Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN


ASFIKSIA DI RUANG PERINATOLOGI RSD dr. SOEBANDI
JEMBER

Disusun Oleh:

GITA RAMADHANI
1601031073

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2016

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG PERINATOLOGI
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Disusun oleh :
Nama : Gita Ramadhani
NIM 1601031073

Telah disetujui dan disahkan


pada: Hari :
Tanggal :

Jember, Desember 2016


Mengetahui,

Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

Kepala Ruangan,

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI
DENGAN ASFIKSIA

A. Konsep Teori
1. Definisi
Menurut Nur arif dan Kusuma (2016), asfiksia neonatorum adalah suatu
keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau
persalinan.
Sedangkan menurut Dorland (1998) dalam Rahayu (2012), asfiksia adalah
perubahan patologis yang disebabkan oleh kurangnya O2 dalam udara
pernafasan, yang mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnia.

2. Etiologi
Menurut Saifudin (1991) dalam Nur Arif dan Kusuma (2016), etiologi asfiksia
terbagi menjadi 4 yaitu:
a. Faktor Ibu
1) Hipoksia ibu
2) Gangguan aliran darah fetus
a) Gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri.
b) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
c) Hipertensi pada penyakit toksemia, eklampsia, dll.
3) Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati, ketuban pecah dini, infeksi.
b. Faktor Plasenta
Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta
seperti solusio plasenta dan plasenta previa.
c. Faktor Janin
Terjadi kelainan pada tali pusat, seperti tali pusat menumbung, lilitan tali
pusat pada leher dan simpul tali pusat.

d. Faktor Persalinan
Faktor persalinan juga sangat penting dalam menentukan terjadinya asfiksi
seperti partus lama atau partus dengan tindakan tertentu.

3. Klasifikasi
Penilaian 0 1 2
Appearance Pucat atau biru Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas biru kemerahan
Pulse Rate (nadi) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
x/menit x/menit
Grimance (reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Gerakan kuat
rangsang) atau melawan
Activity (tonus Lumpuh Ekstremitas sedikit Gerakan aktif
otot) fleksi
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak Menangis kuat
(pernafasan) teratur
Keterangan:
a. Nilai Apgar 0-3 asfiksia berat
b. Nilai Apgar 4-6 asfiksia sedang
c. Nilai Apgar 7-10 normal atau bayi
sehat (Rahayu, 2012)

4. Patofisiologi
Penyebab asfiksi dapat berasal dari faktor ibu, bayi dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemi jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia
pada bayi. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi
lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi
lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
Bayi akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila diperiksa terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis. Bila bayi lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut,
gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sehingga tonus
neuromuskulas berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasui periode
apnea.

5. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis menurt Nur Arif dan Kusuma (2016), antara lain:
a. Bayi tidak bernafas atau megap-megap
b. Denyut jantung kurang dari 100 x/menit
c. Kulit sianosis atau pucat
d. Tonus otot menurun
e. Reflek atau respon lemah sampai tidak ada

6. Penatalaksanaan
Lahir
Perawatan rutin
Ya - tetap bersama ibu  Berikan
Cukup bulan? kehangatan
Bernafas atau  Bersihkan jalan
menangis? nafas jika perlu
Tonus baik?  Keringkan
 evaluasi
Tidak
Hangatkan,bersihkanjalan nafas bila perlu, keringkan, Tidak

30 detik
FJ <100 dpm, megap-megap atau apnu Sulit bernafas atau
Ya Tidak

Ysaianosis
menetap
60 detik

VTP, pantau Spo2 Bersihkan jalan nafas


Pantau Spo2

Tidak
FJ <100
dpm

Ya
Perawatan pasca resusaitasi
Lakukanlangkah koreksi ventilasi

Tidak

FJ < 60
dpm

Ya
Pertimbangkan intubasi Kompresi dada Koordinasikan dengan VTP

Lakukan langkah koreksi ventilasi

Intubasi bila dada tidak mengem bang

FJ < 60
dpm
Epinefrin IV

Pertimbangkan
 Hipovolemia
 pneumotorak

Adapun penatalaksanaan menurut Hidayat (2008) dalam Rahayu (2012), antara


lain:
a. Asfiksia ringan APGAR Skore 7-10
1) Bayi dibungkus dengan kain hangat
2) Bersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir dari hidung kemudian dari
mulut
3) Bersihkan badan dan tali pusat
4) Lakukan observasi tanda vital, pantau APGAR Skore, dan masukkan
kedalam incubator.
b. Asfiksia sedang APGAR Skore 6-4
1) Bersihkan jalan nafas
2) Berikan oksigen 2 liter permenit
3) Rangsang pernafasan dengan menepuk telapak kaki. Apabila belum ada
reaksi, bantu pernafasan dengan masker (ambubag)
4) Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis, berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. dekstrosa 40% sebanyak 4 cc
disuntikkan melalui vena umbilicus secara perlahan-lahan untuk
mencegah tekanan intracranial meningkat.
c. Asfiksia berat APGAR Skore 3-0
1) Bersihkan jalan nafas sambil pompa melalui ambubag
2) Berikan oksigen 4-5 liter permenit
3) Bila tidak berhasil, lakukan pemasangan ETT (endotracheal tube)
4) Apabila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. dekstrosa 40% sebanyak 4 cc.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb (15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia cenderung turun karena
O2 dalam darah sedikit.
b. pH (7.36-7.44), kadar pH cencerung turun karena terjadi asidosis metabolik.
c. PCO2 (35-45 mmhg), kadar PCO2 cenderung naik karena sering terjadi
hiperapnea.
d. PO2 (70-100 mmhg), kadar PO2 cenderung turun karena terjadi hipoksia.

8. Tanda-tanda vital berdasarkan usia


Usia Nadi Pernapasan Tekanan darah sistolik
Anak-anak
( >5-12 tahun) 70-120 18-30 80-110
Prasekolah
(4-5 tahun) 80-140 22-34 80-100
Bawah tiga tahun
(1-3 tahun) 90-150 24-40 80-100
Bayi
(1 bulan-1 tahun) 100-160 30-60 70-95
Baru lahir
(0-1 bulan) 120-160 40-60 50-70

9. Indikasi pemberian epinefrin


a. HR >60 ≠nafas : ventilasi dan pijat jantung
b. HR <60 ≠nafas : ventilasi, pijat jantung, dan adrenalin
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Biodata atau identitas pasien
a. Bayi: nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, tanggal masuk dan alamat.
b. Orangtua : nama ayah dan ibu, umur,suku, pendidikan, pekerjaan dan
alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antennal
pada kasus asfiksia:
1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok, ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit diabetes
militus, kardiovaskuler dan paru.
2) Kehamilan dengan risiko persalinan preterm misalnya kehamilan
multiple, kelainan kongenetal dan riwayat persalinan preterm.
3) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinuitas atau tidak teratur dan
periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan,
4) Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun.
b. Riwayat intranatal komplikasi persalinan yang perlu dikaji:
1) Kala 1 : ketuban keruh, berbau, mekonial, perdarahan, antepartum
baik solusio plasenta atau plasenta previa.
2) Kala 2 : persalinan lama, partus kasep, ibu kelelahan atau persalinan
dengan tindakan (vacum ekstraksi).
3) Adanya trauma lahir yang dapat menggangu sistem pernafasan.
4) Persalinan dengan tindakan bedah sesar.
c. Riwayat post natal yang perlu dikaji:
1) Afgar score bayi baru lahir 30-60 detik pertama dan 5 menit kedua.
2) Berat badan bayi lahir: kurang atau lebih dari 2500-4000 gram,
preterm atau BBLR kurang dari 2500 gram, aterm lebih dari sama
dengan 2500 gram. Lingkar kepala 34-36 cm.
3) Adanya kelainan kongenetal: hydrocephalus.

d. Keadaan umum
Pada asfiksia neonatus keadaan lemah dan hanya merintih.keadaan akan
membaik bila menunjukkan gerakan aktif dan menagis dengan keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari respon terhadap rangsangan.
e. Tanda-tanda vital
Pada neonatus pernafasan normal 40-60 x/menit, pada bayi dengan asfiksia
pernafasan belum teratur. berisiko terjadi hipotermi bila suhu tubuh kurang
dari 36.5oC dan berisiko hipertermi bila suhu lebih dari 37.5oC. nadi
normal 120-140 x/menit.
f. Sirkulasi
1) Bunyi jantung: lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediasternum pada ruang intercoste III/IV.
2) Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
3) Tali pusat putih dan bergelatin.
g. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
h. Makanan atau cairan
1) Berat badan: 2500-4000 gram
2) Panjang 44-45 cm
3) Turgor kulit elastic (bervariasi sesuai gertasi)
i. Neurosensori
1) Tonus otot: fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
2) Pada neonatus post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
j. Pernafasan
1) Skor APGAR
2) Kulit: warna kulit tubuh kemerahan, sedangkan pada ekstremitas
berwarna kebiruan atau pucat.

3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul. (Herdman & Kamitsuru, 2015)


a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau
hiperventilasi
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus
berlebih
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
d. Hipotermi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan oksigen
e. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan kurangnya O2 dalam
darah
f. Resiko syndrome kematian bayi mendadak.
PERENCANAAN

DX TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL
Bersihan jalan nafas Pola nafas efektif 1. Lakukan manajemen pola nafas
tidak efektif a. Posisikan supinasi
selama dalam
berhubungan dengan b. Ganjal bahu klien dengan leher
proses keperawtan. sedikit ekstensi
produksi mukus
Kriteria hasil: 2. Manajemen dan evaluasi
berlebih a. Tidak terdapat a. Adanya sianosis
sianosis b. Status pernafasan (frekuensi dan
b. Irama regular, irama)
c. Tanda-tanda vital
kedalaman d. Tanda-tanda distress pernafasan
normal, tidak ada (mengorok, pernafasan cuping
suara nafas hidung, retraksi dada)
3. Berikan informasi kepada keluarga
tambahan. tentang tindakan keperawatan yang
c. Tanda-tanda vital dilakukan kepada pasien.
1)Suhu: 36,5- 4. Laksanakan kolaborasi
37,5 C
o a. Berikan O2
2)Nadi 120-140 b. Gunakan back valve mask (bila
perlu)
x/m
c. Pasang ETT (bila perlu)
3)RR 40-60 x/m
d. Pasang ventilator (bila perlu)

Hipotermi Tujuan: pasien 1. Lakukan manajemen pengaturan


berhubungan dengan tidak mengalami suhu
peningkatan hipotermi selama a. Pertahankan suhu ruangan
kebutuhan oksigen 3x24 jam dengan mematikan AC
Kriteria hasil: b. Pertahankan pakaian pasien
1. Akral hangat tetap kering, ganti pakaian jika
2. Suhu normal basah sesgera mungkin
36,5 -37,5 Co c. Selimuti bayi, beri topi dan
minyak telon
d. Lakukan metode KMC (kanguru
mather care) bila
memungkinkan
2. Lakukan monitoring dan evaluasi
a. Gejala hipotermi
b. Suhu paling tidak 2 jam sekali
3. Lakukan hasil kolaborasi
meletakkan pasien dalam incubator
Ketidakefektifan Tujuan: pasien 1. Lakukan manajemen peningkatan
termoregulasi tidak mengalami suhu tubuh
berhubungan dengan penurunan suhu a. Pertahankan suhu ruangan
kurangnya O2 dalam tubuh dalam waktu dengan mematikan AC
darah 3x24jam b. Pertahankan pakaian pasien
Kriteria hasil: tetap kering, ganti pakaian
1. Akral hangat yang basah sesegera mungkin
2. Suhu: 36.5- c. Selimuti bayi, beri topi dan
37.5 C
o minyak telon
3. Nadi: 120- d. Lakukan metode KMC
140x/menit (Kangaroo mother care), jika
4. RR: 30- memungkinkan
60x/menit 2. Lakukan monitoring dan evaluasi
a. Gejala hipotermi
b. Nilai Suhu, nadi dan RR
c. Suhu 2 jam sekali
3. Berikan edukasi tentang cara
mempertahankan suhu tubuh bayi
4. laksanakan hasil kolaborasi dengan
meletakkan pasien dalam incubator
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarka


Penerapan Diagnosa NIC,NOC dalam Berbagai Kasus Jilid 2.
Jogjakarta: Mediaction.
Bulechek, et al. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier:
Mocomedia
Herdman & Kamitsuru. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC
Moorhead, et al. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC). Elsevier :
Mocomedia
Rahayu, D. S. (2012). Asuhan Keperawatan Anak dan Neonatus. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai