Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan sehari-hari setiap orang tentu dipengaruhi oleh komunikasi diri sendiri
dengan orang lain, bahkan oleh pesan yang berasal dari orang yang tidak kita kenal. Karena
komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat kompleks, dan oleh sebab itu banyak para
ahli yang mengatakan bahawa sulit untuk didefinisikan. Sementara itu, menurut Everett M.
Rogers yang dikutip oleh Suranto A. W (2005), bahwa komunikasi ialah proses yang di
dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan
tujuan untuk merubah perilakunya.
Komunikasi dapat ditentukan berhasil atau tidaknya tergantung bagaimana
komunikator dapat mempengaruhi komunikan, sehingga komunikan dapat bersikap dan
perilaku atau bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Namun,
permasalahannya adalah komunikator sangat perlu mengetahui pesan, dan saluran yang
bagaimana yang dapat mengubah sikap dan perilaku komunikan.
Komunikasi adalah pertukaran informasi, sehingga setiap individu yang berinteraksi
dapat dengan mudah dalam penyampaian dan penerimaan pesan. Namun, berbeda bagi yang
memiliki keterbatasan kemampuan secara fisik maupun mental yang demikian, serta
kecacatan pendengaran seperti tuna rungu. Bahkan ada kalanya orang yang memiliki
keterbatasan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang (Kartini Kartono, 2011)
Penyandang tuna rungu yang mempunyai keterbatasan pendengaran adalah orang
yang berbeda dengan orang lain pada umumnya, tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Dan tuna rungu berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa verbal dan isyarat pada umumnya, akan tetapi kebanyakan bahasa
verbal yang digunakan didorong dengan bahasa nonverbal yaitu bentuk isyarat (simbol).
Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya komunikasi persuasif, yaitu
komunikasi yang bersifat mempengaruhi audience atau komunikan, sehingga bertindak
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Menurut K. Andeerson (Mulyana,
2005) komunikasi persuasif didefinisikan sebagai perilaku komunikasi yang mempunyai
tujuan mengubah keyakinan, sikap atau perilaku individu atau kelompok lain melalui
transmisi beberapa pesan.
2

Mengingat pentingnya peran komunikasi persuasif dalam kehidupan sehari-hari,


khususnya dalam suatu organisasi, maka disusunlah makalah ini untuk menambah wawasan
mengenai komunikasi persuasive terhadap kaum tuna rungu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi?
2. Apa yang dimaksud dengan persuasif?
3. Apa yang dimaksud dengan komunikasi persuasif?
4. Apa yang dimaksud dengan kaum difable dengan tuna rungu?
5. Bagaimana komunikasi persuasif pada kaum difable dengan tuna rungu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi
2. Untuk mengetahui pengertian persuasif
3. Untuk mengetahui pengertian komunikasi persuasif
4. Untuk mengetahui pengertian kaum difable dengan tuna rungu
5. Untuk mengetahui komunikasi persuasif pada kaum difable dengan tuna rungu

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi
Edward Depari mengemukakan pendapatnya bahwa komunikasi adalah penyampaian
gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti,
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Kemudian hal ini
ditegaskan oleh Everett M. Rogers yang dikutip oleh Suranto A. W (2005), bahwa
komunikasi ialah proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari
sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya.
Dalam buku Teori Komunikasi (Littlejohn & Foss, 2009), komunikasai adalah sebuah
sistem (misalnya telepon atau telegraf) untuk menyampaikan informasi dan perintah.
3

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan


proses penyampaian suatu informasi, baik berupa pesan, simbol, ide atau gagasan yang
dilakukan oleh komunikator atau pengirim pesan kepada komunikan atau penerima pesan.
Adapun unsur-unsur komunikasi menurut H. A. W. Widjaja dalam sebuah skripsi
(Karlinda D, 2013) adalah sebagai berikut.
1) Sumber (Source)
Sumber dasar yang digunakan dalam rangka penyampaian pesan, yang digunakan dalam
rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan
sejenisnya.
2) Komunikator
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang,
organisasi komunikasi seperti radio, surat kabar dan lain sebagainya. Dalam penyampaian
pesan terkadang komunikator dapat menjadi komunikan dan begitu pula sebagainya.
3) Komunikan
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu personal,
kelompok dan massa.
4) Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan
seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai perintah di dalam usaha mencoba
mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.
5) Saluran (Channel) atau media
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui panca
indera atau menggunakan media.
6) Hasil (Effect)
Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang,
sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan. Jadi apabila sikap atau tingkah laku orang
lain tersebut sesuai dengan keinginan kita, berarti komunikasi dapat dikatakan berhasil
demikian pula sebaliknya.
Dari unsur-unsur komunikasi di atas, dapat dikatakan berlangsungnya proses
komunikasi yang dilakukan oleh komunikan dan komunikator, komunikator menyampaikan
pesan atau keinginan kepada komunikan yang mempengaruhi komunikan sehingga
komunikan menyampaikan tanggapan atau feedback. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam
proses komunikasi terdapat unsur-unsur yang mendukung terjadinya proses komunikasi
antara lain yaitu sumber, komunikator, komunikan, pesan, saluran dan hasil.

B. Pengertian Persuasi
4

Persuasi merupakan suatu teknik mempengaruhi manusia dengan


memanfaatkan/menggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikan
yang hendak dipengaruhi (Devito, 2010).
Persuasion is the act of convincing someone, through communication to change a
particular believe, attitude, or behaviour. (Adler & Rodman, 1995). Sedangkan Ronald L.
Applbaum dan Karl W.E. Anatol (Littlejohn & Foss, 2009), mendifinisikan Persuasi sebagai
”complex process of communication by which one individual or group a specific response
from another individual or group” (Persuasi adalah proses komunikasi yang kompleks ketika
individu atau kelompok mengungkapkan pesan (sengaja atau tidak sengaja) melalui cara-
cara verbal dan non verbal untuk memperoleh respons tertentu dari individu atau kelompok
lain).
Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persuasi merupakan usaha
untuk mengubah sikap melalui penggunaan pesan, berfokus terutama pada karakteristik
komunikator dan komunikan.
Persuasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang mengubah sikap, opini, dan
perilaku. Karena persuasi merupakan suatu proses, maka persuasi akan berhasil jika
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan seluruh komponen komunikasi mulai
dari komunikator, pesan, saluran, hingga komunikan. Setiap bagian yang ikut andil di
dalamnya merupakan bagian yang saling terkait dan tidak dapat dihilangkan salah satunya.
Pesan merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam proses persuasi, karena
untuk membuat komunikan terpersuasi dengan baik, komunikan harus dapat memahami
dengan baik mengenai pesan yang disampaikan persuader atau komunikator. Dengan kata
lain, tingkat pengetahuan komunikan berperan sebagai kontrol atas komunikasi persuasi.

C. Pengertian Komunikasi Persuasi


H. A. W. Widjaja dalam bukunya (Widjaja, 2010) mengungkapkan pengertian
komunikasi persuasif sebagai berikut: Komunikasi persuasif berasal dari istilah persuation
(Inggris). Sedangkan istilah persuasion itu sendiri diturunkan dari bahasa Latin "persuasio",
kata kerjanya adalah to persuade, yang dapat diartikan sebagai membujuk, merayu,
meyakinkan dan sebagainya.
Menurut Deddy Mulyana, komunikasi persuasif adalah suatu proses komunikasi
dimana terdapat usaha untuk meyakinkan orang lain agar publiknya berbuat dan bertingkah
laku seperti yang diharapkan komunikator dengan cara membujuk tanpa memaksanya.
5

Sedangkan menurut K. Andeerson, komunikasi persuasif didefinisikan sebagai perilaku


komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau perilaku individu atau
kelompok lain melalui transmisi beberapa pesan (Mulyana, 2005).
Uraian penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau memengaruhi
kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang melalui penggunaan pesan sehingga bertindak
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.
Pada dasarnya komunikasi persuasi bertujuan menguatkan atau mengubah sikap dan
perilaku, sehingga penggunaan fakta, pendapat, dan himbauan motivasional harus bersifat
memperkuat tujuan persuasifnya. Kita perlu memahami kemampuan melakukan kominikasi
persuasif dengan membayangkan bagaimana hidup kita tanpa kemampuan untuk
mempanguri atau membujuk orang lain.

