Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA
DI RUANG IBS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJIBARANG

Disusun oleh:
FIDHA FAIRUZ SYAFIRA
210104048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STASE PEMINATAN IBS


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
2022
KONSEP DASAR MEDIK
A. DEFINISI
Menurut Muttaqin (2018), hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan
atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-
bagian tersebut. Sumber lain mengatakan bahwa hernia merupakan sebuah
tonjolan atau benjolan yang terjadi disalah satu bagian tubuh yang seharusnya
tidak ada. Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga bagian terlemah dari
bagian muskuloaponeurotik dinding perut, hernia terdiri atas cincin,kantong dan
isi hernia. Semua kasus hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdomen yang
berulang atau berkelanjutan (Townsend, 2015). Menurut kemenkes 2017, kasus
hernia inguinalis dapat dijumpai pada segala usia serta lebih banyak terjadi pada
laki-laki dibanding padaperempuan.
Secara umum Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi
hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial
pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen
yang berulang atau berkelanjutan.
ETIOLOGI

PREDISPOSI PRESIPITAS

Cacat bawaa Usia


Obesitas, Penyakit penyerta Riwayat
n Mengangkat beban (batuk kronik, pembedahan
Proses vaginalis berat konstipasi,bersin) dinding abdomen
peritoneal tidak Anak-anak Lanjut usia Dewasa
terobiliterasi
Tekanan internal Mengedan kuat Otot dinding
lebih besar Berlangsung lama abdomen
Cacat bawaan dan Melemahnya Kerja fisik
Kanalis inguinal tipis/mengalami
proses perkembangan jaringan berlangsung
terbuka kelemahan
yang lama penyangga usus terus-menerus Mendorong jaringan
(Prematur) lemak dan organ Pe tekananintra
internal abdomen
Peritoneum tertarik ke
daerah scrotum Pe tekanan Annulus fibrosus
intraabdominal Defek pada Mendorong isi mudah pecah
dinding rongga
Hernia inguinalis abdomen
abdomen
lateralis kongenital kebawah

Anulus internal Usus masuk


Usus mudah masuk kedalam kanalis inguinalis terbuka/melebar kedalam kanalis
inguinalis

HERNIA
T&G: Adanya benjolan tetap
dan yg dapat hilang & timbul ,
jika tidak ditangani dapat
Hernia Hernia menyebabkan nyeri, mual &
Ireponiebel Hernia Perubahan status
Strangulate muntah Reponiebel kesehatan

Pemeriksaan Penunjang
Tidak bisa di Reposisi,
Pe isi abdomen 1. Pemeriksaanfisik Kurang terpapar
nyeri, dan ada
komplikasi (usus) memasuki 2. USG informasi
kantonghernia 3. CT-SCAN Dapat dimasukan kesehatan
4. MRI kembali, tidak
nyeri & tidak ada
Pe tekanan komplikasi
DEFISIT PENGETAHUAN
b/d kurang informasi

Saluran limfe Kantong hernia Penatalaksanaan: SLKI: Tingkat Pengetahuan SIKI : - Edukasi
terbendung Reposisi Kesehatan
menyempit
- Edukasi Prosedur Tindakan

Edema Usus terjepit KOM: Deman, Syok,


Asidosis Metabolik
Pelepasan mediator
nyeri Penekanan PD
Sumbatan saluran
(suplai darah terbendung)
pencernaan

Diterima direseptor Iskemi jaringan Peristaltic usus KOM: Obstipasi


nyeri perifer terganggu

Kerusakan jaringan
KONSTIPASI
Regurgitasiusus
b/d pe↓ mitilitas traktus
Implus keSSP gastrointestinal
KOM: Nekrosis KOM: Kembung,
SLKI: Fungsi Gastrointestinal
Mual &Muntah
SIKI : - Manajemen Eliminasi Fekal
Diterima di otak - Manajemen Konstipasi
Penumpukan jaringan
mati
Persepsi nyeri
Respon inflamasi Anoreksia
Penatalaksanaan: PROSEDUR PEMBEDAHAN
NYERI AKUT Fagositosis oleh sel Intake menurun (Herniotomy, Hernioraphy, Hernioplasty)
b/d Agen Cedera Biologis darah putih

BB drastic > 20%


SLKI: Kontrol nyeri
SIKI : - Pemberian analgesic KOM: Abses Tindakan infasif
Kurang terpapar
- Manajemen nyeri
DEFISIT NUTRISI b/ informasi mengenai
RESIKO INFEKSI KetidakmampuanMencerna d prosedurpembedahan
Dengan factor resiko SLKI: Makanan Perdarahan
Kontrol Resiko SIKI : Pencegahan SLKI : Status nutrisi SIKI :
Infeksi Manajemen Mual Ancaman pada status
terkini Tidak terkontrol

Kehilangan cairan
T&G: Terus berlebih
bertanya,
Luka insisi Kurang menjaga Gelisah
Ketakutan/susah untuk
kebersihan luka T&G:Hipotensi,
bergerak
Takikardi
Efek anastesi
Terkontaminasi ANSIETAS b/d Ancaman Terhadap
menghilang
bakteri Konsep Diri
GANGGUAN MOBILITAS SLKI : Tingkat kecemasan RESIKO SYOK dengan
FISIK b/d nyeri Pelepasan mediator SIKI : - Reduksi Ansietas faktor resiko Kekurangan
nyeri Sistem kekebalan - Persiapan Pembedahan Volume Cairan
menurun
SLKI : Mobilitas Fisik SLKI: Tingkat Syok
SIKI : - Dukungan Mobilisasi Impuls ke SSP SIKI : - Manajemen pendarahan
Tidak mampu - Pemantauan Cairan
- Pengeturan posisi
melawan infeksi
Diterima Otak
RESIKO INFEKSI
dengan factor resiko Efek
Persepsi nyeri Prosedur Invasif
SLKI: Kontrol Risiko
NYERI AKUT SIKI : - Perawatan luka Insisi
b/d Agen Cedera Fisik - Pencegahan infeksi
SLKI : Tingkat nyeri
SIKI : - Manajemennyeri
- Pemberian analgesic
B. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di
reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal). Reposisi ini tidak
dilakukan pada hernia stranggulata, pemakaian bantalan penyangga hanya
bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Sebaiknya cara ini
tidak dilanjutkan karena mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan
tonus otot dinding di didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam.
2. Operatif
Tindakan operatif yaitu dengan jalan operasi. Cara yang paling efektif
mengatasi hernia adalah pembadahan. Untuk mengembalikan lagi organ dan
menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi.
a. Herniotomy
Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia sampai
lehernya, kantong di buka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan kemudian direposisi. kantong hernia dijahit ikat
setinggi mungkin lalu di potong. Menurut Oswari penatalaksanaan
hermia yang terbaik adalah operasi dengan jalan menutup lubang
hernianya.
b. Herniorraphy
c. Herniorraphy merupakan tindakan yang hampir serupa dengan
Herniotomi namun akan dilakukan penjahitan pada area keluarnya
hernia untuk memperkuat dindingperut.
d. Hernioplasty
e. Tindakan Hernioplasty dilakukan ketika lubang tempat keluarnya
hernia cukup besar. Kemudian jaring sintetis (mesh) digunakan
untuk menutup dan memperkuat lubang tersebut sehingga hernia
tidak kambuhkembali.
f. Laparoskopi
g. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal pre-peritoneal
(TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP
dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum
abdomen dan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini
memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan
peritoneum. Sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur
laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum
peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah
bisa cidera selama operasi (Sjamsuhidajat R,2016).
3. Manajemen Keperawatan
Pre-Operasi
a. Beri posisi semi-fowler (Hernia Diafragmatik), terlentang (Hernia
Femoralis)
b. Lakukan pengkajian nyeri, kecemasan, adanya tanda-tanda resiko
infeksi
c. Bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secaramanual,
anjurkan menggu nakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai instruksi
dokter
d. Hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intra abdominal
seperti batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat dan
anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yangbengkak.
Post-Operasi
a. Lakukan perawatan dan observasi secararutin
b. Berikan tindakankenyamanan
c. Dukungankeluarga.
Penatalaksanaan setelah operasi diantaranya adalah hindari hal-hal yang
memicu tekanan di rongga perut, tindakan operasi dan pemberian analgesik
pada hernia yang menyebabkan nyeri, berikan obat sesuai resep dokter,
hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat. Jaga balutan
luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balutan seteril setiap hari
pada hari ketiga setelah operasi kalau perlu. Hindari faktor pendukungseperti
konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan masukan cairan yang
adekuat (Amin & Kusuma, 2015 ).
C. PEMERIKSAANPENUNJANG
1. Pemeriksaanfisik
a. Inspeksi
1) Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah
berbaring.
2) Herniainguinal
Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
3) Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang
merupakantojolanlanjutan dari hernia inguinalislateralis.
4) Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentuminguinal.
5) Hernia epigastrika : benjolan dilineaalba.
6) Hernia umbilikal : benjolandiumbilikal.
b. Palpasi
1) Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah
medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis
medialis.
2) Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di
lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia
inguinalis lateralis.
3) Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat
benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di
medialnya hernia inguinalis medialis.
4) Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan
sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera.
Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti
karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu
jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan
kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis
dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia
inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan
lateral tuberkulumpubikum.
5) Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum
inguinal
6) Hernia inkarserata : nyeri tekan.

Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan
Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut:

1) Thumbtest
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan
penderita disuruhmengejan
BilakeluarbenjolanberartiHernia
Inguinalismedialis.
Bilatidakkeluarbenjolan berarti Hernia
InguinalisLateralis.

2) Finger test
Menggunakan jari ke 2 atau jari ke5.
Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus
eksternus ke kanalinguinal.
Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia
InguinalisLateralis.
Bilaimpulsdisampingjari Hernia
InguinnalisMedialis.
3) Zremanttest
Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.

Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada:

jari ke 2 : Hernia InguinalisLateralis.

jari ke 3 : hernia IngunalisMedialis.

jari ke 4 : HerniaFemoralis.

c. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
d. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
2. USG
Untuk memperoleh gambaran bagian dalam organ perut dan panggul
3. CT-Scan
Untuk memeriksa organ-organ bagian dalam perut
4. MRI
Untuk mendeteksi adanya robekan pada otot perut,meskipun tidak terlihat
tonjolan.
D. KOMPLIKASI
Komplikasi pada hernia yang tidak diperbaiki adalah:
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia ireponibilis). Pada keadaan ini belum
ada gangguan penyaluran isiusus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapatmenimbulkan
gangguan penyaluran isi usus berakibat mual dan muntah. Jika hernia
membesar mengakibatkan nyeri dan tegang. Hernia tidak dapat direposisi.
Keadaan ini disebut hernia incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut herniastrangulata.
4. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
5. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasienlaki-laki,
6. Komplikasi lama merupakan atropi testis karenalesi.
7. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,abses.
8. Pendarahan yang berlebihan/infeksi lukabedah.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre-op
1. Nyeri Akut b/d Agen Cedera Biologis(D.0077)
2. Konstipasi b/d Penurunan Motilitas Gastrointestinal(D0049)
3. Defisit Nutrisi b/d Faktor Psikologis (mis, stress, keengganan untuk makan)
(D.00019)
4. Defisit Pengetahan b/d Kurang Terpapar Informasi(D.0111)
Post-op
1. Nyeri Akut b/d Agen Cedera Fisik(D.0077)
2. Resiko Infeksi Dengan Factor Resiko Efek Prosedur Invasif(D.0142)
3. Resiko Syok Dengan Faktor Resiko Kekurangan Volume Cairan(D.0039)
4. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Nyeri(D.0054)
5. Ansietas b/d Ancaman Terhadap Konsep Diri(D.0080)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre - Op

NO SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri Akut b/d Agen Setelah dilakukan perawatan selama x Manajemen nyeri (I.08238)
Cedera Biologis 24 jam diharapkan Kontrol Nyeri
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(D.0077) (L.08063)
kualitas, intensitasnyeri
 Kemampuan mengenali onset nyeri
 Identifikasi respon nyeri nonverbal
dipertahankan pada skala3
ditingkatkan pada skala 4 cukup  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
menurun nyeri
 Kemampuan mengenali penyebab  Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mi.
nyeri dipertahankan pada skala 4 suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan)
cukup meningkat ditingkatkan pada  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicunyeri.
skala 5 meningkat.  Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
 Kemampuan menggunakan teknik non- nyeri
farmakologis dipertahankan pada skala  Kolaborasi pemberian analgetik, jikaperlu
3 sedang ditingkatkan pada skala 4
cukupmeningkat
 Keluhan nyeri dipertahankan pada
skala 3 sedang ditingkatkan pada skala
4 cukup menurun
2. Konstipasi b/d Setelah dilakukan perawatan selama x Manajemen Konstipasi (I.4155)
Penurunan Motilitas 24 jam diharapkan Eliminasi Fekal  Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi,
Gastrointestinal (L.04033) bentuk, volume, danwarna)
(D0049)  Mengejan saat defekasi dipertahankan  Periksa tanda dan gejalakonstipasi
pada skala 3 sedang ditingkatkan pada  Anjurkan diet tinggiserat
skala 5 menurun.  Lakukan masase abdomen jikaperlu
 Distensi abdomen dipertahankan pada  Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada
skala 3 sedang ditingkatkan pada skala kontraindikasi
4 cukupmenurun.  Kolaborasi dengan tim medis tentang
 Nyeri dan kram abdomen penurunan/peningkatan frekuensi suara usus
dipertahankan pada skala 3 sedang  Kolaborasi penggunaan obat pencahar jika perlu
ditingkatkan pada skala 5menurun
 Peristaltic usus dipertahankan pada
skala 3 sedang ditingkatkan ke skala 5
membaik
3. Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukanperawatanselama.......x Manajemen Mual (I.03117)
Faktor Psikologis 24 jam diharapkan Status Nutrisi  Monitormual
(L.03030)  Identifikasi dampak mual terhadap kualitashidup
(mis, stress,
 Porsi makanan yang dihabiskan diper-  Anjurkan istirahat dan tidur yangcukup
keengganan untuk tahankan pada skala 4 cukup  Berikan makanan dalam jumlah kecil danmenarik
makan)(D.00019) meningkat ditingkatkan pada skala 5  Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk
meningkat mengatasi mual (mis. Biofeedback, hypnosis, relaksasi,
 Verbalisasi keinginan untuk terapi music, akupresur)
meningkatkan nutrisi dipertahankan  Kolaborasi pemberian antiemetic, jikaperlu
pada skala 3 cukup meningkat
ditingkatkan pada skala 5meningkat
4. Defisit Pengetahan Setelah dilakukan perawatan selama x Edukasi Kesehatan (I.12383)
b/d Kurang 24 jam diharapkan Tingkat Pengetahuan  Identifikasi kesiapan dan kemampuan untuk menerima
Membaik (L.01211) informasi
Terpapar Informasi
 Perilaku sesuai anjuran dipertahankan  Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
(D.0111) pada skala 4 cukup meningkat menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dansehat
ditingkatkan pada skala 5meningkat  Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
 Persepsi yang keliru terhadap masalah meningkatkan perilaku hidup bersih dansehat
dipertahankan pada skala 4 cukup  Berikan kesempatan untukbertanya
menurun ditingkatkan pada skala5  Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
menurun. kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dansehat
Post - Op

NO SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri Akut b/d Agen Setelah dilakukan perawatan selama x Manajemen nyeri (I.08238)
Cedera Fisik 24 jam diharapkan Kontrol Nyeri  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(D.0077) (L.08063) kualitas, intensitasnyeri
 Kemampuan mengenali onset nyeri  Identifikasi respon nyeri nonverbal
dipertahankan pada skala 3 sedang  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
ditingkatkan pada skala 4 cukup nyeri
meningkat  Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mi.
 Kemampuan mengenali penyebab suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan)
nyeri dipertahankan pada skala4  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicunyeri.
cukup meningkat ditingkatkan pada  Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
skala 5 meningkat. nyeri
 Kemampuan menggunakan teknik non-  Kolaborasi pemberian analgetik, jikaperluI
farmakologis dipertahankan pada skala Pemberian Analgesik (I.08243)
3 sedang ditingkatkan pada skala 4
 Identifikasi riwayat alergiobat
cukupmeningkat
 Keluhan nyeri dipertahankan pada  Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberiananalgesic
skala 3 sedang ditingkatkan pada skala  Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan
4 cukup menurun efek yang tidakdiinginkan
 Jelaskan efek terapi dan efek sampingobat

2. Resiko Infeksi Setelah dilakukanperawatanselama.......x Pencegahan Infeksi (I.14539)


Dengan Factor 24 jam diharapkan Kontrol Risiko  Monitor tanda dan gejala infeksi local dansistemik
meningkat(L.14128)  Batasi jumlahpengunjung
Resiko Efek
 Kamampuan mengidentifikasi faktor  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Prosedur Invasif risiko dipertahankan pada skala 3 danlingkungan
(D.0142) sedang ditingkatkan pada skala 5  Jelaskan tanda dan gejalainfeksi
meningkat. Perawatan Luka (I.14564)
 Kemampuan melakukan strategi  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
control risiko dipertahankan padaskala
3 sedang ditingkatkan pada skala 5 nontoksik, sesuai kebutuhan
meningkat.  Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
 Kemampuan menghindari faktor risiko luka
dipertahankan pada skala 3 sedang  Bersihkan jaringannekrotik
ditingkatkan pada skala 5meningkat  Kolaborasi pemberian antibiotic, jikaperlu

3. Resiko Syok Setelah dilakukanperawatanselama.......x Manajemen Perdarahan (I.02040)


Dengan Faktor 24 jam diharapkan Tingkat Syok  Periksa adanya darah pada muntah, sputum, feses, urine,
menurun (L.03032) pengeluaran NGT, dan drainase luka, jikaperlu
Resiko
 Kekuatan nadi dipertahankan pada  Monitor intake dan outputcairan
Kekurangan
skala 4 cukup meningkat ditingkatkan  Monitor nilai hemoglobin dan hematokrit sebelum dan
Volume Cairan pada skala 5 meningkat setelah kahilangandarah
(D.0039)  Tingkat kesadaran dipertahankan pada  Pertahankan aksesIV
skala 4 sedang ditingkatkan pada skala  Anjurkan melapor jika menemukan tanad-tanda
5meningkat perdarahan
Pemantauan Cairan (I.03121)
 Indentifikasi tanda-tanda hipovolemi (mis. Frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering, volume urin
menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun
dalam waktusingkat)
 Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka
bakar, aferesis, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
 Dokumentasikan hasil pemantauan, jikaperlu

4. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukanperawatanselama.......x Dukungan Mobilisasi (I.05173)


Fisik b/d Nyeri 24 jam diharapkan Mobilitas Fisik  Identifikasi toleransi fisik melakukanpergerakan
(D.0054) Meningkat (L.05042)  Monitor kondisi umum selama melakukanmobilisasi
 Nyeri dapat dipertahankan padaskala  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis.
3 sedang ditingkatkan pada skala 4 pagar tempattidur)
cukup menurun  Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
 Gerakan terbatas dapat dipertahankan meningktakanpergerakan
pada skala 3 sedang ditingkatkan ke  Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
skala 4 cukup menurun. (mis. Duduk di tempat tidur, atau duduk disisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur kekursi)

5. Ansietas b/d Setelah dilakukanperawatanselama.......x Reduksi Ansietas (I.09134)


Ancaman Terhadap 24 jam diharapkan Tingkat Kecemasan  Identifikasi kemampuan mengambilkeputusan
Konsep Diri Menurun (L.09093)  Dengarkan dengan penuhperhatian
(D.0080)  Verbalisasi khawatir akibat kondisi  Pahami situasi yang membuatansietas
yang dihadapi dipertahankan pada  Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
skala 4 cukup menurun ditingkatkan pengobatan, danprognosis
ke skala 5menurun  Anjurkan keluarga untuk tetap bersamapasien
 Perilaku gelisah dan tegang dapat  Anjurkan mengungkapkan perasaan danpersepsi
dipertahankan pada skala 4 cukup  Latih teknikrelaksasi
menurun ditingkatkan ke skala 5
menurun
Daftar Pustaka

Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medisdan Nanda NIC-NOC. Mediaction Publishing

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika

Sjamsuhidajat R & Wim de Jong. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3.Jakarta: EGC

Townsend, Courtney M. 2010. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery 17th Edition.


Philadelpia. Elsevier Saunders. 1199-1217

Anda mungkin juga menyukai