TINJAUAN PUSTAKA
saraf otonom (Xun, 2008: 126). Pendapat lain disampaikan oleh Spielberger
(dalam Kuper & Kuper, 2000: 203) mengenai kecemasan, ia menyatakan bahwa
seperti pusing, mual, gangguan otot seperti tremor, perasaan gelisah dan lemas.
Hal ini sejalan dengan pendapat Kuper & Kuper (2000:38) bahwa kecemasan
merupakan perasaan takut, gugup, khawatir, panik yang disertai dengan detak
mulut kering.
hampir sama di sampaikan oleh Ayres & Bristow (2008: 45) bahwa kecemasan
adalah rasa atau perasaan tidak nyaman dan khawatir tentang ancaman yang
8
2.1.2 Pengertian Komunikasi
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang
terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Merujuk pada pengertian Ruben dan
lingkungan satu sama lain. Menurut Effendy (2003: 34) istilah komunikasi
informasi, pesan, atau gagasan pada orang lain dengan maksud agar orang lain
tersebut memiliki kesamaan informasi, pesan atau gagasan dengan pengirim pesan.
adalah proses interaksi sosial dan pertukaran informasi yang melibatkan individu-
9
ilmu lainnya, komunikasi antar pribadi juga mempunyai banyak definisi sesuai
tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan
pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi
secara langsung pula. Pendapat senada dikemukakan oleh Deddy Mulyana (2008:
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal
maupun nonverbal.
Menurut Johnson, secara luas komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku
seseorang baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain. Setiap
yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar
process of sending and receiving messages between two person, or among a small
group of persons, with some effect and some immediate feedback. (komunikasi
orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa umpan balik
proses penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain
10
atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang
komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi
dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Komunikasi antar pribadi
adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, baik yang terjadi secara
(Dalam Devito, 2001: 252), komunikasi antar pribadi sebagai komunikasi yang
berlangsung diantara dua orang atau yang mempunyai hubungan yang mantab dan
pribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini
dan perilaku komunikan, sebab komunikasi berlangsung secara tatap muka. Oleh
karena komunikator dengan komunikan itu saling bertatap muka, maka terjadilah
feedback).
11
penyampaian pesan antara dua orang atau kelompok kecil secara langsung baik itu
pesan verbal maupun non verbal sehingga mendapatkan feedback secara langsung.
melakukan komunikasi diungkapkan oleh West & Turner (2008: 104-105) sebagai
atau pun panik ketika melakukan komunikasi. Hal ini sama seperti yang di
kemukakan oleh Sellnow (2005: 35) bahwa kecemasan dalam komunikasi dapat
penjelasan Weiten, Lloyd, Dunn, & Hammer (2009: 66) yang menyatakan bahwa
melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain maupun orang banyak berarti
komunikasi yang nyata ataupun komunikasi yang akan dilakukan individu dengan
12
Menurut Turner & West (2009) kecemasan komunikasi merupakan
ketakutan yang dirasakan oleh individu berupa perasaan negatif dalam melakukan
Seeger, Ulmer, Venette, dan Sellnow (2005) yang mengatakan bahwa kecemasan
secara langsung maupun tidak langsung antara individu dengan individu lain.
berhubungan dengan situasi ketika seseorang mendapat perhatian yang tidak biasa
dari orang lain. Hal ini menunjuk pada individu ketika melakukan presentasi tugas
13
komunikasi dalam mempresentasikan tugas dikelas adalah ketakutan atau
secara langsung ketika individu dihadapkan pada suatu situasi yang menuntut
individu untuk mendapat perhatian yang tidak biasa dari orang lain, yaitu ketika
a. Internal Discomfort
b. Avoidance of Communication
c. Communication Disruption
14
d. Overcommunication
adalah:
stabil ketika individu dihadapkan pada konteks komunikasi. Tipe ini dapat
yang dimiliki individu dan tipe ini cenderung sulit untuk diubah karena
Kecemasan yang timbul ketika individu berada hanya pada konteks yang
apabila individu berada pada konteks yang berbeda. Contoh dari kecemasan
tipe ini adalah individu yang memiliki kecemasan ketika berada pada
15
konteks berdiskusi kelompok dengan individu lainnya, namun ketika
konteks. Contoh dari kecemasan tipe ini adalah individu akan mengalami
kecemasan.
biasa dari orang lain. Sebagai contoh, individu akan mengalami kecemasan
beberapa faktor. Menurut Powell & Powell (2010: 44), faktor yang mempengaruhi
16
a. Genetika
penampilan fisik, bentuk tubuh. Hal ini juga ditingkatkan atau dibatasi
komunikasi.
b. Skill acquisition
c. Modelling
17
komunikasi akan membuat individu cenderung berperilaku atau
d. Reinforcement
kecemasan komunikasi.
2.5.Konsep Diri
Konsep diri merupakan sebuah konstruk psikologis yang telah lama menjadi
pembahasan dalam ranah ilmu-ilmu sosial (Marsh & Craven, 2008: 6). Shavelson,
Hubner, & Stanton (1976) menyatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi
juga menambahkan bahwasanya konsep diri merupakan nilai dari hasil proses
pembelajaran yang dilakukan dan dari hasil situasi psikologis yang diterima.
Menurut Purkey (1987: 112), konsep diri merupakan totalitas dari kepercayaan
terhadap diri individu, sikap dan opini mengenai dirinya, dan individu tersebut
merasa hal tersebut sesuai dengan kenyataan pada dirinya. Menurut Rice & Gale
(1975: 109) konsep diri terdiri dari berbagai aspek, misalnya aspek sosial, aspek
18
fisik, dan moralitas. Konsep diri merupakan suatu proses yang terus selalu
berubah, terutama pada masa kanak-kanak dan remaja. Menurut Gage dan
Berliner (1998: 11) selain merupakan cara bagaimana individu melihat tentang
diri mereka sendiri, konsep diri juga mengukur tentang apa yang akan dilakukan
dimasa yang akan datang, dan bagaimana mereka mengevaluasi performa diri
mereka.
mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap diri nyatanya maupun penilaian
sosial, dan moral. Sejalan dengan defenisi tersebut Kobal dan Musek (2002)
mendeskripsikan diri kita. Demikian juga Paik dan Micheal (2002) menjelaskan
diri kita sendiri dan hubungannya dengan perilaku dalam situasi-situasi tertentu.
dimiliki seseorang (Labenne dan Greene, 1969). Konsep diri sebagai suatu
penilaian terhadap diri juga dijelaskan dalam defenisi konsep diri yang
dikemukakan oleh Partosuwido, dkk (1985) yaitu bahwa konsep diri adalah cara
sendiri sebagaimana yang dirasakan, diyakini, dan dilakukan, baik ditinjau dari
19
Konsep diri merupakan hal yang penting dalam kehidupan sebab
mengarahkan perilaku dalam berbagai situasi. Jika konsep diri seseorang negatif,
maka akan negatiflah perilaku seseorang, sebaliknya jika konsep diri seseorang
tinggi, maka positiflah perilaku seseorang tersebut (Fits dan Shavelson, dalam
Yanti, 2000: 4). Hurlock (1999: 77) juga menambahkan bahwasanya konsep diri
kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun
lingkungan terdekatnya.
menyatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat individu
individu sepenuhnya didasari oleh persepsi mengenai diri sendiri. Lalu seiring
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain
20
Mead (dalam Calhoun & Acocella, 1995: 21)menjelaskan bahwa konsep
diri berkembang dalam dua tahap: pertama, melalui internalisasi sikap orang
lain terhadap kita; kedua melalui internalisasi norma masyarakat. Dengan kata lain,
konsep diri merupakan hasil belajar melalui hubungan individu dengan orang lain.
Hal ini sejalan dengan istilah “looking glass self” yang dikemukakan oleh Cooley
Calhoun dan Acocella menjelaskan bahwa konsep diri terdiri atas tiga
kelompok-kelompoktertentu lainnya.
21
1. Konsep diri fisik
hal-hal di atas.
konsep diri tinggi bila memandang dirinya sebagai individu yang bahagia,
negatif bila individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak bahagia,
kekurangan.
terhadap kecendrungan sosial yang ada pada dirinya sendiri. Konsep diri
luar dirinya, perasaan mampu, dan berharga dalam lingkup interaksi sosial.
dirinya sebagai orang yang terbuka pada orang lain, memahami orang lain,
22
perasaan orang lain. Sebaliknya, individu yang memiliki konsep diri sosial
negatif bila tidak memberi perhatian terhadap orang lain dan tidak aktif
dengan nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan
memandang dirinya sebagai orang yang berpegang teguh pada nilai etik
bahwasanya hal yang terpenting dari diri individu adalah proses mental. Sigmund
yang paling dasar untuk memahami proses mental individu. Konsep ini terus
dikembangkan oleh Freud dalam perkembangan teori ego dan dalam interpretasi
digunakan dalam dunia terapi dan konseling. Prescott Lecky, ahli psikologi
tentang self concistency pada tahun 1945 menggunakan istilah konsistensi diri
yang mengacu pada dasar-dasar perilaku individu dalam terapi dan pada tahun
23
individu tersebut melihat dirinya secara utuh dalam konsep dirinya (Purkey, 1988).
Selanjutnya, Carl Rogers, pengembang teori self concept pada tahun 1947
Roger menilai bahwa ―self” merupakan dasar atau hal utama yang menjadi
interpersonal yang dilakukan. Teori konsep diri semakin berkembang pada tahun
1970 sampai tahun 1980-an dengan pola konsep diri umum. Pada saat itu semakin
masalah akademis dan lain sebagainya, sangat dipengaruhi oleh konsep diri
agar dapat menguatkan konsep diri untuk menjadi lebih baik (Purkey, 1988).
Pada awalnya konsep diri merupakan suatu konstruk yang bersifat umum
atau yang lebih dikenal dengan istilah unidimensional (Prasetyo, 2006). Konsep
deskripsi spesifik dari apa yang dilihat secara khusus. Hal ini mengandung arti
bahwa konsep diri umum merupakan pemahaman seorang individu terhadap diri
mereka secara umum tanpa melihat bagian-bagian yang lebih spesifik dari diri
yang bersifat spesifik atau yang lebih dikenal dengan istilah multidimensional.
Konsep diri spesifik merupakan pola penilaian konsep diri individu yang melihat
24
ke dalam perspektif yang lebih luas terhadap diri individu, sehingga bisa
mendapatkan gambaran diri individu dari berbagai sudut pandang yang beragam
dan dinamis (Metivier, 2009). Jika hanya ada satu penjelasan mengenai konsep
diri unidimensional, maka pada konsep diri multidimensional dapat melihat diri
seseorang dari berbagai konteks, seperti konsep diri spiritual, konsep diri sosial,
konsep diri terhadap lingkungan dan lain sebagainya (James, dalam Metivier,
2009).
mengembangkan konstruk konsep diri pada diri individu. Salah satu pola
pola konsep diri yang bersifat multidimensional (Marsh & Craven, 2008). Marsh
unidimensional.
multidimensional. Hal ini dilakukan untuk mengetahui konsep diri secara spesifik
sehingga mendapatkan berbagai macam konsep diri individu dari sudut pandang
yang beragam selain dari beberapa keunggulan pola konsep diri multidimensional
25
yang telah disebutkan di atas.
beberapa bagian, yakni general-esteem, konsep diri akademis dan konsep diri non
akademis. Dimana konsep diri akademis dan non akademis dibagi menjadi
Gambar 2.1
variabel (konsep) yang hendak diukur, diteliti dan digali datanya agar
a. Konsep Diri
26
terhadap dirinya sendiri, dimana persepsi ini dibentuk melalui
(Baron, 2003)
b. Kecemasan Komunikasi
(Hamidi,2010).
Berikut definisi operasional dalam penelitian ini yang terbagi dalam 2 (dua)
variabel:
1) Kondisi fisik
2) KondisiMental
3) Kondisi Sosial
4) Kondisi Ekonomi
27
diasosiasikan dengan situasi komunikasi, baik komunikasi yang nyata
1) Panik
2) Takut
3) Menghindar
4) Tegang
5) Tidak nyaman
6) Khawatir
28