D. Tuna Rungu
1. Pengertian Tunarungu
Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui
indera pendengarannya. Batasan pengertian anak tunarungu telah banyak dikemukakan
oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya mengandung pengertian yang sama
(Sutjihati Somantri, 2007).
Terdapat beberapa definisi mengenai tunarungu yang dikutip Somantri,
diantaranya : (Dwidjosumarto di dalam Sutjihati Soemantri, 2007) mengemukakan bahwa
seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu.
Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu :

a. Tuli (deaf) adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan


dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi.
b. Kurang dengar (low of hearing) adalah mereka yang indera pendengarannya
mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan
maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).
Dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan
atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami
6

hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan


khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.
Berdasarkan batasan-batasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa
tunarungu adalah anak-anak usia sekolah yang kehilangan pendengaran baik sebagian
(hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf) yang menyebabkan pendengarannya tidak
memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-hari.
2. Faktor Penyebab Tunarungu
Yaitu pembagian berdasarkan sebab-sebab, dalam hal ini penyebab ketunarunguan
ada beberapa faktor, yaitu:
a. Pada saat sebelum dilahirkan
1) Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunarungu atau mempunyai gen
sel pembawa sifat abnormal, misalnya dominat genes, recesive, dan lain-lain.
2) Karena penyakit; sewaktu ibu mengandung terserang suatu penyakit, terutama
penyakit-penyakit yang diderita pada saat kehamilan tri semester pertama yaitu
pada saat pembentukan ruang telinga. Penyakit itu ialah rubella, morbili, dan
lain-lain.
3) Karena keracunan obat-obatan; pada suatu kehamilan, ibu meminum obat - obatan
terlalu banyak, ibu seorang pecandu alkohol, atau ibu tidak menghendaki kehadiran
anaknya sehingga ia meminum obat penggugur kandungan, hal ini akan
menyebabkan ketunarunguan pada anak yang dilahirkan.
b. Pada Saat Kelahiran
Sewaktu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga persalinan dibantu dengan
penyedotan (tang). Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya.
c. Pada saat kelahiran (Post Natal)
1) Ketulian yang terjadi karena infeksi, misal infeksi pada otak (meningitis) atau
infeksi umum seperti difteri, morbili, dan lain-lain.
2) Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak.
3) Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kerusakan alat pendengaran
bagian dalam, misalnya seperti jatuh.

E. Komunikasi Pada Kaum Tunarungu


1. Pengaruh Pendengaran Terhadap Kemampuan Berkomunikasi secara Verbal
Kemampuan berkomunkasi secara verbal yang berkaitan dengan bahasa dan
bicara terkait erat dengan ketajaman pendengaran. Akibat terbatasnya ketajaman
pendengaran, anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan demikian
pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraban, proses
7

peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual. Selanjutnya pada perkembangan bicara
dan bahasa, anak tunarungu memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif sesuai
dengan kemampuan dan taraf ketunarunguannya.

2. Bentuk-bentuk Komunikasi Tekstual pada Tunarugu


Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia dalam
mengadakan hubungan dengan sesamanya. Hal ini berarti bila sekelompok manusia
memiliki bahasa yang sama, maka mereka akan dapat saling bertukar pikiran
mengenai segala sesuatu yang dialami secara konkret maupun yang abstrak. Tanpa
mengenal bahasa yang digunakan suatu masyarakat, kita akan sukar mengambil bagian
dalam kehidupan sosial mereka, sebab hal tersebut terutama dilakukan dengan media
bahasa. Dengan demikian, bila kita memiliki kemampuan berbahasa berarti kita
memiliki media untuk berkomunikasi. Bahasa mempunyai fungsi dan peranan pokok
sebagai media untuk berkomunikasi. Dalam fungsinya dapat pula dibedakan berbagai
peran lain dari bahasa seperti :
a. Bahasa sebagai wahana untuk mengadakan kontak/hubungan.
b. Untuk mengungkapkan perasaan, kebutuhan, dan keinginan.
c. Untuk mengatur dan menguasai tingkah laku orang lain.
d. Untuk pemberian informasi.
e. Untuk memperoleh pengetahuan.
Dengan demikian bila seorang anak memiliki kemampuan berbahasa mereka
memiliki sarana untuk mengembangkan segi sosial, emosional, maupun
intelektualnya. Mereka akan memiliki kemampuan untuk mengungkapakan perasaan
dan keinginan terhadap sesama, dapat memperoleh pengetahuan dan saling bertukar
pikiran (Sutjihati Somantri, 2007).
Perkembangan kemampuan bahasa dan komunikasai anak tunarungu terutama
yang tergolong tunarungu total tentu tidak mungkin untuk sampai pada penguasaan
bahasa melalui pendengarannya, melainkan harus melaui penglihatan dan
memanfaatkan sisa pendengarannya. Oleh sebab itu, komunikasi bagi anak tunarungu
mempergunakan segala aspek yang ada pada dirinya (Cangara, 2006). Adapun
berbagai media komunikasi yang dapat digunakan sebagai berikut :
a. Bagi anak tunarungu yang mampu bicara tetap menggunakan bicara sebagai
media dan membaca ujaran sebagai sarana penerimaan dari pihak anak
tunarungu.
b. Menggunakan media tulisan dan membaca sebagai sarana penerimaannya.
8

c. Menggunakan isyarat sebagai media.


d. Isyarat
1) Media
2) Tulisan
3) Hufuf Brile
4) Aksara

Menurut peneitian yang dilakukan oleh Wahjoe Mawardiningsih, Christina Nur


Wijayanti dengan judul “Miskomunikasi Diadik Dengan Kaum Tuli (Analisis
Komunikasi Interpersonal Dengan Kaum Tuli)” penelitian menunjukkan, komunikasi
interpersonal yang positif, menumbuhkan hubungan interpersonal positif pula,
menumbuhkan rasa percaya diri bagi kaum tuli. Hasil penelitian ini berdasarkan
keefektifitas komunikasi interpersonal yaitu: keterbukaan (openness), empati (empathy),
sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), kesetaraan (equality).
Analisis komunikasi interpersonal berguna untuk menganalisa komunikasi diadik yang
salah satu komunikator atau komunikannya adalah kaum tuli. Hasil menunjukkan,
perlunya keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif yang lebih dari
komunikator atau komunikan yang bukan kaum tuli.

F. Komunikasi Persuasif pada Kaum Tunarungu


Menurut (Forsyth, 1993) tahap komunikasi di bagi menjadi 4 tahap, yaitu :
a. Permulaan, saat kita bermaksud untuk meneruskan
Sikap saat komunikasi dimulai akan berbeda-beda, mulai dari yang ramah sampai
menunjukan kebencian. Dengan mengingat tahap-tahap pengambilan keputusan
seperti telah disebutkan sebelumnya, ada 2 tujuan penting yang harus kita ketahui
dulu:
1) Membuat lawan bicara merasa penting dan menciptakan hubungan yang
tepat.
2) Mencari tahu (jika belum jelas ) apa hubungannya.
Dengan demikian, kita harus memilih dan memakai tata krama dengan hati-hati.
Seperti halnya perangkat lain, sifatnya netral. Cara penerapannya lah yang
menimbulkan hasil positif dan negative. Untuk itu ada teknik-teknik yang dapat kita
gunakan adalah:
4) Perilaku secara umum
Dalam hal ini berarti penampilan dan perilaku kita. Penampilan kita
termasuk pakaian dan semua aspek penampilan fisik kita, mulai dari
9

ekspresi wajah hingga kuku. Pastikan bahwa penampilan fisik dan segala
sesuatu yang akan digunakan.
5) Pertanyaan dan observasi
Maksud dari pertanyaan dan observasi ini yakni, kita dapat mudah untuk
mengetahui mood seseorang dalam memulai percakapan, misalnya kita
dapat menanyakan kabar terlebih dahulu. Lalu perhatikan jawabannya
seperti, apa dia sedang relaks atau pun dia ingin langsung saja
membicarakan intinya saja. Jangan anggap bahwa orang selalu ingin
berbasa-basi atau bicara bisnis dan bukan masalah lainnya. Keadaan bisa
berubah, dan kita sebagai komunikator harus memberikan respons sesuai
dengan keadaan.

6) Perhatian yang sama


Salah satu cara untuk membentuk ikatan dengan orang yang masih asing
adalah dengan mencari tahu minat yang sama, seperti hobi, tempat-tempat
yang pernah dikunjungi, berita TV sebelumnya dan lain-lain. Dalam situasi
persuasive, minat yang sama baik dlam hal bisnis maupun yang bersifat
sosial bisa digunakan untuk membina hubungan dengan orang tersebut.
7) Ucapan pujian
Sebagian besar manusia ingin dikenal dan dikaitkan dengan suatu
keberhasilan, jadi dengan demikian, kita sebagai komunikan atau
komunikator memberikan pujian asalkan sunguh-singguh dan bukan sekedar
basa-basi.

8) Niat baik
Memulai sesuatu dengan niat baik mungkin sedikit memkana biaya dan
waktu namun langkah ini bisa membuat suasana lebih menjadi lebih baik.
9) Reputasi
Didalam reputasi ini ada 4 cara untuk mengetahui apa yang penting bagi
lawan bicara, yakni:
a) Berpikir, mendengar, melihat dan mengambil keputusan
Telah dinyatakan agar tidak terlalu banyak membuat asumsi,
dengan kehati-hatian kebutuhan akan dapat terungkap lebih jelass.
b) Mengajukan pertanyaan
Intinya dalam mengajukan pertanyaan kita sebagai komunikan
kepada komunikator harus dengan cara yang lebih sopan dan beretika.
10

Karena dalam mengajukan pertanyaan dengan tidak memakai etika


maka akan membuat kesan komunikator menjadi tidak baik kepada
kita.
c) Cara mengajukan pernyataan
Bila komunikan telah mengenal komunikator atau mengenali
situasinya dengan baik, mungkin dari kontaksebelumnya, atau bila
hanya ingin tahu tentang interprestasi, pernyataan apapun bisa
mempunyai lanjutan yang mempunyai pengaruh langsung.
d) Perpaduan pertanyaan dengan pernyataan
Langkah ini bisa menghindarkan serangkaian pertanyaan yang
terdengar seperti menyelidik. Sebuah pertanyaan dan pernyataan
tentang kesimpulan.
Dalam langkah pertama ini juga bisa diterapkan pada kaum tunarungu.
Komunikasi bisa disesuaikan dengan isyarat antara komunikator dengan komunikan
dengan tuna rungu.
b. Memaparkan ide secara persuasive
Di dalam memaparkan ide secara persuasive terdiri atas 3 point, yang berarti
harus menganggap ide itu menarik, meyakinkan dan dapat dimengerti. Sebagai
tambahannya, jika ingin meyakinkan bahwa seseorang menganggap ide itu menarik,
meyakinkan dan dapat dipahami, berarti dperlukan umpan balikyang memastikan hal
ini. Karena sebuah pencapaian pengertian bisa dianggap sebagai dasar proses, maka
akan sangat sukur untuk membujuk sesorang untuk melakukan tindakan yang tidak
mereka pahami.
1) Menjadikan ide-ide dapat dipahami
Untuk memastikan bahwa ide-ide mempunyai kesempatan terbaik untuk
diterima dengan antusias, maka kita perlu mengingat sejumlah cara yang dapat
meningkatkan pemahaman. Hal ini dapat tampak sederhana namun bisa
mempunyai pengaruh yang tidak berimbang, misalnya sekuens dan struktur.
Keduanya berjalan dengan seiring menurut logika, sejumlah point yang
berkaitan dnegan cara seseorang memandang permasalahan dan memberi
isyarat terlebih dahulu.
Kemudian jika ide-ide lebih dapat dipahami kita harus menggunakan alat
bantu yang namanya audio visual yang dimana agar seseorang lebih paham
dengan apa yang dijelaskan atau dibicarakan. Misalnya kita memberitahu
11

bagaimana cara menggunakan dasi yang baik, jadi bilamana diperlukan, berilah
gambaran, contoh dan ilustrasi. Lalu ada bahasa, nahasa yang digunakan
sedemikian rupa agar lawan bicara bisa mengerti, sebisa mungkin hindari kata-
kata atau ungkapan yang dapat menimbulkan kerancuan.
2) Menjadikan ide menarik
Mengapa kita harus menciptakan atau menjadikan ide itu menarik, karena
di dalam komunikasi persuasive ide yang menarik itu penting karena untuk
mempengaruhi komunikan agar komunikan tersebut tertarik dengan apa yang
komunikator bicarakan.
3) Menjadikan ide meyakinkan
Dalam hal ini ada tiga cara untuk menjadikan ide ini meyakinkan:
a) Memberitahu orang apa yang perlu mereka lakukan dan bagaimana cara
melakukannya agar mendapatkan keuntungan.
b) Menyebutkan cirri-cirinya
c) Mengutip contoh-contohnya
Dalam langkah kedua ini juga bisa diterapkan pada saat melakukan komunikasi
dengan kaum tunarungu. Komunikasi bisa disesuaikan dengan isyarat antara
komunikator dengan komunikan pada kaum tuna rungu.
c. Menangani bantahan
berikutnya kita akan melihat penanganan bantahan secara terinci. Pertama, kita
akan melihat alasannya mengapa bantahan itu timbul:
1) Tidak mengidentifikasi kebutuhan
2) Terlalu cepat menawarkan ide
3) Berbicara tentang ciri-ciri dan bukan keuntungan
4) Keuntungan yang dikemukakan terlalu umum atau terlalu banyak
5) Gagal dalam mendapatkan atau mengenali umpan balik

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa banyak bantahan yang tidak jujur, ini
disebabkan oleh cara mengemukakan kasus. Kita dapat mengurangi frekuensi dan
intensitas bantahan dengan komunikasi yang baik, namun memang dari waktu ke waktu
tentu akan muncul perbedaan.
Hal pertama yang perlu diketahui adalah bahwa kebanyakan bantahan mempunyai
dasar emosional dan rasional. Secara emosional, orang dapat menjadi defensive atau
agresif. Secara rasional, orang membutuhkan jawaban yang logis terhadap bantahan
tertentu yang sudah diutarakannya. Untuk dapat mengontrolnya dengan baik perlu
menangani sefi emosional dan rasional secara terpisah dan berurutan.
12

Mengendalikan diri cukup mudah bila kita menematkan diri pada posisi orang
tersebut pada saat ia mengemukaan kelemahan di dalam tawarannya. Bila kita berperan
sebagai dia, tentu kita ingin agar kita mendengarkan pokok pandangan kita,
mempertimbangkannya, dan menyadari bahwa pokok yang diajukan memang masuk akal
bahkan sebelum dia menjawabnya. Selain itu kita juga dapat menerapkan hal yang sama
jika timbul bantahan, tetaplah kendalikan diri, biarkan dia mempertimbangkan jawaban
kita dengan tenang dan rasional. Kemudian adapun juga bantahan yang diajukan, hanya
ada tiga hal yang dapat dilakukan, dengan mengingat analogi pertimbangan yakni:

1) Jelaskan bahwa bantahan ini keliru atau tidak tepat dan hilangkan kekurangan dari
sisi keseimbangan minus.
2) Jelaskan bahwa dia memberikan efek yang berlebihan dan kurangi kekurangan
pada segi minus.
3) Setuju, namun pada bantahan ini seringkali banyak yang berbohong atau berpura-
pura setuju. Bila bantahan nya jujur maka dia tidak akan menanyakan hal yang
lain, namun jika bantahan itu mengada-ngada, maka dia harus memikirkan alasan
lain untuk tidak setuju.
Dalam langkah ketiga ini juga bisa diterapkan pada saat melakukan komunikasi
dengan kaum tunarungu. Komunikasi bisa disesuaikan dengan isyarat antara
komunikator dengan komunikan pada kaum tuna rungu.

d. Keputusan untuk bertindak


Dalam komunikasi kita tidak selalu mengejar tujuan akhir, seperti yang sudah
dikatakan sebelumnya bahwasannya kita harus selalu mengejar tujuan kearah langkah
yang lebih benar. Sebagai akibatnya mungkin kita mendapatkan 2 tujuan yakni tujuan
akhir atau tujuan sementara.
Apapun tujuannya bila lawan bicara bersedia menerima usulan kita, maka tidak
perlu meminta persetujuan untuk bertindak. Mereka cenderung akan bertindak
demikian bila dalam pertemuan awal kita telah mengidentifikasi, mencari tahu dan
menyetujui kebutuhan mereka, kemudian dalam mengutarakannya, kita
mengemukakan ide-de dengan cara yang lebih menarik misalnya, meyakinkan dapat
dipahami, dan bila timbul bantahan kita harus bisa mengendalikan diri dan
memberikan jawaban yang memuaskan lawan bicara.
13

Usaha untuk mencapai komitmen tanpa lebih dulu menciptakan minat terhadap
tawaran, biasanya akan dilihat sebagai taktik penekanan . semakin besar keputusan
yang harus diambil, semakin besar tekanan dan semakin besar pula sikap
bertahannya. Tidak ada yang senang dipaksa untuk menyetujui apa yang dianggapnya
kurang baik.
Meminta perseujuan tidak berarti menyebabkan terjadinya persetujuan. Melainkan
hanya mengungkapkan hasrat untuk disetujui dan keengganan untuk ditolak. Akan
tetapi, sekalipun hasrat tersebut itu tinggi komitmen positif belum tentu terjadi. Sama
seperti orang mungkin ingin memberikan komitmen, namun komitmen itu sendiri ada
beberapa bentuk dan ternyata kita menghendaki bentuk tertentu.
Dalam situasi seperti inilah keterampilan kita diuji untuk dapat mendorong niat
bertindak. Meskipun demikian pada semua kasus , komunikator yang berhasil tahu
bahwa manusia bertindak karena ingin memenuhi kebutuhan yang dirasakannya. Oleh
karenanya mereka berkonsentrasi pada keuntungsn yang dapat diberikan oleh
keputusan yang positif dan bukan oleh eputusan itu sendiri.
Pada tahap dimana pertanyaan harus diajukan, pertama-tama kita harus
mengetahui bahwa tahap ini telah dicapai dengan melihat isyarat-isyarat sebagai
pertanda dan yang kedua, menggunakan teknik-teknik yang berbeda untuk
mengajukan pertanyaan akhir, sesuai dengan lawan bicara. Kemudian di dalam
keputusan untuk bertindak kita harus mengetahui mengetahui tanda-tanda persetujuan
Cepat atau lambat, lawan bicara aka mencapai tahap bertanya pada diri sendiri.
Yang terburuk adalah komunikan menolak tawaran komunikator. Bila demikian kita
sebagai komunikator harus mengetahui mengapa dan bertindak dengan keadaan.
Akan tetapi, biasanya lebih sering komunikan menunjukkan perhatian dan kita
sebagai komunikator bisa melihatnya dari tindakan atau kata-kata, isyarat yang
mencakup:
a) Nada suara, postur, dian sejenak, anggukan kepala.
b) Pertanyaan secara rinci menandakan pada pinsipnya setuju
c) Komentar yang mengekspresikan perhatian positif, ketertarikan dan
sebagainya.
Dalam hal komunikasi pada kaum tuna rungu, persetujuan atau penolakan bisa
ditandai dengan anggukan atau gelengan kepala serta ekspresi perhatian
positif/negatif, ketertarikan, dan sebagainya.
14

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Dalam proses komunikasi terdapat unsur-unsur yang mendukung terjadinya


proses komunikasi antara lain yaitu sumber, komunikator, komunikan, pesan, saluran dan
hasil.
Persuasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang mengubah sikap, opini,
dan perilaku. Karena persuasi merupakan suatu proses, maka persuasi akan berhasil jika
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan seluruh komponen komunikasi
mulai dari komunikator, pesan, saluran, hingga komunikan.
15

Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau


memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang melalui penggunaan pesan
sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.
Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui
indera pendengarannya.
Media komunikasi yang dapat digunakan sebagai berikut pada kaum tuna
rungu yaitu tulisan dan membaca sebagai sarana penerimaannya, menggunakan
isyarat sebagai media berupa tulisan, huruf Brile, akksara
Proses komunikasi persuasif dilakukan dengan memperhatikan beberapa
aspek diantaranya adalah prinsip yang dijadikan landasan dalam melakukan persuasi,
tahap-tahap berlangsungnya persuasi dengan menggunakan model-model dalam
proses persuasi, dan penggunaan teknik serta strategi yang tepat dalam komunikasi
persuasi. Akan tetapi proses persuasi tidak akan berhasil jika persuader tidak mampu
mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dalam komunikasi persuasi. Dengan
menerapkan aspek-aspek yang telah disebutkan sebelumnya, maka persuader dapat
mencapai tujuan komunikasi persuasi yang efektif.
Perencanaan dan pengembangan pesan persuasif perlu dilakukan dalam
komunikasi persuasi, karena pesan persuasi merupakan unsur yang sangat berperan
penting dalam proses persuasi. Kemudian pengimplementasian komunikasi persuasi
dapat dikaitkan dengan hubungan masyarakat dalam kegiatannya yang memerlukan
adanya proses persuasi untuk mempengaruhi khalayak.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, disarankan kepada pembaca khususnya yang


berkepentingan dalam bidang komunikasi untuk lebih memahami bagaimana prinsip, tahap,
teknik, hambatan dalam komunikasi persuasif agar dapat dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan dalam pencapaian
tujuan komunikasi persuasi yang efektif.
16

DAFTAR PUSTAKA

Adler, R. B., & Rodman, G. (1995). Understanding Human Communication. New York: The
Dryden Press.
Cangara, H. (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi: Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Devito, J. A. (2010). Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.
Forsyth, P. (1993). Komunikasi Persuasif yang Berhasil. Jakarta: Arcan.
Karlinda, Diastu. 2013. Teknik Komunikasi Persuasif Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran Di SMK Muhammadiyah 2
Yogyakarta. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran Universitas
Negeri Yogyakarta.
Kartini Kartono, (2011) Psikologi Anak. Bandung : PT. Bandar Maju
Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
17

Somantri, Sujihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama
W., Suranto. A. (2005). Komunikasi Perkantoran: Prinsip Komunikasi untuk Meningkatkan
Kinerja Perkantoran. Yogyakarta: Media Wacana.
Widjaja, H. A. (2010). Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai