WIDYA ASTUTI
BT2001058
CI LAHAN CI INSITITUSI
WATAMPONE
2021
I. KONSEP MEDIS
a. Defenisi
Hernia adalah benjolan pada tubuh yang terjadi ketika bagian dalam tubuh
menekan bagian otot atau jaringan di sekitarnya yang lemah. Hernia, atau biasa
disebut dengan turun berok, biasanya muncul di area antara dada dan pinggul.
(KEMENKES,2016)
Hernia adalah kondisi yang terjadi ketika organ dalam tubuh menekan dan
mencuat melalui jaringan otot atau jaringan ikat di sekitarnya yang
lemah(WHO,2017)
Hernia atau turun berok adalah kondisi yang terjadi ketika organ dalam tubuh
menekan dan mencuat melalui jaringan otot atau jaringan ikat di sekitarnya yang
lemah.(SJAMSUHIDAJAT 2016)
b. Etiologi
Menurut Black,J dkk (2015) Hernia disebabkan oleh kombinasi antara kondisi
otot yang tertarik dan melemah. Ada beberapa hal yang menyebabkan otot tubuh
melemah, yaitu:
1. Usia.
2. Batuk kronis.
3. Bawaan lahir, terutama di pusar dan diafragma.
4. Cedera atau komplikasi dari operasi di bagian perut.
Selain itu, ada sejumlah faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalami hernia, terutama ketika otot tubuh mulai melemah.
c. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar
atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan.
Pertama-tama terjadi kerusakan yang patofisiologi hernia inguinalis adalah
PPeningkatan intrausus
prolaps sebagian abdomen Kelemah
ke dalam anulus inguinalis di otot dinding
atas kantong abdomen
skrotum, disebabkan
Sekresi berkurang
Sekresi berkurang
HERNIA INGUINALIS
Ansietas General
Lokal
Nekrosis.
Dehidra Kekurangan
Infeksi. si nutrisi
Absrobs toksik
Gangguan Abses
rasa nyeri Paralise
Kekurangan
kebutuhan
Perubahan
cairan dan
mobilitas fisik
elektrolit
d. Manifestasi Klinis
Menurut Natadidjaja (2017), tanda dan gejala hernia adalah :
1. Penonjolan di daerah inguinal
2. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
3. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan
distensi abdomen.
4. Terdengar bising usus pada benjolan
5. Kembung
6. Perubahan pola eliminasi BAB
7. Gelisah
8. Dehidrasi
Berdasarkan jenisnya, berikut adalah tanda-tanda dan gejala turun berok.
1. Gejala paling umum pada kondisi ini adalah munculnya tonjolan pada pangkal
paha. Tonjolan dapat muncul tiba-tiba sebagai akibat dari ketegangan berlebih
akibat:
2. Mengangkat beban,
3. Bersin dengan keras,
4. Batuk terus-menerus,
5. Mengejan saat buang air kecil atau buang air besar, dan
6. Peningkatan tekanan dari dalam perut.
7. Tonjolan cenderung lebih terlihat dalam posisi tegak dan bisa menyebabkan rasa
sakit atau tidak nyaman pada pangkal paha. Rasa sakit umumnya muncul ketika
anda membungksuk, mengangkat beban, batuk, atau tertawa.
8. Rasa sakit atau terbakar pada area tonjolan,
9. Perasaan seperti menyeret beban pada pangkal paha,
10. Pangkal paha menjadi lemah dan sensitif, serta
11. Rasa tidak nyaman di sekitar testis.
12. Femoralis
13. Benjolan kecil hingga sedang mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun,
benjolan berukuran besar atau yang muncul pada paha dan pinggul atas bisa
menyebabkan nyeri.
14. Nyeri terasa paling parah saat anda berdiri atau mengangkat benda berat.
15. Umbilikalis
16. Pada bayi dengan pusar bodong, tonjolan hanya muncul ketika bayi menangis
atau batuk.
17. Hal ini biasanya tidak menyakitkan untuk anak-anak, tapi kondisi yang muncul
saat dewasa dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut.
18. Hernia hiatal cenderung berukuran kecil sehingga anda mungkin tidak
merasakannya sama sekali. Akan tetapi, benjolan yang lebih besar dapat
menyebabkan pembukaan diafragma yang lebih besar.
19. Hal ini dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan gangguan pencernaan,
seperti:
20. Tekanan pada perut,
21. Perut terasa seperti diremas,
22. Nyeri dada,
23. Naiknya asam lambung,
24. Kesulitan bernapas atau menelan, serta
25. Rasa mulas.
26. Insisional
27. Gejala turun berok pascaoperasi bergantung pada ukuran sayatan. Gejala mungkin
baru terasa dalam tiga minggu hingga enam bulan setelah anda menjalani operasi.
Meski begitu, kondisi tersebut tetap bisa terjadi kapan saja.
28. Tonjolan pada lokasi sayatan adalah gejala yang paling umum. Jika ada terlalu
banyak jaringan atau usus yang terjebak pada titik lemah, anda bisa merasakan
nyeri yang hebat.
e. Komplikasi Hernia
Penderita turun berok yang tidak mendapat penanganan rentan mengalami
komplikasi seperti:
1. Tekanan pada jaringan otot atau di sekitarnya,
2. Hernia yang tertahan (incarcerated hernia),
3. Sumbatan usus, dan
4. Kematian jaringan.
5. Incarcerated hernia terjadi bila benjolan terjebak pada dinding perut. Kondisi ini
dapat menyebabkan usus tersumbat atau tercekik karena tidak mendapatkan aliran
darah
Menurut Mansjoer, A (2016) komplikasi pada hernia adalah :
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia
inguinalisirreponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan irreponibilisadalhomentum,
karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar
karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan irreponibilis
daripada usus halus.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan
gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia
inguinalisstrangulata.Pada keadaan strangulata akan timbul gejala illeus, yaitu
perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih
hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah.
f. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer, A (2017) pemeriksaan penunjang pada hernia adalah :
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000–
18.000/mm3) dan ketidakseimbangan elektrolit
g. Penatalaksanaan Medis
Menurut Mansjoer, A, (2018) penatalaksanaan medis pada hernia yaitu :
1. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalisinternus dan memperkuat dinding
belakang.
2. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka
dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia
dijahit ikat setinggi lalu dipotong.Herniorraphy : mengembalikan isi kantong
hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan transversusinternus dan muskulusablikusinternusabdominus ke
ligamen inguinal.
Sedangkan penatalaksanaan Keperawatan yaitu :
1. Secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
2. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit di evaluasi kembali.
3. Celana penyangga
4. Istirahat baring
5. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.
6. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, minuman beralkohol yang
dapat memperburuk gejala-gejala.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, agama, pendidikan , pekerjaan , no register
,diagnosa medis ,dan tanggal waktu MRS. Penyakit ini dapat diderita oleh semua
kalangan tua , muda , pria maupun wanita. Pada anak-anak penyakit ini
disebabkan karena kurang seumpanya procesus vaginalis untuk menutupi seiring
dengan turunnya testis.
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar,
menangis, berdiri, mual-mual, muntah. Bila ada komplikasi ini menciptakan
gejala klinis yang khas pada penderita HIL (Hernia Inguinal )
b) Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh nyeri, ada benjolan,mual muntah.
c) Riwayat penyakit sebelumnya :
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang diderita klien.
d) Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti biasanya,
suka bekerja menolong orang tua, klien masih dapat berkomunikasi dengan
orang tuanya. Bagaimana dukungan keluarga dalam keperawatan agar
membantu dalam proses penyembuhan..
c. Aktivitas/istirahat
Gejala :
1) Sebelum MRS:
Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan, berkebun, mengangkat2
sawit dan menimbang karet.
2) Sesudah MRS:
a) Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.
b) Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
c) Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
d) Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.
e) Gangguan dalam berjalan.
d. Eliminasi
Gejala :
1) Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
2) Adanya retensi urine.
e. Istirahat tidur.
Penurunan kualitas tidur.
f. Personal Higiane.
Penurunan kebersihan diri, ketergantungan.
g. Integritas Ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial
keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
h. Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang
menjalar ke kaki,bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.(Doenges, 1999 :
i. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : Lemah.
b) TTV = TD : Normal / hipertensi (N: 120/80 mmHg).
Suhu : Hipotermi (N: 36oC- 37oC).
Nadi : Tachicardi (N: 80-120 x/mnt).
RR : Normal / meningkat (N: 30-60 x/mnt).
c) Kepala dan leher
Inspeksi : Ekspansi wajah menyeringai, merintih, menahan sakit.
RambuT : Lurus/ keriting, distribusi merata/tidak, warna, Ketombe,
kerontokan
Mata : Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara merah muda, konjunctiva
tidak anemis
Hidung ; Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping hidung.
Teling : Simetris, terdapat mukus / tidak
Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan Limfea pada leher
d) Dada
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat tarikan otot bantupernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasapanas, nyeri tekan(-)
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal.
e) Abdomen
Inspeksi : terdapat luka post operasi di abdomen regioninguinal
Palpasi : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis
Perkusi : Dullness
Auskultasi : Terdengar bising usus (N= <5 per menit)
f) Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak ada edema
Bawah : Simetris, tidak ada edema
g) Genetalia
Inspeksi : Scrotum kiri dan kanan simetris, ada lesi
2. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Perubahan mobilitas fiisik berhubungan dengan keengganan melakukuan
pergerakan
3. Ansietas b.d kurang terpapar infpormasi
Intervensi
Manajemen Nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karaeristik, durasi, frekuensi, ualis, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktoryang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
1. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Ajarkan teknik teknik nonfarmokologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kalaborasi
1. Kalaborasi pemberian analgtik, jika perlu
Perubahan mobilitas fisik b.d keengganan melakukan pererakan
Pengertian : kemampuan dalam Gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3×24 jam diharapkan kekuatan otot
mebaik
Kitera hasil :
Intervensi
Dukungan ambulasi
Observasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Terapeutik
1. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
Edukasi
1. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus di lakukan ( berjalan dari tempat
tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi
Ansietas b.d kurang terpapar informasi
Pengertian : kondisi emosi dan pengalaman subjektif terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3×24 jam kecemasan pasien
menurun
Kitera hasil :
Intervensi
Reduksi ansietas
Observasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis,kondisi,waktu,stretor,
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda tanda asietas (verbal non verbal)
Terapeutik
1. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,jika memungkinkan
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
1. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,sesuai kebutuhan
2. Anjurkan mengunkapkan perasaan dan persepsi
Kaloborasi
1. Kaloborasi pemberian obat antiansitas
DAFTAR PUSTAKA
PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta:
DPP PPNI
PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta:
DPP PPNI
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta:
DPP PPNI