Anda di halaman 1dari 41

TUTORIAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Seorang pasien Tn. T usia 43 tahun masuk ke rumah sakit Palembang Bari dengan
keluhan mengatakan nyeri di bagian bawah abdomen dextra dan merasa ada
benjolan. Nyeri bertambah saat bergerak, pasien mengatakan badan nya menggigil
kedinginan, pasien tampak meringis akibat nyeri, diagnosa medis Hernia
Inguinalis, di dapat kan data TD 130/80 mmHg, nadi 90x/menit, RR
22x/menit ,suhu 35OC

STEP 1 KLARIFIKASI ISTILAH

1. Abdomen dextra (Putri Dinanti)


Jwb : Perut bagian sebelah kanan (Kiki)
2. Meringis (Ifrohati Fitri)
Jwb: Kesakitan (Ical)
3. Diagnosa (wahyu hariansyah)
Jwb: Penentuan Jenis Penyakit (Sahada)

STEP 2

1. Ap itu Hernia Ingunialis (Ifrohati Fitri)


2. Apa penyebab terjadinya benjolan? (Sahada)
3. Apa tanda gejala Hernia Ingunialis? (Ical)
4. Apa data DS dan DO dari kasus tersebut? (Wahyu)

STASE 3

1. Hernia inguinalis adalah kondisi yang terjadi ketika jaringan lunak dalam
tubuh, biasanya sebagian dari usus, menonjol melalui melalui bagian yang
lemah atau robek pada bagian bawah perut dekat lipatan paha. (Ical)
2. Benjolan ini muncul akibat bagian dalam tubuh menekan bagian otot atau
jaringan di sekitarnya yang lemah, sehingga bagian tersebut tidak bisa
menahan organ di dekatnya dan menyebabkan hernia. (Putri)
3. Tanda : Pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan
gejala : meliputi nyeri, terutama ketika batuk, membungkuk, atau
mengangkat benda berat. (Sahada)

4. Ds :
- nyeri di bagian bawah abdomen dextra
- pasien mengatakan badan nya menggigil kedinginan

DO:

- pasien tampak meringis akibat nyeri


- TD 130/80 mmHg, nadi 90x/menit, RR 22x/menit ,suhu 35OC (Kiki)
STEP 4 PATWAY
STEP 5

1. Mahasiswa mampu mengetahuai konsep teori Hernia Inguinalis


2. Mahasiswa mampu mengetahuai ASKEP
3. Mahasiswa mampu mengetahuai Artikel terkait

STEP 6 BELAJAR MANDIRI

STEP 7 JAWABAN LO

1. KONSEP TEORI HERNIA INGUNIALIS


A. Definisi
DEFINISI Hernia merupakan produksi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada
hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian-bagian
lemah dari lapisan muscularaponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari
cincin, kantong dan isi hernia (WimDejong, 2008). Hernia merupakan
penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan dinding perut (Nurarif,2013).

B. Klasifikasi
Hernia dapat diklasifikasikan berdasarkan letaknya, terjadinya, dan
sifatnya. Berikut klasifikasi yang dimaksudkan:
1. Klasifikasi hernia berdasarkan letaknya
a. Hernia Femoralis Pintu masuk hernia femoralis adalah annulus femoralis.
Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk
corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan
keluar pada fosa ovalis.
b. Hernia Umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilicus yang
hanyatertutup peritoneum dan kulit akibat penutupan yang inkomplet
dan tidak adanya fasia umbilikalis.
c. Hernia Paraumbilikus merupakan hernia melalui suatu celah di garis
tengah di tepi kranial umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya.
Penutupan secaraspontan jarang terjadi sehingga umumnya diperlukan
tindakan operasi untuk dikoreksi.
d. Hernia Epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar
melalui defek di linea alba antara umbilikus dan prosessus xifoideus.
e. Hernia Ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding
perut bagian anterolateral; nama lainnya adalah hernia insisional dan
hernia sikatriks
f. Hernia Lumbalis di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada
dua trigonum masing-masing trigonum kostolumbalis superior (ruang
Grijinfelt/lesshaft) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum
kostolumbalisinferior atau trigonum iliolumbalis berbentuk segitiga.
g. Hernia Littre yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia berisi
divertikulum Meckle. Sampai dikenalnya divertikulum Meckle, hernia
littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus.
h. Hernia Spiegheli adalah hernia vebtralis dapatan yang menonjol di
lineasemilunaris dengan atau tanpa isinya melalui fasia spieghel.
i. Hernia Obturatoria adalah hernia melalui foramen obturatorium.
j. Hernia Perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui
otot danfasia, lewat defek dasar panggul yang dapat terjadi secara
primer pada perempuan multipara atau sekunder pasca operasi pada
perineum, seperti prostatektomi, reseksi rektum secara abdomin
operineal, dan eksenterasi pelvis.
k. Hernia keluar melalui dasar panggul yang terdiri atas otot levator anus
dan otot sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat terjadi pada semua
daerah dasar panggul. Hernia Pantalon merupakan kombinasi hernia
inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi.
l. Hernia Inguinalis sebagian usus keluar dari rongga perut melalui
dinding bawah perut ke arah sekitar kelamin. Hal ini membuat
munculnya benjolan pada kantung buah zakar (skrotum) yang dapat
terasa sakit atau panas
2. Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya
a. Hernia bawaan atau kongenital.
b. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat) adalah hernia yang
timbul karena berbagai faktor pemicu.
3. Klasifikasi hernia berdasarkan sifatnya
a. Hernia reponibel apabila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar
ketika berdiri atau mengejan, dan masuk lagi ketika berbaring atau
bila didorong masuk ke dalam perut. Selama hernia masih reponibel,
tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus.
b. Hernia irreponibel apabila isi hernia tidak dapat direposisi kembali ke
dalam rongga perut. Biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong
kepada peritoneum kantong hernia.
c. Hernia Inkaserata atau Hernia strangulate apabila isi hernia terjepit
oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat
kembalike dalam rongga perut. Akibatnya terjadi gangguan pasase
atau vaskularisasi. Hernia inkaserata lebih dimaksudkan untuk
herniaireponibel yang di sertai gangguan pasase, sedangkan hernia
strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai
gangguan vaskularisasi
d. Hernia Richter apabila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding
usus. Komplikasi dari hernia richter adalah strangulasi sampai terjadi
perforasiusus.
e. Hernia Interparietalis yang kantongnya menjorok ke dalam celah
antara lapisan dinding perut.
f. Hernia Eksterna apabila hernia menonjol keluar melalui dinding perut,
pinggang atau perineum.
g. Hernia Interna apabila tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui
suatulubang dalam rongga perut, seperti foramen winslow, resesus
retrosekalis atau defek dapatan pada mesenterium setelah operasi
anastomosis usus.
h. Hernia Insipiens yang membalut merupakan hernia indirect pada
kanalisinguinalis yang ujungnya tidak keluar dari anulus eksternus.
i. Hernia Sliding yang isi kantongnya berasal dari organ yang letaknya
ekstra peritoneal.
j. Hernia Bilateral Defek terjadi pada dua sisi.

C. Etiologi
Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012) adalah:
1. Kelainan kongenital atau kelainan bawaan.
Kelainan didapat, meliputi:
1) Jaringan kelemahan.
2) Luasnya daerah di dalam ligamen inguinal.
3) Trauma.
4) Kegemukan.
5) Melakukan pekerjaan berat.
6) Terlalu mengejan saat buang air kecil atau besar.

D. Manifestasi Klinis
Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang
timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat dan
menghilang pada waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan
simetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan
berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan
atau keadaan simetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada
benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah
benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan dapat direposisi dengan jari
telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang
melebar (Subarjo, 2017). Tanda dan gejala menurut Adi dan Wulandari
(2017) antara lain :
1) Tampak benjolan dilipatan paha
2) Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit ditempat itu disertai
perasaan mual.
3) Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah
hebat disertai kulit diatasnya menjadi merah dan panas
4) Hernia femolaris kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah), benjolan dibawah sela paha.
5) Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai
sesak nafas.
Sedangkan menurut Kusuma dan Nurarif (2015), manifestasi klinis
hernia adalah sebagai berikut :
1) Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan
di lipat paha.
2) Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.
3) Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4) Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5) Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
6) Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut
disertai sesak nafas.
7) Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
Menurut Nuari (2015) pada umumnya keluhan pada orang dewasa
berupa benjolan di lipat paha. Benjolan tersebut bisa mengecil dan
menghilang pada saat istirahat dan bila menangis, rnengejan, mengangkat
beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila terjadi
komplikasi dapat ditemukan nyeri. Keadaan umum biasanya baik pada
inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau pada
labia dalam posisi berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan
menutup mulut dalam keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada
benjolan Hernia. Diraba konsistensinya dan coba didorong apakah benjolan
dapat direposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak,
kadang cincin Hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar.
E. Penatalaksanaan
Menurut Amin dan Kusurna (2015) penatalaksanaan yang diberikan pada
Hernia adalah sebagai berikut :
1) Konservatif Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia inguinalis.
Reposisi tidak dilakukan pada hernia strangulate, kecuali pada pasien
anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual, tangan kiri memegang
isi hernia membentuk cocor sedangkan tangan kanan mendorongnya ke
arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi
reposisi. Dilakukan dengan menidurkan pasien dengan pemberian sodatif
dan kompres es diatas hernia. Bila reposisi ini berhasil pasien disiapkan
untuk oprasi besok harinya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam
waktu enam jam harus dilakukan oprasi segera. Adapun tindakannya
terdiri atas:
(a) Reposisi Tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya
semula secara hati-hati dengan tindakan yang lembut tetapi
pasti.Tindakan ini di hanya dapat di lakukan pada hernia repobilis
dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan
leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia
melalui leher hernia tadi. Tindakan ini terkadang dilakukan pada
hernia irrepobilis apabila pasien takut oprasi, yaitu dengan cara :
bagian hernia di kompres dingin, penderita di beri penenang valium
10 mg agar tidur, pasien di posisikan trandelenbrerg. Jika posisi
tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.
(b) Suntikan Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau
kinin di daerah sekitar Hernia, yang menyebabkan pintu Hernia
mengalami sklerosis atau penyempitan sehingga isi Hernia keluar
dari kavum peritoneum.
(c) Sabuk Hernia Diberikan pada pasien yang Hernia masih kecil dan
menolak dilakukan operasi.
2) Operasi Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan
pada Hernia reponibilis, Hernia irreponibilis, Hernia strangulasi dan
Hernia inkarserata. Operasi Hernia ada 3 macam:
(a) Herniotomy Mernbuka dan mernotong kantong Hernia serta
mengembalikan isi Hernia ke kavum abdominalis.
(b) Hemioraphy Mulai dari mengangkat leher Hernia dan
menggantungkannya pada conjoint tendon (penebalan antara tepi
bebas musculus obliquus Intra abominalis dan musculus tranversus
abdominal yang beresiko di tuberculum pubicum.
(c) Hernioplasry Menjahitkan conjoint tendon pada ligementum inguinale
agar LMR hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena
tertutup otot. Hemioplasry pada Hernia inguinalis lateralis ada
bermacam-macam menurut kebutuhanya (Ferguson, Bassini, halst,
hernioplasty, pada Hernia inguinalis media dan Hernia femoralis
dikerjakan dengan cara Mc.Vay).
3) Terapi Farmakologi Terapi farmakologi dimulai dengan pemberian
antacid (Mylanta, Maalox, Gaviscoon). Bila manifestasi berat dan
menetap, klien diberikan antagonis reseptor histamine seperti ranitidine
(Zantac) atau famotidin (Pepcid). Obat-obatan lain, Bethanchol
(Urecholine) adalah obat koligernik yang meningkatkan sekresi asam
lambung (harus diberikan sebelum makan). Metoklopramid (raglan) yang
meningkatkan tekanan SEB dengan merangsang otot polos saluran
gastrointestinal dan meningkatkan kecepatan pengosongan lambung.
4) Penanganan Post operasi
(a) Post operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma.
(b) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan
lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.
(c) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis serta
mengejan.
(d) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
(e) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat
menaikkan tekanan intra abdomen.
(f) Lakukan pergerakan ROM
(g) Setelah dilakukannya tindakan pembedahan maka dilakukan
perawatan luka dan penderita makan dengan diit tinggi kalori dan
protein
F. Komplikasi
Menurut Zahro (2019), komplikasi yang sering terjadi pada Hernia adalah
sebagai berikut :
1) Hernia berulang
2) Hematoma
3) Retensi urin
4) Infeksi pada luka
5) Nyeri kronis atau akut
6) Pembengkakan testis karena atrofi testis
7) Rekurensi hernia (sekitar 2%)
Sedangkan menurut Nuari (2015) komplikasi yang sering terjadi pada
Hernia, adalah sebagai berikut :
1) Terjadi perlengketan antara isi Hernia dengan dinding kantong Hernia
sehingga isi Hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut
Hernia inguinalis irreponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan
penyaluran isi usus. Isi Hernia yang tersering menyebabkan keadaan
irreponibilis adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding
Hernia dan isinya dapat menjadi besar karena inflamasi lemak. Usus
besar lebih sering menyebabkan irreponibilis daripada usus halus.
2) Terjadi penekanan terhadap cincin Hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut
Hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan strangulata akan timbul
gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi
nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi
merah dan pasien menjadi gelisah.
G. Patofisiologi
Penyebab terjadinya hernia karena adanya kelemahan dinding otot dalam
abdomen untuk menahan rongga abdomen, kegemukan, dan mengangkat
beban yang terlalu berat sehingga terjadi peningkatan tekanan intra abdomen.
Tekanan intraabdominal meningkat yang menyebabkan isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali dan terjadilah penekanan terhadap cincin hernia, akibat
semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan,
akan menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan
terjadi nekrosis. Komplikasi hernia tergantung pada 19 keadaan yang dialami
oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi usus
yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, peritonitis (Zahro, 2019).
Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada hernia maka dilakukan
pembedahan. Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini
karena kehilangan darah dan kehilangan cairan yang tidak terasa melalui
paru-paru dan kulit. lnsisi bedah mengakibatkan pertahanan primer tubuh
tidak adekuat (kulit rusak, trauma jaringan, penurunan kerja silia, staris cairan
tubuh). Luka bedah sendiri juga merupakan jalan masuk bagi organisme
patogen sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi infeksi, Rasa nyeri timbul pada
semua jenis operasi, karena terjadi torehan, tarikan, manipulasi jaringan dan
organ. Dapat juga terjadi karena kompresi/stimulasi ujung saraf oleh bahan
kimia yang dilepas pada saat operasi atau karena ischemi jaringan akihat
gangguan suplai darah ke salah satu bagian, seperti karena tekanan, spasme
otot atau hematoma. Sehingga terjadi masalah nyeri akut dan resiko infeksi
(Adi & Wulandari, 2017).
Prosedur bedah akan mengakibatkan terjadinya luka insisi yang biasanya
dapat menimbulkan kerusakan integritas kulit yang dapat membuat tidak
nyaman sehingga mengurangi pergerakan dan resiko infeksi. Setelah
dilakukan pembedahan klien akan mengalami kerusakan spasme otot akibat
terputusnya jaringan saraf dan dapat mengakibatkan kelemahan pada alat
gerak serta menyebabkan keterbatasan dalam pergerakan fisik pada
ekstremitas sehingga timbullah masalah keperawatan hambatan mobilitas
fisik (Nuari, 2015).

2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Inisial Klien : Tn. T No RM : 630781

Usia : 43 tahun Tgl. Masuk : 10-11-2022


Jenis Kelamin : L Tgl. Pengkajian : 11-11-2022
Alamat : Indralaya Sumber informasi : Keluarga
No telepon : 0813xxxxx Keluarga terdekat : Istri
Status : Menikah Alamat & No telp : Indralaya
Agama : Islam Diagnosa Medis : Hernia
Suku : Melayu
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Lama bekerja : 10 tahun

2. Riwayat Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama : Klien mengatakan nyeri dibagian bawah perut
sebelah kanan dan merasa ada benjolan
Faktor Predisposisi : -
Faktor Presipitasi : Nyeri dan ada benjolan dibagian perut bawah
sebelah kanan
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini (PQRST)
Data Subejktif :
a. Pasien mengatakan nyeri dibagian perut bawah sebelah kanan
pasca oprasi
P : Nyeri bertambah saat beraktivitas
Q : Seperti diiris-iris
R : bagian perut bawah
S : Skala 6 ( 1 – 10 )
T : Intermiten
b. Pasien mengatakan badan menggigil kedinginan
c. Pasien mengatakan sulit bergerak / beraktivitas
Data Objektif :
a. Pasien terlihat meringis akibat nyeri dibagian luka operasi
b. Kesadaran composmentis (GCS: 15, E:4, M:5, V:6)
Masalah keperawatan : Nyeri Akut

4. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1) Penyakit yang pernah dialami:
A. Kecelakaan : Pasien mengatakan tidak pernah mengalami
kecelakaan.
B. Operasi (jenis dan waktu): Pasien mengatakan bahwa
sebelumnya belum pernah di operasi
C. Penyakit (kronis dan akut): Pasien mengatakan bahwa
sebelumnya pernah mengalami asma
d. Terakhir masuk RS: tidak pernah
2) Alergi (obat, makanan, plester, dsb)
Pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat, makanan, dan
lain-lain.
3) Kebiasaan
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
a. Merokok : Tidak - -
b. Kopi : Iya 2 x sehari -
c. Alkohol : Tidak - -

5. Riwayat Keluarga : Tidak ada


Genogram

Keterangan
= Laki – laki

= Perempuan

= Pasien

= Anak

= Hubungan perkawinan

= Meninggal

6. Catatan Penanganan Kasus (Dimulai saat pasien di rawat di ruang


rawat sampai pengambilan kasus kelolaan)
Pasien masuk rumah sakit 10 november 2022 dengan keluhan
sering merasa nyeri di bagian bawah perut kanan, ada benjolan sudah 1
bulan sejak SMRS, pasien mengeluh nyeri di bawah perut bagian
kanan karna ada benjolan.
7. Pengkajian Keperawatan (12 Domain NANDA)
A. Peningkatan Kesehatan
1. Peningkatan Kesehatan
Data Subjektif : Pasien mengatakan sudah mengetahui tentang
penyakitnya
Data Objektif : Pasien bisa menjawab pertanyaan tentang etiologi
dan penyebab penyakit yang dideritanya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

B. Nutrisi
Frekuensi makan sehari
1) Sebelum sakit 3 kali sehari dan setelah sakit 2 kali sehari
2) Waktu makan sebelm sakit Pagi, Siang, malam dan setelah sakit
Pagi dan sore
3) Porsi makan yang sebelum dan sesudah sakit di habiskan
4) Penggunaan alat bantu makan tidak ada
5) Makanan pantang/yang tidak disukai tidak ada
6) Makanan yang disukai sebelum dan sesudah sakit adalah ikan
7) Pembatasan makanan dan Jenis makanan yang dibatasi sebelum
dan sesudah sakit tidak ada
8) Nafsu makan sebelum dan sesudah sakit Baik
9) Rasa mual, hipersaliva, sensasi asam pada mulut, Muntah,
Perasaan cepat kenyang setelah makan, Perasaan kembung
sebelum dan sesudah sakit tidak ada.
C. Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK)
1) Frekuensi BAK sebelum sakit 5 – 6 kali sehari dan setelah sakit
3-4 kali
2) Pancaran normal, jumlah urine sebelum sakit Normal dan
setelah sakit + 100 cc
3) Warna urine sebelum sakit dan setelah sakit warnanya kekuningan.
4) Disuria, Nokturia, Perasaan penuh pada kandung kemih sebelum
sakit dan setelah sakit tidak ada.
5) Perasaan setelah BAK sebelum sakit dan setelah sakit: baik
6) Kesulitan memulai berkemih, dorongan berkemih, Inkontinensia
urine sebelum dan sesudah sakit: tidak ada 40
b. Buang Air Besar (BAB)
1) Frekwensi sebelum sakit: 1 – 2 kali sehari dan setelah sakit
hanya 1 kali sehari.
2) Konsistensi sebelum dan setelah sakit: Lunak / padat, Bau
normal, warna kekuningan
3) Nyeri saat defekasi, Flatulans, Sensasi penuh pada rektal Dorongan
kuat untuk defekasi, Kemampuan menahan defekasi, Mengejan
yang kuat saat defekasi sebelum dan sesudah sakit tidak ada
Masalah Keperawatan :
D. Aktivitas / Istirahat
a. Jumlah jam tidur siang sebelum sakit dan setelah sakit: 2 jam Jumlah
jam tidur malam sebelum sakit: 6 – 7 jam dan setelah sakit: 5 – 6 jam
b. Kebiasaan konsumsi obat tidur / stimulant / penenang sebelum dan
setelah sakit: tidak pernah menggunakan obat
c. Kegiatan pengantar tidur tidak ada dan kesulitan memulai tidur
tidak ada, perasaan waktu bangun tidur baik, mudah terbangun
tidak ada, dan penyebab gangguan tidur tidak ada.
Skala aktivitas :
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
0 : Mandiri, 1 : alat bantu, 2 : : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang
lain dan alat, 4 : ketergantungan total
Masalah keperawatan : Gangguan pola tidur / Gangguan Mobilitas
Fisik
E. Persepsi / Kognitif
Data Subjektif : Pasien mengatakan mengetahui tentang etiologi dan
penyebab penyakitnya
Data Objektif : Pasien bisa menjawab pertanyaan tentang etiologi
dan penyebab penyakitnya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

F. Persepsi Diri
Data Subjektif : Pasien merasa cemas dengan keadaannya.
Data Objektif : Tampak gelisah
Masalah keperawaan : anxietas
G. Peran Hubungan
Data Subjektif : Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarga
baik dan tidak ada masalah ataupun perselisihan
Data Objektif : Pasien tampak berinteraksi dengan baik pada
keluarga.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
H. Seksualitas
Data Subjektif : Pasien mengatakan telah memiliki 4 orang anak
Data Objektif : Pasien dan istrinya tampak saling menyayangi
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

I. Toleransi/Koping Stress
Data Subjektif : Pasien mengatakan awalnya tidak terima dengan
penyakitnya, namun seiring waktu mulai menerima dan sabar dalam
menghadapi penyakit yang di alaminya serta berikhtiar untuk
menjalani pengobatan.
Data Objektif : Pasien tampak berinteraksi dengan baik pada
keluarganya, pasien tampak sabar dalam menghadapi penyakitnya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

J. Prinsip Hidup
Data Subjektif :
 Budaya : Pasien mengatakan budaya yang diikuti pasien yaitu
budaya masyarakat Sumatera Selatan
 Spritual / Religius : Pasien mengatakan berusaha melaksanakan
sholat 5 waktu, pasien merasa penyakitnya saat ini merupakan ujian
dan bentuk kasih sayang Allah terhadapnya
 Psikologis : Pasien mengatakan berharap segera sembuh
 Sosial : Pasien mengatakan sering mengikuti kegiatan di
lingkungan tempat tinggalnya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

K. Keselamatan / Perlindungan
Data Subjektif : Pasien merasa aman selama di rumah sakit
Data Objektif : Tingkat Kesadaran pasien Composmentis dan pagar
bed pasien selalu terpasang.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
L. Kenyamanan
Data Subjektif : - Pasien mengeluh nyeri bawah peut bagian kanan
P : Nyeri dirasakan saat pasien bergerak dan beraktivitas
Q : Nyeri seperti menyut
R : Nyeri bawah perut bagian kanan
S : Skala nyeri 6 (skala 1-10)
T : Nyeri dirasakan hilang timbul
Data Objektif : - Pasien tanpak meringis - Nafsu sedikit berubah
Masalah keperawatan : Nyeri akut

8. Pengkajian Review of System dan Pemeriksaan Fisik


1) Sistem Respirasi
Data Subjektif : Pasien mengatakan tidak ada masalah pada pernafasan
Data Objektif : Dada pasien terlihat simetris RR : 20 x/menit
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2) Sistem Kardiovaskuler
Data Subjektif : Pasien mengatakan mempunyai riwayat asma
Data Objektif :
 Inspeksi : Ictus cordis terkompensasai
 Palpasi : Kardiomegali (-)
 Perkusi : Redup (-) Pekak (-)
 Auskultasi : HR 90 x/mnt
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3) Sistem Persarafan
Data Subjektif : Kesadaran biasanya compos mentis
Data Objektif :
b. Memori : Panjang
c. Perhatian : Dapat mengulang
d. Bahasa : Baik (dengan komunikasi verbal menggunakan
bahasa daerah)
e. Orientasi : Baik (Terhadap orang, tempat dan waktu)
Masalah keperawatan : Tidak ada keperawatan

4) Perkemihan
Data Subjektif : Pasien mengatakan BAK 4x/hari, berwarna kuning.
Data Objektif :
 Inspeksi : Simetris
 Palpasi : Tidak ada distensi vesika urinaria, tidak ada nyeri
tekan pada vesika urinaria
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5) Sistem Pencernaan
Data Subjektif : Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit nafsu
makannya tinggi
Data Objektif : Pasien tampak lesu
 Inspeksi : Simetris
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
 Auskultasi : Timpani Bising usus 12x/menit
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6) Sistem Muskuloskeletal
Data Subjektif : pasien mengatakan bahwa sering merasakan
pegal dan nyeri pada perut bagian bawah kanan
Data Objektif : Klien tampak susah beraktivitas dan hanya berbaring
di tempat tidur
Inspeksi : Tidak ada fraktur
 Ada luka pada perut bagian bawah kanan
Masalah keperawatan : Gangguan mobilitas fisik

7. Sistem Endokrin
Data Subjektif : Tidak ada keluhan
Data Objektif : Tidak ada keluhan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8. Sistem Penginderaan
a. Penglihatan
Data Subjektif : pasien mengatakan penglihatannya kabur
Data Objektif : -
Inspeksi : Inspeksi (bentuk mata simetris, konjungtiva pucat,
skela berwarna putih)
Palpasi : Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri tekan.
Masalah keperawatan : -

b. Pendengaran
Data Subjektif : Tidak ada keluhan
Data Objektif :
Inspeksi : Bentuk simetris antara telinga kiri dan kanan, tidak
ada lesi dan telinga bersih.
Palpasi : Tidak ada benjolan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Penghidung
Data Subjektif : Tidak ada keluhan
Data Objektif :
Inspeksi : Hidung simestris
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

d. Pengkajian Psikososial
Persepsi klien terhadap penyakitnya: Pasien berharap agar cepat
sembuh dan dapat melakukan aktivitas. Pasien mengatakan
keluarganya selalu mendukung dalam proses penyembuhan. Tampak
hubungan pasien dengan keluarga baik. Tampak keluarga
mendukung pasien sepenuh hati.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
e. Reaksi saat interaksi
√ Kooperatif Tidak kooperatif
Jelaskan : -
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
f. Status Emosional
√ Tenang Cemas Marah
Menarik diri Tidak sabar lainnya :-
Jelaskan : Klien dalam keadaan tenang pada saat pengkajian
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

5. Pemeriksan Penunjang (Laboratorium, Radiologi, Ekg dll) :


a. USG
Pada tanggal 10 November 2022 dilakukan pemeriksaan USG. Dari
hasil pemeriksaan USG terdapat:
Kesan : Hernia Inguinalis Dextra

b. Laboratorium
Tanggal Jenis Hasil
Nilai Normal
Pemeriksaan pemeriksaan Laboratorium
11-11-2022 Darah rutin :
HB 14,4 L: 13.0:16.0:P12.014.0
Eritrosit 4,72 4.5-59(4.5-.5.5)
Leuksit 5.000-10.000
6.800
Trombosit 150.000-450.000
291.000
Hermatrokrit L: 40-48:P:36-42
40,0
Basofil 0-1%
0
Eosomofil 1-3%
Batang 0 3-6%
Segmen 0 50-60%
Limfosit 60 20-40%
Monosit 40 2-8%

0
6. Terapi
JENIS DOSIS CARA PEMBERIAN
Infus RL 20x/m
Captrofil 2x3
Cepotaxime 1 gram Infeksi bakteri gram positif
Ketorolac 3X30 GRAM dan gram negatif.
Infus D5% 20x/m
Ceftriaxone 1x1
ANALISA DATA
N DATA/PROBLEM ETIOLOGI MASALAH
O KEPERAWATAN
1 DS : Pembedahan Nyeri akut (D.0077)
- Pasien mengatakan nyeri
pada perut sebelah kanan Tinakan Operasi /
bagian bawah Insisi

P : Nyeri dirasakan saat


pasien bergerak dan Terputusnya
beraktivitas kontinuitas /
Q : Nyeri seperti menyut jaringan
R : Nyeri bawah perut
bagian kanan
Resti pendarahan
S : Skala nyeri 6 (skala 1-
resiko
10)
T: Nyeri dirasakan hilang
timbul Nyeri Akut
DO :
b. Pasien tampak
meringis
c. Pasien tampak gelisah
d. TTV - TD : 130/80
mmHg
e. Nadi : 90x/menit
f.RR : 22x/menit - Suhu :
36,5oC
2 DS : Pembedahan Gangguan Mobilitas
- Klien mengatakan takut Fisik (D.0054)
Bergerak Tindakan operasi
- Klien mengatakan semua
aktivitasnya dibantu oleh Terputusnya
kontinuitas /
keluarganya dan perawat jaringan
DO :
- Ku: Lemah
Adanya luka
- Tampak berbaring ditempat operasi
tidur
Nampak klien susah bergerak Keengganan untuk
g. TTV - TD : 130/80 bergerak / moilisasi
mmHg
h. Nadi : 90x/menit Gangguan moblitas
i.RR : 22x/menit fisik

- Suhu : 36,5oC

3 DS : - Tindakan operasi Risiko Infeksi


DO : (D.0142)
- TTV
- TD : 130/80 mmHg Terputusnya
- Nadi : 90x/menit kontinuitas /
- RR : 22x/menit jaringan
- Suhu : 36,5oC
Adanya lukan
operasi

Tempat keluar
masuknya
mikroorganisme

Resiko infeksi

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Nyeri akut
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Risiko infeksi

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


1. Nyeri akut
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Risiko infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Keengganan melakukan pergerakan
3. Risiko infeksi b.d peningkatan organisme patogen lingkungan
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana Keperawatan
NO
Keperawatan SLKI SIKI
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I. 08238)
fisik (D.0077) Setelah dilakukan intervensi a. Observasi
ditandai dengan: Keperawatan 2 X 24 jam
- Identifikasi lokas,
DS : maka tingkat nyeri menurun
- Klien mengatakan nyeri pada dengan Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
- Dari keluhan nyeri
luka operasinya di perut kualitas dan intensitas
meningkat : 1 menjadi
kanan bawah nyeri
menurun : 5
- Klien mengatakan nyeri saat - Identifikasi skala nyeri
- Dari Meringis meningkat 1
beraktivitas - Identifikasi respon nyeri
menjadi menurun 5
DO : non Verbal
- Ekspresi wajah meringis - Dari TTV memburuk : 1
b. Terapeutik
- Bersikap protektif Pain menjadi membaik 5
- Kontrol lingkungan yang
Assesmen
dapat menjadi membaik 5
P : Nyeri bertambah saat
memperberat nyeri
bergerak
Q : Seperti diiris-iris - Kontrol lingkungan yang
R : bagian perut bawah
dapat memperberat nyeri
S : Skala 6 ( 1 – 10 )
T : Intermiten - Klien nampak - Fasilitasi istirahat dan
gelisah
- TTV : tidur
TD: 120/90 mmHg c. Edukasi
N : 88 x/menit
- Jelaskan penyebab,
S : 36,5 0C
P: 22 x/menit periode dan pemicunyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik non
farmakologis
untukmengurangi nyeri
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik,sesuai indikasi
e. Pantau TTV
2. Gangguan mobilitas fisik b.d Mobilitasi fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi
Keengganan melakukan Setelah dilakukan tindakan (I.05173)
pergerakan (D.0054) keperawatan selama 2 x 24 a. Observasi
ditandai dengan; jam maka Mobilitasi fisik
- Identifikasi adanya nyeri
DS : meningkat dengan kriteria
- Klien mengatakan takut hasil : atau keluhanfisik lainnya
- Dari Nyeri
Bergerak - Identifikasi toleransi fisik
meningkat : 1 menjadi
- Klien mengatakan semua
aktivitasnya dibantu oleh menurun : 5 melakukan Mobilisasi
keluarganya dan perawat - Dari kelemahan fisik - Monitor frekuensi jantung
DO : meningkat : 1 menjadi dan tekanan darah
- Ku: Lemah
menurun : 5 sebelum memulai
- Tampak berbaring ditempat
- Dari gerakan terbatas - Mobilisasi Monitor
tidur
meningkat : 1 menjadi kondisi umum selama
- klien nampak susah bergerak
menurun 5 melakukan Mobilisasi
b. Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
Mobilisasi denganalat
bantu (mis. tongkat, kruk)
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan Mobilisasi
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur Mobilisasi
- Anjurkan melakukan
Mobilisasi dini
- Ajarkan Mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan
dari tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi,
berjalansesuai toleransi
3. Risiko infeksi (D.0142) Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi (L.14539)
dibuktikan dengan Efek Setelah dilakukan intervensi a. Observasi
prosedur Infasif (terdapat luka keperawatan selama 2 x 24
- Monitor tanda dan gejala
operasi pada perut bawah) jam maka tingkat infeksi
Ds : menurun dengan kriteria infeksi lokandan
Do : hasil :
patagenik
- Nampak luka operasi pada - Dari Nyeri meningkat : 1
b. Terapeutik
bagian perut kanan bawah menjadi menurun : 5
- Batasi jumlah pengunjung
- Luka nampak agak - Dari kemerahan meningkat :
- Cuci tangan sebelum dan
kemerahan ( pada hari kedua) 1 menjadi menurun 5
sesudah kontak dengan
- Luka agak basah ( pada hari Dari nafsu makan menurun : 1
menjadi meningkat : 5 pasien dan
kedua )
lingkunganpasien
Nampak luka operasi pada
perut kanan bawah panjang 7 c. Edukasi
cm
- - Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan denganbenar
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
N Diangnosa Hari/Tgl/ Implementasi Paraf Tanggal Evaluasi Paraf
O keperawatan Jam
1. Nyeri Akut Jumat 1. Mengidentifikasi Jumat S:
b.d agen 11/11/2022 11/11/2022 - Klien
lokasi, karakteristik,
pencedera 15 : 00 18 : 50
mengatakan
fisik durasi, frekuensi,
nyeri bekas
kualitas, intensitas
operasinya
nyeri Hasil:
berkurang
P : Nyeri ketika
15:10 banyak bergerak - Klien
Q : Nyeri seperti di
mengatakan
iris-iris
R : Perut kanan lebih nyaman
bawah
O:
S : Skala nyeri 5
- Ekspresi
T : Nyeri hilang
15:20 timbul wajah mulai
2. Mengontrol
rileks
lingkungan yang
- Bersikap
memperberat rasa
protektif Pain
nyeri (mis: suhu
15:30 Assesmen
ruangan ,
P: Nyeri
pencahayaan, berkurang
kebisingan) Hasil: Q : Seperti di
iris-iris
- Klien mengatakan
R : bagian
15;40
nyerinya perut bawah
S : Skala 3
bertambah ketika
( 1 – 10 )
banyak bergerak T:
Intermiten
3. Memonitor tanda-
- Klien
tanda vital sebelum
nampak lebih
dan sesudah
tenang
pemberian analgesik
- TTV :
Hasil:
TD: 120/90
- TD : 120/90 mmHg
N : 80
mmhg
x/menit
- N : 80 x/menit S : 36,20C
P: 20 x/menit
- S : 36,20C
A : Nyeri Akut
- P : 20 x/menit b.d agen
pencedera fisik
4. Mengajarkan teknik
P:
non farmakologis Intervensi
1,2,3,5 dan 8
untuk mengurangi
dilanjutkan
rasa nyeri yaitu
melakukan
pengaturan posisi
dan relaksasi
5. Kolaborasi
pemberian analgetik
Hasil:
- pemberian injeksi
Ketorolac 1
ampul /IV/ 12 jam
2. Gangguan 1. Mengindentifikasi 18:50 S:
mobilitas 16:00 - Klien
adanya nyeri atau
fisik b.d
mengatakan
Keengganan keluhan fisik
melakukan masih takut
lainnya Hasil :
pergerakan 16:10 untuk
- Klien mengatakan
Bergerak
masih Nyeri bila
- Klien
bergerak
mengatakan
2. Mengidentifikasi
16:20 aktivitasnya
toleransi fisik
masih
melakukan
Mobilisasi Hasil ; dibantu
- Klien belajar oleh
duduk ditempat keluarganya
tidur O:
16:30 - Ku: baik
3. Memonitor
- Klien
frekuensi jantung
duduk
dan tekanan darah
ditempat
sebelum memulai
tidur
Mobilisasi Hasil :
16:40 A : Gannguan
-T:
mobilitas fisik
TD : 150/90 b.d
mmHg, Keengganan
N : 88x/i melakukan
4. Memonitor kondisi pergerakan
P : Intervensi
umum selama
16:50 dilanjutkan
melakukan
Mobilisasi Hasil
- Klien masih lemah
baru keluar dari
17:00
ruang operasi
5. Melibatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
17:10
Mobilisasi Hasil ;
17:20 - Keluarga bersedia
membantu Klien
6. Menjelaskan tujuan
dan prosedur
Mobilisasi Hasil :
- Klien mengerti
dan bersedia
mengikuti
prosedur
mobilisasi
7. Menganjurkan
melakukan
Mobilisasi dini
Hasil :
- Klien masih mulai
bergerak ( belajar
duduk )
8. Pemberian
Antibiotik Hasil:
9. Cefrtiaxon 2 gr/ 12
jam
3. Risiko 20:00 1. Memonitor tanda 07:00 S:
infeksi - Klien
dan gejala infeksi
(D.0142)
20:10 mengatakan
dibuktikan lokal dan patogenik
dengan Efek bekas luka
Hasil
prosedur
opersinya
Infasif - Luka agak basah
(terdapat 20:20 kering
2. Membatasi jumlah
luka operasi
O:
pada perut pengunjung Hasil
- Nampak
bawah)
- Menganjurkan
luka
keluarga pasien
Operasi
untuk membatasi
dibagian
pembesuk untuk
Perut kanan
mengurangi
bawah,
20:30 kebisingan dengan
3. Menjelaskan tanda lebar luka
dan gejala infeksi sekitar 7 cm
Hasil - Nilai
- Menunjukkan Leukosit
kemampuan untuk ( 4,9-

20:40 mencegah 11ribu/ul)


timbulnya infeksi - SB : 36,2ºC
4. Mengajarkan cara A : Risiko
infeksi
mencuci tangan
P : Lanjutkan
20:50 dengan benar Hasil : Intervensi
- Menunjukkan
kemamauan untuk
mencuci tangan
dengan benar
5. Menganjurkan
meningkatkan
asupan Nutrisi Hasil
:
21:00 - Mampu
menghabiskan
Porsi yang
diberikan
6. Kolaborasi
pemberian obat
hasil
Injeksi Ceftriaxone
2 gr / iv / 12 jam
3. ARTIKEL (Terlampir)
DAFTAR PUSTAKA

Huda dan Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2. Mediaction


Publishing Jogjakarta.
Diyono & Mulyanti, S. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Jitowiyonno & Kristiyanasari,2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi
pendekatan
Muttaqin A. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan System Perkemihan.
Jakarta : Salamba Medika.
Medical Record Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2018
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
SuratandanLusinah(2010) pemekriksaan diagnostic pada pasien Hernia Inguinalis
lateral.
Nursing Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
Blackwell.
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical
surgical Nursing. Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia PPNI (2019). Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Ackley, B. J., Ladwig, G. B., Msn, R. N., Makic, M. B. F., Martinez-Kratz, M., &
Zanotti, M. (2019). Nursing Diagnosis Handbook E-Book: An Evidence-
Based Guide to Planning Care. Mosby.
Carpenito-Moyet, L. J. (2006). Handbook of nursing diagnosis. Lippincott
Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai