Anda di halaman 1dari 5

RESUME

Jenis Belajar, Aktivitas Belajar, Dan Perkembangan Bahasa Anak


(Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Belajar)

Dosen pengampu :

Dinny Rahmayanty, M.Pd.


Drs. Rasimin, M.Pd.
Yulianti, M.Pd
Affan Yusra, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
Attia Adha Putri / A1E123024

KELAS: R-002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
A. Jenis Belajar

Tipe atau pun jenis belajar sangat beragam, berikut ini salah satu klasifikasi
belajar oleh Gagne.
1. Belajar isyarat (signal learning). Diartikan sebagai proses penguasaan pola-
pola dasar perilaku bersifat tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya.
Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi yang
diperlukan buat berlangsungnya tipe belajar ini adalah diberikannya stimulus
(signal) secara serempak, stimulus-stimulus tertentu secara berulang kali.
Respons yang timbul bersifat umum dan emosional, selain itu timbulnya
dengan tak sengaja dan tidak dapat dikuasai.
2. Belajar stimulus-respons. Belajar tipe ini memberikan respons yang tepat
terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan
(reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping).
3. Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat
gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak
dalam urutan tertentu. Tingkah laku “chaining” dapat merupakan salah satu
dari “motor skills”. Melalui “chaining” terjadi kesatuan hubungan stimulus –
respons dalam satu rangkaian.
4. Belajar asosiasi verbal (verbal association). Tipe ini merupakan belajar
menghubungkan suatu kata dengan suatu objek yang berupa benda, orang
atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat.
5. Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi
yang berbeda-beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan.
6. Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklasifikasikan stimulus atau
menempatkan objek-objek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu
konsep.
7. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini merupakan tipe belajar untuk
menghasilkan kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep.
Hubungan beberapa konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat.
8. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe
belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah
sehingga berbentuk kaidah yang lebih tinggi (higher order rule). Untuk
memecahkan masalah dia harus memiliki aturan-aturan atau pengetahuan
dan pengalaman, melalui pengetahuan aturan-aturan inilah dia dapat
melakukan keputusan untuk memecahkan suatu persoalan. Seseorang harus
memiliki konsep-konsep, aturan-aturan, dan memiliki “sets” untuk
memecahkannya dan suatu strategi untuk memberikan arah kepada
pemikiran agar produktif.
B. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah suatu kegiatan individu yang dapat membawa perubahan
kearah yang lebih baik pada diri individu karena adanya interaksi antara individu
dengan individu dan individu dengan lingkungan. Rousseau dalam Sardiman (2007)
memberikan penjelasan bahwa dalam hal aktivitas belajar, segala pengetahuan
harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan
sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara
rohani maupun teknis. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri.
Aktivitas belajar meliputi keterlibatan siswa dalam mendiskusikan materi,
mengumpulkan informasi terkait dengan materi pelajaran, keterlibatan siswa dalam
menanyakan materi pelajaran, mempresentasikan materi, dan berkontribusi dalam
menyelesaiakan latihan (Ayuwanti, 2017). Sementara itu, Hartono (2018)
menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran yang melibatkan kemampuan emosional yang meliputi kegiatan aktif
dalam berantusias menjadi tutor bagi siswa yang lain, mengerjakan soal di depan
kelas, mengemukakan pendapat dalam bentuk bertanya atau menyanggah pendapat
dari siswa yang lain atau guru.
Selama proses belajar siswa dituntut aktivitas siswa untuk mendengarkan,
memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan guru, disamping itu sangat
dimungkinkan para siswa memberikan balikan berupa pertanyaan, gagasan pikiran,
perasaan, dan keinginannya. Suasana belajar yang aman, nyaman, dan kondusif
akan mendorong siswa untuk belajar seoptimal mungkin.

C. Perkembangan Bahasa Anak

Bromley (1992) mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur


untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri atas simbol-simbol
visual maupun verbal. Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini
secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai alat sosialisasi,
bahasa merupakan suatu cara merespons orang lain.

Bromley (1992) menyebutkan empat aspek bahasa, yaitu menyimak, berbicara,


membaca, dan menulis. Kemampuan berbahasa berbeda dengan kemampuan
berbicara. Bahasa merupakan suatu sistem tata bahasa yang relatif rumit dan
bersifat semantik, sedangkan kemampuan berbicara merupakan suatu ungkapan
dalam bentuk kata-kata. Bahasa ada yang bersifat reseptif (dimengerti, diterima)
maupun ekspresif (dinyatakan). Contoh bahasa reseptif adalah mendengarkan dan
membaca suatu informasi, sedangkan contoh bahasa ekspresif adalah berbicara
dan menuliskan informasi untuk dikomunikasikan kepada orang lain.
Ketika anak menyimak dan membaca, mereka memahami bahasa berdasarkan
konsep pengetahuan dan pengalaman mereka. Dengan demikian, menyimak dan
membaca juga merupakan proses pemahaman (comprehending process). Berbicara
dan menulis merupakan keterampilan bahasa ekspresif yang melibatkan
pemindahan arti melalui simbol visual dan verbal yang diproses dan diekspresikan
anak. Ketika anak berbicara dan menulis, mereka menyusun bahasa dan
mengkonsep arti. Dengan demikian, berbicara dan menulis adalah proses
penyusunan (composing process).

Mengembangkan keterampilan pemahaman dan penyusunan merupakan dasar


bagi kegiatan belajar anak secara umum. Cara anak dalam menggunakan bahasa
akan berpengaruh pada perkembangan sosial, emosional, fisik, dan kognitif.
Keberhasilan anak dalam berbagai area, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, dan matematika tergantung pada kemampuan anak untuk
memahami dan menyusun bahasa. Thaiss (dalam Bromley, 1992) mengemukakan
bahwa anak dapat memahami dan mengingat suatu informasi jika mereka
mendapat kesempatan untuk membicarakannya, menuliskannya,
menggambarkannya, dan memanipulasinya. Anak belajar membaca dan menyimak
jika mereka mendapat kesempatan untuk mengekspresikan pemahaman mereka
dengan membicarakannya maupun menuliskannya untuk diri mereka sendiri
maupun ditujukan pada orang lain. Belajar terjadi jika ada diskusi antara guru dan
anak, anak dan anak, anak dan buku, anak dan lingkungannya. Bahasa dan belajar
tidak dapat dipisahkan. Kemampuan menggunakan bahasa secara efektif sangat
berperan penting terhadap kemampuan belajar anak.

Kesimpulan

Jenis belajar oleh Gagne, terdiri atas, belajar isyarat, belajar stimulus-respons,
belajar merantaikan, belajar asosiasi verbal, belajar membedakan, belajar konsep,
belajar dalil, belajar memecahkan masalah. Aktivitas belajar adalah suatu kegiatan
individu yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu
karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungan. Bromley (1992) menyebutkan empat aspek bahasa, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
DAFTAR PUSTAKA

Dhieni, Nurbiana., & Fridani, Lara. 2017. Modul 1 Hakikat Perkembangan Bahasa
Anak. Modul Paud.

Salam, Mohamad. 2020. WhatsApp: Kehadiran, Aktivitas Belajar, dan Hasil Belajar.
Jurusan Pendidikan Matematika. 11(2).

Siregar, Eveline., & Widyaningrum, Retno. 2015. Modul 01 Belajar Dan Pembelajaran.
Penerbit Ghalia Indonesia.

Wijaya, Rasman Sastra. 2015. Hubungan Kemandirian Dengan Aktivita Belajar Siswa.
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan & Konseling. 1(3).

Anda mungkin juga menyukai