ERNI SUKMAWATI
FATHIA MANDA AIZA P
GRENSIA WILDAYANI S
IKE YUNI AZIZAH
ISHABEL BIELQIS K
KHOIRUNNISA
LINDA ERICA BUTAR-BUTAR
LUTGARDIS ADETA
MERSI AMANDA
1
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Bidang Studi : Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikososial
Topik : Mencegah Dan Mengatasi Stress Akademik pada Siswa
Sasaran : Remaja (Usia 11-20 tahun)
Tempat : International Program Insan Cendekia Boarding School
Riau
Hari/Tanggal : Kamis/ 08 Juni 2023
Waktu : 09.30-10.30 WIB
A. Latar Belakang
Stress merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara
situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis,psikologis,atau sistem social individu
(Wardi & Ifdil, 2016). Stres belajar adalah keadaan dimana siswa tidak dapat
menghadapi tuntutan belajar dan mempersepsi tuntutan-tuntutan belajar yang diterima
sebagai gangguan. Stres belajar disebabkan oleh academic stressor (Sayekti, E. (2017).
Stres belajar merupakan stres yang termasuk pada kategori distress (Rahmawati, W. K.
2017; Adawiyah, R. 2017). Maka dapat dilihat bahwa stres belajar adalah tekanan
akibat persepsi subjektif terhadap suatu kondisi akademik. Tekanan ini melahirkan
respon yang dialami siswa berupa reaksi fisik, perilaku, pikiran, dan emosi yang
negatif yang muncul akibat adanya tuntutan sekolah atau akademik.
Konseling realitas merupakan suatu bentuk tehnik konseling realitas yang
berorientasi pada tingkah laku sekarang dan konseling realitas merupakan suatu proses
yang rasional. Konseli diarahkan untuk menumbuhkan tanggung jawab bagi dirinya
sendiri. Konseling realitas memandang konseling sebagai suatu proses yang rasional.
Berdasarkan wawancara kepada salah satu siswa yang berinisial RV dan L, dia
mengalami stres belajar seperti ingin mendapatkan nilai yang tinggi tetapi nilainya
tidak sesuai dengan keinginanya sehingga dia sering menyontek, asal-asalan dalam
mengerjakan PR dan tidak mengumpulkan tugas dengan tepat waktu. Masalah siswa
yang terjadi di sekolah yaitu seperti pemberian tugas yang berlebihan oleh guru dan
banyaknya pekerjaan yang diberikan oleh orang tua kepada siswa sehingga siswa tidak
bisa fokus dalam pembelajan.
2
Maka dari itu perlunya rasa tanggung jawab dan kesadaran siswa terhadap tuntutan
belajar yang dihadapinya, Agar siswa terhindar dari hal tidak diinginkan hingga untuk
pencapaian belajarnya yang lebih baik. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan
dengan memberikan konseling realitas. Konseling realitas dipilih karena berfokus pada
hakekat manusia untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan proses yang rasional
(Widodo, 2011).
Konseling realitas akan membantu konseli untuk mengubah perilaku yang tidak
bertanggung jawab menjadi bertanggung jawab karena secara teoretis, perilaku
bertanggung jawab akan mengarahkan pada identitas sukses (Novalina, 2017). Maka
siswa yang mengalami stress belajar akan menyadari tanggung jawabnya sebagai
pelajar agar terhindar dari perilaku yang maladaptive untuk tercapainya masa depan
yang lebih baik. Selain itu menurut Susanti (2015) mengatakan bahwa keuntungan dari
penggunaan konseling realitas adalah pendekatan ini dapat dilakukan dalam waktu
relatif singkat dan mengatasi perilaku yang disadari oleh klien.
Disamping itu dengan konseling realitas, klien tidak hanya mencapai insight dan
kesadaran, akan tetapi juga melakukan evaluasi diri, membuat rencana tindakan, dan
membangun komitmen selama proses konseling. Pandangan Konseling Realita adalah
bahwa orang yang sehat itu adalah orang yang bisa memenuhi kebutuhannya senditi
melalui 3R ( Responbility, Reality, Right ). Dengan kata lain, tujuan konseling realitas
adalah membantu konseli untuk mengubah perilaku yang tidak bertanggung jawab
menjadi bertanggung jawab karena secara teoretis, perilaku bertanggung jawab akan
mengarahkan pada identitas sukses.
Berdasarkan uraian di atas, maka kelompok bermaksud untuk melakukan
sosialisasi Kesehatan untuk meningkatkan tanggung jawab belajar siswa untuk tidak
stress dalam belajar dengan judul “Sosialisasi Mencegah Dan Mengatasi Stress
Akademik Pada Siswa Di International Program Insan Cendekia Boarding
School Riau”
3
B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
a) Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran mampu
memahami tentang Kesehatan jiwa.
b) Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran mampu
memahami deteksi dini Kesehatan jiwa.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan sasaran mampu :
a) Memberikan informasi kesehatan tentang Pengertian stress remaja
b) Memberikan informasi kesehatan tentang faktor faktor stress belajar
c) Memberikan informasi kesehatan tentang gejala dan tahapan stress belajar
d) Memberikan informasi Kesehatan tentang tahapan stress belajar
e) Memberikan informasi Kesehatan tentang dampak stress belajar
f) Memberikan informasi Kesehatan tentang Teknik menurunkan stress
C. Karakteristik Sasaran
“Promosi Kesehatan Tentang Deteksi Dini Kesehatan Jiwa Remaja Puteri Di International
Program Insan Cendekia Boarding School Riau”.
D. Waktu Pelaksanaan
Hari : Kamis
Tanggal : 08 Juni 2023
Jam : 08.30-10.30 WIB
E. Metode
Diskusi/ceramah/tanya jawab
F. Media
Power Point dan Poster
G. Kegiatan Penyuluhan
K e g i a t an
Waktu Tahap kegiatan
Penyuluh Sasaran
5 menit Pendahuluan 1. Membuka acara dengan Menjawab salam
4
mengucapkan salam Memperhatikan
kepada remaja. penyuluh Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri penyuluh Menyampaikan
kepada remaja. topik dan tujuan.
3. Menyampaikan topik, Menyetujui kesepakatan
maksud dan tujuan waktu
penkes kepada remaja. pelaksanaan
4. Kontrak waktu untuk penkes
kesepakatan pelaksanaan
penkes dengan remaja.
1. Memberikan informasi
tentang pengertian stress
remaja.
2. Memberikan informasi Menyampaikan
kesehatan tentang faktor pengetahuannya tentang
faktor stress belajar. materi penyuluhan
3. Memberikan informasi
kesehatan tentang gejala
dan tahapan stress
belajar.
50 menit Kegiatan inti 4. Memberikan informasi
Kesehatan tentang
tahapan stress belajar
5. Memberikan informasi
Kesehatan tentang
dampak dari stress
belajar
6. Memberikan informasi
Kesehatan tentang
Teknik menurunkan
stress belajar
5
1) Menyimpulkan materi Mendengarkan
penyuluhan yang telah Menyepakati perencanaan
disampaikan kepada tindak lanjut.
sasaran Mendengarkan penyuluh
2) Membuat perencanaan menutup acara
5 menit Penutup dari materi yang telah dan menjawab
disampaikan salam
3) Menutup acara dan
mengucapkan salam
serta terima kasih
kepada sasaran.
H. STRUKTUR ORGANISASI
1. Moderator : Erni Sukmawati
Tugas : Pemimpin jalannya kegiatan penyuluhan
2. Leader : Desri Yuwaldi
Tugas : Penanggung jawab kegiatan penyuluhan
3. Sekretaris : Fathia Manda Aiza P dan Khoirunnisa
Tugas : Penanggung jawab proposal
4. Pemateri : Mersi Amanda
Tugas : a. menyajikan atau menyampaikan materi penyuluhan
a. menggali pengetahuan peserta tentang materi penyuluhan
b. menjawab pertanyaan peserta
5. Fasilitator : Grensia Wildayani Simanjuntak
Tugas : a. menyediakan sarana untuk kegiatan penyuluhan
b. menyediakan sarana untuk keluarga dan pasien bertanya
6. Dokumentasi : Lutgardis Adeta
Tugas : Mengabadikan momen disaat penyuluhan dan membuat media
pembelajaran
7. Bendahara : Linda Erica Butar-Butar
Tugas : Mengatur keuangan kelompok
8. Humas : Ishabel Bielqis Khandisya
6
Tugas : Penanggung jawab surat menyurat
9. Konsumsi : Ike Yuni Azizah
Tugas : Pembelian Konsumsi
I. KEGIATAN PENYULUHAN
“Sosialisasi Mencegah Dan Mengatasi Stress Akademik Pada Siswa Di International
Program Insan Cendekia Boarding School Riau.”
7
1. Frustasi terjadi ketika motif atau tujuan individu mengalami hambatan dalam
pencapaiannya. Frustasi bisa bersumber dari dalam dan luar individu. Frustasi yang
bersumber dari luar misalnya, bencana alam, kecelakaan, kematian orang yang
disayangi, persaingan yang tidak sehat, dan perceraian. Frustasi yang bersumber
dari dalam misalnya, cacat fisik, keyakinan, dan frustasi yang berkaitan dengan
kebutuhan rasa harga diri (Hudd dkk. 2016 ).
2. Konflik terjadi ketika sesorang berada di bawah tekanan untuk berespon simultan
terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Ada tiga jenis konflik
yaitu Konflik menjauh-menjauh, Konflik mendekat-mendekat, dan Konflik
mendekatmenjauh.
3. Pressures (Tekanan) Individu dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar
diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang
dikuatkan oleh harapanharapan dari pihak di luar diri. Tekanan sehari-hari biarpun
kecil misalnya banyak PR, tetapi bila menumpuk, lama kelamaan dapat menjadi
stres yang hebat.
4. Self-Imposed Self-imposed berkaitan dengan bagaimana seseorang memaksakan
atau membebankan dirinya sendiri. Misalnya, saya harus menjadi orang yang
paling hebat dalam prestasi di kelas dan mengalahkan teman-teman lainnya atau
saya sangat takut ketika akan menghadapi ujian karena takut gagal dan tidak
membanggakan orang tua.
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat disimpulkan faktor-faktor stres belajar
meliputi faktor internal seperti frustrasi, konflik, tekanan, self Imposed dan Faktor
Eksternal seperti keluarga, sekolah, dan lingkungan fisik.
DAFTAR PUSTAKA
12
Azmy, Noerul, Army.,dkk (2017). Deskripsi gejala stres akademik dan kecenderungan
pilihan strategi koping siswa berbakat. Indonesian Journal Of Counseling Volume
1, No. 2, Juli 2017: Page 197- 208.
Bariyyah, Khairul., Hasti dkk., (2018). Konseling Realita untuk Meningkatkan Tanggung
Jawab Belajar Siswa. Konselor Volume 7 Number 1 2018.
Barseli, Mufadhal., Ifdil., Nikmarijal.(2018). Konsep Stres Akademik Siswa. Jurnal
Konseling dan Pendidikan.
Corey, Gerald. (2005). Teori lengkap Psikologi. Penerjemahan Oleh Karto
Bandura, A. 1997. Self Efficacy: Toward a Unifiying Theory of Behavioral Change.
Psychology Review, 84: 191- 215.
Barlow, D. H., & Hayes, S. C. 1979. Alternating treatments design: One strategy for
comparing the effects of two treatments in a single subject. Journal of Ap- plied
Behavior Analysis, 12: 199-210.
Beck, R. 1995. Cognitive-Behavior Therapy: Basic and Beyond (2nd ed). New York: The
Guilford Press.
Beck, R., & , Judith S. 1998. Cognitive Behavioral Thera- py in the Treatment Inc., 95
Church Street, White Plains, N.Y. 106001.
Brannon, L.. & Feist, J. 2007. Health Psychology: An Intro- duction to Behavior and
Health. USA: Wads worth.
Cooper, C.L. & Davidson, R. 1991. Personality and stress: individual differencesin the
stress process. New York: John Wiley and Sons Ltd.
Escamillia. 2000. Professional School Counseling A Hand- book of theories, Programs and
Practice.
Heiman & Kariv. 2005. Task-Oriented versus Emotion- Oriented Coping Strategies: The
Case of College Students. College Student Journal, 39 (1): 72-89.
Kanfer, Goldstein, AP. 1986. Helping People Change. New York: Pergamon Press.
Lazarus, R.S & Folkman, S., 1984. Stress, appraisal, and coping. New York: Springer.
Martin, G. & Pear, J. 2003. Behavior Modification : What It Is and How To Do It. 7th ed.
New Jersey: Pearson Education International.
Misra R, McKean M. 2000. College Students’Academic Stress and its Relation to Their
Anxiety, Time Management, and Leisure Satisfaction, Am. J. Health Stud, 16(1):
41-51.
13
Papalia D.E., Sally Wendkos Old S.W, & Ruth Duskin Feldman. 2008. Human
Development. Jakarta: Kencana.
Santrock, J.W. 2003. Life-Span Development. Ninth Edition. Boston: McGraw- Hill
Companies.
Selye, H. 1983. Guide to Stress. Volume 3. New York. Shraf, David R. 2004. Behavior
Modification, 5th edition,
Thomson Wadsworth, USA.
Skinner, E., & Zimmer-Gembeck, M. 1998. Stress, Coping
and Relationships in Adolescence. Merrill-Palmer
Quarterly, 44(1): 120.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo. Stallard, E. 2004. Health
Psychology. NewYork: MC. Graw
Hill Co.
14