HERNIA
DI RUANG IBS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJIBARANG
Disusun oleh:
FIDHA FAIRUZ SYAFIRA
210104048
PREDISPOSI PRESIPITAS
HERNIA
T&G: Adanya benjolan tetap
dan yg dapat hilang & timbul ,
jika tidak ditangani dapat
Hernia Hernia menyebabkan nyeri, mual &
Ireponiebel Hernia Perubahan status
Strangulate muntah Reponiebel kesehatan
Pemeriksaan Penunjang
Tidak bisa di Reposisi,
Pe isi abdomen 1. Pemeriksaanfisik Kurang terpapar
nyeri, dan ada
komplikasi (usus) memasuki 2. USG informasi
kantonghernia 3. CT-SCAN Dapat dimasukan kesehatan
4. MRI kembali, tidak
nyeri & tidak ada
Pe tekanan komplikasi
DEFISIT PENGETAHUAN
b/d kurang informasi
Saluran limfe Kantong hernia Penatalaksanaan: SLKI: Tingkat Pengetahuan SIKI : - Edukasi
terbendung Reposisi Kesehatan
menyempit
- Edukasi Prosedur Tindakan
Kerusakan jaringan
KONSTIPASI
Regurgitasiusus
b/d pe↓ mitilitas traktus
Implus keSSP gastrointestinal
KOM: Nekrosis KOM: Kembung,
SLKI: Fungsi Gastrointestinal
Mual &Muntah
SIKI : - Manajemen Eliminasi Fekal
Diterima di otak - Manajemen Konstipasi
Penumpukan jaringan
mati
Persepsi nyeri
Respon inflamasi Anoreksia
Penatalaksanaan: PROSEDUR PEMBEDAHAN
NYERI AKUT Fagositosis oleh sel Intake menurun (Herniotomy, Hernioraphy, Hernioplasty)
b/d Agen Cedera Biologis darah putih
Kehilangan cairan
T&G: Terus berlebih
bertanya,
Luka insisi Kurang menjaga Gelisah
Ketakutan/susah untuk
kebersihan luka T&G:Hipotensi,
bergerak
Takikardi
Efek anastesi
Terkontaminasi ANSIETAS b/d Ancaman Terhadap
menghilang
bakteri Konsep Diri
GANGGUAN MOBILITAS SLKI : Tingkat kecemasan RESIKO SYOK dengan
FISIK b/d nyeri Pelepasan mediator SIKI : - Reduksi Ansietas faktor resiko Kekurangan
nyeri Sistem kekebalan - Persiapan Pembedahan Volume Cairan
menurun
SLKI : Mobilitas Fisik SLKI: Tingkat Syok
SIKI : - Dukungan Mobilisasi Impuls ke SSP SIKI : - Manajemen pendarahan
Tidak mampu - Pemantauan Cairan
- Pengeturan posisi
melawan infeksi
Diterima Otak
RESIKO INFEKSI
dengan factor resiko Efek
Persepsi nyeri Prosedur Invasif
SLKI: Kontrol Risiko
NYERI AKUT SIKI : - Perawatan luka Insisi
b/d Agen Cedera Fisik - Pencegahan infeksi
SLKI : Tingkat nyeri
SIKI : - Manajemennyeri
- Pemberian analgesic
B. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di
reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal). Reposisi ini tidak
dilakukan pada hernia stranggulata, pemakaian bantalan penyangga hanya
bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Sebaiknya cara ini
tidak dilanjutkan karena mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan
tonus otot dinding di didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam.
2. Operatif
Tindakan operatif yaitu dengan jalan operasi. Cara yang paling efektif
mengatasi hernia adalah pembadahan. Untuk mengembalikan lagi organ dan
menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi.
a. Herniotomy
Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia sampai
lehernya, kantong di buka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan kemudian direposisi. kantong hernia dijahit ikat
setinggi mungkin lalu di potong. Menurut Oswari penatalaksanaan
hermia yang terbaik adalah operasi dengan jalan menutup lubang
hernianya.
b. Herniorraphy
c. Herniorraphy merupakan tindakan yang hampir serupa dengan
Herniotomi namun akan dilakukan penjahitan pada area keluarnya
hernia untuk memperkuat dindingperut.
d. Hernioplasty
e. Tindakan Hernioplasty dilakukan ketika lubang tempat keluarnya
hernia cukup besar. Kemudian jaring sintetis (mesh) digunakan
untuk menutup dan memperkuat lubang tersebut sehingga hernia
tidak kambuhkembali.
f. Laparoskopi
g. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal pre-peritoneal
(TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP
dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum
abdomen dan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini
memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan
peritoneum. Sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur
laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum
peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah
bisa cidera selama operasi (Sjamsuhidajat R,2016).
3. Manajemen Keperawatan
Pre-Operasi
a. Beri posisi semi-fowler (Hernia Diafragmatik), terlentang (Hernia
Femoralis)
b. Lakukan pengkajian nyeri, kecemasan, adanya tanda-tanda resiko
infeksi
c. Bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secaramanual,
anjurkan menggu nakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai instruksi
dokter
d. Hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intra abdominal
seperti batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat dan
anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yangbengkak.
Post-Operasi
a. Lakukan perawatan dan observasi secararutin
b. Berikan tindakankenyamanan
c. Dukungankeluarga.
Penatalaksanaan setelah operasi diantaranya adalah hindari hal-hal yang
memicu tekanan di rongga perut, tindakan operasi dan pemberian analgesik
pada hernia yang menyebabkan nyeri, berikan obat sesuai resep dokter,
hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat. Jaga balutan
luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balutan seteril setiap hari
pada hari ketiga setelah operasi kalau perlu. Hindari faktor pendukungseperti
konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan masukan cairan yang
adekuat (Amin & Kusuma, 2015 ).
C. PEMERIKSAANPENUNJANG
1. Pemeriksaanfisik
a. Inspeksi
1) Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah
berbaring.
2) Herniainguinal
Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
3) Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang
merupakantojolanlanjutan dari hernia inguinalislateralis.
4) Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentuminguinal.
5) Hernia epigastrika : benjolan dilineaalba.
6) Hernia umbilikal : benjolandiumbilikal.
b. Palpasi
1) Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah
medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis
medialis.
2) Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di
lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia
inguinalis lateralis.
3) Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat
benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di
medialnya hernia inguinalis medialis.
4) Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan
sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera.
Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti
karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu
jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan
kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis
dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia
inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan
lateral tuberkulumpubikum.
5) Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum
inguinal
6) Hernia inkarserata : nyeri tekan.
Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan
Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
1) Thumbtest
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan
penderita disuruhmengejan
BilakeluarbenjolanberartiHernia
Inguinalismedialis.
Bilatidakkeluarbenjolan berarti Hernia
InguinalisLateralis.
2) Finger test
Menggunakan jari ke 2 atau jari ke5.
Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus
eksternus ke kanalinguinal.
Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia
InguinalisLateralis.
Bilaimpulsdisampingjari Hernia
InguinnalisMedialis.
3) Zremanttest
Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
jari ke 4 : HerniaFemoralis.
c. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
d. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
2. USG
Untuk memperoleh gambaran bagian dalam organ perut dan panggul
3. CT-Scan
Untuk memeriksa organ-organ bagian dalam perut
4. MRI
Untuk mendeteksi adanya robekan pada otot perut,meskipun tidak terlihat
tonjolan.
D. KOMPLIKASI
Komplikasi pada hernia yang tidak diperbaiki adalah:
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia ireponibilis). Pada keadaan ini belum
ada gangguan penyaluran isiusus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapatmenimbulkan
gangguan penyaluran isi usus berakibat mual dan muntah. Jika hernia
membesar mengakibatkan nyeri dan tegang. Hernia tidak dapat direposisi.
Keadaan ini disebut hernia incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut herniastrangulata.
4. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
5. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasienlaki-laki,
6. Komplikasi lama merupakan atropi testis karenalesi.
7. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,abses.
8. Pendarahan yang berlebihan/infeksi lukabedah.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre-op
1. Nyeri Akut b/d Agen Cedera Biologis(D.0077)
2. Konstipasi b/d Penurunan Motilitas Gastrointestinal(D0049)
3. Defisit Nutrisi b/d Faktor Psikologis (mis, stress, keengganan untuk makan)
(D.00019)
4. Defisit Pengetahan b/d Kurang Terpapar Informasi(D.0111)
Post-op
1. Nyeri Akut b/d Agen Cedera Fisik(D.0077)
2. Resiko Infeksi Dengan Factor Resiko Efek Prosedur Invasif(D.0142)
3. Resiko Syok Dengan Faktor Resiko Kekurangan Volume Cairan(D.0039)
4. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Nyeri(D.0054)
5. Ansietas b/d Ancaman Terhadap Konsep Diri(D.0080)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre - Op
Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medisdan Nanda NIC-NOC. Mediaction Publishing
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika
Sjamsuhidajat R & Wim de Jong. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3.Jakarta: EGC