkan Sumber Pengetahuan dalam kamus bahasa indonesia di artikan sebagai asal.
Sebagai contoh sumber mata air, berarti asal dari air yang berada di mata air itu. Dengan
demikian bahwa sumber pengetahuan itu adalah asal dari ilmu pengetahuan yang di peroleh
manusia. Menurut amsal bakhtir, menurutnya sumber pengetahuan merupakan alat untuk
memperoleh ilmu pengetahuan.
Pengetahuan diperoleh melalui proses kognitif, dimana seseorang harus mengerti atau
mengenali terlebih dahulu suatu ilmu pengetahuan agar dapat mengetahui pengetahuan tersebut.
Kebung (2011) mengatakan bahwa ada enam hal penting sebagai alat untuk mengetahui
terjadinya pengetahuan. Enam hal itu antara lain :
a) Pengalaman Inderawi (Sense–experience)
b) Penalaran (Reasoning)
c) Otoritas (Authority)
d) Intuisi (Intution)
e) Wahyu (Relation)
f) Keyakinan (faith)
2. Pengetahuan Tasit dan Eksplisit
Pengetahuan dibedakan menjadi dua, yaitu tacit dan eksplisit (Nonaka et al., 1995; Polanyi,
1966; Spender, 1995). Karakter pengetahuan tacit menurut Polanyi (1966) dikonstruksi dari
pengalaman individual dan merupakan bentuk dasar dari pengetahuan eksplisit. Pengetahuan
tacit merepresentasikan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, melekat pada pikiran, dan
tidak bisa dipisahkan dari orang yang memilikinya. Sebagai konsekuensinya, pengetahuan tacit
sulit untuk ditransfer (Nonaka et al., 1998). Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang
mudah diubah dalam bentuk formal dan bahasa yang sistematis sehingga lebih mudah ditransfer
daripada pengetahuan tacit (Nonaka et al., 1995;1998).
Pengetahuan dalam bentuk tacit dan eksplisit memunculkan dilema bagi perusahaan, yang
disebut paradoks pengetahuan tacit dan eksplisit (Jassimuddin et al., 2005). Pengetahuan tacit
memiliki keunggulan karena sifatnya yang ambigu, sulit dipahami, dan sulit diduplikasi sehingga
pengetahuan tacit menjadi pengetahuan yang paling aman dan strategis (Spender, 1995; Hall et
al., 2003). Kelemahan dari pengetahuan tacit adalah sifatnya yang sulit dikomunikasikan kepada
orang lain dan sulit didokumentasikan sehingga pengetahuan tacit sulit untuk ditransfer
(Johannessen et al., 2001). Perusahaan menghadapi resiko kehilangan pengetahuan apabila
pemilik pengetahuan tersebut meninggalkan perusahaan (Jassimuddin et al., 2005).
Di sisi lain, pengetahuan eksplisit merupakan pengetahuan yang sudah terkodifikasi
sehingga pengetahuan eksplisit mudah dikomunikasikan, mudah disimpan, serta mudah untuk
ditransfer (Jassimuddin et al., 2005). Pengetahuan eksplisit bisa diakses dan digunakan oleh
setiap orang di dalam perusahaan (Grant, 1996). Kelemahan pengetahuan eksplisit adalah resiko
diimitasi oleh kompetitor sehingga perusahaan kehilangan keunggulan kompetitifnya. Disamping
itu, mengkodifikasi pengetahuan membutuhkan biaya yang besar. Kesalah pahaman dalam
mengelola pengetahuan eksplisit akan menyebabkan dokumentasi yang berlebihan (Jassimuddin
et al., 2005).
3. Kategori Keterampilan (Basic Literacy, Technical, Interpersonal, dan Problem Solving
Skill)
Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap, mampu dan cekatan. Inversion
(2001) mengatakan keterampilan membutuhkan pelatihan dan kemampuan dasar yang dimiliki
setiap orang dapat lebih membantu menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai dengan lebih cepat.
Robbins (2012) mengatakan keterampilan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :
a) Basic Literacy : Keahlian dasar yang sudah pasti harus dimiliki oleh setiap orang seperti
membaca, menulis, berhitung serta mendengarkan.
b) Technical : Keahlian secara teknis yang didapat melalui pembelajaran dalam bidang
teknik seperti mengoperasikan computer dan alat digital lainnya.
c) Interpersonal : Keahlian setiap orang dalam melakukan komunikasi satu sama lain seperti
mendengarkan seseorang, memberi pendapat dan bekerja secara tim.
d) Problem Solving Skill : Keahlian seseorang dalam memecahkan masalah dengan
menggunakan logika atau perasaannya (Suwono Budi Hartono, 2019).
4. Klasifikasi Kemampuan (Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik)
a) Kognitif
Perkembangan kognitif pada hakikatnya merupakan hasil dari proses asimilasi berkaitan
dengan penyerapan informasi baru ke dalam informasi yang telah ada di dalam skema
(struk-tur kognitif anak) (Mustamir dan Sudrajat, 2009, p.29). Menurut teori kognitif
Piaget, anak beradaptasi dengan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di
sekitarnya (Desmita, 2008, p.46). Vygotsky berpandangan bahwa bu-daya anak
membentuk perkembangan kognitif anak dengan menentukan apa dan bagaimana anak
belajar tentang dunia (Ramli, 2005, p.96). Kognitif adalah suatu proses berpikir untuk
memecahkan masalah atau mengambil sebuah keputusan dari yang abstrak ke yang
konkret dengan melihat keadaan lingkungan sekitar.
b) Afektif
Afektif berhubungan dengan emosi seperti perasaan, nilai, apresiasi, motivasi, dan sikap.
Terdapat lima kategori utama afektif dari yang paling sederhana sampai kompleks yaitu
penerimaan, tanggapan, penghargaan, pengor-ganisasian, dan karakterisasi berdasarkan
nilai-nilai atau internalisasi nilai. Bloom dan Masia (Nasution, 2009, pp.71-73)
menyatakan bahwa garis besar ranah afektif adalah sebagai berikut: (a) menerima
(memperhatikan) menaruh perha-tian, meliputi kesadaran, kerelaan untuk mene-rima,
mengarahkan perhatian, (b) merespons, yakni memberikan reaksi terhadap suatu gejala
(dan sebagainya) secara terbuka, melakukan sesuatu sebagai respons terhadap gejala itu,
meliputi merespons secara diam-diam, bersedia merespons, merasa kepuasan dalam
merespons, mengalami kegembiraan dalam reaksinya terha-dap suatu gejala, (c)
menghargai, yakni mem-beri penilaian atau kepercayaan kepada suatu gejala yang cukup
konsisten, meliputi mene-rima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap
suatu nilai, (d) organisasi, yakni mengembangkan nilai-nilai sebagai suatu sistem,
termasuk hubungan antar-nilai dan ting-kat prioritas nilai-nilai itu, meliputi mengon-
septualisasi nilai, dan mengorganisasi suatu sistem nilai.
c) Psikomotorik
Menurut Harrow kemampuan psiko-motorik melibatkan gerak adaptif (adaptive
movement) atau gerak terlatih dan keterampilan komunikasi berkesinambungan (non-
discursive communication) (Depdiknas, 2008, p.6). Menu-rut Nasution (2012, pp.72-73)
ranah psikomo-torik kurang mendapat perhatian para pendidik dibandingkan dengan
kedua ranah lainnya. Akhir-akhir ini gerakan kesehatan dan kesegar-an (fisik dan mental)
kembali memusatkan perhatian kepada ranah psikomotorik ini. Keenam tingkatan
berkisar antara gerak refleks sebagai tingkatan yang paling rendah sampai gerakan
ekspresif dan interpretatif pada tingkat yang paling tinggi. Garis besar ranah psiko-
motorik ini adalah sebagai berikut: (a) gerak refleks, (b) gerak dasar yang fundamental
yang meliputi: gerak lokomotor, gerak non-loko-motor, dan gerak manipulatif, (c)
keterampilan perseptual meliputi: diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual,
diskriminasi auditoris, dis-kriminasi taktil, keterampilan perseptual yang terkoordinasi,
(d) keterampilan fisik meliputi ketahanan, kekuatan, kelentukan, kelincahan.
DAFTAR RUJUKAN
Kailola, L. G. (2016). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Budaya Kerja, Self Learning
dan Komitmen Kerja Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kota Depok, Jawa
Barat. Jurnal Dinamika Pendidikan, 9(2), 61-70.

Darsini, D., Fahrurrozi, F., & Cahyono, E. A. (2019). Pengetahuan; Artikel Review. Jurnal
Keperawatan, 12(1), 13-13.

Kusuma, G. H. (2015). Metode transfer pengetahuan pada perusahaan keluarga di


Indonesia. Modus, 27(2), 125-139.

Udayani, N. M. S. (2021). EDUKASI PEMANFAATAN INTERNET UNTUK WIRAUSAHA


ONLINE DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI STRATEGI PENYALURAN
KETERAMPILAN NARAPIDANA DI TENGAH PANDEMI COVID-19. JURNAL
EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA, 2(12). 1-8.

Setyawan, H., & Dimyati, D. (2015). MODEL PERMAINAN AKTIVITAS LUAR KELAS UNTUK
MENGEMBANGKAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK SISWA SMA.
Jurnal Keolahragaan, 3(2). 164 – 177.

Anda mungkin juga menyukai