Pengertian
Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau
bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Dermawan, 2017).
Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui
suatu defek pada fasia dan muskulopaneurotik dinding perut, baik secara
congenital atau didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain
yang biasa melalui dinding tersebut (Mansjoer, 2012).
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia (Wim De Jong dalam Nurarif 2018 ). Hernia merupakan
prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan (Nurarif, 2018).
Jadi hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) akibat lemahnya
dinding rongga yang terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.
B. Etiologi
Hal yang mengakibatkan hernia adalah
a. Kelemahan abdomen
b. Peningkatan tekanan intra abdomen
c. Bawaan sejak lahir
d. Kebiasaan mengangkat benda yang berat (heavy lifting)
e. Kegemukan (marked obesity)
f. Batuk
g. Terlalu mengejan saat buang air kecil/besar
h. Ada cairan di rongga perut (ascites)
i. Riwayat keluarga ada yang menderita hernia
C. Klasifikasi Hernia
Klasifikasi hernia menurut letaknya :
a. Hernia Inguinal, dibagi menjadi :
1) Hernia Indirek atau lateral : hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan
melewatikorda spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi
sangat besar dansering turun ke skrotum. Umumnya terjadi pada pria.
Benjolan tersebut bias mengecil, menghilang pada waktu tidur dan bila
menangis, mengejan, mengangkatbenda berat atau berdiri dapat tumbuh
kembali
2) Hernia Direk atau medialis : hernia ini melewati dinding abdomen diarea
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan
femoralis indirek. Lebih umum terjadi pada lansia. Hernia ini disebut
direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga
meskipun arteri inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau
mengejan, tetap akan timbul benjolan. Pada pasien terlihat adanya massa
bundar pada arteri inguinalis eksterna yang mudahmengecil bila pasien
tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang
menjadi irreponible.
b. Hernia Femoralis
Hernia femoralis terjadi melaui cincin femoral dan lebih umumnya pada
wanita. Inimulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoral yang
membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk kedalam kantong.
c. Hernia Umbilikal
Hernia umbilikal pada umumnya terjadi pada wanita karena peningkatan
tekanan abdominal, biasanya pada pasien obesitas dan multipara.d.
d. Hernia Insisional
Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh
secara tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka kemungkinan
disebabkan oleh infeksi, nutrisitidak adekuat, distensi ekstrem atau
obesitas. Usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang
lemah.
Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya :
a. Hernia Kongenital (bawaan)
Hernia kongenital terjadi pada pertumbuhan janin usia lebih dari 3 minggu testis
yangmula-mula terletak di atas mengalami penurunan (desensus) menuju ke
skrotum. Padawaktu testis turun melewati inguinal sampai skrotum prosesus
vaginalis peritonealyang terbuka dan berhubungan dengan rongga peritoneum
mengalami obliterasi dansetelah testis sampai pada skrotum, prosesus vaginalis
peritoneal seluruhnya tertutup (obliterasi). Bila ada gangguan obliterasi maka
seluruh prosesus vaginalis peritoneal terbuka, terjadilah hernia inguinalis
lateralis.
b. Hernia Akuisitas (didapat)
Hernia yang terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan karena
adanyatekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama,
misalnya batuk
Klasifikasi hernia menurut sifatnya :
a. Hernia Reponible/Reducible
Bila isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika berdiri atau mengejan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus.
b. Hernia Irreponible
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga karena
perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia, tidak ada keluhan
nyeri/tanda sumbatan usus, hernia ini disebut juga hernia akreta.
c. Hernia Strangulata atau Inkaserata
Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap, tidak dapat
kembali kedalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi.
D. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan sepertitekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang
air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah
otot abdominal, tekananyang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahanmungkin disebabkan dinding abdominal yang
tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerahtersebut dimana kondisi itu ada sejak
atau terjadi dari proses perkembangan yang cukuplama, pembedahan abdominal
dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama,sehingga
terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Hernia
terdiri dari tiga unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritoneum, isi hernia
(usus, omentum, kadang berisi organ intraperitoneal lain atau organ
ekstraperitonealseperti ovarium, apendiks divertikel dan buli-buli), dan struktur
yang menutupi kantonghernia yang dapat berupa kulit (skrotum), umbilikus, paru
dan sebagainya. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau
didapat, lebih banyak terjadi pada pria dari pada wanita.
Faktor yang berperan kausal adalah adanya prosesusvaginalis yang terbuka,
peningkatan tekanan intraabdomen (pada kehamilan, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat berat, mengejan saat defekasi dan miksi akibat BPH) dan kelemahan
otot dinding perut karena usia.
Secara patofisiologi pada hernia indirek, sebagian usus keluar melalui
duktus spermatikus sebelah lateral dari arteri epigastrika inferior mengikuti
kanalis inguinalis yang berjalanmiring dari lateral atas ke medial, masuk kedalam
skrotum. Juga disebut hernia inguinalis lateralis atau Oblique dan biasanya
merupakan kelemahan kongenital. Karena usus keluar dari rongga perut masuk
kedalam skrotum dan jelas tampak dari luar maka hernia inguinalis disebut pula
Hernia Eksternal. Jika lubang hernia cukup besar maka isi hernia (usus) dapat
didorong masuk lagi keadaan ini disebut hernia reponible. Jika isi hernia tidak
dapat masuk lagi disebut hernia inkaserata, pada keadaan ini terjadi bendungan
pembuluh darah yang disebut strangulasi. Akibat gangguan sirkulasi darah akan
terjadi kematian jaringan setempat yang disebut infark. Infark pada usus disertai
dengan rasa nyeri dan perdarahan disebut infark hemoragik. Bagian usus yang
nekrotik berwarna merah kehitam-hitaman dengan dinding yang menebal akibat
bendungan dalam vena. Darah dapat juga masuk ke dalam isi hernia (usus) atau
kedalam kantong hernia. Akibat infeksi kuman yang ada dalam rongga usus yang
terbendung, maka mudah terjadi pembusukan atau gangrene.
H. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medik pada hernia inguinalis, antara lain :
1. Terapi Konservatif
a. Resposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula secara hati-
hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat
dilakukan padahernia reponibilis dengan menggunakan kedua tangan.
Tangan yang satumelebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain
memasukkan isi herniamelalui leher hernia tadi.
b. Pemakaian penyangga atau sabuk hernia
Pemakaian batalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup.
2. Terapi Operatif
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada
perlengketan, kemudian diresposisi, kantong hernia dijahit, ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
I. Medikasi
a. Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri.
b. Pemberian antibiotik untuk menyembuhkan infeksi.
A. Pengkajian
1. Menurut Doengoes (dalam Suratun, 2010) data yang diperoleh:
a. Aktivitas/Istirahat
Pasien dilakukan anamnese mengenai riwayat pekerjaan, mengangkat
beban berat, duduk dan mengemudi dalam waktu yang lama,
membutuhkan papan matras untuk tidur. Pada pemeriksaan fisik pasien
mengalami penurunan rentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas
yang biasa, atrofi otot, gangguan dalam berjalan.
b. Sirkulasi
Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit jantung, edeme pulmonal,
penyakitvaskular perifer.
c. Eliminasi
Apakah pasien mengalami konstipasi, adanya inkontinensia atau retensi
urine.
d. Makanan/Cairan
Apakah pasien mengalami gangguan bising usus, mual, muntah, nyeri
abdomen, malnutrisi atau obesitas.
e. Nyeri/Kenyamanan
Apakah pasien mengalami nyeri di daerah benjolan hernia walaupun
jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium
atau daerah periumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk ke dalam kantong
hernia.
f. Keamanan
Apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan dan obat-
obatan.
g. Pernapasan
Apakah pasien mempunyai riwayat batuk kronik (penyakit paru
obstruksi menahun).
2. Pemeriksaan fisik
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup:
a. Nyeri tekan
b. Atrosi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam benjolan
c. Konstipasi (mengalami kesulitan dalam defekasi)
d. Kelemahan otot
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake makanan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur operasi.
Post Operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan
akibat tindakan operasi.
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
C. Intervensi Keperawatan
Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan ….x 24 jam diharapkan nyeri
hilang atau berkurang dengan kriteria hasil:
Pasien tampak rileks
Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD : 120-140/80-100 mmHG,
Nadi : 60-100 x permenit, Suhu: 36,5-37,50C, RR: 16-24 x permenit)
Skala nyeri 0-3
Intervensi:
a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
Rasional : Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan
gejala nyeri pasien sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa.
b. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Rasional : Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
c. Catat petunjuk nyeri non verbal, contoh: gelisah, menolak bergerak, berhati-
hati dengan abdomen, takikardi, berkeringat. Selidiki ketidaksesuaian antara
petunjuk verbal dan non-verbal.
Rasional : Petunjuk non-verbal dapat berupa fisiologis dan psikologis dan
dapat digunakan dalam menghubungkan petunjuk verbal untuk
mengidentifikasi luas atau beratnya masalah.
d. Bantu latihan rentang gerak aktif atau pasif.
Rasional : Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri atau
ketidaknyamanan.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi. Misal: Aseraminofen
(tylenol)
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan istirahat.
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah atau operasi.
Tujuan: Setelah diberikan ….x 24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi dengan
kriteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
Luka bersih tidak lembab dan kotor.
Tanda-tanda vital normal (TD : 120-140/80-100 mmHG, Nadi : 60-100 x
permenit, Suhu: 36,5-37,50C, RR: 16-24 x permenit)
Intervensi:
a. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya
gejala infeksi karena tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing
yang masuk maka terjadi peningkatan tanda vital.
b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : Perawatan luka dengan teknik aseptik mencegah risiko infeksi.
c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase
luka, dan lain-lain.
Rasional : Untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb
dan leukosit.
Rasional : Penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal
membuktikanadanya tanda-tanda infeksi.
e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : Antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan ….x 24 jam diharapkan pasien
dapat melakukan aktivitas ringan atau total dengan kriteria hasil:
Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD : 120-140/80-100 mmHG, Nadi
: 60-100 x permenit, Suhu: 36,5-37,50C, RR: 16-24 x permenit)
Intervensi :
a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.
PENGKAJIAN :
RUANG : Bedah
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Tn.T
c. Umur : 69 Tahun
d. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Petani
h. Alamat : Merlung
i. No.RM : 051189
a. Nama : Tn. A
b. Umur : 25 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Wirausaha
e. Alamat : Merlung
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
1) Keluhan utama :
Klien mengeluhkan buah zakar membesar pada bagian kiri sejak kurang lebih 2
tahun, pembesaran dirasakan hilang timbul,
Sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan nyeri pada paha sebelah kiri, tetapi
nyeri dirasakan hilang timbul
Klien mengatakan pada saat anak-anak tidak pernah mengalami penyakit seperti
sekarang
2) Alergi
4) Pengobatan terakhir.
Ket :
Laki Laki Keluarga yang telah meninggal
4) Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota keluarga sakit?
Klien mengatakan pada saat nyeri datang, klien tidak bisa melakukan aktivitas
Klien tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri dan memerlukan bantuan
keluarga.
ISTIRAHAT
Klien selalu beristirahat karena klien tidak mampu beraktivitas secara normal
Klien selalu menyibukkan diri dengan bersih-bersih halaman rumah atau pergi
keladang
TIDUR
Klien tidur 6 jam dalam sehari, klien mengatakan kurang nyenyak saat tidur.
CAIRAN
2) Minuman apa yang disukai klien dan yang biasa diminum klien?
Klien terpasang infus dengan cairan RL juga klien sering minum air mineral
NUTRISI
8) Bagaimana kondisi gigi geligi klien? Jumlah gigi? Gigi palsu? Kekuatan gigi?
Gigi klien terlihat bagus, sudah ada pengurangan jumlah pada gigi klien, klien tidak
ada menggunakan gigi palsu.
Eliminasi feses:
a. bagaimana pola klien dalam defekasi? Kapan, pola dan karakteristik feses?
Tidak ada
Eliminasi Urine:
a. Apakah BAK klien teratur?
BAK klien tidak teratur
d. Apakah ada riwayat pembedahan, apakah mengguankan alat bantu dalam miksi?
Klien tidak ada riwayat pembedahan, juga kliem tidak menggunkan alat bantu dalam
mikir.
Tidak ada
c. Apakah klien menggunakan alat bantu pernafasan? (Ya, jelaskan apa jenisnya)
sowler
Klien merokok, klien juga tidak menggunakan obat obat untuk melancarkan
pernafasan
Klien mengatakan tidak ada keluhan nyeri dada, tidak merasakan pusing.
c. Apakah klien menggunakan alat pacu jantung?
Klien tidak menggunakan alat pacu jantung
PERSONAL HYGIENE
a. Bagaimana pola personal hygiene? Berapa kali mandi, gosok gigi dll?
SEX
c. Jumlah anak.
4 Orang
a. Psikologi.
1) Status Emosi.
b. Konsep diri:
c. Hubungan sosial:
d. Spiritual.
Klien menganut agama islam dan yakin terhaadap tuhan nya yaitu allah
a. KEADAAN UMUM
TD : 140/90 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36°C
3) Pertumbuhan fisik:
TB : 165 cm
BB : 60 kg
Keadaan kulit pasien tampak bersih, warna kulit pasien sawo matang, pasien
tidak ada mengalami kelainan pada kulit.
a. Kepala
Bentuk kepala klien simetri dan tidak ditemukan benjolan pada kepala klien.
Bentuk telinga klien normal dan simetris antara kiri dan kanan, keadaan
telinga klien juga bersih, tidak ada sekret pada telinga klien, telinga klien
berfungsi kedua duanya dan tidak ada nyeri pada telinga klien.
Hidung berfungsi dengan normal, tidak ada sekret pada hidung dan tidak ada
nyeri pada hidung pasien.
5. Mulut: kemampuan bicara, keadaan bibir, selaput mukosa, warna
lidah, gigi ( letak, kondisi gigi), oropharing ( bau nafas, suara parau,
dahak).
Bentuk leher klien simetris, klien tidak ada hambatan dalam menggerakan
leher, tidak ada pembekakan pada thyroid, klien juga tidak mengalami
pembengkakan kelenjar getah bening, klien tidak ada mengalami nyeri saat
menelan.
c. Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan bentuk, retraksi otot dada
positif, pergerakan selama pernafasan normal, jenis nafas takipnea
2. Auskultasi: Suara pernafasan, Bunyi jantng, suara abnormal
yang ditemui.
Suara pernafasan klien vesikuler, suara jantung lup dup.
3. Perkusi: batas jantung dan paru? Dullness.
Sonor
Tidak ada massa, abdomen simetris, tidak ada jaringan perut, dilatasi vena
ataupun kemerahan
Nampak bersih dan pada saat pasien disuruh mengejan terlihat ada benjolan
bulat lonjong didaerah inguinal
Tes zeiman ada dorongan pada jari kedua dari tangan kanan, pada tes finger
ada dorongan tekanan pada ujung jari telunjuk dan pada tes thumb tidak ada
tonjolan pada waktu pasien mengejan.
f. Ekstremitas
Ceftriaxone 1x1
Viciline
Katerolac
Ranitidin
5. Format Proses Keperawatan
a. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DS : Klien mengatakan Diskontuinitas jaringan Nyeri Akut
nyeri pada paha sebelah akibat tindakan operasi
kiri,
P : Nyeri terjadi akibat
mengangkat beban
berat
Q: Nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R: Nyeri dibenjolan
lipatan paha bagian
kiri
S: Skala nyeri 5
T: nyeri dirasakan pada
saat melakukan
aktivitas berat dan
hilang timbul
b. PRIORITAS MASALAH