SITI MAIMUNAH
100 STYJ 20
C. PATOFISIOLOGI
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor
kongenita lyaitu kegagalan penutupan prosesusvaginalis pada waktu kehamilan
yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalisinguinalis,
faktor yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batukkronis, pekerjaan
mengangkat benda berat dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui
kanalingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari
anulusingunalisekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum karena kanalinguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga
menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual
juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk
berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu.
Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik
sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu
gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan
menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia
ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi
perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local atau prioritas jika terjadi
hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan
peristaltikusus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan
timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi
nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.
ETIOLOGI
PREDISPOSI PRESIPITAS
HERNIA
T&G: Adanya benjolan tetap
dan yg dapat hilang & timbul ,
jika tidak ditangani dapat
Hernia Hernia menyebabkan nyeri, mual & Hernia Perubahan status
Ireponiebel Strangulate muntah Reponiebel kesehatan
Pemeriksaan Penunjang
Tidak bisa di Reposisi, Pe isi abdomen 1. Pemeriksaan fisik Kurang terpapar
nyeri, dan ada (usus) memasuki 2. USG informasi
komplikasi kantong hernia 3. CT-SCAN Dapat dimasukan kesehatan
4. MRI kembali, tidak
nyeri & tidak ada
Pe tekanan komplikasi
DEFISIT PENGETAHUAN
b/d kurang informasi
Kehilangan cairan
berlebih
T&G: Terus bertanya,
Gelisah
Ketakutan/susah untuk Luka insisi Kurang menjaga
kebersihan luka T&G: Hipotensi,
bergerak
Takikardi
Efek a nastesi
meng hilang Terkontaminasi ANSIETAS b/d Ancaman
bakteri Terhadap Konsep Diri
GANGGUAN MOBILITAS SLKI : Tingkat kecemasan RESIKO SYOK dengan
FISIK b/d nyeri Pelepasa n mediator faktor resiko Kekurangan
ny eri SIKI : - Reduksi Ansietas
Sistem kekebalan Volume Cairan
- Persiapan Pembedahan
SLKI : Mobilitas Fisik menurun SLKI: Tingkat Syok
SIKI : - Dukungan Mobilisasi SIKI : - Manajemen pendarahan
Impuls ke SSP
- Pengeturan posisi Tidak mampu - Pemantauan Cairan
melawan infeksi
Diteri ma Otak
RESIKO INFEKSI
dengan factor resiko Efek
Persepsi nyeri
Prosedur Invasif
SLKI: Kontrol Risiko
NYERI AKUT SIKI : - Perawatan luka Insisi
b/d Agen Cedera Fisik - Pencegahan infeksi
SLKI : Tingkat nyeri
SIKI : - Manajemen nyeri
- Pemberian analgesic
D. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di
reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal). Reposisi ini tidak
dilakukan pada hernia stranggulata, pemakaian bantalan penyangga hanya
bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Sebaiknya cara ini
tidak dilanjutkan karena mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan
tonus otot dinding di didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam.
2. Operatif
Tindakan operatif yaitu dengan jalan operasi. Cara yang paling efektif
mengatasi hernia adalah pembadahan. Untuk mengembalikan lagi organ dan
menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi.
a. Herniotomy
Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia sampai
lehernya, kantong di buka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan kemudian direposisi. kantong hernia dijahit ikat
setinggi mungkin lalu di potong. Menurut Oswari penatalaksanaan
hermia yang terbaik adalah operasi dengan jalan menutup lubang
hernianya.
b. Herniorraphy
c. Herniorraphy merupakan tindakan yang hampir serupa dengan
Herniotomi namun akan dilakukan penjahitan pada area keluarnya
hernia untuk memperkuat dinding perut.
d. Hernioplasty
e. Tindakan Hernioplasty dilakukan ketika lubang tempat keluarnya
hernia cukup besar. Kemudian jaring sintetis (mesh) digunakan
untuk menutup dan memperkuat lubang tersebut sehingga hernia
tidak kambuh kembali.
f. Laparoskopi
g. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal pre-peritoneal
(TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP
dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum
abdomen dan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini
memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan
peritoneum. Sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur
laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum
peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah
bisa cidera selama operasi (Sjamsuhidajat R, 2011).
3. Manajemen Keperawatan
Pre-Operasi
a. Beri posisi semi-fowler (Hernia Diafragmatik), terlentang (Hernia
Femoralis)
b. Lakukan pengkajian nyeri, kecemasan, adanya tanda-tanda resiko
infeksi
c. Bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secaramanual,
anjurkan menggu nakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai instruksi
dokter
d. Hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intra abdominal
seperti batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat dan
anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.
Post-Operasi
a. Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
b. Berikan tindakan kenyamanan
c. Dukungan keluarga.
Penatalaksanaan setelah operasi diantaranya adalah hindari hal-hal yang
memicu tekanan di rongga perut, tindakan operasi dan pemberian analgesik
pada hernia yang menyebabkan nyeri, berikan obat sesuai resep dokter,
hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat. Jaga balutan
luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balutan seteril setiap hari
pada hari ketiga setelah operasi kalau perlu. Hindari faktor pendukung seperti
konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan masukan cairan yang
adekuat (Amin & Kusuma, 2015 ).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah
berbaring.
2) Hernia inguinal
Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
3) Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang
merupakan tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
4) Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
5) Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
6) Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
b. Palpasi
1) Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah
medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis
medialis.
2) Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di
lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia
inguinalis lateralis.
3) Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat
benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di
medialnya hernia inguinalis medialis.
4) Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan
sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera.
Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti
karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu
jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan
kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis
dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia
inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan
lateral tuberkulum pubikum.
5) Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum
inguinal
6) Hernia inkarserata : nyeri tekan.
Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan
Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
1) Thumb test
1. Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan
penderita disuruh mengejan
2. Bila keluar benjolan berarti Hernia
Inguinalis medialis.
3. Bila tidak keluar benjolan
berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
2) Finger test
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus
eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia
Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia
Inguinnalis Medialis.
3) Zremant test
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan
masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan
kanan.
c. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
d. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
2. USG
Untuk memperoleh gambaran bagian dalam organ perut dan panggul
3. CT-Scan
Untuk memeriksa organ-organ bagian dalam perut
4. MRI
Untuk mendeteksi adanya robekan pada otot perut, meskipun tidak
terlihattonjolan.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi pada hernia yang tidak diperbaiki adalah:
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak
dapat dimasukkan kembali (hernia ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus berakibat mual dan muntah. Jika hernia membesar
mengakibatkan nyeri dan tegang. Hernia tidak dapat direposisi. Keadaan ini disebut
hernia incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia strangulata.
4. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan
obstipasi.
5. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
6. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
7. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
8. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.
2. Resiko Infeksi Setelah dilakukan perawatan selama ..... x Pencegahan Infeksi (I.14539)
Dengan Factor 24 jam diharapkan Kontrol Risiko Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Resiko Efek
meningkat (L.14128) Batasi jumlah pengunjung
Kamampuan mengidentifikasi faktor Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Prosedur Invasif risiko dipertahankan pada skala 3 dan lingkungan
(D.0142) sedang ditingkatkan pada skala 5 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
meningkat. Perawatan Luka (I.14564)
Kemampuan melakukan strategi Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
control risiko dipertahankan pada skala
3 sedang ditingkatkan pada skala 5 nontoksik, sesuai kebutuhan
meningkat. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
Kemampuan menghindari faktor risiko luka
dipertahankan pada skala 3 sedang Bersihkan jaringan nekrotik
ditingkatkan pada skala 5 meningkat Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
3. Resiko Syok Setelah dilakukan perawatan selama ..... x Manajemen Perdarahan (I.02040)
Dengan Faktor 24 jam diharapkan Tingkat Syok Periksa adanya darah pada muntah, sputum, feses, urine,
menurun (L.03032) pengeluaran NGT, dan drainase luka, jika perlu
Resiko
Kekuatan nadi dipertahankan pada Monitor intake dan output cairan
Kekurangan skala 4 cukup meningkat ditingkatkan Monitor nilai hemoglobin dan hematokrit sebelum dan
Volume Cairan pada skala 5 meningkat setelah kahilangan darah
(D.0039) Tingkat kesadaran dipertahankan pada Pertahankan akses IV
skala 4 sedang ditingkatkan pada skala Anjurkan melapor jika menemukan tanad-tanda
5 meningkat perdarahan
Pemantauan Cairan (I.03121)
Indentifikasi tanda-tanda hipovolemi (mis. Frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering, volume urin
menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka
bakar, aferesis, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
Dokumentasikan hasil pemantauan, jika perlu
4. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan perawatan selama ..... x Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Fisik b/d Nyeri 24 jam diharapkan Mobilitas Fisik Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
(D.0054) Meningkat (L.05042) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Nyeri dapat dipertahankan pada skala Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis.
3 sedang ditingkatkan pada skala 4 pagar tempat tidur)
cukup menurun Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
Gerakan terbatas dapat dipertahankan meningktakan pergerakan
pada skala 3 sedang ditingkatkan ke Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
skala 4 cukup menurun. (mis. Duduk di tempat tidur, atau duduk disisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
5. Ansietas b/d Setelah dilakukan perawatan selama ..... x Reduksi Ansietas (I.09134)
Ancaman Terhadap 24 jam diharapkan Tingkat Kecemasan Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Konsep Diri Menurun (L.09093) Dengarkan dengan penuh perhatian
(D.0080) Verbalisasi khawatir akibat kondisi Pahami situasi yang membuat ansietas
yang dihadapi dipertahankan pada Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
skala 4 cukup menurun ditingkatkan pengobatan, dan prognosis
ke skala 5 menurun Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Perilaku gelisah dan tegang dapat Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
dipertahankan pada skala 4 cukup Latih teknik relaksasi
menurun ditingkatkan ke skala 5
menurun
Daftar Pustaka
Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medisdan Nanda NIC-NOC. Mediaction Publishing
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika
Sjamsuhidajat R & Wim de Jong. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3.Jakarta: EGC