OLEH:
YENI HARIANI
NIM: 891211015
PEMBIMBING AKADEMIK
i
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKES YARSI PONTIANAK
VISI
"Menjadi pusat pendidikan dan pengembangan Keperawatan Jiwa yang unggul
dan Islami tahun 2026"
MISI
1. Menyelenggarakan Pendidikan Ners untuk menghasilkan lulusan yang
unggul dan islami serta mampu bersaing di tingkat nasional dalam bidang
keperawatan jiwa
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
SISTEM PERNAFASAN PPOK
Yeni Hariani
NIM. 891211015
Mengetahui,
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu penyakit paru
kronis yang ditandai oleh adanya keterbatasan aliran udara dan gejala
signifikan partikel atau gas asing dipengaruhi pula oleh faktor host seperti
jalan nafas. Dua kondisi yang paling umum yang berkontribusi pada
terjadi peradangan pada bronkus (saluran yang membawa udara dari dan
bronkitis kronis, dan penyakit saluran napas kecil (small airway disease).
1
Emfisema adalah suatu keadaan terjadi destruksi dan pembesaran pada
alveolus pada paru. Bronkitis kronis ditandai dengan batuk kronis dan
suatu keadaan penyakit kronis pada paru yang meliputi adanya emfisema,
B. Etiologi
4. Iritasi lain, seperti asap cerutu, polusi udara dan paparan debu,
Faktor predisposisi
paparan rokok dalam jangka panjang, baik secara aktif maupun pasif.
2
1. Paparan debu dan bahan kimia di tempat kerja. Paparan kimia, uap,
dam debu dalam jangka panjang di tempat kerja dapat mengiritasi dan
C. Patofisiologi PPOK
3
Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan
4
akan mentransfer satu elektron ke molekul oksigen menjadi anion
menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero, ion fero denganhalida
5
D. PATHWAY
6
E. Manifestasi Klinis
berikut.
berat badan.
udara yang disertai penurunan FEV1, dan rasio FEV1 atau FVC,
berjalannya waktu, apalagi jika pengidap tetap merokok. Pada bronkitis kronik,
gejala utama yan dialami pengidap adalah batuk berdahak yang berlangsung
minimal 3 bulan dalam 2 tahun. Gejala lain pada PPOK dapat meliputi:
2. Mengi,
6. Mudah lelah,
7
7. Sianosis pada kuku maupun bibir,
F. Pemeriksaan Diagnostik
sebagai berikut.
a. Chest X-Ray
bronkodilator.
d. Kapasitas Inspirasi
e. FEV1/FVC
8
Pada bronkitis kronis dan asma sering terjadi PaO2 menurun, PaCO2
g. Bronkogram
Pada emfisema dapat terlihat dilatasi pada bronki saat inspirasi, kolaps
kelenjar mukus.
h. Darah Lengkap
i. Kimia Darah
j. Sputum Kultur
k. Electrocardiogram (ECG)
(bronkitis), gelombang P pada leads II, III, dan AVF panjang, tinggi
2012).
9
m. CT Scan, dilakukan mendeteksi emfisema dan memprediksi
G. Penatalaksanaan
a. Bronkodilator
Obat ini bekerja dengan mengubah tonus otot polos pada saluran pernafasan
Obstruktif Kronik (PPOK) kategori berat atau sangat berat sulit untuk
b. Kortikosteroid Hirup
memperbaiki gejala-gejala
10
yang dialami pasien, memperkecil kemungkinaneksaserbasi atau
c. Obat-obatan Antikolinergik
agonis β namun durasi aksinya lebih lama. Obat ini tersedia dalam bentuk
meter dosis inhaler dan dalam bentuk larutan nebulizer. Dosis yang
dianjurkan 20 mcg atau dua hirup 3 hingga 4 kali perhari. Hal ini
selama 24 jam. Kelebihan dari obat jangka panjang ini adalah berpotensi
d. Obat-obatan oral
e. Terapi oksigen
11
Kombinasi ini dapat memperbaiki fungsi paru, gejala, dan status kesehatan
dibatukkan.
12
bersamaan dengan tindakan lain untuk lebih mempermudah
2. Mendorong olahraga
H. PENGKAJIAN FOCUS
pendidikan.
13
seperti batuk, produksi sputum berlebih, sesak napas, merasa lelah. Keluhan
berapa lama dan berapa kali keluhan terjadi, bagaimana sifat keluhan yang
dirasakan, apa yang sedang dilakukan saat keluhan timbul, adakah usaha
sangat penting untuk mendukung keluhan dari pasien, perlu dikaji riwayat
diagnosa.
1) Inspeksi
dada, bentuk dada simetris atau tidak, pergerakan dinding dada, pola napas,
otot bantu pernapasan, gerak paradoks, retraksi antara iga dan retraksi di atas
abnormal seperti adanya sianosis, pucat, kelelahan, sesak napas, batuk, serta
14
2) Palpasi
inspirasi dan ekspirasi. Cara palpasi dapat dilakukan dari belakang dengan
mungkin didapat saat pemeriksaan palpasi antara lain nyeri tekan, adanya
benjolan, getaran suara atau fremitus vokal. Cara mendeteksi fremitus vokal
yaitu letakkan kedua tangan pada dada pasien sehingga kedua ibu jari
nafas dalam, maka kedua ibu jari tangan harus bergerak secara simetris dan
terpisah satu sama lain dengan jarak minimal 5 cm. Getaran yang terasa oleh
dahak dalam bronkus yang bergetar pada saat proses inspirasi dan ekspirasi.
3) Perkusi
dada dan organ paru-paru yang ada dibawahnya, akan dipantulkan dan
4) Auskultasi
aliran udara dan mengevaluasi adanya cairan atau obstruksi padat dalam
15
struktur paru. Cara mengetahui kondisi paru-paru, yang dilakukan saat
dikaji yaitu data gejala dan tanda mayor minor (PPNI, 2017), yang meliputi
gejala dan tanda mayor dan tanda mayor meliputi subjektif : tidak tersedia,
objektif : batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi,
wheezing dan atau ronkhi kering. Gejala dan tanda minor meliputi subjektif
: dyspnea, sulit bicara, ortopnea dan objektif : gelisah, sianosis, bunyi napas
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)
ketidakseimbanganventilasi-perfusi. ( D.0003)
16
J. Rencana Keperawatan
17
a 4. Lakukan vibrasi dengan posisi
k telapak tangan rata bersamaan
a ekspirasi melalui mulut
d 5. Lakukan fisioterapi dada
a setidaknya dua jam setelah
n makan
a 6. Hindari perkusi pada tulang
f belakang, ginjal, payudara
a wanita, insisi, dan tulangrusuk
s yang patah
c 7. Lakukan pengisapan lender
u untuk mengeluarkan sekret, jika
p perlu
i Edukasi :
n 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
g fisioterapi dada
h 2. Anjurkan batuk segera
i setelah prosedur selesai
d 3. Ajarkan inspirasi perlahan
u dan dalam melalui hidung
n selama proses fisioterafi dada
t
s
18
Tabel 2. Rencana keperawatan dengan diagnosa : gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
Gangguan Setelah dilakukan Terapi Oksigen I.01026
pertukaran gas tindakan keperawatan Observasi
berhubungan diharapkan pertukaran 1. Monitor kecepatan aliran
dengan gas meningkat dengan oksigen
ketidakseimban kriteria hasil : 2. Monitor posisi alat terapi
gan ventilasi- 1. Hasil AGD : oksigen
perfusi pH arteri 7,37-7,47 3. Monitor aliran oksigen
( D.0003) PO2 80-100 mmHg secara periodik dan pastikan
PCO2 36-44 mmHg fraksi yang diberikan cukup
2. Pola nafas teratur 4. Monitor efektifitas terapi
dengan frekuensi oksigen (mis. oksimetri,
16-20 x/menit analisa gas darah), jika perlu
3. Tidak ada sianosis 5. Monitor kemampuan
4. Frekuensi nadi 60- melepaskan oksigen ketika
100 x/menit makan
5. Tidak ada bunyi 6. Monitor tanda-tanda
nafas tambahan hipoventilasi
6. Tidak 7. Monitor tanda dan gejala
menggunakan otot toksikasi oksigen dan
bantu nafas atelektasis
8. Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
9. Monitor integritas mukosa
akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
1. Bersihkan sekret pada
hidung, mulut, dan trakea,
jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan
nafas
3. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
4. Berikan oksigen tambahan,
jika perlu
5. Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
6. Gunakan pernagkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga
19
cara menggunakan oksigendi
rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
29
secara mandiri
3. Ajarkan
teknik
batukefektif
Kolaborasi
1. Kolaborasika
npemberian
bronkodilator
, jika perlu
Harmano, Rudi, Maria Diah Ciptaningtyas, and Ida Farida. 2017. “Praktek
Klinik Keperawatan Gawat Darurat.” Keperawatan Gawat Darurat:
1–158.
Lestari, Endah Dwi, Annisaa Fitrah Umara, and Siti Asriah Immawati.
2020. “Effect of Effective Cough on Sputum Expenditure in Pulmonary
Tuberculosis Patients.” Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia [JIKI]
4(1): 1.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI