Anda di halaman 1dari 67

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini

terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003).

Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan lain sebagainya).

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif

menurut Bloom dan Arikunto (2001), yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

9
10

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benartentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secarabenar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan,menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objekyang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telahdipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini

dapat diartikansebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dansebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objekke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, danmasih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat daripenggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan),membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

ataumenghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan


11

yang baru.Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi barudari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya,

dapat menyusun, dapat merencanakan,dapat meringkas, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori ataurumusan-rumusan

yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

ataupenilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

didasarkan padasuatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telahada (Notoatmodjo, 2003).

2.1.3Kategori Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu :

1. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari
seluruh pertanyaan.
2. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari
seluruh pertanyaan.
3. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari
seluruh pertanyaan.

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan:

1. Tingkat pendidikan

Menurut Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam (2008),

mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka

semakin mudah seseorang untuk menerima informasi sehingga


12

pengetahuan yang dimiliki semakin banyak pula.Sedangkan menurut

Wied Hary (1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan ikut pula

menentukan mudah tidaknya seseorang dalam memahami pengtahuan

yang mereka peroleh.

2. Usia

Semakin cukup umur dan tingkat kematangan seseorang maka akan

semakin mantap dalam berfikir dan bekerja. Dan seseorang yang lebih

dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi tingkat

kedewasaannya (Nursalam, 2008).

3. Pekerjaan

Menurut Markum yang di kutip Nursalam (2008) mengatakan bahwa

bekerja merupakan suatu kegiatan yang menyita waktu.Hal ini dapat

dilihat dari seseorang yang bekerja cenderung memiliki pengetahuan

yang luas dari pada yang tidak bekerja.

4. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, oleh karena itu dari

pengalaman kita dapat memperoleh pengetahuan, hal ini dapat dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang di peroleh dalam hal

memecahkan masalah (Notoadmojo, 1997).

5. Sumber informasi

Menurut Wied Hary (1996), mengatakan bahwa informasi akan

memberikan pengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Meskipun

seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah tetapi jika


13

mendapatkan informasi yang lebih baik maka akan meningkatkan

pengetahuan.

2.2 Konsep Motivasi

2.2.1 Definisi Motivasi

Menurut Mohyi (2012) motif atau dorongan adalah suatu pendorong

yang dapat mendorong manusia untuk melakukan suatu tindakan dorongan

(tenaga) atau suatu pendorong tersebut merupakan gerak hati (jiwa) maupun

jasmani untuk bertindak atau berbuat atau sesuatu yang melatar-belakangi

manusia berbuat sesuatu untuk mencapai keinginannya (tujuan). Motif ini bisa

berasal dari dalam maupun dari luar diri manusia.Motivasi berasal dari kata

’movere’ yang berarti dorongan, dalam bahasa inggrisnya disebut ”motivation”.

Motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha menimbulkan dorongan (motif)

pada individu (kelompok) agar bertindak (melakukan sesuatu).

Selanjutnya motivasi menurut Handoko (2003) diartikan sebagai keadaan

dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Menurut Gibson et al (1995)

motivasi adalah konsep yang menguraikan tentang kekuatan atau dorngan yang

bekerja terhadap atau dalam diri individu untuk memulai dan pengarahan

perilaku.
14

Motivasi menurut Sbortell & Kaluzny cit. Nursalam (2002) adalah

perasaan atau pikiran yang menodorong seseorang melakukan pekerjaan atau

menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku. Stanford cit.Nursalam

(2002) menyebutkan bahwa ada tiga poin penting dalam pengertian motivasi

yaitu hubungan antara dua kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul

karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisiologis

maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan,

sedangkan tujuan merupakan akhhir dari satu siklus motivasi.

Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move.

Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam organisme (hal ini

manusia) yang mendorong untuk berbuat sesuatu atau merupakan driving force.

Tindakan manusia dipengaruhi faktor dari luar dan dari dalam.Motif merupakan

dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari

dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu.Motif memberi tujuan dan arah

pada tingkah laku manusia (Walgito, 2002).Motif adalah semua penggerak,

alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan

seseorang berbuat sesuatu atau orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu guna mencapai suatu tujuan (Notoatmodjo, 2003 & Purwanto,

1998).Motivasi adalah tenaga penggerak dan kadang-kadang dilakukan dengan

mengenyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat dalam mencapai

tujuan. Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan

pentingnya suatu perilaku dan dirasakan sebagai suatu kebutuhan (Irwanto,

2002).
15

Motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan

perilaku tertentu, dan yang member arah dan ketahanan (persistence) pada

tingkah laku tersebut (Wlodkowski, 1985).Motivasi adalah keadaan pribadi

seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan

tertentu guna mencapai tujuan (Handoko, 2003).Motivasi adalah tingkat usaha

yang dilakukan oleh seseorang yang mengejar suatu tujuan dan berkaitan dengan

kepuasan kerja dan performa pekerjaan (Faustino Cardoso Gomes

2002).Motivasi adalah suatu proses yang menjelaskan intensitas, arah dan

ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan (Robibins dan Judge 2007).

2.2.2Unsur-Unsur Motivasi

Menurut Purwanto (1998), unsur-unsur motivasi terdiri dari :

a. Motivasi merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya

memerlukan rangsangan dari dalam maupun dari luar.

b. Motivasi seringkali ditandai dengan perilaku yang penuh emosi.

c. Motivasi merupakan reaksi pilihan dari beberapa alternatif

pencapaian tujuan.

d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri manusia.

2.2.3Teori–teori Motivasi

a. Teori – teori motivasi menurut Stoner & Freeman (1995)

1. Teori Kebutuhan
16

Teori ini memfokuskan pada yang dibutuhkan orang lain untuk

hidup berkecukupan. Seseorang mempunyai motivasi kalau dia belum

mempunyai tingkat kepuasan tertentu. Faktor – faktor penyebab

kepuasan termasuk : prestasi, pengakuan, bekerja sendiri, tanggung

jawab, imbalan prestasi kerja, dan kemajuan dalam pertumbuhan.

Sedangkan penyebab ketidakpuasan adalah: gaji, kondisi kerja, hubungan

interpersonal/intrapersonal dan kebijakan insitusi.

2. Teori Keadilan

Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam

motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari

penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi kalau mereka

mengalami kepuasan dan mereka terima dari dalam upaya dalam proporsi

dan dengan usaha yang mereka pergunakan.

3. Teori Harapan

Teori harapan lebih bergantung pada alternatif tingkah laku, dimana

seseorang berdasarkan harapannya apakah akanada keuntungan dari tiap

tingkah laku. Tingkah laku tersebut akan mempengaruhi harapan

seseorang akan imbalan, baik imbalan intrinsik (yang dapat dirasakan

langsung oleh orang yang bersangkutan) atau imbalan ekstrinsik (bonus,

pujian atau promosi).

4. Teori Penguatan
17

Teori penguatan lebih menunjukkan bagaimana konsekuensi tingkah

laku di masa lampau yang mempengaruhi tindakan pada masa depan

dalam proses belajar siklis.

b. Teori Motivasi Maslow

Teori Maslow dalam Mohyi (2012), membagi kebutuhan manusia

sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang

paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti

makan, minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.

2. Kebutuhan rasa aman

Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul

kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan

akan rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya

kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan

jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.

3. Kebutuhan sosial

Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara

minimal, maka akan muncul kebutuhan social, yaitu kebutuhan untuk

persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain.

Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya

kelompok kerja yang kompak, supervise yang baik, rekreasi bersama dan

sebagainya.
18

4. Kebutuhan penghargaan

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati,

dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan

keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang.

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari maslow yang

paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengenbangan

potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk

menunjukkan kemampuan, keahlian potensi yang dimiliki

seseorang.Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan

potensinya yang meningkat karena orang mengaktualisasikan perilakuya.

Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang

akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya.

Teori mengasumsikan bahwa orang berkuasa memenuhi kebutuhan

yang lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi

kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri).Kebutuhan yang lebih

rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih

tinggi seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku

seseorang.Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa

kebutuhan yang telah terpenuhi memberi motivasi. Apabila seseorang

memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk pekerjaan dari

organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya

intensitasnya lagi.Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya,

kebutuhan itu akan berheti menjadi motivasi utama dari perilaku.


19

Kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan

telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya

intensitasnya yang lebih kecil.

c. Teori Motivasi Prestasi Mc. Clelland

Konsep penting lain dari teori motivasi yang didasarkan dari

kekuatan yang ada pada diri manusia adalah motivasi prestasi menurut

Mc. Clelland seseorang dianggap mempunyai apabila dia mempunyai

keinginan berprestasi lebih baik daripada yang lain pada banyak situasi

Mc. Clelland menguatkan pada tiga kebutuhan menurut Reksohadiprojo

dan Handoko (1996).

1. Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan mengambil tugas yang

dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi atas perbuatan-

perbuatannya. Ia menentukan tujuan yang wajar dapat

memperhitungkan resiko dan ia berusaha melakukan sesuatu secara

kreatif dan inovatif.

2. Kebutuhan afiliasi, kebutuhan ini ditujukan dengan adanya

bersahabat.

3. Kebutuhan kekuasaan, kebutuhan ini tercermin pada sesorang yang

ingin mempunyai pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap struktur

pengaruh antar pribadi dan ia mencoba menguasai orang lain dengan

mengatur perilakunya dan membuat orang lain terkesan kepadanya,

serta selallu menjaga reeputasi dan kedudukannya.

d. Teori Dua Faktor dari Herzberg


20

Teori yang dikemukakan oleh ahli Psikologi Frederick Herzberg

(cit. Robbins, 2006) mengembangkan teori yang disebut teori dua faktor

(Two Factor Theory) atau disebut juga Motivator–Hygiene Theory. Dua

faktor tersebut dinamakannya faktor yang membuat orang merasa puas

(satisfiers dissatisdiers). Faktor ini bisa juga disebut sebagai faktor

ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor yang menyebabkan kepuasan kerja

dan mempunyai pengaruh pendorong (motivator) bagi prestasi, semangat

kerja disebut sebagai faktor intriksik. Selain itu faktor luar (ekstrinsik/

hygiene) yang dapat mempengaruhi ketidakpuasan kerja (job

dissatisfaction) yang dipandang dapat mencegah merosotnya semangat

kerja, prestasi kerja dan disiplin kerja dan sering disebut sebagai faktor

pemelihara.

Kebutuhan ekstrinsik atau faktor hygiene diadakan perbaikan akan

mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan kerja dan membantu

individu menghilangkan rasa tidak senang. Sedangkan kebutuhan

intrinsik atau motivator apabila dilaksanakan akan membuat individu

merasa senang dengan pekerjaannya. Dalam melaksanakan suatu

organisasi kerja kedua kebutuhan ini berturut-turut menentukan

keberhasilan organisasi, melalui prestasi kerja pegawainya.

Faktor Motivasi intrinsik meliputi :

1. Prestasi

Prestasi adalah keinginan karyawan untuk mencapai hasil kerja yang

tinggi dan tepat waktu sesuai dengan kemampuannya.


21

2. Pengakuan

Pengakuan adalah keinginan karyawan untuk diakui keberadaannya

atas hasil yang dicapai oleh lingkungan kerjanya yaitu teman sekerja,

pimpinan dan masyarakat.

3. Pekerjaan itu sendiri

Pekerjaan itu sendiri adalah pekerjaan sebagai karyawan perusahaan

yang harus dipahami makna dan tujuannya serta dapat menimbulkan

kreatifitas dan tantangan bagi karyawan untuk mengembangkan

kemampuannya.

4. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah keinginan karyawan untuk melaksanakan

tugasnya sebagai karyawan dengan baik sesuai dan tepat waktu dan

diberikan kewenangan untuk bertanggung jawab secara mandiri

terhadap hasil pekerjaannya.

5. Pengembangan

Pengembangan adalah kesempatan yang diberikan oleh pimpinan

untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan

profesinya.

Faktor Motivasi ekstrinsik

1. Kebijakan dan administrasi perusahaan


22

Kebijakan dan administrasi perusahaan adalah bentuk-bentuk

keputusan yang dikeluarkan pimpinan perusahaan untuk memperjelas

tugas dan kewajiban karyawan termasuk jadwal kerja.

2. Supervisi

Supervisi adalah persepsi tentang pengawasan yang dilakukan oleh

atasannya tentang cara pengawasan dan sikap dalam melakukan

pengawasan terhadap dirinya.

3. Hubungan rekan kerja.

Hubungan rekan kerja adalah hubungan antar pribadi dengan atasan

atau sesama karyawan sebagai rekan kerja yang mendukung terhadap

kelancaran pelaksanakaan tugas.

4. Kondisi kerja

Kondisi kerja adalah lingkungan kerja yang mendukung kelancaran

tugas termasuk sarana dan prasarana.

5. Gaji dan upah

Gaji atau upah adalah semua penerimaan baik dalam bentuk uang atau

bukan uang yang diperoleh karyawan dalam upaya meningkatkan

semangat kerja.

2.2.4 Ciri-ciri motivasi dalam perilaku

a. Penggerak perilaku menggejala dalam bentuk tanggapan-tanggapan

yang bervariasi. Motivasi tidak hanya merangsang suatu perilaku


23

tertentu saja, tetapi merangsang berbagai kecendrungan berperilaku

yang memungkinkan tanggapan yang berbeda-beda.

b. Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi

dengan kekuatan determinan. Rangsang yang lemah mungkin

menimbulkan reaksi hebat atau sebaliknya.

c. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.

d. Penguatan positif (positive reinforcement) menyebabkan suatu perilaku

tertentu cenderung untuk diulangi kembali.

e. Kekuatan perilaku akan melemah bila akibat dari perbuatan itu bersifat

tidak enak (Irwanto, 2002).

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Menurut Handoko (1998), ada dua faktor yang dapat mempengaruhi

motivasi, yaitu faktor internal dan eksternal.

1. Faktor internal atau intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam

diri manusia, biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi

kebutuhan sehingga manusia menjadi puas, sedangkan faktor eksternal

atau ekstrinsik adalah faktor motivasi yang berasal dari luar yang

merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Faktor internal

atau intrinsik ini meliputi :

a. Fisik

Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi

fisik atau kelainan fisik seputar menyusui, misal puting lecet

karena digigit, payudara bengkak, mastitis dan abses. Selain itu


24

juga status kesehatan dan status gizi ibu menyusui juga akan

mempengaruhi kondisi fisik ibu (Bobak, 2004). Yang cukup sering

terjadi, kasus puting lecet karena posisi bayi menyusu kurang tepat,

atau bayi menggigit puting, yang tentunya membuat ibu merasa

sakit.Akhirnya, banyak ibu memutuskan berhenti menyusui.

b. Proses mental

Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja,

tetapi ada kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi tersebut.

Ibu menyusui yang mengalami ganguan pada proses mental tentu

sulit untuk memberikan ASI pada bayinya. Hal ini karena proses

laktasi akan berhasil bila hormon oksitosin keluar, hormon ini

sangat mempengaruhi kinerja myoepithel dalam memompa ASI

keluar dari alveoli. Sedangkan oksitosin keluar jika secara mental

dan psikologis ibu merasa tenang, mampu dan mendapat dukungan.

c. Faktor kematangan usia

Kematangan usia akan mempengaruhi pada proses berfikir dan

pengambilan keputusan dalam pemberian ASI. Ibu usia muda yang

masih labil ini akan cenderung untuk tidak memberikan ASI,

karena takut bentuk buah dadanya akan rusak apabila menyusui

dan kecantikannya akan hilang, serta takut ditinggalkan oleh

pergaulan teman sebayanya (Bobak, 2004).

d. Keinginan dalam diri sendiri


25

Di dalam diri tiap individu akan terdapat kemampuan, ketrampilan,

kebiasaan yang menunjukan kondisi orang untuk melaksanakan

pekerjaan yang mungkin dimanfaatkan sepenuhnya atau mungkin

tidak.

e. Pengelolaan diri

Pengelolaan dimaksudkan adanya pengaruh.Pengelolaan diri

seseorang dapat dipengaruhi dari individu itu sendiri atau dari luar.

f. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman

orang lain. Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi perilaku

individu, yang mana makin tinggi pengetahuan seseorang maka

akan memberikan respon yang lebih rasional dan juga makin tinggi

kesadaran untuk berperan serta, dalam hal ini adalah pemberian

ASI eksklusif.

2. Faktor eksternal atau ekstrinsik ini meliputi :

a. Lingkungan

Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar individu baik

secara fisik, biologis maupun sosial (Notoatmodjo, 2003).

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap motivasi ibu menyusui

yang masih dalam tahap perkembangannya pada usia remaja dalam

pemberian ASI eksklusif. Lingkungan yang tidak mendukung dan

kurang kondusif akan membuat stres bertambah. secara fisik

misalnya penataan rumah, konstruksi bentuk bangunan akan


26

meningkatkan ataupun mengurangi stres dan secara biologis

lingkungan ini tidak mengganggu kenyamanan yang dapat memicu

stres, sedangkan lingkungan sosial salah satunya adalah dukungan

keluarga, khususnya dukungan sosial suami.

b. Dukungan sosial suami

Dukungan sosial suami sangat mempengaruhi dalam memotivasi

istri dalam pemberian ASI eksklusif.Dukungan ini bisa berwujud

perhatian, informasi, finansial, dan emosional.

c. Penguatan/kekuatan

Penguatan atau kekuatan adalah perubahan perilaku yang

dilaksanakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau

melakukan sesuai dengan yang diharapkan. Cara ini misalnya

dengan suatu peraturan undang-undang yang harus dipatuhi

sehingga dengan sendirinya akan muncul motivasi untuk

melaksanakan peratuaran tersebut, contoh undang-undang tentang

pemberian ASI eksklusif yaitu Permenkes nomor

456/MENKES/SK/VI/2004.

d. Media

Media berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan

atau informasi kesehatan (Sugiyono,1999). Dengan adanya media

ini ibu menyusui akan tahu manfaat pemberian ASI eksklusif bagi

bayi dan dirinya.


27

2.3 Konsep Status Pekerjaan

2.3.1 Ibu bekerja dan tidak bekerja


Pada zaman sekarang telah banyak ibu rumah tangga menjadi wanita

karier, dimana makin banyak ibu berperan ganda dan semua itu guna

menciptakan keluarga yang lebih mapan, akan tetapi juga menimbulkan

pengaruh terhadap hubungan dengan anggota keluarga terutama pada

balitanya.

a. Ibu yang bekerja

Ibu yang bekerja adalah wanita dinamis yang mempunyai kelebihan

dan kernampuan untuk mengimbangi berbagai tanggungjawab (misalnya

menjadi ibu, isteri dan guru) dengan memberikan tumpuan tanggungjawab

dengan cara yang tersendiri (Salimon, 2005).

Pada ibu yang bekerja akan terjadi penyediaan waktu yang terbatas

atau sedikit, hal ini menjadi kendala bagi seorang balita untuk mendapatkan

waktu, perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya. Kesibukan

orang tua dapat berdampak pada status gizi balita dibandingkan dengan ibu

yang tidak bekerja Jika hal ini tidak ditanggulangi secara serius dapat

berlanjut menurunnya status gizi balita. Akibat dari kesibukan orang tua

dapat berpengaruh pada pola pemberian makanan pada bayi selain ASI yaitu

MPASI, yang tentunya tidak sesuai dengan usia bayi atau terlambat

diberikan misalnya seorang balita dengan usia kurang dari 6 bulan yang

hanya diberi ASI saja akan tetapi pada kenyataannya telah diberikan

makanan lain selain ASI yaitu MPASI, hal ini dapat menganggu status

kesehatan bayinya. (Pudjiadi, 2000).


28

b. Ibu tidak bekerja

Adalah ibu yang hanya menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah

tangga dan banyak menghabiskan waktunya dirumah tanpa terikat pekerjaan

diluar rumah (Fitriyani,2002).

Seorang ibu yang tidak bekerja dapat memberikan ASI secara

eksklusif tanpa MPASI dengan baik dibandingkan ibu yang bekerja karena

alasan cuti terlalu sibuk, tidak ada waktu serta masa cuti yang telah habis

dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Banyak ibu-ibu bekerja mencari

nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun keluarga. Pada ibu yang

tidak bekerja akan tercipta suatu pola pengasuhan yang baik, dimana pada

ibu yang tidak bekerja akan mempunyai banyak waktu untuk mengasuh

balitanya meliputi perhatian, kasih sayang dan waktu untuk menyediakan

makanan yang baik (Pudjiadi, 2000).

Pemberian ASI tanpa MPASI dimungkinkan dapat terpenuhi karena

ibu tidak mempunyai kesibukan atau mempunyai banyak waktu dalam

memberikan ASI kepada bayinya yang berpengaruh pada kondisi kesehatan

bayinya (Supariasa, 2002). Faktor bekerja saja nampak belum berperan

sebagai timbulnya suatu masalah pada pemberian ASI tanpa MPASI, akan

tetapi kondisi kerja yang menonjol sebagai faktor yang mempengaruhi

pemberian ASI tanpa MPASI dan perawatan anak. Nampaknya ibu-ibu yang

bekerja di luar rumah sudah membuat persiapan untuk merawat anaknya,

meskipun kadang-kadang belum sesuai dengan kenyataan (Depkes, 2001).

2.3.2 Pekerjaan ibu


29

Ibu yang bekerja diluar rumah menyebabkan ibu tidak bisa memberikan

ASI kepada anaknya secara maksimal. Hanya beberapa negara yang dapat

menjamin secara hukum pemberian ASI oleh ibu yang bekerja sehingga ibu

dapat meninggalkan pekerjaan mereka dengan mengambil waktu yang pendek

untuk menyusui (Cameron dan Hofvander, 1991). Dilain pihak, pada masa era

globalisasi saat ini, wanita (ibu) yang bekerja semakin banyak seiring dengan

meningkatnya penawaran berbagai macam susu formula dan makanan instan

bayi. Hal ini menyebabkan jumlah ibu yang menggantikan ASI dengan susu

formula dan atau makanan tambahan lainnya meningkat (BPS, 2001).

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 240/Menkes/Per/V/85,

tentang Pengganti Air Susu Ibu Beserta Petunjuk Pelaksanaannya, diketahui

bahwa bagi ibu bekerja agar memberikan ASI sebelum berangkat dan sesudah

kembali dari bekerja. Tinggalkan pesan tentang makanan anak pada pengasuh

yang dapat dipercaya (Aritonang, 2000). Bagi ibu yang bekerja dengan cuti

hamil 3 bulan dan tidak dapat membawa bayinya ke tempat kerja, pemberian

ASI perah akan tetap memungkinkan bayi memperoleh ASI eksklusif selama 6

bulan tanpa harus mendapat cuti tambahan karena waktu ibu bekerja bayi dapat

diberi ASI perah yang diperah sehari sebelumnya (Roesli, 2007).

2.3.3 Pemberian ASI ekslusif pada ibu bekerja

Bagi ibu yang bekerja pemberian ASI secara eksklusif tidak perlu

dihentikan, ibu bekerja tetap harus memberikan ASI secara eksklusif kepada

bayinya karena banyak keuntungannya. Ibu yang bekerja dapat memberikan

ASI secara langsung dan tidak langsung. Pemberian ASI secara langsung yaitu
30

dengan cara menyusui, sedangkan pemberian ASI tidak langsung yaitu dengan

cara memerah atau memompa ASI, menyimpannya untuk kemudian diberikan

kepada bayi. Ibu yang bekerja juga dapat membawa bayinya ketempat ibu

bekerja, namun tindakan ini sulit dilaksanakan bila ditempat kerja atau

disekitarnya tidak tersedia sarana penitipan bayi atau pojok laktasi. Jika tempat

kerja dekat rumah, ibu dapat pulang untuk menyusui bayinya sewaktu istirahat,

atau meminta bantuan orang lain untuk membawa bayinya ke tempat kerja

(Dwi, 2009).

Sebelum ibu pergi bekerja ibu harus memeras payudara danmenampung

ASI perasan di cangkir atau gelas yang bersih. Walaupun jumlahnya sedikit,

ASI perasan tetap bermanfaat bagi bayi. Saat itu, ibu menyisikan ASI sekitar

setengah cangkir penuh (100 ml) untuk diminum bayi ketika ibu bekerja.

Cangkir berisi ASI perasan ditutup dengan kain bersih, serta disimpan ditempat

yang paling sejuk di rumah, lemari es, atau tempat lainnya yang aman, agak

gelap, dan bersih. ASI jangan dimasak atau dipanaskan, karena panas akan

merusak bahan-bahan anti-infeksi yang terkandung dalam ASI.

Setelah mamperoleh ASI perasan, bayi tetapharus disusui demi

mendapatkan ASI akhir (hindmilk). Sebab, pengisapan oleh bayi secara

langsung dinilai lebih baik ketimbang pemberian ASI dengan cara diperas.

Ketika ibu berada ditempat kerja, hendaknya ibu memeras payudara atau

memompanya setiap 3-4 jam sekali secara teratur. Hal ini perlu dilakukan agar

produksi ASI tetap terjaga, karena ASI dibuat based on demand. Pengeluaran

ASI dapat membuat ibu merasa nyaman dan mengurangi jumlah ASI yang

menetes. Sebaiknya, ibu menyimpan ASI dilemari es, atau dibawa dengan
31

termos es (Dwi, 2009). Tempat penyimpanan ASI, ASI yang disimpan dalam

botol dapat bertahan hingga 8 jam dalam suhu kamar, 24 jam dalam termos

berisi es, 2x24 jam dalam lemari es, dan 2 bulan dalam freezer. ASI dapat

disimpan dalam kantong plastik atau botol bersih (Kun, 2008).

2.4 Konsep ASI (Air Susu Ibu)

2.4.1 Definisi ASI dan ASI Eksklusif

ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara

ibu, sebagai makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan

pertama kehidupan (Soetjiningsih, 1997).

ASI Eksklusif adalah pemerian ASI sedini mungkin setelah persalinan

diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air

putih, sampai bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2004). Menurut Gibney, dkk

(2009) Pemberian ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASi

langsung dari ibunya atau mendapat ASI perahan dan tijdak memperoleh

makanan cair atau padat lainnya kecuali obat tetes atau sirup yang berisi

suplemen vitamin, mineral atau obat. Bayi yang hanya mendapat ASI perahan

dalam cangkir sementara ibunya bekerja diluar rumah masih dianggap sebagai

bayi yang mendapat ASI secara eksklusif.ASI non eksklusif adalah pemberian

ASI yang juga diberikan tambahan makanan lain (Purwanti, 2004).

2.4.2 ASI Menurut Stadium Laktasi

a. Kolostrum
32

1) Merupakan cairan yang pertama kali di sekresi oleh kelenjar

payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang

terdapat di dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum

dan sesudah masa puerpurim.

2) Merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan,

lebih kuning dibandingkan dengan susu matur.

3) Lebih banyak mengandung protein disbanding dengan ASI yang

matur tetapi berlainan dengan ASI matur pada kolostrum protein

yang utama adalah globulin (gamma globulin).

4) Lebih banyak mengandung antibody dibandingkan dengan ASI yang

matur, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6

bulan.

5) Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein didalam usus

bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak

menambah kadar antibody pada bayi.

6) Volume berkisar 150-300 ml/ 24 jam.

b. Air Susu Transisi / Peralihan

1) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai ASI yang matur

2) Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi

ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi

pada minggu ketiga sampai minggu kelima.

3) Kadar protein makin menurun sedangkan kadar karbohidrat dan

lemak makin meningkat.

4) Jumlah volume akan makin meningkat.


33

Tabel 2.1 Komposisi ASI menurut penyelidikan dari Klemner 1,5 dan Osten
J.M
Waktu Protein Karbohidrat Lemak
Hari ke-5 2,00 6,24 3,2
Hari ke-9 1,37 6,73 3,7
Minggu ke-
1,30 7,11 4,0
34
Sumber : Utami, (2008)Satuan diatas dalam satuan gram / 100 ml ASI

c. Air Susu Matur

1) Merupakan ASI yang dikeluarkan pada hari ke-10 dan

seharusnya,komposisi relative konstan (adapula yang menyatakan

bahwa komposisi ASI relative baru mulai minggu ke-3 sampai

minggu ke-5).

2) Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan

makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi

sampai umur enam bulan.

3) Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang

diakibatkan warna dari garam ca-casianat, riboflavin dan karotin

yang terdapat didalamnya.

4) Terdapat faktor anti mikrobial,antara lain :

a. Antibodi terhadap bakteri dan virus

b. Sel (fagosit granulosit dan makrofat dan limfosit tipe T).

c. Enzim (lisozim, laktoperoksidose, lipase, katalise, fosfatase,

amilase, fosfo diestarase, askalin fosfotase).

d. Protein ( laktoferin, B12 binding protein).

e. Resistensi factor terhadap stafilokokus

f. Interferion producing cell


34

g. Hormon-hormon

h.Sifat biokimia yang khas,kapasitasbuffer yang rendahdan adanya

faktor bifidus

5) Laktoferin merupakan suatu irondinding protein yang bersifat

bakteriostatik kuat terhadap Escherichia dan juga menghambat

pertumbuhan Candida Albican.

6) Laktosilus bifidus merupakan koloni kuman yang menyebabkan

memetabolisasi laktoba menjadi asam laktat yang menyebabkan

rendahnya PH sehingga pertumbuhan kuman pathogen akan

terhambat.

7) Immunoglobulin memberikan mekanisme pertahanan yang efektif

terhadap bakteri dan virus (terutama Ig A), dan bila bergabung

dengan komplemen ini merupakan suatu anti bakterian non spesifik

yang megatur pertumbuhan flora usus.

8) Faktor leukosit dan PH ASI mempunyai pengaruh untuk mencegah

pertumbuhan kuman pathogen (efek baktesiosfatis dicapai pada pH

sekitar 7,20) (Soetjiningsih, 2004).

2.4.3 Volume ASI

Volume pengeluaran ASI pada minggu-minggu pertama bayi lahir

biasanya banyak, tetapi setelah itu sekitar 450-650 ml. Seorang bayi

memerlukan sebanyak 600 ml susu perhari. Jumlah tersebut dapat dicapai

dengan menyusui bayinya selama empat sampai dengan enam bulan

pertama.Karena selama kurun waktu tersebut, ASI mampu memenuhi


35

kebutuhan gizinya. Setelah anam bulan volume pengeluaran susu menjadi

menurun, sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja

dan harus mendapat makanan tambahan.

Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak

yang diperolah adalah lima menit pertama. Penyedotan atau pengisapan oleh

bayi biasanya berlangsung sampai 15-25 menit. Berdasarkan kenyataannya,

perhitungan sederhana mengenai beberapa jumlah ASI yang diperlukan oleh

bayi adalah sebagai berikut: bayi normal memerlukan 160-165 ml ASI per

kilogram berat badan per hari. Dengan demikian, bayi dengan berat 4 kg

memerlukan 660 ml ASI per hari dan 825 ml per hari untuk bayi dengan berat

5 kg. Ibu-ibu harus disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang paling

bergizi yang dapat diadakan oleh keluarga.Jumlah energy untuk keperluan

menyusui per hari adalah 500-600 kkal atau kira-kira 1/3 sampai ¼ lebih

banyak dari yang dikonsumsi ibu secara normal (Proverawati, 2010).

2.4.4 Kandungan ASI

a. Kolostrum

Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan

pada sel alveoli payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi

dan kemampuan ginjal baru lahir yang belum mampu menerima

makanan dalam volume besar. Jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi

kaya akan gizi dan sangat baik bagi bayi. Kolostrum mengandung

karoten dan vitamin A yang sangat tinggi.


36

b. Protein

Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan

whey (protein yang mudah dicerna).ASI lebih banyak mengandung

whey dari pada casein, sehingga protein ASI mudah dicerna. Sedangkan

pada susu sapi kebalikannya. Untuk itu pemberian ASI eksklusif wajib

sampai bayi berumur enam bulan.ASI mengandung dua macam protein

utama, yaitu whey dan casein.Whey adalah protein yang halus dan

mudah dicerna, sedangkan csien adalah protein yang bentuknya kasar

dan sukar dicerna oleh usus bayi (Roesli, 2007).

c. Lemak

Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan merupakan

komponen zat gizi yang sangat bervariasi. Lebih mudah dicerna karena

sudah dalam bentuk emulsi. Penelitian OSBORN membuktikan bayi

yang tidak mendapatkan ASI, lebih banyak menderita banyak menderita

penyakit jantung koroner di usia muda.

d. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai

salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam

ASI hamper dua kali lipat disbanding laktosa yang ditemukan pada susu

sapi atau susu formula (Hegar, 2008). Dengan rasio jumlah laktosa

dalam ASI dan PASI adalah 7:4 yang berarti ASI lebih manis bila

dibandingkan dengan PASI (Purwanti, 2004).


37

Produk dari laktosa adalah galktosa dan glukosamin. Galaktosa

merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga

merupakan kebutuhan nutrisi medulla spinalis, yaitu untuk

pembentukan myelin (selaput pembungkus sel saraf). Dari hasil

penelitian semakin tinggi kadar laktosa dari jenis susu mamalia ,

semakin besar pertumbuhan otaknya dan otak manusia merupakan otak

terbesar dari seluruh mahluk hidup. Hal ini menunjukkan bahwa sel-sel

otak berkembang secara optmal sekaligus dengan fungsinya (Purwanti,

2004).

Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium fosfor dan magnesium

yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa

bayi untuk proses pertumbuhan gigi dan perkembangan tulang. Hasil

pengamatan terhadap bayi yang mendapat ASI eksklusif menunjukkan

rata-rata pertumbuhan gigi sudah terlihat pada bayi berusia 5 atau 6

bulan, dan gerakan motorik kasarnya lebih cepat (Purwanti, 2004).

e. Karnitin

Karnitin berperan dalam membantu proses pembentukan energy

yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI

mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu

pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih

tinggi (Hegar, 2008).

f. Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap. Vitamin cukup untuk 6

bulan sehingga tidak perlu ditambah kecuali vitamin K karena bayi baru
38

lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Oleh karena itu,

perlu tambahan vitamin K pada hari ke 1, -3, -7. Makanan yang

dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin dalam ASI

(Purwanti, 2004).

Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin

D. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena dapat dilakukan dengan

menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapatkan tambahan

vitamin D yang berasal dar sinar matahari pagi akan mencegah bayi

menderita kekurangan vitamin D (Hegar, 2008).

g. Mineral

Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu

dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula

dipengaruhi oleh status gizi ibu (Hegar, 2008).ASI mengandung

mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relative rendah, tetapi cukup

untuk bayi sampai 6 bulan (Purwanti, 2004).

Mineral utama yang terdapat didalam ASI adalah kalsium yang

mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka,

trasmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium

ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi tingkap penyerapannya lebih

besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar fosfor,

magnesium, vitamin D, dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis

lemak di atasyang menyebabkan perbedaan tingkat penyerapannya.

Kekurangan kadar kalsium darah dan kejang otot lebih banyak


39

ditemukan pada bayi yag mendapat susu formula dibandingkan bayi

yang mendapatkan ASI (Hegar, 2008).

Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula

keduanya rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI

mempunyai resiko lebih kecil untuk mengalami kekurangan zat besi

dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula. Hal ini

disebabkan karena zat besi berasal dari ASI lebih mudah diserap, yaitu

20-50% dibandingkan hanya 4-7% pada susu formula (Hegar, 2008).

Mineral zink dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral

yang banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh.

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan mineral ini

adalah acrodermatitis dengan gejala kemerahan dikulit, diare kronis,

gelisah dan gagal tumbuh.Kadar zink ASI menurun cepat dalam waktu

3 bulan menyusui. Seperti hanya zat besi kandungan mineral zink ASI

lebih rendah dari pada susu formula, tetapi tingkat penyerapan lebih

baik. Mineral yang juga tinggi kadarnya dalam ASI dibandingkan susu

formula adalah selenium, yang sangat dibutuhkan pada saat

pertumbuhan anak cepat (Hegar, 2008).

2.4.5 Keunggulan ASI

Dibandingkan dengan yang lain, ASI memiliki beberapa keunggulan

yaitu (Anita, 2009):

1. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 3-4 bulan pertama.


40

2. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal.

3. Mengandung berbagai zat antibodi, sehingga mencegah terjadinya

infeksi.

4. Mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi.

5. Tidak mengandung laktoglobulin yang dapat menyebabkan alergi.

6. Ekonomis dan praktis, tersedia setiap waktu pada suhu yang ideal dan

dalam keadaan segar, serta bebas dari kuman.

2.4.6 Manfaat ASI Eksklusif

Pemberian ASI merupakan metode makanan bayi yang terbaik,

terutama bayi berumur kurang dari 6 bulan. ASI mengandung beberapa zat

gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk mencakupi kebutuhan gizi bayi

pada 6 bulan setelah kelahiran. Adapun manfaat pemberian ASI adalah

(Weni, 2009):

1. Bagi Bayi

a. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. Bayi yang

mendapatkanASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik.

Setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan

mengurangi kemungkinan obesitas.

b. Mengandung antibodi

Mekanisme pembentukan antibodi pada bayi adalah sebagai berikut

apabila mendapat infeksi maka tubuh ibu akan membentuk antibodi

dan akan disalurkan dengan bantuan jaringan limposit. Antibodi


41

dipayudara disebut MammaeAssociated immunocompetent Lymphoid

Tissue (MALT). Kekebalan terhadap penyakit saluran pernapasan

yang ditransfer disebut Bronchus Associated

immunocompetentLymphoid Tissue (BALT) dan untuk pengait

saluran pencernaan ditansfer melalui Gut

Associatedimmunocompetent Lymphoid Tissua (GALT). Dalam tinja

bayi yang mengandung ASI terdapat antibodi terhadap bakteri

E.Coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.Coli

dalam tinja bayi tersebut juga rendah. Di dalam ASI kecuali antibodi

terhadap enterotoksin E.Coli, juga pernah dibuktikan adanya

antibodi terhadap virus, seperti rota virus, polio dan campak.

c. ASI mengandung komposisi yang tepat Komposisi yang tepat yaitu

dari berbagai bahan makanan yang terbaik untuk bayi terdiri dari

proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang

diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.

d. Mengurangi kejadian karies dentis

Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh

lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan

menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur

menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan

menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.

e. Memberi rasa amam dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara

ibu dan bayi hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan
42

bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan

perkembangan psikomotor maupun sosial yang lebih baik.

f. Terhindar dari alergi

Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu

formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan

alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing

yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan

alergi.

g. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3

untuk pemasangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang

mendapat ASI eksklusif dan tumbuh optimal dan terbebas dari

rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan

terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak.

h. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi

karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.

2. Bagi Ibu

a. Aspek Kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung saraf

sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin.

Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen

akibatnya tidak ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan, pemberian

ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6


43

bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja

(eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.

b. Aspek Kesehatan Ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitoksin

oleh kelenjar hipofisis, oksitoksin membantu involusi uterus dan

mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid

dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi

prevelensi anemia defesiansi besi. Kejadian karsinoma mammae

pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak

menyusui. Mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang

menyusui anaknya secara eksklusif. Penelitian membuktikan ibu

yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki resiko terkena

kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil dibanding

daripada yang tidak menyusui secara eksklusif.

c. Aspek Penurunan Berat Badan

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat

kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Dengan

menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga

timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan

terpakai.

d. Aspek Psikologi
44

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi

juga untuk ibu. Ibu akan lebih merasa bangga dan diperlukan, rasa

yang dibutuhkan oleh semua manusia.

3. Bagi Keluarga

a. Aspek Ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan

untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.

Kecuali itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang

mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

b. Aspek Psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih

jarang,sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan

hubungan bayi dengan keluarga.

c. Aspek Kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja.

Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot

yang harus diberikan serta minta petolongan orang lain.

4. Bagi Negara

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI

menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak

menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa


45

ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare,

otitis media, dan infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah.

b. Menghemat devisa negara

ASI dapat di anggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu

menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6

milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

c. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan

memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi

persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang

diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI

lebih jarang dirumah sakit dibandingkan anak yang mendapatkan

susu formula.

d. Peningkatan kualitas generasi penerus

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal

sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

2.4.7 Jangka Waktu Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya

selama 4 bulan, tetapi bila mungkin terjadi sampai 6 bulan. Setelah bayi

berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat,

sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih

dari 2 tahun (Roesli, 2000). Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu

pengetahuan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan baru terkait dengan


46

pemberian ASI eksklusif. Jangka waktu pemberian ASI eksklusif yang

dianjurkan oleh pemerintah saat ini adalah 6 bulan pertama yang kemudian

dilanjutkan sampai 2 tahun dengan pemberian MP-ASI setelah 6 bulan

(Depkes, 2003).

2.4.8 Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

Menurut Sarwono (1999) ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku

seseorang yaitu:

a. Faktor Predisposing (faktor yang mempermudah)

1. Pengetahuan ibu tentang ASI

Semakin luas pengetahuan seseorang semakin mudah orang

melakukan perubahan dalam tindakannya. Pengetahuan ibu

tentang ASI akan berpengaruh terhadap kemauan ibu memberikan

ASI kepada anaknya. Ibu dengan pengetahuan tentang ASI

kurang, bisa jadi menganggap bahwa itu tidak penting, sehingga

tidak ada kemauan untuk memberikan ASI kepada anaknya.

Sebaliknya ibu yang pengetahuan tentang ASI luas, baik

mengenai manfaat, tujuan, kapan dan sebagainya dengan

sendirinya ia akan memberikan ASI kepada anaknya.

2. Tingkat pendidikan

Asumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,

maka akan semakin mudah pula orang itu menerima rangsangan

perubahan keadaan di sekitarnya. Tingkat pendidikan ibu sangat

menentukan kemudahan dalam menerima setiap pembaharuan.


47

Makin tinggi pendidikan ibu maka akan makin cepat tanggap

dengan perubahan kondisi lingkungan, dengan demikian lebih

cepat menyesuaikan diri dan selanjutnya akan mengikuti

perubahan itu. Di samping itu semakin tinggi tingkat pendidikan

akan semakin luas pengetahuan sehingga akan termotivasi

menerima perubahan baru, adanya perbedaan tingkat pendidikan

mempengaruhi pengetahuan, yang menyebabkan perbedaan

dalam tanggapan terhadap suatu masalah. Selain itu akan berbeda

pula tingkat penangkapan terhadap penerimaan pesan yang

disampaikan dalam hal ASI demikian pula halnya. Makin tinggi

pendidikan ibu akan makin mudah pula menerima inovasi-inovasi

baru yang dihadapinya termasuk ASI.

b. Faktor Enabling (faktor-faktor yang memungkinkan)

1. Tingkat pendapatan

Menurut WHO yang menyebabkan seseorang berperilaku itu

diantaranya adalah sumber daya (Resources) yang meliputi

fasilitas, uang, waktu, tenaga kerja, pelayanan dan ketrampilan.

Pendapat lain menyatakan bahwa faktor yang mendorong

masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan

salah satunya adalah ekonomi yang memadahi dan faktor yang

menghambat salah satunya adalah rendahnya sosial ekonomi akan

berpengaruh pada kemampuan dalam memenuhi kebutuhan ASI

khususnya pada bayi.


48

2. Jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan ibu berkaitan dengan kesempatan ibu dalam

memberikan ASI kepada anaknya. Seorang ibu yang tidak bekerja

akan lebih mempunyai kesempatan untuk memberikan ASI

kepada anaknya dibanding dengan ibu yang bekerja. Sering juga

ibu yang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya lupa akan

memberikan ASI kepada anaknya.

3. Jarak dan keterjangkauan tempat pelayanan

Tempat pelayanan yang jaraknya jauh bisa jadi membuat orang

enggan untuk mendatanginya. Jauhnya tempat pelayanan bisa

menyebabkan membengkaknya akomodasi pelayanan, karena

selain biaya pelayanan kesehatan ada biaya tambahan yaitu biaya

transportasi. Bagi orang-orang yang hanya berfikir sederhana

mungkin akan memutuskan untuk tidak datang ke sarana

pelayanan kesehatan. Hal ini yang mungkin terjadi adalah

ketidakterjangkauan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat.

c. Faktor Reinforcing (faktor yang memperkuat)

1. Motivasi petugas

Persyaratan utama masyarakat untuk berpartisipasi ialah motivasi.

Tanpa motivasi masyarakat sulit untuk berpartisipasi di segala

program. Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu sendiri

dan pihak luar hanya merangsang saja. Untuk itu motivasi petugas

kesehatan kepada masyarakat dalam bentuk pendidikan kesehatan


49

sangat diperlukan Masyarakat awam biasanya akan percaya pada

orang yang dianggapnya mempunyai pengetahuan luas. Petugas

kesehatan yang ada di desa oleh masyarakat biasanya dianggap

sebagai orang yang tahu segalanya tentang masalah kesehatan.

Sehingga masyarakat akan percaya terhadap apa yang dikatakan

petugas.

2. Kedisiplinan petugas kesehatan

Petugas kesehatan bisa disebut sebagai abdi masyarakat.

Kedisiplinan petugas dalam melaksanakan tugasnya akan

berpengaruh pula pada kemauan ibu dalam memberikan ASI

untuk anaknya.

2.4.9 Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

a. Aspek Pemahaman dan Pola Pikir

ASI eksklusif ialah makanan utama bayi yang sangat baik dan tidak ada

bandingannya, meskipun susu formula termahal dan terbaik. Meskipun

pemberian ASI eksklusif telah banyak disosialisasikan, namun masih

sedikit ibu yang belum mengerti dan menganggap remeh pemberian ASI,

terutama para ibu yang bekerja di luar rumah. Beberapa anggapan keliru

yang sering kali mengenyampingkan kebutuhan nutrisi bayi. Rendahnya

tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI selama 6 bulan pertama

kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang

dimiliki para ibu mengenai segala nutrisi dan manfaat yang terkandung

dalam ASI.
50

b. Aspek Gizi

ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi hingga 6

bulan pertama kelahirannya. ASI pertama yang diberikan kepada bayi,

sering kali disebut kolostrum, banyak mengandung zat kekebalan,

terutama Immunoglobulin A (IgA) yang berfungsi melindungi bayi dari

berbagai penyakit infeksi, seperti diare. Bila kolostrum terlambat

diberikan kepada bayi, maka boleh jadi sistem kekebalan bayi sedikit

rapuh dan mudah terserang penyakit. Kolostrum juga mengandung

protein, vitamin A, karbohidrat, dan lemak rendah, sehingga sesuai

kebutuhan gizi pada hari-hari pertama kelahiran. Kolostrum akan

membantu mengeluarkan mekonium, yaitu tinja bayi pertama yang baru

lahir, yang berwarna hitam kehijauan.

c. Aspek Pendidikan

Bagi sebagian ibu, menyusui bayi merupakan tindakan yang alamiah dan

nulariah. Oleh karena itu, ibu beranggapan bahwa menyusui tidak perlu

dipelajari. Sebenarnya anggapan ini tidak sepenuhnya keliru, tetapi

menyusui dapat menjadi masalah apabila ibu menikah dini, atau

melahirkan bayi yang pertama, terutama dikalangan ibu yang bekerja.

Kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASIsebagai makanan

utama bayi. Para ibu hanya mengetahui bahwa ASI adalah makanan yang

diperlukan bayi tanpa memperhatikan aspek lainnya. Waktu yang lama

bersama bayi tidak dimanfaatkan secara optimal, sehingga para ibu tidak

memberika ASI eksklusif kepada bayi. Kegiatan atau pekerjaan ibu

sering kali dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif.


51

d. Aspek Immunologik

Para ahli berpendapat bahwa ASI mengandung zat anti-infeksi yang

bersih dan bebas kontaminasi. Kadar immunoglobulin A (IgA) dalam

kolostrum cukup tinggi. Meskipun sekretori IgA tidak diserap oleh tubuh

bayi, tetapi zat ini berfungsi melumpuhkan bakteri patogen E.Coli dan

berbagai virus pada saluran pencernaan. Laktoferin yang diproduksi oleh

makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar payudara bersifat bakteriostatik

(menghambat pertumbuhan bakteri), karena merupakan glikoprotein

yang dapat mengikat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sebagian

besar bakteri aerob, seperti Stafilokokus dan E. Coli.

Lysosim yang diproduksi makrofag yang berfungsi melindungi bayi dari

bakteri E. Coli dan salmonella, serta virus. Jumlah lysosim dalam ASI

sebanyak 300 kali persatuan volume. Jumlah ini lebih banyak ketimbang

susu sapi atau susu kambing. Lysosim mampu bertahan hingga tahun

kedua laktasi, bahkan sampai penyapihan. Pada dua minggu pertama,

jumlah sel darah putih dalam ASI lebih dari 4.000 sel per mil, yang

terdiri dari Brochus Asociated Lympocyte Tissue (BALT) atau antibodi

pernapasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) atau antibodi

saluran pernapasan, serta Mammary AsociatedLympocyte Tissue (MALT)

atau antibodi jaringan payudara ibu. Faktor fibidus dapat mempengaruhi

flora usus yang menyokong ke arah tumbuhnya Lactobacillus bifidus.

Hal ini akan menurunkan pH, sehingga menghambat pertumbuhan E.Coli

dan bakteri patogen lainnya. Oleh karena itu kuman komensal terbanyak
52

dalam usus bayi yang mendapatkan ASI sejak lahir adalah Lactobacillus

bifidus.

e. Aspek Psikologis

Secara psikologis, menyusui mengandung tiga hal penting yaitu:

1) Menyusui dapat membangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu mampu

menyusuidengan produk ASI yang mencukupi kebutuhan bayi.

2) Interaksi antara ibu dan bayi.

3) Kontak langsung ibu dan bayi melalui sentuhan kulit mampu

memberikan rasa aman dan puas, karena bayi merasakan kehangatan

tubuh ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

f. Aspek Kecerdasan

Para ahli gizi berpendapat bahwa ASI mengandung Decosahexanoic Acid

(DHA) dan Arachinoid Acid (AA) yang dibutuhkan bagiperkembangan

otak. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertamasetelah kelahiran

bayi mempunyai dua dampak positif yaitu:

1. Proses pemberian ASI yang lancar memungkinkan asupan gizi

menjadi lebih maksimal. Hal ini dikarenakan adanya interaksi yang

baik antara ibu dan bayi, yang terjalin ketika menyusui. Dengan

asupan gizi yang optimal, ASI dapat membantu perkembangan sistem

saraf otak yang berperan meningkatkan kecerdasan bayi.

2. Bayi yang diberi ASI akan tumbuh cerdas karena ASI mengandung

Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachinoid Acid (AA). Sementara

itu, bayi yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quotient)


53

yang lebih rendah tujuh sampai delapan poin dibandingkan bayi yang

diberi ASI secara eksklusif.

g. Aspek Neurologis

Dengan minum ASI, koordinasi saraf pada bayi yang terkait aktivitas

menelan, menghisap, dan bernapas seperti sempurna. Hal ini akan

mengurangi resiko gangguan sesak napas pada bayi yang baru lahir, atau

terjadinya asma pada anak pra sekolah. Tindakan tersebut juga dapat

mencegah gejala hipersekresi bronkus atau suara napas yang tidak

beraturan pada bayi, yang mengarah pada gangguan sensitif pada saluran

pernapasan. Selain itu, bayi tidak mudah batuk, dan mencegah terjadinya

infeksi saluran pernapasan.

h. Aspek Biaya

Ditinjau dari sudut biaya, maka dapat disimpulkan bahwa menyusui secara

eksklusif dapat mengurangi biaya tambahan, yang diperlukan untuk

membeli susu formula beserta peralatannya.

i. Aspek Penundaan Kehamilan

Menyusui secara eksklusif dapat menunda kehamilan, sehingga dapat

digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang dikenal sebagai Metode

Amenore Laktasi (MAL) Dwi (2009).

2.4.10 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Ada beberapa hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah :

1. Makanan Ibu
54

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam menyusui tidak

secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang

dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat

digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus

menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada

akhirnya kelenjar-kelenjar penghasil air susu dalam payudara ibu tidak akan

dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap

produksi ASI (Siregar, 2004).

Agar ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tambahan

disamping untuk untuk keperluan dirinya sendiri. Apabila ibu yang sedang

menyusui bayinya tidak mendapatkan tambahan makanan, maka akan terjadi

kemunduran dalam produksi ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu

juga mengalami kekurangan gizi.Karena itu tambahan makanan bagi seorang

ibu yang sedanng menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dianjurkan

disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur, dan kacang-

kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin

kadar berbagai vitamin dalam ASI (Siregar, 2004).

2. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh factor kejiwaan. Ibu yang selalu

dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk

ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya

(Siregar, 2004).

3. Pengaruh Persalinan dan Klinik Bersalin


55

Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik

terhadap kebiasaan menberikan ASI pada ibu yang melahirkan di rumah sakit

atau klinik bersalin lebih menitikberatkan upaya agar persalinan dapat

berlangsung dengan baik, ibu dan anak berda dalam keadaan sekamat dan

sehat, sedangkan masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering

makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini

memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu menganggap

bahwa susu sapi lebih baik daripada ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk

apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar poster

penggunaan susu formula (Siregar, 2004).

4. Penggunaan Alat Kontrasepsi yang mengandung Estrogen dan Progestron

Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan

kontrasepsi pil yang mengandung hormone estrogen, karena hal itu dapat

mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI

secara keseluruhan. Oleh karena itu, alat kontrasepsi yang paling tepat

digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu Intra Urine

Device (IUD) atau spiral, karena AKDR merangsang uterus ibu secara tidak

langsung dapat meningkatkan kadar hormone oksitosin, yaitu hormone yang

dapat merangsang produksi ASI (Siregar, 2004).

5. Perawatan Payudara

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu

dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.

Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada duktus


56

laktiferus dapat segera teratasi pada waktunya ASI akan keluar dengan lancer

(Siregar, 2004).

2.4.11 Pemberian ASI

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian ASI, diantaranya adalah:

1. Persiapan Menyusui

Perawatan payudara penting saat menjelang kelahiran, yang dimulai

dari kehamilan bulan ke 7-8 yang dapat menentukan berhasilnya menyusui

bayi. Payudara yang terawatt akan memproduksi ASI cukup untuk memenuhi

kebutuhan bayi. Begitu pula dengan perawatn payudra yang baik, ibu tidak

perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang

menarik. Juga dengan perawatan payudara yang baik putting akan lecet

sewaktu dihisap bayi (Soetjiningsih, 1997).

2. Cara Menyusui

Cara menyusui yang perlu diperhatikan oleh ibu adalah merasa senang

dan enak.Bayi dapat disusukan sambil duduk atau sambil tidur.Ibu harus

menyusui bergantian di antara payudara. Namun, satu payudara harus sampai

dianggap habis ASInyakemudian ke payudara yang lain. Hal ini akan

mempelancar pengeluaran ASI berikutnya dan pengeluaran berikut yang lebih

banyak. Demikian halnya payudara kedua (Kelly, 2008).

3. Lama Menuyusui
57

Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu.Rata-rata bayi

menyusu selama 51 menit, walaupun terkadang lebih. Bayi dapat mengukur

sendiri berapa lama ia harus menyusu sesuai dengan kebutuhannya (Siregar,

2004). Pada hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar, bayi cukup

disusukan selama 4-5 menit, untuk merangsang produksi ASI dan

membiasakan puting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5, boleh

disusukan selama 10 menit.Setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan

selama 15 menit.Menyusukan selama 15 menit ini jika produksi ASI cukup

dan ASI lancer keluarnya, sudah cukup untuk bayi. Jumlah ASI yang terhisap

pada 5 menit pertama adalah kurang lebih 112 ml, 5 menit kemudian kurang

lebih 64 ml dan 5 menit terakhir hanya kurang lebih 16 ml (Soetjiningsih,

1997).

4. Frekuensi Menyusui

Sering munkin dilakukan penyusuan bahkan dimalam hari sesuai

dengan kebutuhan bayi, sedikitnya delapan kali dalm 24 jam.ASi ada dalam

lambung bayi hingga habis diserap berlangsung dalam 2 jam. Oleh karena itu,

upayakan bayi untuk menyusu lagi setelah 2 jam kemudian (Purwanti, 2004).

Jadwal menyusu bayi pada awalnya tidak teratur, dan akan mempunyai

pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Bayi yang baru lahir perlu sering

mrnyusu. Hal ini akan menstimulasi payudara ibu agar dapat menghasilkan

air susu yang banyak (Kelly, 2008).

2.4.12 Kendala Pemberian ASI Eksklusif


58

Menurut Maryunani (2012) ada beberapa kendala yang menyebabkan

seorang ibu tidak dapat melakukan pemberian ASI secara eksklusif antara lain :

1. Ibu terinveksi HIV, mengidap TBC aktif, dan Hepatitis B.

2. Putting ibu terlalu masuk sehingga tidak mungkin diisap bayi dan

menghambat pemberian ASI. Bebrapa kasus putting mendelep/ masuk ke

dalam masih bisa diatasi. Hanya perlu waktu bagi bayi untuk bereksplorasi

dan belajar mengisap pada putting payudara ibu dengan kondisi seperti itu.

Sebenarnya, baentuk putting seperti apapun semestinya tidak sampai

mengusik reflex isap yang merupakan reflex dasar bayi.

3. Bayi karena berbagai sebab harus mendapat perawatan terpisah dari ibunya

dalam jangka waktu lama. Bayi seperti ini tetap dimungkinkan mendapat

ASI, meskipun tentu saja sudah tidak tidak eksklusif lagi. Bayi juga

membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar mengisap ASI langsung dari

ibunya.

2.4.13 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI

Eksklusif

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh FKUI 2001 tampak bahwa

ibu yang berpendidikan rendah sampai menengah lebih cepat memberikan

susu botol daripada ibu yang tidak berpendidikan formal. Ibu yang tidak

formal sebagian telah mengetahui apa manfaat serta keuntungan ASI

sehingga mendorong ibu untuk menyusui bayinya sendiri, (Notoatmodjo,

2005). Pemberian ASI eksklusif yang masih rendah ternyata disebabkan

berbagai faktor, salah satunya rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat


59

ASI bagi bayi dan ibu.Selain itu kurangnya kepedulian dan dukungan

suami, keluarga dan masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada

ibu untuk menyusui secara eksklusif (Sufari, 2006; Kuntari dan

Rachmawati, 2006).

Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan terakhir yang

ditempuh seseorang tingkat pendidikan merupakan suatu wahana untuk

mendasari seseorang berperilaku secara ilmiah. Tingkat pendidikan yang

rendah akan susah mencerna pesan atau informasi yang disampaikan,

(Notoatmodjo, 2003).Pendidikan diperoleh melalui proses belajar yang

khusus diselenggarakan dalam waktu tertentu, tempat tertentu dan

kurikulum tertentu, namun dapat diperoleh dari bimbingan yang

diselenggarakan setiap waktu dengan maksud mempertinggi kemampuan

atau ketrampilan khusus. Dalam garis besar ada tiga tingkatan pendidikan

yaitu pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan tinggi.Masing-masing

tingkat pendidikan tersebut memberikan tingkat pengetahuan tertentu yang

sesuai dengan tingkat pendidikan.Semakin tinggi tingkat pendidikan

formal yang diperoleh, semakin tinggi pula pengetahuan tentang

pemberian ASI yang dimiliki, (Tarmudji, 2003).

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu (ASI)

merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi, karena didalam ASI

terkandung antibodi yang diperlukan bayi untuk melawan penyakit-

penyakit yang menyerangnya. Pada dasarnya ASI adalah imunisasi

pertama karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan antara lain

imunoglobin. Bayi yang tidak mendapat ASI beresiko terhadap infeksi


60

saluran pernafasan (seperti batuk, pilek) diare dan alergi (Soekirman,

2006).

Namun saat ini pemberian ASI eksklusif semakin menurun,

penyebab menurunnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya

pengetahuan ibu tentang pentingya pemberian ASI eksklusif, pemasaran

susu formula, faktor sosial, ekonomi. Selain itu juga masih banyak

masyarakat yang suka memberi MP-ASI terlalu dini (Agnes,

2007).Pendidikan tentang pemberian ASI merupakan suatu proses

mengubah kepribadian, sikap, dan pengertian tentang ASI sehingga

tercipta pola kebudayaan dalam memberikan ASI secara tanpa tambahan

bahan makanan apapun. Berpedoman pada tujuan pendidikan diperkirakan

bahwa semakin meningkatnya pendidikan yang dicapai sebagian besar

penduduk, semakin membantu kemudahan pembinaan akan pentingnya

pemberian ASI pada bayi (Soekirman, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh ibu

(100%) yang memiliki pengetahuan kurang, tidak memberikan ASI

secara eksklusif pada bayinya, dan ibu yang memiliki pengetahuan cukup

terdapat lebih dari sebagian (51,1%) tidak memberikan ASI secara

eksklusif pada bayinya, sedangkan pada ibu yang memiliki pengetahuan

yang baik sebagian besar ibu (74,4%) tersebut menyusui bayinya secara

eksklusif. Ini artinya terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan pemberian ASI Esklusif.


61

Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa ibu dengan

pengetahuan yang rendah cenderung untuk tidak memberikan ASI

eksklusif dari pada ibu yang berpendidikan formal.

2.4.14 Hubungan Motivasi Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif

Seorang ibu yang secara tidak sadar berpendapat bahwa menyusui

hanyalah merupakan beban saja bagi kebebasan pribadinya atau hanya

memperburuk ukuran tubuhnya, tidak akan dapat menyusui anaknya

dengan baik perasaan tersebut mempunyai pengaruh negatif terhadap

pemberian ASI pada bayinya, (Kristina, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada ibu bekerja di

PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia, dapat disimpulkan bahwa motivasi

ibu bekerja dalam memberikan ASI Eksklusif berada pada rentang

motivasi yang dipengaruhi secara ekstrinsik dengan integrated regulation

sebagai level motivasi yang paling dominan, dimana integrated regulation

merupakan motivasi ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif karena

nilai, kepercayaan, dan keyakinan (Ade Lestari, 2006).

Faktor sosial budaya sangat berperan dalam proses terjadinya

masalah pemberian ASI diberbagai kalangan masyarakat. Beberapa unsur

budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan untuk tidak memberikan ASI

karena merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya, hal ini sangat

bertentangan dengan berbagai prinsip yang ada.Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan,


62

pemberian ASI, pantangan, takhayul dan tahu yang menyebabkan

konsumsi pemberian ASI menjadi rendah (Supariasa, 2001). Adanya

pantangan tersebut didasarkan pada keagamaan, tetapi ada pula yang

merupakan tradisi yang menurun.

2.4.15 Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu bagi

ibu-ibu yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.Seorang

yang memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk menyeleseikan

pekerjaan yang dianggap penting dan memerlukan perhatian dengan

adanya pekerjaan. Masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang

sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat pendidikan yang

mereka peroleh juga berkurang, sehingga tidak ada waktu untuk

memberikan ASI pada bayinya (Markum, 2003).

Seorang ibu bekerja akan menghabiskan waktunya di kantor, bekerja

juga merupakan sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu

bekerja. Mulai dari peraturan kerja yang kaku, bos yang tidak bijaksana,

beban kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di tempat kerja,

rekan-rekan yang sulit bekerja sama, waktu kerja yang sangat panjang,

atau pun ketidaknyamanan psikologis yang dialami akibat dari problem

sosial-politis di tempat kerja. Situasi demikian akan membuat ibu menjadi

amat lelah, sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga

di rumah. Kelelahan psikis dan fisik itu lah yang sering membuat mereka

sensitif dan emosional, baik terhadap anak-anak maupun terhadap suami


63

(Zindy,2008). Banyak persoalan yang dialami oleh para wanita - ibu

rumah tangga yang bekerja di luar rumah, seperti bagaimana mengatur

waktu dengan suami dan anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga

dengan baik. Faktor-faktor yang menjadi sumber persoalan bagi para ibu

yang bekerja menurut Jacinta F. Rini (2009) dapat dibedakan sebagai

berikut:

1. Faktor Internal

Yang dimaksud dengan faktor internal adalah persoalan yang

timbul dalam diri pribadi sang ibu tersebut. Ada di antara para ibu

yang lebih senang jika dirinya benar-benar hanya menjadi ibu rumah

tangga, yang sehari-hari berkutat di rumah dan mengatur rumah

tangga. Namun, keadaan menuntutnya untuk bekerja, untuk

menyokong keuangan keluarga.Biasanya, para ibu yang mengalami

masalah demikian, cenderung merasa sangat lelah (terutama secara

psikis), karena seharian memaksakan diri untuk bertahan di tempat

kerja. Stress dapat mempengaruhi ketersediaan ASI. Banyak hal bisa

menyebabkan stres di tempat kerja, kolega yang tidak kooperatif, bos

atau klien penuntut, target kerja yang tidak bisa ditawar misalnya

profesi marketing, tingkat kesulitan kerja yang tinggi misalnya kreatif

iklan atau sekedar ruangan kerja tidak sehat sehingga mengalami

office building syndrome. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh

faktor kejiwaan, misalnya kegelisahan, kurang percaya diri, rasa

tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional. Pada dasarnya

keberhasilan menyusui bayi ditentukan oleh dua hal, yakni refleks


64

prolaktin dan let down reflek. Reflek prolaktin didasarkan pada

kondisi kejiwaan ibu yang mempengaruhi rangsangan hormonal untuk

memproduksi ASI. Semakin tinggi tingkat ganggguan emosional,

semakin sedikit rangsangan hormon prolaktin yang diberikan untuk

memproduksi ASI. Untuk menghasilkan air susu yang banyak,

seorang ibu membutuhkan ketenangan. Perasaan tenang dapat

membuat ibu lebih rileks dalam menyusui bayi.

Menurut Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002)

stres kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa

sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau

situasi kerja yang tertentu.

Sedangkan Menurut Cary Cooper (2011) sumber stress kerja

adalah stress karena kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan

interpersonal, kesempatan pengembangan karir, dan struktur

organisasi.

1. Kondisi Pekerjaan, misalnya kondisi tempat pekerjaan yang kurang

memadai seperti sirkulasi udara yang kurang baik, berisik, tempat

yang terlalu penuh

2. Konflik Peran, misalnya pada wanita bekerja tingkat stresnya lebih

tinggi dibanding dengan pria, disebabkan wanita bekerja ini

menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah

tangga.

3. Tuntutan pekerjaan terlalu berat atau terlalu rendah

4. Pekerja tidak punya hak dalam mengorganisir kerja mereka


65

5. Dukungan rendah dari manajemen dan teman kerja

6. Konflik karena tuntutan yang tinggi seperti tercapainya kualitas

dan produktivitas.

2. Faktor Eksternal

a. Dukungan suami

Dukungan suami dapat diterjemahkan sebagai sikap-sikap

penuh pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang

positif, ikut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga,

membantu mengurus anak-anak serta memberikan dukungan moral

dan emosional terhadap karir atau pekerjaan istrinya.

b. Kehadiran anak

Masalah pengasuhan terhadap anak, biasanya dialami oleh

para ibu bekerja yang mempunyai anak kecil/balita/batita. Semakin

kecil usia anak, maka semakin besar tingkat stress yang dirasakan.

Rasa bersalah karena meninggalkan anak untuk seharian bekerja,

merupakan persoalan yang sering dipendam oleh para ibu yang

bekerja. Apalagi jika pengasuh yang ada tidak dapat

diandalkan/dipercaya, sementara tidak ada famili lain yang dapat

membantu.

c. Masalah pekerjaan
66

Pekerjaan, bisa menjadi sumber ketegangan dan stress yang

besar bagi para ibu bekerja. Hal demikian akan membuat ibu

menjadi amat lelah, sementara kehadirannya masih sangat

dinantikan oleh keluarga di rumah. Kelelahan psikis dan fisik itu

yang sering membuat mereka sensitif dan emosional, baik terhadap

anak-anak maupun terhadap suami. Keadaan ini biasanya makin

intens, kala situasi di rumah tidak mendukung dalam arti, suami

(terutama) dan anak-anak (yang sudah besar) kurang bisa bekerja

sama untuk mau bergantian melayani dan membantu sang ibu, atau

sekedar meringankan pekerjaan rumah tangga.

Bila sudah bekerja, kadang ibu tidak mau direpotkan dengan

kegiatan dalam memompa ASI di tempat bekerja.Bahkan sebagian

ibu lebih mementingkan diri sendiri, dengan alasan mengganggu

keindahan tubuh akhirnya ASI tidak diberikan. Di tempat bekerja,

banyak kantor atau institusi kerja tidak mendukung program

pemberian ASI. Tidak ada upaya penyiapan ruangan khusus untuk

tempat menyusui atau memompa ASI saat ibu bekerja.Di tempat

umum seperti plasa, pertokoan atau bandara banyak tidak tersedia

tempat khusus untuk menyusui bayi. Apalagi di daerah perkotaan

harga sewa lahan yang sangat tinggi tampaknya para pengusaha

tidak rela keuntungannya diberikan untuk tempat untuk

kepentingan pemberian ASI pada bayi (Judarwanto,2006).

Pemberian cuti melahirkan yang hanya tiga bulan akan

menyulitkan penerapan ASI eksklusif sehingga bayi tidak


67

mendapatkan haknya, yakni makanan alami terbaik yang melekat

pada tubuh ibunya. Sebagai gantinya, bayi terpaksa mengonsumsi

susu formula yang harganya mahal dan kadang-kadang tidak

terjangkau oleh daya beli rumah tangga. Memberi ASI selama ibu

bekerja di kantor berarti ibu harus memupuk kerjasama dengan

pengasuh.Jika yang ibu percayai merawatnya adalah orangtua

sendiri atau mertua. Kalau mereka tidak punya pemahaman yang

sama tentang pemberian dan manfaat ASI eksklusif, ditambah

pengalaman mereka dulu mungkin menyusui sambil dicampur susu

atau makanan padat, akan sedikit menyulitkan(Yamina,2005).

Di Indonesia, sesuai kebijakan pemerintah, sebagian besar

perusahaan menerapkan kebijakan pemberian cuti melahirkan

hanya tiga bulan. Karena itu, kendati kampanye nasional

pemberian ASI Eksklusifselama enam bulan dicanangkan,

kenyataannya hal itu sulit dilakukan bagi ibu yang bekerja di luar

rumah.Kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja

sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI (2008).

Akhirnya, jumlah ASI akan semakin sedikit dan atau kering

sebelum masa penyusuan dua tahun terpenuhi. Kondisi ibu bekerja

tentu jauh berbeda dengan kondisi ibu rumah tangga. Ibu rumah

tangga dapat menyusui bayinya kapan saja, dimana saja, pun dapat

dilakukan dengan cara yang paling alamiah, alias langsung dari

sumbernya. Jelas saja, karena secara fisik ibu rumah tangga selalu
68

dekat dengan bayinya. Kapan pun bayinya lapar, dia bisa menunda

pekerjaannya dan menyusuinya terlebih dulu (Rika,2006).

Berdasarkan hasil penelitian dari seluruh ibu menyusui di

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu sebagian besar ibu

(71,74%) merupakan ibu yang tidak bekerja. Ibu yang tidak bekerja

yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak (27,3%),ibu

bekerja (73,1%). Sedangkan ibu yang menberikan ASI Ekslusif,

ibu bekeja (72,2) dan ibu tidak bekerja (26,9%). Ini artinya terdapat

hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Esklusif.

2.4.16 Hubungan Tingkat Pengetahuan, Motivasi dan Status Pekerjaan Ibu

Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh FKUI tampak bahwa ibu

yang berpendidikan rendah sampai menengah lebih cepat memberikan

susu botol daripada ibu yang tidak berpendidikan formal. Ibu yang tidak

formal sebagian telah mengetahui apa manfaat serta keuntungan ASI

sehingga mendorong ibu untuk menyusui bayinya sendiri, (Notoatmodjo,

2005). Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa ibu dengan

pengetahuan yang rendah cenderung untuk tidak memberikan ASI

eksklusif dari pada ibu yang berpendidikan formal. Seorang ibu yang

secara tidak sadar berpendapat bahwa menyusui hanyalah merupakan

beban saja bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk ukuran

tubuhnya, tidak akan dapat menyusui anaknya dengan baik perasaan


69

tersebut mempunyai pengaruh negatif terhadap pemberian ASI pada

bayinya (Kristina, 2007).

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu bagi

ibu-ibu yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.Seorang

yang memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk menyeleseikan

pekerjaan yang dianggap penting dan memerlukan perhatian dengan

adanya pekerjaan. Masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang

sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat pendidikan yang

mereka peroleh juga berkurang, sehingga tidak ada waktu untuk

memberikan ASI pada bayinya (Markum, 2003).

Banyak persoalan yang dialami oleh para wanita - ibu rumah tangga

yang bekerja di luar rumah, seperti bagaimana mengatur waktu dengan

suami dan anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga dengan baik.

Faktor-faktor yang menjadi sumber persoalan bagi para ibu yang bekerja

menurut Jacinta F. Rini (2009) dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Yang dimaksud dengan faktor internal adalah persoalan yang timbul

dalam diri pribadi sang ibu tersebut. Ada di antara para ibu yang lebih

senang jika dirinya benar-benar hanya menjadi ibu rumah tangga, yang

sehari-hari berkutat di rumah dan mengatur rumah tangga. Namun,

keadaan menuntutnya untuk bekerja, untuk menyokong keuangan

keluarga.Biasanya, para ibu yang mengalami masalah demikian,


70

cenderung merasa sangat lelah (terutama secara psikis), karena

seharian memaksakan diri untuk bertahan di tempat kerja.

Stress dapat mempengaruhi ketersediaan ASI. Banyak hal bisa

menyebabkan stres di tempat kerja, kolega yang tidak kooperatif, bos

atau klien penuntut, target kerja yang tidak bisa ditawar misalnya

profesi marketing, tingkat kesulitan kerja yang tinggi misalnya kreatif

iklan atau sekedar ruangan kerja tidak sehat sehingga mengalami office

building syndrome. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor

kejiwaan, misalnya kegelisahan, kurang percaya diri, rasa tertekan dan

berbagai bentuk ketegangan emosional. Pada dasarnya keberhasilan

menyusui bayi ditentukan oleh dua hal, yakni refleks prolaktin dan let

down reflek. Reflek prolaktin didasarkan pada kondisi kejiwaan ibu

yang mempengaruhi rangsangan hormonal untuk memproduksi ASI.

Semakin tinggi tingkat ganggguan emosional,semakin sedikit

rangsangan hormon prolaktin yang diberikan untuk memproduksi ASI.

Untuk menghasilkan air susu yang banyak, seorang ibu membutuhkan

ketenangan. Perasaan tenang dapat membuat ibu lebih rileks dalam

menyusui bayi.

Menurut Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002) stres

kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak

nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja

yang tertentu.
71

Sedangkan Menurut Cary Cooper (2011) sumber stress kerja adalah

stress karena kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan interpersonal,

kesempatan pengembangan karir, dan struktur organisasi.

1. Kondisi Pekerjaan, misalnya kondisi tempat pekerjaan yang kurang

memadai seperti sirkulasi udara yang kurang baik, berisik, tempat

yang terlalu penuh.

2. Konflik Peran, misalnya pada wanita bekerja tingkat stresnya lebih

tinggi dibanding dengan pria, disebabkan wanita bekerja ini

menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah

tangga.

3. Tuntutan pekerjaan terlalu berat atau terlalu rendah

4. Pekerja tidak punya hak dalam mengorganisir kerja mereka

5. Dukungan rendah dari manajemen dan teman kerja

6. Konflik karena tuntutan yang tinggi seperti tercapainya kualitas dan

produktivitas.

2. Faktor Eksternal

a. Dukungan suami

Dukungan suami dapat diterjemahkan sebagai sikap-sikap

penuh pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang

positif, ikut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga,


72

membantu mengurus anak-anak serta memberikan dukungan moral

dan emosional terhadap karir atau pekerjaan istrinya.

b. Kehadiran anak

Masalah pengasuhan terhadap anak, biasanya dialami oleh

para ibu bekerja yang mempunyai anak kecil/balita/batita. Semakin

kecil usia anak, maka semakin besar tingkat stress yang dirasakan.

Rasa bersalah karena meninggalkan anak untuk seharian bekerja,

merupakan persoalan yang sering dipendam oleh para ibu yang

bekerja. Apalagi jika pengasuh yang ada tidak dapat

diandalkan/dipercaya, sementara tidak ada famili lain yang dapat

membantu.

c. Masalah pekerjaan

Pekerjaan, bisa menjadi sumber ketegangan dan stress yang

besar bagi para ibu bekerja. Hal demikian akan membuat ibu

menjadi amat lelah, sementara kehadirannya masih sangat

dinantikan oleh keluarga di rumah. Kelelahan psikis dan fisik itu

yang sering membuat mereka sensitif dan emosional, baik terhadap

anak-anak maupun terhadap suami. Keadaan ini biasanya makin

intens, kala situasi di rumah tidak mendukung dalam arti, suami

(terutama) dan anak-anak (yang sudah besar) kurang bisa bekerja

sama untuk mau bergantian melayani dan membantu sang ibu, atau

sekedar meringankan pekerjaan rumah tangga.

Bila sudah bekerja, kadang ibu tidak mau direpotkan dengan

kegiatan dalam memompa ASI di tempat bekerja.Bahkan sebagian


73

ibu lebih mementingkan diri sendiri, dengan alasan mengganggu

keindahan tubuh akhirnya ASI tidak diberikan. Di tempat bekerja,

banyak kantor atau institusi kerja tidak mendukung program

pemberian ASI. Tidak ada upaya penyiapan ruangan khusus untuk

tempat menyusui atau memompa ASI saat ibu bekerja.Di tempat

umum seperti plasa, pertokoan atau bandara banyak tidak tersedia

tempat khusus untuk menyusui bayi. Apalagi di daerah perkotaan

harga sewa lahan yang sangat tinggi tampaknya para pengusaha

tidak rela keuntungannya diberikan untuk tempat untuk

kepentingan pemberian ASI pada bayi (Judarwanto,2006).Menurut

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia DKI Jakarta (IDAI Jaya) dr

Badriul Hegar SpA (K), ASI adalah nutrisi alamiah terbaik bagi

bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan

optimal.

Pemberian cuti melahirkan yang hanya tiga bulan akan

menyulitkan penerapan ASI eksklusif sehingga bayi tidak

mendapatkan haknya, yakni makanan alami terbaik yang melekat

pada tubuh ibunya. Sebagai gantinya, bayi terpaksa mengonsumsi

susu formula yang harganya mahal dan kadang-kadang tidak

terjangkau oleh daya beli rumah tangga. Memberi ASI selama ibu

bekerja di kantor berarti ibu harus memupuk kerjasama dengan

pengasuh.Jika yang ibu percayai merawatnya adalah orangtua

sendiri atau mertua. Kalau mereka tidak punya pemahaman yang

sama tentang pemberian dan manfaat ASI eksklusif, ditambah


74

pengalaman mereka dulu mungkin menyusui sambil dicampur susu

atau makanan padat, akan sedikit menyulitkan(Yamina,2005).

Di Indonesia, sesuai kebijakan pemerintah, sebagian besar

perusahaan menerapkan kebijakan pemberian cuti melahirkan

hanya tiga bulan. Karena itu, kendati kampanye nasional

pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dicanangkan,

kenyataannya hal itu sulit dilakukan bagi ibu yang bekerja di luar

rumah.Kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja

sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI (2008).

Akhirnya, jumlah ASI akan semakin sedikit dan atau kering

sebelum masa penyusuan dua tahun terpenuhi. Kondisi ibu bekerja

tentu jauh berbeda dengan kondisi ibu rumah tangga. Ibu rumah

tangga dapat menyusui bayinya kapan saja, dimana saja, pun dapat

dilakukan dengan cara yang paling alamiah, alias langsung dari

sumbernya. Jelas saja, karena secara fisik ibu rumah tangga selalu

dekat dengan bayinya. Kapan pun bayinya lapar, dia bisa menunda

pekerjaannya dan menyusuinya terlebih dulu (Rika,2006).


75

Anda mungkin juga menyukai