Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ASUHAN PENYULUHAN

PADA KELUARGA UNTUK MENANGGULANGI STRESS DALAM MASALAH

PSIKOSOSIAL DI DESA JATISABA RT 5 RW 2

Disusun Sebagai Tugas stase Jiwa Komunitas

DISUSUN OLEH

1. FIDHA FAIRUZ SYAFIRA 210104048


2. FITRIANI NISSA RAHAYU 210104049
3. SLAMET EDI SUSANTO 210104097

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik

Penyuluhan kesehatan jiwa terkait cara menanggulangi stress kepada warga

desa Kasegeran RT 05 RW 02.

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga diharapkan

dapat mengerti dan memahami tentang bagaimana cara menanggulangi stress.

b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga diharapkan

mereka mampu menjelaskan tentang :

 Pengertian stress.

 Tanda gejala stress.

 Bahaya stress.

 Cara menanggulangi stress.

3. Latar Belakang

Seseorang yang telah terdiagnosis sebagai penyintas pada sakit terminal harus

memiliki upaya lebih dalam mempertahankan kesehatannya. Selain adanya dukungan

yang baik, semangat motivasi dari diri sendiri juga diperlukan. Hal ini berhubungan

dengan proses yang panjang pengobatan sehingga membutuhkan bantuan agar

seseorang yang sedang mengikuti pengobatan tidak merasa sedih, takut dan bingung

yang akan memunculkan stress. Stres merupakan sebuah bentuk respon tubuh

seseorang yang memiliki beban pekerjaan berlebihan. Jika seseorang tersebut tidak

sanggup mengatasinya, maka orang tersebut dapat mengalami gangguan dalam


menjalankan pekerjaan (Hawari, 2011).

Pada saat mengalami stres, tanpa kita sadari tubuh selalu melakukan

manajemen stres. Manajemen dalam menghadapi stres ini merupakan cara yang

dilakukan agar kekebalan dirinya terhadap stres dapat ditingkatkan. Manajemen stres

yang efektif akan menghasilkan adaptasi yang menetap sehingga menimbulkan

kebiasaan baru atau perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan manajemen stres

yang tidak efektif akan berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang

dan merugikan diri sendiri, orang lain ataupun lingkungan. Manajemen stres yang

digunakan setiap individu bermacam-macam antara lain dengan makan, banyak tidur,

minum minuman keras/alkohol, berdzikir, dan merokok. Merokok merupakan salah

satu contoh dari strategi manajemen yang tidak efektif namun banyak disukai.

4. Seleksi Pasien

Seleksi pasien yang kami lakukan adalah menggunakan metode teknik random

sampling, dimana mengambil 9 KK secara acak. Data yang diperoleh juga

berdasarkan rekomendasi dari ibu bidan desa dan tertuju pada keluarga yang memiliki

anggota keluarga dengan diagnosis sebagai penyintas atau terdiagnosis penyakit

terminal yang mana akan rentang sekali muncul masalah psikososial yaitu stress. .

5. Jadwal kegiatan

Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan pada Jum’at, 03 Desember 2021 disalah

satu rumah warga yang berlangsung pada pukul 15.00-15.30 WIB.

6. Metode Pelaksanaan

Ceramah dan diskusi

7. Media dan Alat

Poster

8. Pengorganisasian
a. Pemateri : Fitriani Nissa Rahayu

b. Moderator : Fidha Fairuz Syafira

c. Dokumentasi : Slamet Edi Susanto

9. Setting Tempat

Keterangan:

: Penyuluh

: Peserta

: Observer

10. Antisipasi Kegaiatan

Diharapkan selama proses penyuluhan sedang berlangsung warga dapat

menerima dan memahami apa yang disampaikan oleh pemateri dan apabila terdapat

pertanyaan yang ingin ditanyakan bisa melalui fasilitator.

11. Langkah Kegiatan

No Kegiatan Waktu Perawat Peserta Media

1. Pembukaan 3  Salam pembuka  Menjawab salam Ceramah

menit  Memperkenalkan  Mendengarkan

diri

 Menjelaskan topik
yang akan

disampaikan

 Menjelaskan TIU

dan TIK

 Menjelaskan

relevansi dari

materi

 yang disampaikan

terhadap

kesehatan

2. Kerja 15 Penyampaian Materi  Mendengarkan Leaflet

menit Menjelaskan tentang : dengan penuh

 Pengertian perhatian

kecemasan  Bertanya

 Menguraikan  Menjawab

tingkat kecemasan Pertanyaan

 Tanda dan gejala  Menjelaskan dan

kecemasan  memraktekkan

 Cara mengurangi

gangguan

kecemasan

Tanya Jawab

 Memberi

kesempatan pada
 peserta untuk

mengajukan

 pertanyaaan.

Evaluasi

 Memberikan

pertanyaan

tentang

 Pengertian

kecemasan

 Menguraikan

tingkat kecemasan

 Tanda dan gejala

kecemasan

 Cara mengurangi

gangguan

kecemasan

3. Penutup 2 Menyimpulkan dan Mendengarkan dan ceramah

menit menutup menjawab salam

12. Evaluasi

Diharapkan dengan adanya penyuluhan ini dapat membantu masyarakat dalam

memahami tata cara penanganan kecemasan dalam psikososial.

13. Lampiran
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Stress

Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli, dalam Jenita DT Donsu, 2017). Menurut Charles D.
Speilberger, menyebutkan stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang
misalnya objek dalam lingkungan atau sesuatu stimulus yang secara obyektif adalah
berbahaya. Stres juga bias diartikan sebagai tekanan, ketegangan, gangguan yang tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang (Jenita DT Donsu, 2017).
Cofer & Appley (1964) menyatakan bahwa stres adalah kondisi organik seseorang pada
saat ia menyadari bahwa keberadaan atau integritas diri dalam keadaan bahaya, dan ia harus
meningkatkan seluruh energy untuk melindungi diri (Jenita DT Donsu, 2017). Cranwell-
Ward (1987) menyebutkan stres sebagai reaksi-reaksi fisiologik dan psikologik yang terjadi
jika orang mempersepsi suatu ketidakseimbangan antara tingkat tuntutan yang dibebankan
kepadanya dan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan itu (Jenita DT Donsu, 2017).
Anggota IKAPI (2007) menyatakan stres adalah reaksi non-spesifik manusia terhadap
rangsangan atau tekanan (stimulus stressor). Stres merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat
sanga individual, sehingga suatu stres bagi seseorang belum tentu sama tanggapannya bagi
orang lain (Jenita DT Donsu, 2017). Stres adalah segala sesuatu di mana tuntutan non-
spesifik mengharuskan seorang individu untuk merespons atau melakukan tindakan (Potter
dan Perry, dalam Jenita DT Donsu, 2017). Menurut Hawari (2008) bahwa Hans Selve
menyatakan stres adalah respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan
beban atasnya (Jenita DT Donsu, 2017).
Stres didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh
mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi
keadaan fisik manusia tersebut. Stres dapat dipandang dalam dua acara, sebagaiu stres baik
dan stres buruk (distres). Stres yang baik disebut stres positif sedangkan stres yang buruk
disebut stres negatif. Stres buruk dibagi menjadi dua yaitu stres akut dan stres kronis
(Widyastuti, Palupi, 2004). Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi/respon tubuh terhadap
stressor psikososial (tekanan mental/beban kehhidupan (Priyoto, 2014).
B. Jenis – Jenis Stress

Menurut Jenita DT Donsu (2017) secara umum stres dibagi menjadi dua yaitu :
a. Stres akut
Stres yang dikenal juga dengan flight or flight response. Stres akut adalah respon
tubuh terhadap ancaman tertentu, tantangan atau ketakutan. Respons stres akut yang
segera dan intensif di beberapa keadaan dapat menimbulkan gemetaran.
b. Stres kronis
Stres kronis adalah stres yang lebih sulit dipisahkan atau diatasi, dan efeknya lebih
panjang dan lebih.
Menurut Priyoto (2014) menurut gejalanya stres dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Stres Ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti
banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi stres ringan
berlangsung beberapa menit atau jam saja.
Ciri-ciri stres ringan yaitu semangat meningkat, penglihatan tajam, energy
meningkat namun cadangan energinya menurun, kemampuan menyelesaikan
pelajaran meningkat, sering merasa letih tanpa sebab, kadang-kadang terdapat
gangguan sistem seperti pencernaan, otak, perasaan tidak santai. Stres ringan
berguna karena dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lbih tangguh
menghadapi tantangan hidup.
b. Stres Sedang
Stres sedang berlangsung lebih lama daripada stress ringan. Penyebab stres
sedang yaitu situasi yang tidak terselesaikan dengan rekan, anak yang sakit, atau
ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga. Ciri-ciri stres sedang yaitu sakit
perut, mules, otot-otot terasa tengang, perasaan tegang, gangguan tidur, badan terasa
ringan.
c. Stres Berat
Stres berat adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang dapat
berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan
perkawinan secara terus menerus, kesulitan financial yang berlangsung lama karena
tidak ada perbaikan, berpisah dengan keluarga, berpindah tempat tinggal mempunyai
penyakit kronis dan termasuk perubahan fisik, psikologis sosial pada usia lanjut.
Ciri-ciri stres berat yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial, sulit
tidur, negatifistic, penurunan konsentrasi, takut tidak jelas, keletihan meningkat,
tidak mampu melakukan pekerjaan sederhana, gangguan sistem meningkatm
perasaan takut meningkat.
C. Dampak Stress

Stres pada dosis yang kecil dapat berdampak positif bagi individu. Hal ini dapat
memotivasi dan memberikan semangat untuk menghadapi tantangan. Sedangkan stres
pada level yang tinggi dapat menyebabkan depresi, penyakit kardiovaskuler, penurunan
respon imun, dan kanker (Jenita DT Donsu, 2017).
Menurut Priyono (2014) dampak stres dibedakan dalam tiga kategori, yaitu :
a. Dampak fisiologik
1) Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu system tertentu

a) Muscle myopathy : otot tertentu mengencang/melemah.

b) Tekanan darah naik : kerusakan jantung dan arteri.

c) Sistem pencernaan : mag, diare.

2) Gangguan system reproduksi

a) Amenorrhea : tertahannya menstruasi.

b) Kegagalan ovulasi ada wanita, impoten pada pria, kurang produksi semen
pada pria.

c) Kehilangan gairah sex.

3) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dll.

b. Dampak psikologik

1) Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merpakan tanda pertama dan punya
peran sentral bagi terjadinya burn-out.

2) Kewalahan/keletihan emosi.

3) Pencapaian pribadi menurun, sehingga berakibat menurunnya rasa kompeten


dan rasa sukses.
c. Dampak perilaku

1) Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering terjadi
tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat.

2) Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan mengingat
informasi, mengambil keputusan, mengambil klangkah tepat.

3) Stres yang berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti
kegiatan pembelajaran.

D. Penyebab Stress

Wahjono, Senot Imam (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan stres antara lain :

a. Faktor Lingkungan

Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi perancangan struktur organisasi,

ketidakpastian juga mempengaruhi tingkat stres di kalangan para karyawan dalam

sebuah organisasi. Bentuk-bentuk ketidakpastian lingkungan ini antara lain

ketidakpastian ekonomi berpengaruh terhadap seberapa besar pendapatan yang

diterima oleh karyawan maupun reward yang diterima karyawan, ketidakpastian

politik berpengaruh terhadap keadaan dan kelancaran organisasi yang dijalankan,

ketidakpastian teknologi berpengaruh terhadap kemajuan suatu organisasi dalam

penggunaan teknologinya, dan ketidakpastian keamanan berpengaruh terhadap

posisi dan peran organisasinya.

b. Faktor Organisasi
Beberapa faktor organisasi yang menjadi potensi sumber stres antara lain:
1. Tuntutan tugas dalam hal desain pekerjaan individu, kondisi kerja, dan tata letak
kerja fisik.

2. Tuntutan peran yang berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang
sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam sebuah organisasi
termasuk beban kerja yang diterima seorang individu.
3. Tuntutan antar-pribadi, yang merupakan tekanan yang diciptakan oleh karyawan
lain seperti kurangnya dukungan sosial dan buruknya hubungan antar pribadi para
karyawan.

4. Struktur organisasi yang menentukan tingkat diferensiase dalam organisasi, tingkat


aturan dan peraturan, dan di mana keputusan di ambil. Aturan yang berlebihan dan
kurangnya partisipasi individu dalam pengambilan keputusan merupakan potensi
sumber stres.

5. Kepemimpinan organisasi yang terkait dengan gaya kepemimpinan atau manajerial


dan eksekutif senior organisasi. Gaya kepemimpinan tertentu dapat menciptakan
budaya yang menjadi potensi sumber stres.

c. Faktor Individu
Faktor individu menyangkut dengan faktor-faktor dalam kehidupan pribadi individu.
Faktor tersebut antara lain persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi, dan
karakteristik kepribadian bawaan. Menurut Robbins (2006) Setiap individu memiliki
tingkat stres yang berbeda meskipun diasumsikan berada dalam faktor-faktor
pendorong stres yang sama. Perbedaan individu dapat menentukan tingkat stress
yang ada. Secara teoritis faktor perbedaan individu ini dapat dimasukkan sebagai
variable intervening. Ada lima yang dapat menjadi variabel atau indikator yang
dapat digunakan dalam mengukur kemampuan individu dalam menghadapi stres
yaitu pengalaman kerja merupakan pengalaman seorang individu dalam suatu
pekerjaan dan pendidikan yang ditekuninya, dukungan sosial merupakan dukungan
atau dorongan dari dalam diri sendiri maupun orang lain untuk menghadapi
masalah-masalah yang dialaminya termasuk bagaimana motivasi dari dalam diri
individu maupun dari luar individu, ruang (locus) kendali merupakan cara bagi
seorang individu mengendalikan diri untuk menghadapi masalah yang ada,
keefektifan dan tingkat kepribadian orang dalam menyingkapi permusuhan dan
kemarahan.
Tingkat stres juga terkait dengan penerapannya pengelolaan stres di dalam
sebuah organisasi. Pendekatan pengelolaan stres ini dapat dijadikan variabel
penelitian, untuk melihat pengaruh penerapan pendekalan ini terhadap tingkat stres
pada organisasi. Dua pendekatan dan indikatornya sebagai berikut (Robbins, 2006)
1) Pendekatan Individu
Penerapan pendekatan ini dalam sebuah perusahaan dapat dilihat dari beberapa
indikator yaitu dari pelaksanaan teknik-teknik manajemen waktu yang efektif
dan efisien, adanya latihan fisik nan kompetitif seperti joging, aerobik,
berenang, adanya kegiatan pelatihan pengenduran (relaksasi) seperti meditasi,
hipnotis dan biofeedback, dan adanya perluasan jaringan dukungan sosial.
2) Pendekatan Organisasi
Penerapan pendekatan ini dalam sebuah perusahaan dapat dilihat dari beberapa
indikator yaitu adanya perbaikan mekanisme seleksi personil dan penempatan
kerja, penggunaan penetapan sasaran yang realistis, adanya perancangan ulang
pekerjaan yang dapat memberikan karyawan kendali yang besar dalam
pekerjaan yang mereka tekuni, adanya peningkatan keterlibatan karyawan dalam
pengambilan keputusan, adanya perbaikan komunikasi organisasi yang dapat
mengurangi ambiguitas peran dan konflik peran, dan penegakan program
kesejahteraan korporasi yang memusatkan perhatian pada keseluruhan kondisi
fisik dan mental karyawan.
E. Penanganan

1. Mencari tahu apa penyebab stres


Tidak semua orang yang mengalami stres langsung tahu apa penyebab dari
kondisi yang dialaminya tersebut. Apalagi jika ada banyak hal yang harus
ditangani dan dilakukannya setiap hari. Bagaimana bisa terlepas dari stres jika
Anda sendiri tidak tahu apa penyebabnya.Maka itu, salah satu cara manajemen
stress yang perlu Anda lakukan adalah mencari tahu apa penyebab munculnya
stres. Masing-masing individu bisa jadi memiliki penyebab yang berbeda,
sehingga Anda perlu memerhatikan apa saja yang Anda alami beberapa waktu
belakangan ini. Salah satu caranya adalah menulis jurnal selama kurang lebih satu
hingga dua minggu untuk mengidentifikasi apa situasi atau kondisi yang membuat
Anda merasa tertekan. Lalu, pahami pula bagaimana Anda merespons situasi
tersebut selama ini. Dengan terus mencari tahu pemicu stres dan cara apa yang
selama ini terasa paling efektif, Anda bisa lebih tepat dalam memilih metode
untuk mengelola stress di kemudian hari.
2. Tetapkan prioritas
Kemampuan menentukan prioritas menyumbang besar pada efektivitas dan
produktivitas seseorang. Menentukan yang Penting dan Tidak Penting Idealnya
orang akan memprioritaskan yang penting di atas yang tidak penting, yang penting
berada di urutan utama dan yang lain menyusul
3. Kenali potensi yang dimiliki
Sebagai sesuatu yang umum terjadi, stres perlu dikelola dengan baik.
Karena jika tidak dikelola dengan baik, seseorang akan mengalami kegagalan
pada suatu situasi tersebut. Lebih parah, bukan tidak mungkin seseorang
mengalami hal yang lebih buruk, seperti depresi.dalam mengelola stress seseorang
harus bisa mengenali potensi yang dimiliki terlebih dahulu. Semakin seseorang
memahami kemampuan diri masing-masing, maka akan tahu situasi seperti apa
yang membuat stres, sehingga bisa dihindari. Apabila memang tidak terhindari
dan harus dihadapi, setidaknya sudah menyiapkan solusi untuk meminimalisir
stres.
4. Rancang strategi

5. Terapkan gaya hidup sehat


Gaya hidup sehat tak hanya baik untuk kesehatan fisik semata, tapi juga
bermanfaat untuk kesehatan mental Anda. Oleh sebab itu, Anda bisa melakukan
metode ini untuk manajemen stress yang efektif. Mulailah dengan menerapkan
pola makan sehat, karena dengan gizi yang seimbang, Anda bisa lebih kuat dan
positif dalam menghadapi berbagai penyebab stres. Tak hanya itu, sebaiknya
kurangi konsumsi gula dan kafein demi suasana hati yang lebih stabil. Bahkan,
Anda bisa tidur lebih nyenyak jika mengontrol asupan keduanya. Jangan lupa
untuk memperbanyak istirahat, misalnya dengan tidur yang cukup dan tepat
waktu. Kurang tidur dapat membuat Anda mudah lelah dan stres sehingga tidak
bisa berpikir dengan rasional.
6. Berfikir positif
Dengan berfikir positif akan membantu membuat kita merasa lebih yakin
dan percaya diri bahwa kita bisa melewati segala hal yang ada. Mencoba berfikir
poaitif bisa dengan mengucapkan di dalam hati atau di ucapkan secara lisan
seperti "saya pasti bisa", "saya mampu melewati ini semua", "saya ikhlas" ataupun
"saya bersyukur atas nikmat hari ini". Dengan mengungkapkan kata-kata positif
diimbangi dengan perasaan sungguh-sungguh maka secara tidak langsung pikirna
kita akan berubah menjadi positif
7. Dekatkan dengan tuhan
Tuhan adalah pemilik segalanya yang ada di bumi, tuhanlah yang
memberikan keputusan dan bantuan kepada kita atas segala permasalahan yang
ada. Dengan begitu kita sebagai ciptaannya sebaiknya memintalah kepada tuhan
kita karena hanya ia lah yang berhak dan mengatur segala keputusan serta
memberi solusi kepada kita semua.
8. Latihan pernafasan
a. Duduk dengan posisi santai dan nyaman, bayangkan hal yang menyenangkan
dengan mata terpejam
b. Tarik nafas dalam dari hidung dalam 3 detik, lalu hembuskan nafas dari mulut
dalam 3 detik, sambil membayangkan seolah-olah beban pikiran dilepaskan
c. Tahan selama 3 detik sebelum ambil nafas lagi. Ulangi selama 5 hingga 10
menit
d. Mensyukuri nikmat dari Tuhan Yang maha esa, ikhlas dan sabar
LAMPIRAN FOTO
DAFTAR PUSTAKA

Beehr, T.A., & Newman J.E. 1988. Psychological Stress in the Workplace, London:

Routledge

Dale, Yoder and Paul D Staudohar. 1982. Personal Management and Industrial Relations.

Seventh Edition, Pretince Hall, New Jersey

Davis, Martha, Elizabeth Robbins Eshelman, Matthew M’Kay. 2008. The Relaxation &

Stress Reducation Workbook, Oakland: New Harbinger Publications Muslim,

Muhammad, Manajemen Stres Upaya Mengubah Kecemasan menjadi Sukses, Journal

Esensi, Vol. 18 No. 2/2015

Lazarus, RS, Folkman S. 1984. Stress, Appraisals and Coping. New York: Springer

Palang Merah Indonesia (PMI) Editor: Herry Prasetyo. 2015. Panduan-Manajemen Stres,

Jakarta: PMI.

Pandji Anoraga. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid I, Edisi

8, Prenhallindo Jakarta

Sumampouw, Nathanael & Ibnu Mundzir. 2011. Manajemen Stress Bagi Pekerja

Kemanusiaan, Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI

Sarafino, E.P. 1994. Health Psychology Biopsychosocial Interaction. USA: John Wiley &

Sons.

Sari, Puspita. 2014. “Strategi Manajemen Stres Kerja pada Karyawan Melalui Pendekatan

Individual, Organisasional dan Dukungan Sosial,” Managemen Insight, Vol. 9 no 1

2014, Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai