Anda di halaman 1dari 13

KOMUNKASI INTRAPERSONAL

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA

Dosen Pengampuh: Fahrunnisa, S.Sos., M.Si

Disusun :
Mardiki Sukardi (1901051005)
Alvia Arny Hidayah (1901051024)
Dio Ifanto (2001051065)
Putri Tina Anriana (221011036)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
APRIL 2024
A. Pengertian Komunikasi
Sebelum kita bahas komunikasi intrapersonal, penting untuk pahami dulu makna komunikasi
itu sendiri. Komunikasi diambil dari bahasa Inggris, "communication," yang berasal dari bahasa
Latin "communicare" yang artinya berbagi, memberikan, pertukaran, memberitahukan, berbicara,
bertukar pikiran, berhubungan, berteman, dan sebagainya (Harapan dan Ahmad, 2014).
Komunikasi suatu proses pengiriman sinyal sesuai dengan aturan tertentu, yang memungkinkan
sistem untuk disusun, dipelihara, dan diubah.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses di mana
komunikator memberikan informasi kepada komunikan tentang suatu hal dengan tujuan agar pesan
tersebut dapat dipahami dan, jika diperlukan, dilaksanakan oleh komunikan tanpa menimbulkan
kerugian bagi pihak manapun.

B. Pengertian Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi Intrapersonal berasal dari gabungan kata "Komunikasi", "Intra", dan "Personal"
atau pribadi. Komunikasi, menurut definisi, adalah suatu proses pertukaran informasi antara
individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku (Hefni, 2017) "Intra"
menurut KKBI merujuk pada bentuk terikat di dalam atau bagian dalam, sementara "Personal"
berarti bersifat pribadi atau perseorangan (Departemen pendidikan, 2007). Blake dan Harodlsen
menjelaskan bahwa Komunikasi Intrapersonal, juga dikenal sebagai komunikasi intrapribadi,
adalah peristiwa komunikasi yang terjadi dalam diri pribadi seseorang, di mana individu tersebut
berinteraksi atau berbicara pada dirinya sendiri. Setiap individu dapat menjadi subjek bagi dirinya
sendiri melalui penggunaan simbol-simbol dalam proses komunikasi. Dengan menggunakan
simbol-simbol ini, apa yang dikomunikasikan seseorang kepada orang lain dapat memiliki makna
yang sama bagi dirinya sendiri seperti bagi orang lain.

Hafied Cangara mendeskripsikan Komunikasi Intrapersonal sebagai proses komunikasi


yang terjadi dalam diri individu, atau dengan kata lain, proses berkomunikasi dengan diri sendiri.
Ini terjadi karena individu memberikan makna terhadap suatu objek yang diamati atau terlintas
dalam pikirannya. Objek tersebut dapat berupa benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, atau
fakta yang memiliki makna bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun di dalam diri individu.
Dalam pengambilan keputusan, sering kali individu dihadapkan pada pilihan antara Ya atau
Tidak. Situasi seperti ini mengharuskan individu untuk berkomunikasi dengan diri sendiri,
terutama dalam mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari suatu keputusan yang akan
diambil. Metode ini hanya dapat dilakukan melalui komunikasi Intrapersonal. Komunikasi
Intrapersonal (intrapribadi) mencerminkan kemampuan seseorang dalam berdialog dan
mengambil peran sebagai diri sendiri dalam merencanakan melalui kecerdasan IQ, menyusun
melalui kecerdasan SQ (spiritual quotient), melaksanakan rencana tersebut dengan kecerdasan
Nafs Q, dan mengevaluasi perencanaan tersebut melalui kecerdasan EQ (Arbi, 2019).

Para ahli telah berupaya mendefinisikan komunikasi intrapersonal. Berikut adalah beberapa
konsep tentang komunikasi intrapersonal yang disampaikan oleh mereka.

1. Jalaludin Rakhmat (2001), dalam konteks psikologi komunikasi, komunikasi


intrapersonal merujuk pada proses pemrosesan informasi yang melibatkan sensasi,
persepsi, memori, dan pemikiran.
2. Armawati Arbi (2012), komunikasi intrapersonal menjadi dasar dari komunikasi
Islam atau komunikasi fitrah yang terkait dengan peran komunikasi dalam keluarga
untuk membangun komunikasi yang sesuai dengan ajaran Islam guna menciptakan
keluarga yang harmonis sesuai dengan ajaran agama. Dalam konteks ini, orang tua
memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak-anak
melalui komunikasi dakwah di lingkungan keluarga. Komunikasi intrapersonal
terjadi ketika dakwah menjadi panggilan internal untuk menjalankan ajaran Islam
sesuai dengan Al Quran dan Al Hadits.
3. Judy Pearson dan Paul Nelson (2011), komunikasi intrapersonal adalah proses
menggunakan pesan untuk menciptakan makna di dalam diri sendiri.
4. Ronald B. Adler dan George Rodman (2006), komunikasi intrapersonal adalah
interaksi dengan diri sendiri.
5. Dictionary of Mass Communication dan Media Research (2005), komunikasi
intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam individu. Dalam konteks ini,
pengirim pesan dan penerima pesan adalah orang yang sama.
6. Dictionary of Media (2009), komunikasi intrapersonal adalah percakapan internal
atau dialog dengan diri sendiri.
7. Jurgen Ruesch dan Gregory Bateson, komunikasi intrapersonal merupakan bentuk
spesifik dari komunikasi interpersonal, dan dialog menjadi pondasi dari semua
komunikasi. Komunikasi intrapersonal melibatkan percakapan dengan diri sendiri,
refleksi dalam pikiran, mengulangi apa yang didengar, serta melibatkan aktivitas
tambahan dalam hal berbicara dan mendengar pikiran. Aktivitas seperti membaca
dan mendengarkan juga dapat meningkatkan konsentrasi dan retensi informasi.
8. Charles V. Roberts (1983) mengartikan komunikasi intrapersonal sebagai segala
proses dekripsi, pengolahan, penyimpanan, dan enkode pesan fisiologis dan
psikologis yang muncul di dalam individu, baik pada tingkat kesadaran maupun tak
sadar, ketika individu tersebut berkomunikasi dengan dirinya sendiri atau orang lain.
Tujuannya adalah untuk mendefinisikan, mempertahankan, dan/atau
mengembangkan masalah sosial, psikologis, dan/atau fisik individu.

Studi mengenai komunikasi intrapersonal memiliki sedikit perhatian, terutama dari kalangan yang
tertarik dalam bidang psikologi behavioristik. Karena itu, literatur yang membahas tentang
komunikasi intrapersonal jarang ditemui.

C. Teori Dan Tokoh Komunikasi Intrapersonal

Menurut Marianne Dainton dan Elaine D. Zelley, terdapat empat teori komunikasi
intrapersonal yang menyoroti aspek kognitif dan komunikasi intrapersonal, yakni teori logika
perancangan pesan, teori akomodasi komunikasi, teori pengurangan ketidakpastian, dan teori
pelanggaran harapan. Keempat teori ini menitikberatkan pada proses internal yang menjadi dasar
bagi pembentukan makna yang sangat individual. Setiap perspektif berlaku untuk beragam konteks
komunikasi dan menggambarkan proses yang didorong secara internal yang diperlukan untuk
memberi makna kepada berbagai pesan. Dengan demikian, komunikasi intrapersonal memiliki
peran penting dalam berbagai konteks komunikasi.

Teori komunikasi intrapersonal lainnya menekankan peran memori sebagai bagian dari
proses pengolahan informasi. Menurut Rakhmat (2001), memori memiliki peran sentral dalam
komunikasi intrapersonal, terutama dalam memengaruhi persepsi dan pemikiran. Rakhmat juga
menyatakan bahwa studi mengenai memori membawa kita kepada bidang psikologi kognitif,
terutama dalam model manusia sebagai pengolah informasi. Sehubungan dengan hal ini, Robert
T. Craig mengajukan bahwa para ahli komunikasi seharusnya lebih memperdalam psikologi
kognitif untuk menemukan pendekatan baru dalam menganalisis pesan dan pengolahan pesan
(Rakhmat, 2001: 62). Selain itu, terdapat pula teori-teori komunikasi intrapersonal yang
menekankan peran memori, seperti teori lupa, teori interferensi, dan teori pengolahan informasi.

Berikut adalah ulasan singkat beberapa teori komunikasi intrapersonal yang


diungkapkanoleh para ahli:

1. Teori Message Design Logic

Teori Message Design Logic adalah salah satu teori dalam bidang komunikasi organisasi
yang diusulkan oleh Daniel O'Kafee (1988). Teori ini dikembangkan oleh O'Kafee untuk
menjelaskan dan memahami dilema yang dihadapi oleh komunikator ketika menghadapi
konflik atau konfrontasi dengan rekan kerja. O'Kafee berpendapat bahwa individu
cenderung membentuk jenis pesan yang berbeda karena mereka memandang komunikasi
secara berbeda pula. Teori ini menghubungkan komunikasi dengan proses pembentukan
pesan, yang berarti bahwa pandangan yang berbeda tentang sifat dan fungsi komunikasi
akan menghasilkan berbagai jenis pesan yang berbeda pula.

Menurut O’Kafee, terdapat 3 (tiga) jenis logika perancangan pesan, yaitu expressive
messagelogic, conventional design logic, dan rhetorical message design logic.

a) Expressive Messagelogic
Pola ini terfokus pada pengirim pesan dan ekspresi diri. Individu yang mengadopsi
pola ini melihat komunikasi sebagai sarana untuk menyampaikan perasaan dan
pemikiran mereka kepada orang lain. Mereka mengalami kesulitan dalam menahan
apa yang mereka pikirkan dan merasa bahwa nilai-nilai seperti keterbukaan, kejujuran,
dan kejelasan sangat penting dalam komunikasi. Namun, mereka juga memiliki
ketidakpercayaan terhadap orang yang terlalu taktis dalam komunikasi. Komunikator
dalam pola ini cenderung kurang memperhatikan konteks dan relevansi perilaku
dengan situasi tertentu. Mereka juga merasa tertekan untuk menyampaikan apa yang
ada dalam pikiran mereka.
b) Conventional Design Logic
Individu yang mengadopsi pola ini menganggap komunikasi sebagai sebuah
permainan yang diatur oleh aturan, dan mereka melakukannya dengan kerja sama.
Mereka menekankan pentingnya kesesuaian di mana setiap individu
mempertimbangkan konteks komunikasi, peran komunikasi, dan hubungan sebagai
pedoman perilaku. Mereka memberikan perhatian khusus pada aspek mengatakan dan
melakukan hal yang benar dalam berbagai situasi, serta menjalankan tindakan yang
dianggap sesuai. Untuk mencapai hal tersebut, mereka mengikuti berbagai aturan yang
berlaku.
c) Rhetorical Message Design Logic.
Seorang menggunakan pola ini memandang komunikasi sebagai alat yang
ampuh untukmenciptakan berbagai situasi dan menegosiasikan berbagai tujuan.
Pendekatan ini lebihmenekankan pada fleksibilitas, kepuasan dan keterampilan
komunikasi dibandingkan denganekspresi diri atau kesesuaian sosial. Mereka yang
menggunakan pola ini akan memberikanperhatian pada komunikasi yang dilakukan
orang lain sebagai upaya untuk mengetahui sudutpandang orang lain. Mereka akan
mencoba untuk mengantisipasi dan mencegah berbagaipermasalahan dengan
mendefinisikan kembali situasi guna mencapai manfaat bagi semuapihak yang terlibat
dalam interaksi.
2. Teori Akomodasi Komunikasi

Teori akomodasi komunikasi adalah teori yang terkait dengan teori identitas
sosial yangmenjelaskan bahwa orang akan menyesuaikan komunikasinya dengan cara
meminimalisirperbedaan sosial. Selain terkait dengan teori identitas sosial, teori
akomodasi komunikasijuga terkait atau memiliki kesamaan dengan teori psikologi sosial
lainnya seperti teori atraksi, teori proses pertukaran sosial (teori pertukaran sosial), teori
proses atribusi kausalitas (teoriatribusi), dan teori kekhasan antar kelompok. Teori
akomodasi komunikasi juga digunakandalam komunikasi antar budaya, komunikasi
interpersonal atau komunikasi antar pribadi,dan lain-lain.

Teori akomodasi komunikasi yang dikembangkan oleh Howard Giles dan


kawan-kawanawalnya dikenal sebagai speech accommodation theory. Teori akomodasi
komunikasi menyediakan sebuah platform informatif untuk memahami bagaimana kita
mengadaptasikomunikasi kita ketika berinteraksi dengan orang lain. Intinya, Giles
dan kawan-kawanberpendapat bahwa ketika kita berinteraksi dengan orang lain,
setiap individu akanmengakomodasi pola tutur dan bahasa mereka atau melakukan
penyesuaian pola tutur mereka atau dengan membedakan tutur bahasa yang digunakan.

Teori akomodasi komunikasi mengeksplorasi beragam alasan mengapa individu


menekankanatau meminimalisir perbedaan sosial antara dirinya sendiri dan lawan bicara
mereka melaluikomunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Teori akomodasi
komunikasi berkaitan denganhubungan antara bahasa, konteks, dan identitas. Teori
ini berfokus pada faktor antarkelompok dan interpersonal yang mengarah pada
akomodasi, dan juga cara-cara yangmemungkinkan kekuatan, konteks makro dan
konteks mikro yang mempengaruhi perilakukomunikasi.

Beberapa prinsip dan konsep dari teori identitas sosial juga dapat diterapkan dalam
teoriakomodasi komunikasi. Di bawah pengaruh psikologi sosial, teori akomodasi
komunikasimemiliki beberapa asumsi sebagai berikut:

 Terdapat kesamaan dan ketidaksamaan tutur kata dan perilaku dalam setiap
percakapan.
 Cara kita menerima tutur kata dan perilaku orang lain menentukan evaluasi kita
terhadappercakapan yang dilakukan
 Bahasa sebagai alat komunikasi dan perilaku memiliki kemapuan untuk
mengkomunikasikanstatus sosial dan rasa memiliki kelompok antara orang-orang
dalam sebuah percakapan.
 Norma-norma memandu proses akomodasi yang bervariasi sesuai dengan
tingkatkesesuaiannya.

Teori ini menggambarkan dua proses akomodasi utama yaitu konvergen dan
divergen.Konvergen mengacu pada strategi di mana individu menyesuaikan diri
dengan perilakukomunikatif masing-masing untuk mengurangi perbedaan sosial.
Sementara itu, divergenmengacu pada contoh di mana individu menonjolkan perbedaan
komunikasi dan nonverbalantara mereka dan lawan bicara mereka. Terkadang ketika
individu mencoba untuk terlibatdalam konvergensi mereka juga dapat berakhir dengan
akomodatif, dan meskipun niat baikmereka, konvergensi mereka dapat dilihat sebagai
merendahkan.
3. Teori Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainty Reduction Theory)

Teori pengurangan ketidakpastian atau uncertainty reduction theory dirumuskan


oleh Charles Berger dan Richard Calabrese (1975) untuk menjelaskan bagaimana
komunikasidigunakan untuk mengurangi ketidakpastian antara orang asing yang
terikat dalampercakapan pertama mereka bersama-sama. Para peneliti sebelumnya
menggunakanpendekatan komunikasi interpersonal dari perspektif empiris. Hipotesis
yang dibangunberasal dari teori-teori psikologi sosial. Kurangnya perhatian pada
proses komunikasiinterpersonal telah memotivasi Berger dan Calabrese untuk
membentuk hipotesis yangmelibatkan perilaku komunikasi secara langsung.

Teori pengurangan ketidakpastian dibangun dengan tujuh asumsi, yaitu:

 Orang mengalami ketidakpastian dalam konteks interpersonal.


 Ketidakpastian adalah hal tidak menyenangkan dan menghasilkan tekanan
kognitif.
 Ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka adalah mengurangi
ketidakpastian ataumeningkatkan prediktabilitas.
 Komunikasi interpersonal adalah proses perkembangan yang terjadi
melalui beberapatahapan.
 Komunikasi interpersonal adalah sarana utama pengurangan ketidakpastian.
 Kuantitas dan sifat informasi yang orang bagi akan berubah sepanjang waktu.
 Hal ini dimungkinkan untuk memprediksi perilaku orang secara hukum

Menurut Berger, terdapat beberapa kondisi yang membuat orang menjadi termotivasi
untuk mengurangi ketidakpastian, yaitu :

 Melakukan antisipasi interaksi di masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa kita
akan lebihtermotivasi untuk mengurangi ketidakpastian tentang seseorang yang
mungkin saja akan kitatemui lagi di masa depan.
 Nilai insentif, termasuk di dalamnya adalah gagasan bahwa kita diminta untuk
belajar lebihbanyak tentang seseorang jika individu yang bersangkutan memiliki
potensi untuk memberikita imbalan atau hukuman.
 Penyimpangan terjadi jika seseorang yang tidak biasa menghalangi harapan kita
dengan caratertentu makan teori ini menyarankan agar individu lebih
cenderung mengurangiketidakpastian mereka tentang individu.

Terdapat 2 (dua) macam ketidakpastian yaitu ketidakpastian perilaku dan


ketidakpastiankognitif. Yang dimaksud dengan ketidakpastian perilaku adalah bagaimana
untuk bertindakdengan sesuai. Sedangkan yang dimaksud dengan ketidakpastian kognitif
adalah bagaimanauntuk berpikir tentang seseorang atau sesuatu.

4. Teori Pelanggaran Harapan (Expectancy Violations Theory)

Teori pelanggaran harapan atau expectancy violations theory yang dikembangkan oleh
Judee Burgoon menjelaskan tentang bagaimana komunikasi nonverbal mempengaruhi
perilakuorang. Orang cenderung untuk mengharapkan atau memprediksi orang untuk
berperilaku dengan cara tertentu selama percakapan yang terkadang dilanggar karena status
hubungankomunikator, situasi dimana mereka berada, dan keadaan mental mereka.
Pelanggaran initerkadang dianggap positif atau negatif menurut situasi dan orang-orang
yang terlibat.

Teori ini bersifat sosiopsikologis dan menitikberatkan pada kode-kode sosial


baik dalam komunikasi intrapersonal maupun komunikasi interpersonal. Teori pelanggaran
harapan jugaterkait erat dengan teori komunikasi lainnya seperti teori disonansi
kognitif dan teori pengurangan ketidakpastian yang merupakan bagian dari teori
komunikasi interpersonal atauteori-teori komunikasi antar pribadi.

Teori pelangaran harapan membangun sejumlah aksioma komunikasi. Menurut


Burgoon, asumsi utama teori pelanggaran harapan adalah manusia memiliki kebutuhan
untuk bersaingbagi ruang personal dan afiliasi. Secara khusus, manusia
membutuhkan sejumlah ruang pribadi atau jarak atau privasi. Orang juga menginginkan
sejumlah kedekatan dengan oranglain atau afiliasi.

Selain menjelaskan kebutuhan ruang dan privasi individu, teori pelanggaran harapan
juga membuat prediksi yang lebih spesifik mengenai bagaimana individu akan bereaksi
terhadappelanggaran yang diberikan. Sebelum membuat prediksi tentang timbal
balik ataukompensasi maka individu harus mengevaluasi tiga konsep inti dalam
teori pelanggaranharapan yaitu harapan, valensi pelanggaran, dan valensi penghargaan
komunikator.

5. Teori Aus (Disuse Theory)


Teori aus atau disuse theory berpendapat bahwa memori manusia akan hilang seiring
denganberjalannya waktu. Melalui sejumlah eksperimen, William James dan Benton J.
Underwoodmembuktikan bahwa semakin sering kita mengingat maka akan semakin
buruk kemampuan kita mengingat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak
selalu waktu yang dapatmembuat memori kita menjadi aus namun juga berbagai faktor
lainnya (Rakhmat, 2001 : 65)
6. Teori interferensi (Interference Theory)

Teori interferensi atau interference theory menggambarkan memori sebagai sebuah


kanvasdan pengalaman adalah lukisan pada kanvas tersebut. Jika kita telah melukis
pemandangan sebelumnya pada kanvas kemudian kita mencoba untuk merekam
lukisan manusia makalukisan manusia menyebabkan terhapusnya lukisan yang
pertama. Hal ini dinamakaninterferensi.

Contoh lain adalah ketika kita mencoba untuk menghafal halaman pertama
rumusmatematika, berhasil. Kemudian, kita lanjutkan dengan menghafal halaman
kedua, danberhasil juga. Namun, ingatan kita tentang rumus matematika pada halaman
akan berkurang.Hal ini dinamakan inhibisi retroaktif.

Contoh lainnya adalah sebagaimana yang telah dijelaskan dalam teori aus bahwa
semakinbanyak kita mengingat maka akan semakin buruk daya ingat kita. Ketika masa
sekolah dulu, seorang teman pernah berkelakar ketika masa ujian. Ia berkata,
“Semakin banyak kitamenghafal maka akan semakin banyak yang kita lupa. Tapi jika
tidak ada yang kita hafalmaka kita tidak akan lupa.” Hal ini dinamakan inhibisi proaktif
(Rakhmat, 2001 : 65)

7. Teori Pengolahan Informasi (Information Processing Theory)

Teori pengolahan informasi merupakan salah satu paradigma psikologi


kognitif yangmemandang bahwa otak manusia dianalogikan dengan komputer ketika
mengolah informasi. Secara singkat, proses pengolahan informasi adalah informasi
mula-mula disimpan padasensory storage atau ruang penyimpanan inderawi, kemudian
masuk ke dalam short-termmemory atau memori jangka pendek, lalu dilupakan atau
dikoding untuk dimasukkan dalamlong-term memory atau memori jangka panjang
(Rakhmat, 2001 : 66).

D. Contoh Penelitian Komunikasi Intrapersonal


Penelitian yang dilakukan oleh Zulpiani Sesmiarni (2009), dalam penelitiannya yang
berjudul “KOMUNIKASI INTERPERSONAL (Strategi Mengungkap Kecerdasan)”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa strategi pembelajaran yang memberdayakan kecerdasan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan memanfaatkan berbagai jenis kecerdasan yang
dimiliki oleh siswa, guru dapat mengoptimalkan potensi siswa dalam mencapai kompetensi
yang ditetapkan dalam kurirkulum.

Penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Saoqillah (2022), dalam penelitiannya yang
berjudul “Peranan Komunikasi Intrapersonal Dalam Proses Pembentukan Konsep Diri
Mahasiswa Kpi Iuqi”. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode
kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk menggali pemahaman yang mendalam tentang
fenomena yang diteliti melalui pengumpulan data deskriptif berupa kata-kata, ungkapan
tertulis, dan lisan dari orang-orang yang terlibat dalam penelitian. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ketiga informan yang memiliki komunikasi intrapersonal yang baik
juga memiliki konsep diri yang baik. Sebaliknya, satu informan yang memiliki komunikasi
intrapersonal yang buruk juga memiliki konsep diri yang buruk. Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi intrapersonal memainkan peran penting dalam proses
pembentukan konsep diri seseorang.

Penelitian yang dilakukan oleh Zannuby Al Izzami, dkk (2023), dalam penelitiannya yang
berjudul “Pentingnya Komunikasi Intra Personal Dalam Menentukan Makna Hidup (Studi
Kasus: Mahasiswa Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)”
metode yang digunakan dalam penelitian ini merupak metode kualitatif. Dengan hasil
peneitian menunjukkan bahwa sebagian mahasiswa mengakui kurang mengetahui tentang
konsep diri dan tidak aktif melakukan komunikasi intrapersonal. Namun, sebagian besar
mahasiswa yang menjadi subjek penelitian mengaku memiliki pemahaman yang cukup
tentang makna hidup dan sering melakukan komunikasi intrapersonal

Penelitian yang dilakukan oleh Mutiara Fitri Insani dan Nina Yuliana (2023), dalam
penelitiannya yang berjudul “Komunikasi Intrapersonal Dalam Proses Penerimaan Diri
Mahasiswi Korban Body Shaming” metode yang digunkan dalam penelitian ini yaitu
fenomenologi. Dengan hasil penelitian pada dua mahasiswi korban body shaming
menunjukkan bahwa komunikasi intrapersonal yang dialami terdiri atas empat tahapan yaitu
sensasi, persepsi, memori, dan berpikir yang menghasilkan perasaan malu dan sedih. Kedua
informan juga mampu menerima dirinya sendiri melalui proses penerimaan diri yaitu denial,
anger, depression, bargaining, dan acceptance. Harapan dari penulisan ini adalah untuk
memberikan kontribusi ilmiah dengan menunjukkan bahwa mahasiswi yang mengalami
body shaming berhasil mencapai penerimaan diri melalui komunikasi intrapersonal yang
dilewati melalui berbagai tahapan dan proses dalam diri

Penelitian yang dilakukan oleh Alfaynie Axelfa Trie Aprilia, dkk (2024), dalam
penelitiannya yang berjudul “Komunikasi Intrapersonal (Self-Talk) Dalam Meningkatkan
Kesadaran Dampak Buruk Self-HarmPada Remaja Brokenhome” Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan tujuan menyelidiki penggunaan komunikasi
intrapersonal atau Self-Talk dalam meningkatkan kesadaran akan dampak buruk yang
mungkin dihadapi oleh remaja yang berasal dari keluarga brokenhome. Hasil penelitian
ini mengungkapkan bahwa remaja brokenhome seringkali menggunakan Self-Talk
sebagai alat untuk mengatasi masa-masa sulit yang mereka hadapi. Self-Talk membantu
mereka untuk merasa lebih tenang dan terhindar dari perilaku negatif. Selain itu, Self-
Talk juga berperan dalam menyadarkan mereka akan bahaya yang terkait dengan self-
harm, yang sebelumnya mungkin dianggap sebagai pelampiasan emosi yang dapat
merugikan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, A. A. T., Wibawa, A., & Suharti, B. (2024). Komunikasi Intrapersonal (Self-Talk) Dalam
Meningkatkan Kesadaran Dampak Buruk Self-Harm Pada Remaja Brokenhome.
Communio: Jurnal Ilmu Komunikasi, 13(1), 29-43.

Arbi, Armawati. (2019). Komunikasi Intrapribadi Integrasi Komunikasi Spiritual, Komunikasi


Islam, dan Komunikasi Lingkungan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Cangara, Hafied. (2015). Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi Kedua). Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.

Harapan, Edi & Syarwani Ahmad. (2014). Komunikasi Antar Pribadi: Perilaku Insani dalam
Organisasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Insani, M. F., & Yuliana, N. (2023). Komunikasi Intra-Personal dalam Proses Penerimaan Diri
Mahasiswi Korban Body Shaming. Common, 7(2), 176-189.

Izzami, Z. A., Nasichah, Cahyaningrum, E. W., & Farhanah, K. (2023). Pentingnya Komunikasi
Intrapersonal dalam Menentukan Makna Hidup: Studi Kasus Mahasiswa Bimbingan dan
Konseling Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 8(1), 1-20.

Saoqillah, A. (2022). Peran Komunikasi Intra-Personal dalam Proses Pembentukan Konsep Diri
Mahasiswa KPI IUQI. At TAWASUL: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, 1(2), 1-
18.

Sesmiarni, Z. A. (2009). Komunikasi Intra-Personal (Strategi Mengungkap Kecerdasan). Jurnal


Komunikasi, 2(2), 225-240.

Anda mungkin juga menyukai