Anda di halaman 1dari 13

Definisi

Hernia adalah prostusi dari organ melalui lubang defektif yang didapat atau kongenital
pada dinding rongga yang secara normal berisi organ. (Barbara Engram
Hernia adalah prostusi abnormal organ atau jaringan, atau bagian organ yang melalui struktur
yang secara abnormal berisi bagian ini. (Monika Ester)
Hernia adalah penonjolan isi perut, dari rongga yang normal melalui defek pada fasia
dan muskuloaponeuretik dinding perut. (Mansjoer,Arif dkk.Kapita Selekta Kedokteran)
Hernia adalah: suatu tonjolan yang abnormal dari organ organ intra abdominal keluar dari cavum
abdomen tapi masih di capai oleh peritonium.(purnawan djumadi 1999)
Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai organ
internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang mengelilinginya dan
kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut (Griffith, 1994).
Hernia adalah: kelemahan pada dinding otot abdomen dimana segmen dari isi perut atau struktur
abdomen lain yang menonjol atau turn (Ignatavicius Donna, and Bayne Marilynn, 2002).
Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems, hal 1368)
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau
kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal (Lewis,
Sharon Mantik, 2000, Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical
Problems. Fifth Edition. By Mosby Inc)
Hernia scrotalis adalah merupakan hernia inguinalis lateralis yang mencapai skrotum
(Syamsuhidajat, 1997, Buku Ilmu Bedah, hal 717).
Pengertian Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang
normal malalui sebuah defek konsenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246)
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000 :
216).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang
secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253). Hernia inguinalis
adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio inguinalis). (Oswari, 2000 : 216).

2. Etiologi
Penyebab dari timbulnya hernia yaitu dapat berupa:
- Kongenital: kanalis inguinalis belum menutup.
- Kelemahan dinding abdomen dan peningkatan tekanan intraabdominal yang dapat terjadi
karena:
- Kehamilan
- Obesitas
- Mengangkat beban berat
- Batuk
- Konstipasi

3. Klasifikasi
a)Berdasarkan proses terjadinya hernia terbagi atas :
- Hernia bawaan (Kongenital)
- Hernia dapatan (akuisita)
b)Berdasarkan letak, Hernia terbagi atas :
- Hernia diafragma - Hernia inguinalis
- Hernia umbilical - Hernia strotalis
- Hernia insisional.
1. Hernia congenital:
- Hernia umbilikalis
- Hernia diafragnatika
- Hernia inguinalis lateralis
2. Hernia didapat:
- hernia inguinalis medialis
- Hernia femoralis
1. Hernia Inguinalis Indirek
Terjadi melalui cincin inguinalis dan melalui korola spermatikus melalui korola
inguinalis.Umumnya terjadi pada pria daripada wanita.Insidennya tinggi pada bayi dan anak
kecil.Hernia ini sangat besar dan sering turun keskrotum.
2. Hernia Inguinalis Direk
Hernia ini melewati dinding abdomen diare kelemahan otot,tidak melalui kanal seperti pada
hernia inguinalis dan femoralis direk;ini lebih umum pada lansia.
3. Hernia Femoralis
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita daripada pria.Ini
mulai sebagai penyumbat lemak dikanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap
menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung.
4. Hernia Umbilikalis
Pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal.Ini
biasanya terjadi pada orang yang gemik dan wanita Multipara.

4. Manifestasi klinis
- Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan
Misalnya:Rasa sakit yang terus menerus
- Adanya nyeri
Misalnya:Pasien gelisah dan muntah
- Jari tangan dapat masuk pesibulus spermatikus sampai keanulus inguinalis interus
- Nyeri
- Muntah, mual
- Nyeri abdomen
- Distensi abdomen
- Kram
- Ada penonjolan keluar

5. Patafisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan
pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batukyang kuat atau
bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada
daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan
dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu
ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat
dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang
terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka
berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.

6. Pathway

Mengangkat beban berat,kegemukan,batuk kronis

Peningkatan tekanan intraabdominalis

Defek dinding otot abdominal

Lubang embrional yang tidak menutup/melebar/cincin hernia

Penonjolan isi perut/usus

Usus masuk ke kantung hernia

Belum terjadi Penjepitan +_ Penjepitn usus 6 jam


Pejempitan 6 jam.

Benjolan bisa Belum ada tanda Ada tanda ilius obstruktiv


kembali. Ilius obsteruktiv.

Reponibilis. Nyeri daerah hernia Hernia inkarserta.

Hernia ireponsibilis.

Catatan: Mengangkat beban berat,kehamilan,kegemikan atau batuk kronis yang dapat


menyebabkan peningkatan tekana intraabdominal.Adanya peningkatan tekana intraabdominal
dapat menimbulkan defek dinding otot abdominal.Defek ini terjadi karena adanya kelemahan
jaringan atau ruang luas pada ligamen inguinal karena adanya defek dinding otot abdomen
menyebabkan lubang embrional serta cincin hernia tidak menutup/melebar dimana dalam
keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk.Karena adanya pelebaran lubang embrional/cincin
hernia menyebakan penonjolan isi perut/usus dari rongga yang normal.
7. Penatalaksanaan
Pemeriksaan Diagnostik
 Sinar X
 Pada abdomen akan menunjukkan kuantitas cairan atau gas
 Pemeriksaan darah lengkap:Hb yang rendah dapat mengarah pada anemia/kehilangan darah
dan keseimbangan oksigenasi jaringan dan pengurangan Hb yang tersedia dengan anestesi
inhalasi,peningkatan Ht mengidetifikasikan dehidrasi.Penurunan Ht mengarah pada kelebihan
cairan.
 Waktu koagulasi mempengaruhi hemostatis intraoperasi/pascaoperasi
 EKG:penemuan akan sesuatu yang sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioitas perhatian
untuk memberikan anestesi.
2. Farmakologi
 Terapi obat analgetik
3. Pembedahan
 Herniatomi
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai lehernya kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan jika ada perlekatan,kemudian diare posisi kantong hernia dijahit,ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
 Henia plastik
Dilakukan tindakan memperkecil anulis inguinalis interus dan memperkuat dinding belakang
kanalis linguinalis

8. Komplikasi

1. Terjadi perlengketan pada isi hernia dengan dinding kantong hernia tidak dapat dimasukkan lagi
2. Terjadi penekanan pada dinding hernia akibat makin banyaknya usus yang rusak
3. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinue menyebabkan daerah benjolan
merah

9. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi :
1). Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis
vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2). Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial,
hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
3). Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi
(termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa
pra operasi).
4). Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5). Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune
(peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi
kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat
penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat
transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6). Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,
antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol
(risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

b. Pemeriksaan
Umum.
TTV,hipotermi, TD normal , Tachicardi.
- Fisik.
Kepala : Ekspansi wajah menyeringai , merintih , menahan sakit .
Dada : Suara nafas normal.
Perut : Bising usus bisa normal / meeningkat ,benjolan ingiunalis nyeri tekan.
- Diagnostik.
- Foto ronsend spinal.
Memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang belakang kecurigaan patologis lain
seperti tumor osteomilitis.
- Elektromigrafi.
Dapat melokalisasi tingkat dasar saraf spinal terutama yang trkena.
- Venogram epidural.
Dapat di lakukan pada kasus keakuratan dari miogram terbatas.
- Fungsi lumbal.
Mengsampingkan kondisi yang berhubungan dengan infeksi adanya darah.
- Scan CT.
Dapat menunjukan kanal spinal yang mengecil, adanya proteksi diskus intervetrebralis.
c. Diagnose keperawatan
1. Pre operasi.
- Nyeri berhubungan dengan peritonium teregang.
- Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tindakan operasi.
2. Post operasi.
- Nyeri berhubungan dengan terputusnya intergitas jaringan.
- Kurang prawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisiksekunder terhadap
pembedahan.
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka pembedahan
- intoleran aktifitas

1. Analisa data
ANALISA DATA PRE OPERASI
MASALAH
NO DATA PENYEBAB KEPERAWATAN
DS:
- Klien banyak
bertanya tentang
penyakit yang
dideritanya
DO:
- Ekspresi wajah Proses hospitalisasi
tegang dan pucat ↓
- Respirasi, nadi, Kurang Informasi
tekanan darah ↓
1 meningkat Stress meningkat Ansietas
Kongenital dan akuisitas

DS:
- Klien mengeluh Peningkatan kelemahan
nyeri seperti tekanan
tertusuk, yang akan intra otot
memburuk dengan abdomen
adanya batuk,
membungkukkan ↓
badan, defekasi Invaginasi kanalis inguinalis
DO: ↓
- Nyeri pada palpasi Spasme otot
- Wajah tampak ↓
2 meringis Strangulasi usus Nyeri
H. ANALISA DATA POST OPERASI
MASALAH
NO DATA PENYEBAB KEPERAWATAN
Tindakan pembedahan

Terputusnya kontinuitas jaringan

Ujung saraf bebas terangsang
DS. ↓
- Klien mengeluh lmpuls diterima oleh serabut
nyeri pada luka ↓
bekas operasi Diteruskan ke kornu dorsalis di
DO: medulla spinalis
- Ekspresi wajah ↓
meringis Hipotalamus
- Klien memegang ↓
1 daerah yang nyeri Cortex cerebri Nyeri
DS:
- Klien mengeluh
tidak mampu
melakukan aktivitas
yang biasanya
dilakukan Tindakan pembedahan
DO: ↓
- Perubahan jalan, Terputusnya kontinuitas jaringan
berjalan dengan ↓
pincang Nyeri di daerah post operasi
- ADL dilakukan di ↓
tempat tidur Takut bergerak
- ADL dibantu ↓
2 perawat keluarga Aktivitas menurun Intoleransi aktivitas
Tindakan pembedahan

Terputusnya kontinuitas jaringan
DO: ↓
- Hipertemia Adanya luka insisi
- Terdapat luka bekas
3 operasi Post d’entry kuman Risiko tinggi infeksi
5.
6.
7. I. RENCANA PERAWATAN PRE OPERASI
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN (TUJUAN,
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA RENCANA TINDAKAN)
T : Kecemasan hilang/berkurang dalam
waktu 1 x 24 jam setelah perawatan
K : - Tampak rileks/tenang
- Melaporkan ansietas hilang/berkurang
I : - Kaji tingkat ansietas pasien
- Beri informasi yang akurat tentang
penyakit yang dideritanya.
Ansietas berhubungan dengan - Beri kesempatan pasien untuk
kurangnya informasi, ditandai mengungkapkan masalah yang
dengan: ekspresi wajah tegang dan dihadapinya.
pucat, respirasi, nadi, tekanan darah - Ajarkan mekanisme koping yang
1 meningkat baru.
T : Nyeri hilang/terkontrol dalam waktu 2 x
24 jam setelah perawatan
K : - Wajah tampak ceria
- Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
I : - Kaji tingkat nyeri, catat lokasi,
lamanya serangan, faktor pencetus/yang
memperberat
- Ajarkan teknik relaksasi
- Lakukan massage pada daerah sekitar
nyeri
Nyeri berhubungan dengan spasme - Observasi TTV
otot, ditandai dengan: wajah tampak - Kolaborasi pemberian obat sesuai
2 meringis, nyeri pada palpasi. indikasi.
8. J. RENCANA PERAWATAN POST OPERASI
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN (TUJUAN,
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA RENCANA TINDAKAN)
T : Nyeri hilang/berkurang dalam waktu
2 x 24 jam setelah perawatan
K : - Nyeri hilang/berkurang
- Wajah tampak ceria
I : - Observasi keadaan umum dan
tanda-tanda vital
- Kaji tingkat nyeri, lokasi, lamanya
serangan
- Anjurkan teknik relaksasi nafas
Nyeri berhubungan dengan dalam
terputusnya kontinuitas jaringan, - Anjurkan klien untuk merubah
ditandai dengan klien mengeluh nyeri posisi setiap 2 jam
pada luka bekas operasi, wajah tampak - Kolaborasi pemberian obat
1 meringis analgetik sesuai indikasi
T : Klien dapat melakukan aktivitas
sendiri dalam waktu 2 x 24 jam setelah
perawatan
K : - Klien mampu melakukan aktivitas
sendiri
I : - Catat respon emosi/perilaku
mobilitas. Berikan aktivitas yang dapat
Intoleransi aktivitas berhubungan ditoleransi.
dengan nyeri yang dirasakan pada - Anjurkan pasien untuk tetap ikut
daerah bekas operasi ditandai dengan berperan serta dalam aktivitas sehari-hari
perubahan jalan, ADL dilakukan di dalam keterbatasan individu.
tempat tidur, ADL dibantu oleh - Bantu pasien dalam melakukan
2 perawat/keluarga aktivitas
Risiko tinggi infeksi berhubungan T : Tidak terjadi infeksi pada area bekas
dengan tindakan pembedahan ditandai operasi dalam waktu 3 x 24 jam setelah
dengan perawatan
DS: - K : - Luka operasi kering
DO: - Tidak ada tanda-tanda infeksi
3 - Hipertermia I : - Awasi tanda-tanda infeksi
- Terdapat luka bekas operasi - Ganti alat tenun dan pakaian setiap
hari
- Jaga kebersihan diri dan lingkungan
- Ganti balutan setelah 2 hari post
operasi dan selanjutnya rutin setiap hari
dengan teknik septik/aseptik.
- Kolaborasi untuk pemberian obat
antibiotik

Pre operasi.
DX I.
- Puasakan klien 12 jam sebelum pembiusan.
R/ Pengosongan lambung memerlukan waktu sebelum di lakukan anestesi.
- Persiapan mental klen.
R/ Peningkatan pegetahuan klien akan kooperatif dalam tindakan yang akan di lakukan.
- Bersikan kulit daerah operasi .
R/ Mencegah infeksi selama operasi.
DX II.
- Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tetang tindakan operasi.
- Kreteria : .
- Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi.
- Pemeriksaan diagnostik dan rencana tindakan.
Intervensi :
- Berikan informasi tentang pemeriksaan diagnostik.
R/ Informasi akan mendorong partisipasi klien dalam pengambilan keputusa dan kemandirian
maximum.
2. Post operasi.
DX I.
- Berikan HE Tentang tehnik relaksasidan distraksi.
R/ Mengurangi rasa nyeri yang ada dengan pengalihan perhatian.
- Perawatan luka pada daerah operasi.
R/ Mencegah terjadinya infeksi.
- Observasi TTV.
R/ Mengetahui perkembangan dan tanda tanda penurunan /peningkatan kesehatan klien.
DX II.
- Memberikan HE pada keluarga tentang perawatan klien.
R/ Memberikan rasa nyaman pada klien.
- Observasi TTV.
R/ Mengetahui kegawatan / penurunan kesehatan klien.
DX III.
- Inspeksi kulit untuk adanya iritasi / robekan / luka.
R/ Deteksi tanda mulanya peradangan.
- Memberikan perawatan pasien sesuai protap.
R/ Nenberikan perawatan yang profesional dan mencegah terjadinya mal praktek.

10. Penutupan
A. kesimpulan
B. saran

11. Daftar pustaka


Doengoes ME (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC , Jakarta.
-Purnawan Djunaidi dkk (1999) , Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Media Ausculapius FKUI
, jakarta.
-Barbara Engran (1999) , Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah Volum 1 , EGC,
Jakarta.
Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta, 1998.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
Griffith H. Winter, Buku Pintar Kesehatan, EGC, Jakarta, 1994.
Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, EGC,
Jakarta, 1995.
Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.
W.A. Dorland Newman, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakar
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN HERNIA
1. Definisi
Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dapat menyebabkan
peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh serosa dan disebut kantung hernia
(Robbins & Cotran : 2010 )
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat & Wim de Jong : 2005)
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak disebelah
lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui
anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer : 2000)
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan isi suatu organ
seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung kemih melalui bagian yang lemah dari dinding
abdomen sehingga menimbulkan kantung berisikan material abnormal dengan penyebab congenital
ataupun yang didapat.
2. Etiologi
Factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis adalah :
a. Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di anatranya ; kehamilan, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat miksi,
hipertropi prostat
b. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka.
c. Kelemahan otot dinding perut.
d. Anulus internus yang cukup lebar.
3. Patofisiologi
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebalah
lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut malalui
anulus inguinalis eksternus.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus
testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanal tersubut. Namun dalam beberapa hal,seringkali kanalis ini tidak
menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital.
4. Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia menurut sifat atau
tingkatanya.
Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
a. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika
inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis eksternus.
Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil
b. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang
dibatasi segitiga Haselbach.
c. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria. Hernia ini mulai
sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara bertahap menarik peritonium dan
akibatnya kandung kemih masuk ke dalam kantung.
d. Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan yang didapat. Hernia
umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang memliki keadaan peningkatan tekanan
intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada
insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi
seperti infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.
e. Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
Menurut sifat atau tingkatannya :
a. Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau mengedan dan
masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh
nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali ) biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantung pada peritoneum.
c. Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak dapat kembali disertai
dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan
cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi
kantung bisa terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan
passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel
d. Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam kantung
hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga mengakibatkan
nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat dimasukan kembali di sertai
adanya nyeri tekan.
5. Manifestasi klinik
Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila
pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia jarang sekali menjadi
ireponibilis.
Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun
anulus inguinalis interna di tekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul bejolan. Bila
hernia ini sampai skrotum, maka hanya akan sampai kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan
funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Bila jari di masukan dalam anulus
inguinalis eksterna, tidak akan di temukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan
tidak akan terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah meraba ligamentum Cowperi pada
ramus superior tulang pubis. Pada pasien kadang-kadang di temukan gejala mudah
kencing karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia.
Komplikasi
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
di masukan kembali. Keadan ini disebut hernia inguinalis ireponiblis. pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah
omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena
infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usu halus
.
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk keadaan ini
menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi).
Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata
pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada
strangulasi nyeri yang timbul akan lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan
pasien menjadi gelisah.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif dan pembedahan.
a) Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian
korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset tidak dianjurkan karena alat ini dapat
melemahkan
otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat anti analgetik yaitu
mengurangi nyeri.
b) Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan menjepit kantung hernia (
herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat, dan
dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah
dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk tidak boleh mengendarai kendaran, aktifitas
dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6
minggu.

Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post operasi.

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan rasa


nyaman nyeri teratasi.

Kriteria hasil

Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang,


Tanda – tanda vital dalam batas normal
Wajah klien rileks.

Rencana tindakan :
1) Observasi tanda – tanda vital.
2) Kaji skala nyeri, lokasi, lamanya faktor yang memperberat karaktersitik.
3) Ajarkan tehnik relaksasi napas dalam, dan distraksi pengalihan seperti mengobrol, mendengarkan
musik dan membaca buku.
4) Berikan posisi yang nyaman (semifowler)
5) Kolaborsi pemberian obat analgetik.
b. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi.

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko tinggi infeksi


tidak terjadi

Kriteria hasil

Luka kering, tidak ada pus.


Tidak ada kemerahan.
Tidak ada bengkak.
Kerapatan luka tampak bagus.

Rencana tindakan :
1) Observasi tanda – tanda infeksi ( tumor, rubor, dolor, kalor, fungsiolesa ).
2) Observasi tanda – tanda vital, perhatikan adanya peningkatan suhu tubuh.
3) Lakukan ganti balutan tiap hari.
4) Pertahankan perawatan luka dengan tehnik steril, aseptik dan antiseptik.
5) Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi
6) Monitor leukosits..
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
uan Setelah dilakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari terpenuhi.
teria hasil klien dapat melakukan perawatan secara mandiri.
ncana tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang pentingnya perawatan diri bagi klien.
2) Motivasi klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai kemampuan.
3) Motivasi keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari klienseperti menggosok gigi, makan,
minum.
4) Fasilitasi klien untuk melakukan kebersihan diri.
5) Ajarkan klien untuk melakukan pergerakan secara bertahap
d. Resiko kekambuhan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan hernia pasca
operasi.

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dan keluarga


mengerti tentang hal – hal yang harus dihindari untuk
mencegah timbulnya hernia.

Kriteria hasil

Secara verbal klien mengerti perawatan selanjutnya antara lain


dalam hal mencegah terulangnya penyakit henia.

Rencana tindakan :
1) Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakit dan hal-hal yang harus di perhatikan agar tidak terjadi
kekambuhan.
2) Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dapat di toleransi.
3) Anjurkan klien untuk makan tinggi serat.
4) Jelaskan tentang keseimbangan istirahat dan aktifits.
5) Anjurkan klien untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat.
6) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien tentang cara perawatan luka di rumah.
Daftar Pustaka
Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmann’s.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart.
Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.

Anda mungkin juga menyukai