Aryadillah
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Jl. Darmawangsa 1 No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,
12140 Email: aryadillah14@hotmail.co.id
Abstract - The ability of communicators in conveying information in public, had to be considered. Speaking style, body
language, to the psychological state of the communicator, be a part that needs to be well prepared. Feelings of anxiety,
worry, or commonly known as stage fright, often occurs when the communicator is in front of the audience. Similarly, the
psychological condition of students when doing a presentation in front of the audience often experience anxiety in the
presentation, as well as what causes the anxiety that happens, and how to cope with down syndrome? This has been a study
in this research study. The methodology in this study using a case study with a qualitative approach. The results of this
judging, namely; (1) Psychologically, individuals who are dealing directly with the audience, is certainly experiencing
anxiety. (2) The cause of communicators who have Down syndrome is the lack of preparation. (3) The way to overcome this
communication apprehension, is to prepare the material that will be presented carefully so as to overcome the “attacking
psychology”
Abstrak- Kemampuan komunikator dalam menyampaikan informasi di depan publik menjadi hal yang perlu diperhatikan.
Gaya berbicara, body language, hingga kondisi psikologis komunikator, menjadi bagian yang perlu dipersiapkan dengan
baik. Perasaan cemas, khawatir atau biasa dikenal dengan istilah demam panggung, kerap terjadi saat komunikator berada di
depan audience. Sama halnya dengan kondisi psikologis mahasiswa ketika melakukan presentasi di depan audience kerap
mengalami kecemasan dalam presentasi, serta apa penyebab kecemasan itu terjadi, dan bagaimana cara mengatasi down
syndrome ini? Inilah yang menjadi studi kajian peneliti dalam penelitian ini. Metodologi dalam penelitian ini menggunakan
penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penilian ini, yaitu; (1) Secara psikologis, setiap individu yang
sedang berhadapan langsung dengan audience, sudah tentu mengalami kecemasan. (2) Penyebab komunikator yang
mengalami down syndrome adalah kurangnya persiapan. (3) Cara untuk mengatasi communication apprehension ini, adalah
persiapkan materi yang akan di sajikan secara matang sehingga dapat mengatasi ”serangan psikologi (attacking
psychology)”.
audience dengan baik sehingga mereka tertarik menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
untuk mendengarkan. studi kasus.
Dalam ilmu komunikasi, bahwa proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada 2.1. Kecemasan
komunikan bertujuan untuk memberi pemahaman, 2.1.1. Pengertian Kecemasan
ide, gagasan dan konsep, bahkan beberapa dosen Kecemasan (anxiety) dalam kamus umum
menggunakan metode Perkuliahan untuk bahasa indonesia, Badudu-Zein, diartikan sebagai
mahasiswa/i seperti membuat kelompok diskusi, kekuatiran, kegelisahan, ketakutan akan sesuatu
dengan tujuan memberikan ruang kebebasan dalam yang akan terjadi. Itu juga berarti suatu perasaan
proses berfikir untuk menjadikan mahasiswa/i aktif takut, kuatir bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak
dalam proses belajar di kelas. Kecemasan dalam menyenangkan. Sudarsono Dalam kamus
berkomunikasi di publik, memang sering terjadi konseling, kecemasan (anxiety) didefinisikan
dan dialami setiap orang dalam proses komunikasi. sebagai keadaan emosi yang kronis dan kompleks
”Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dengan keterperangkapan dan rasa takut yang
dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan menonjol.
terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi Atkinson mengungkapkan bahwa
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan kecemasan adalah emosi yang tidak
berasal dari dalam. ”Kecemasan juga dapat menyenangkan, yang ditandai dengan istilah seperti
menghambat komunikasi yaitu kesulitan dalam ”kekhawatiran”, ”keprihatinan”, dan ”rasa takut”,
memahami dan menggunakan bahasa serta yang kadang dialami dalam tingkat yang berbeda-
kesulitan dalam melakukan pembicaraan, artikulasi beda. Begitu pula menurut Kartono, bahwa
(suara-suara untuk berbicara)”(Jeffry:2007, 176). kecemasan adalah semacam kegelisahan-
”Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah kekhawatiran dan ”ketakutan” terhadap sesuatu
gangguan, alam perasaan (affective) yang di tandai yang tidak jelas, yang difus atau di baur, dan
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mempunyai ciri mengazab pada seseorang.
mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami Menurut Meyer dan Salmon
gangguan dalam menilai realitas (reality testing mendefinisikan ”anxiety is classified as an
ability/RTA masih baik), kepribadian masih tetap emotional state physiological aurosal”, kecemasan
utuh (tidak mengalami keretakan digolongkan sebagai bagian dari emosi, termasuk
kepribadian/splitting of personality). Perilaku dapat didalamnya yaitu perasaan menyedihkan,
terganggu tetapi masih dalam batas-batas ketakutan, keprihatinan dan meningkatnya perasaan
normal”(Hawari:2008, 18-19). psikologis seseorang.
Menurut penulis, kecemasan adalah Menurut pandangan freud ego (Psikologis)
perasaan subjektif mengenai ketegangan mental harus menjadi id (Biologis). Dengan demikian,
yang menggelisahkan dan ketidakmampuan hanya ego yang dapat menghasilkan kecemasan,
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa tetapi id, superego, dan di luar terlibat dalam salah
aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada satu dari tiga macam kecemasan yang berhasil di
umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan identifikasi freud. ”Ketergantungan ego pada id
menimbulkan perubahan fisiologis; gemetar, menyebabkan kecemasan neurotik;
berkeringat, detak jantung meningkat dan ketergantungannya pada superego menyebabkan
psikologis; panik, tegang, bingung, tidak bisa kecemasan moral; ketergantungannya pada dunia
berkonsentrasi, tidak tenang, dan gagap dalam luar menyebabkan kecemasan realistik”(Semiun,
berkomunikasi. 2006: 88).
Selanjutnya, tulisan ini ingin melihat lebih 1) Kecemasan Neurotik
dalam psikologis komunikator dan agar Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap
komunikator dapat mentransformasikan ide dalam suatu bahaya yang tidak diketahui. Perasan itu
diskusi, serta menciptakan suasana diskusi yang sendiri ada dalam ego, tetapi sumbernya adalah
interaktif, kreatif, intuitif dan inovatif. Dengan id. Contoh seorang mahasiswa semester tujuh
demikian dalam penelitian ini, dikaji bagaimana yang tidak memiliki (percaya diri) akan
kecemasan dalam public speaking yang difokuskan kemampuan dalam presentasi, akan mengalami
pada studi kasus pada presentasi makalah kecemasan neurotik ketika sedang
mahasiswa? mempresentasikan makalahnya di depan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mahasiswa lain atau terhadap satu figur
memberikan kejelasan tentang mahasiswa yang kekuasaan lain dikarenakan perasaan tak sadar.
sedang mengalami tekanan psikologis (kecemasan), 2) Kecemasan Moral
sehingga proses komunikasi tidak mengalami Kecemasan moral adalah terjadi karena konflik
gangguan dalam proses transformasi ide, gagasan antara ego dan superego. Setelah superego
dan konsep. Diharapkan penelitian ini memberikan terbentuk, yang biasanya mulai berkembang
solusi dalam mengatasi kecemasan. Metode yang dari usia 3-5 tahun, kita mengalami kecemasan
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan karena adanya konflik antara kebutuhan
pengetahuan karena tidak ada proses transformasi diskusi di karenakan keterbatasan kosa kata yang
ide, gagasan dan pendapat yang pada akhirnya dimilikinya.
menurunkan minat belajar mahasiswa karena tidak Pada subjek H, Kecemasan dianggap tidak
dapat menarik perhatian khalayak. Dalam buku normal bila berlebihan dan menghambat fungsi
Psikologi Komunikasi, Jalaludin Rakhmat, edisi akademik dan sosial atau menjadi menyusahkan
revisi ke-dua puluh tiga, oktober 2005, hal. 182). atau persisten. Kecemasan yang dihadapi adalah
Diskusi panel digunakan untuk menciptakan ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang
suasana komunikasi kelompok informal, timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak
mengidentifikasikan masalah yang harus di telaah menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar
dan di teliti, memberikan pengertian kepada tidak diketahui dan berasal dari dalam. Kecemasan
khalayak tentang bagian-bagian permasalahan, yang di hadapi juga menghambat komunikasi yaitu
menghimpun berbagai fakta dan pandangan dalam kesulitan dalam memahami dan menggunakan
kerangka diskusi, membangkitkan minat khalayak bahasa serta kesulitan dalam melakukan
pada masalah tertentu, menghadapkan kelompok pembicaraan, artikulasi, kosa kata karena
pada masalah kontroversial dan mendorong mereka kurangnya minat baca buku.
untuk ikut serta memecahkan masalah. Peran Dosen dalam hal ini, hanya pada
Komunikator mesti membangkitkan minat memberikan penjelasan ketika komunikator tidak
khalayak dengan metodenya sendiri, seperti yang di bisa memberikan pendapatnya. Peneliti
tulis oleh Jalaludin Rakhmat. berpendapat, Dosen seharusnya memberikan
Suasana pada waktu diskusi, disajikan pendapat ketika proses diskusi berakhir. Dan ketika
oleh komunikator yang mengalami kecemasan komunikator tidak bisa mengungkapkan
adalah tidak efektif. Komunikasi non-verbal pendapatnya, Dosen tidak semestinya mengambil
mengisyaratkan ingin cepat selesai tugas presentasi alih suasana diskusi, biarkanlah komunikator dan
tersebut. Body language; kaki yang di hentak- komunikan meng-eksplorasi (berfikir bebas)
hentakan, tatapan mata yang tidak memperhatikan mengenai permasalahan yang di angkat oleh
audience (tatapan matanya lemah), pada subjek H penyaji makalah.
(selalu menekan kedua bola matanya), pada subjek Bukankah seorang pemula dalam proses
G (memainkan pulpen), pada subjek S (menggigit- kreatifnya bermula pada berfikir bebas! Seperti
gigit pulpen). Komunikasi non-verbal ini memberi filosor yunani, Plato mengungkapkan ide, alam
arti bahwasannya komunikator sedang mengalami fikiran seseorang seperti berada dalam ”goa”, di
kecemasan yang mengakibatkan tidak efektif dalam dalam goa terdapat binatang dabbah (sejenis
proses belajar mengungkapkan pendapat di binatang melata, bisa seperti; kecoa, tikus, ular,
karenakan komunikator tidak mengungkapkan kelabang, kalajengking, dll), lumut, tetesan air
pendapatnya ketika sesi tanya jawab di mulai. yang berjatuhan, seperti itulah pengetahuan kita,
(Ya, di buka sesi pertama, ungkap hanya yang berada di sekitar kita saja yang kita
komunikator), kemudian audience mengangkat ketahui. Lantas, bagaimana pengetahuan yang
tangan dan mengungkapkan pendapatnya atas berada di luar ”goa”, kita tidak mengetahuinya,
makalahnya, komunikator, terutama pada subjek H. karena kita sedang berada dalam ”goa”. Bagaimana
Subjek H tidak memperhatikan pertanyaan yang di untuk mengetahui dunia di luar ”goa”? Kita
ajukan oleh audience dan matanya tidak berfikir, kita mesti keluar dari dalam ”goa”.
memperhatikan, seakan jiwanya tidak berada di Peneliti berpendapat, seorang Dosen
kelas walaupun tubuhnya sedang berada di hadapan hanya sebatas memberikan ”kunci atas pintu”, tidak
audience. Peneliti bertanya, Bagaimana kondisi secara baku menjawab atas permasalahan yang
kecemasan pada hati dan fikiran anda ketika dalam terjadi ketika sedang dalam diskusi kelas, yaitu,
presentasi makalah di kelas? ”H: kalo ada yang ketika komunikator tidak dapat mengutarakan
nanya suka cemas. Deg-degan, bicara-bicara pendapatnya, biarkanlah komunikator dan
sendiri”. H, melanjutkan pembicaraan ketika komunikan dalam hal ini audience yang menjadi
wawancara di Perpustakaan Umum Lt. 3 Ruang peserta diskusi, meng-eksplorasi permasalahan atau
Referensi Koran, ”bingung kalo mau jawab issue yang terjadi pada saat itu.
pertanyaan”.
Subjek H, tidak suka membaca buku, 3.3. Cara Komunikator Mengatasi Kecemasan
koran, majalah, dan juga tidak menjadikan Internet 3.3.1. Pikiran Irasional
sebagai referensi, peneliti; Apakah internet yang Asumsi dan kesalahan proses kognitif
menjadi referensi anda? H: tidak, peneliti; Apakah individu yang mengalami kecemasan, sering
anda mengetahui situs jejaring sosial? H: sedikit, menganggap bahwa keyakinan yang tidak realistik
(lupa), peneliti; Situs jejaring sosial apa yang anda tentang suatu ancaman atau bahaya ditimbulkan
gunakan? H: lupa. Subjek H adalah seorang yang oleh situasi maupun kondisi tertentu disaat skema
close minded, pikirannya kosong, wawasannya dan tersebut diaktivasikan, skema ini mendorong
pengalamannya sedikit, inilah yang mengakibatkan pikiran, tingkah laku dan emosi individu untuk
bahwa mahasiswa tersebut tidak aktif dalam masuk kedalam keadaan cemas. Untuk mengatasi