Logo
Dosen Pengampu :
Retno Firdiyanti, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Kelompok Gited :
1. Nama NIM
2. Nama NIM
3. Nama NIM
4. Nama NIM
5. Nama NIM
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
Mei 2019
Daftar Isi
I. Identitas Subjek
Nama Lengkap :
Jenis Kelamin :
Tempat/ tgl lahir :
Usia :
Kelas/ Sekolah :
Alamat Asal :
Alamat tempat tinggal :
Identitas Keluarga/ significant person
Nama Peran Jenis Usia Alamat Pekerjaan
Kelamin
X ayah Laki - 45 thn Kedung kandang Karyawan
laki
Fokus dari permasalah subjek D alami ialah untuk membantu subjek belajar agar
bisa lebih meningkat khususnya di bidang aritmatika. Belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Belajar adalah kegiatan yang
dialami oleh setiap manusia dalam hidupnya. Menurut Hamalik (2006),belajar merupakan
suatu proses,suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu. Tanpa disadari dalam kehidupan setiap individu
diawali dengan belajar, mulai dari lahir hingga dewasa sesuai dengan kebutuhan. Belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi untuk mencapai
tujuan tertentu. Piaget dalam (Suciati, 2004) belajar merupakan siklus interaksi antara
individu dengan lingkungan, dengan unsur pokok terletak pada interaksi yang
menguntungkan antara proses akomodasi konsep terhadap pengalaman nyata dengan
proses asimilasi pengalaman terhadap konsep yang dimiliki. Belajar adalah suatu proses
perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap,
kebiasaan, dan lain-lain.
Selanjutnya, motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
keefektifan dalam pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila
ada faktor pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan
sungguh-sungguh jika memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Menurut Uno (2011) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Indikator-indikator tersebut, antara
lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan
dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, dan lingkungan belajar yang
kondusif. Selain itu, Winkel (2005), menyebutkan motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak psikis didalam siswa yang menimbulkan kegiatan belajar itu demi
mencapai suatu tujuan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah seluruh daya penggerak psikis yang ada dalam diri individu siswa yang dapat
memberikan dorongan untuk belajar demi mencapai tujuan dari belajar tersebut.
Subjek mengalami keterlambatan belajar (slow learner). Anak lamban belajar atau
slow learner adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah atau sedikit di bawah
rata-rata dari pada anak umumnya, pada salah satu atau seluruh area akademik. Macam-
macam slow learner adalah kesulitan membaca (dysleksia learning), kesulitan menulis
(dysgraphia learning), kesulitan menghitung (dyscaculia learning). Siswa dengan
karakteristik ketiga itu yaitu mereka yang mengalami masalah dalam
memahami pelajaran sering disebut sebagai anak ”bodoh”, terkadang juga
menjadi sasaran kemarahan guru yang kurang sabar. Lebih tragisnya, karena
kemampuan yang dimilikinya itu mereka sering terancam tinggal kelas. Anak
dengan ciri-ciri demikian, oleh sebagian masyarakat awam langsung diberi label
anak yang “bodoh” (Subini, 2011)
Kesulitan berhitung (dyscaculia learning) adalah suatu gangguan perkembangan
kemampuan aritmatika atau ketrampilan matematika yang mempengaruhi pencapaian
prestasi akademik atau mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak. Banyak orang yang
memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Tetapi semua orang harus
mempelajari matematika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Kesulitan matematika harus diatasi sedini mungkin alau tidak, siswa akan menghadapi
banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matemtika yang sesuai.
Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar
Pembelajaran matemetika di SD akan berhasil dengan baik apabila guru memahami
perkembangan intelektual anak usia SD. Usia anak SD antara 7 tahun sampai dengan 11
tahun. Menurut Piaget perkembangan anak usia SD tersebut termasuk kategori operasional
konkrit. Pada usia opersional konkret dirincikan dengan sistem pemikiran yang didasarkan
pada aturan tertentu yang logis, hal tersebut dapat diterapkan dalam memecahkan
persoalan-persoalan konkrit yang sedang dihadapi. Anak operasional konkrit sangat
membutuhkan benda-benda konkrit untuk menolong pengembangan intelektualnya, Anak
SD sudah mampu memahami penggabungan (penambahan dan pengurangan), mampu
mengurutkan misalnya mengurutkan dari yang kecil sampai yang besar, yang pendek
sampai yang panjang.
Prinsip Proses Pembelajaran Matemetika di Sekolah Dasar
Menurut Bruner dalam Karso (2004) prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat
dikemabangkan sebagai proses belajar terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive). Tahap pertama anak belajar konsep
adalah berhubungan dengan benda-benda real atau mengalami peristiwa di dunia
sekitar.
2. Tahap Ikonik atau Tahap Bayangan (Iconic). Pada tahap ini anak telah mengubah,
menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental
3. Tahap Simbolik (Symbolik). Pada tahap terakhir ini anak dapat mengutarakan bayangan
mental tersbut dalam bentuk simbol dan bahasa.
b. Rancangan Intervensi
1. Nama metode intervensi
Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Kemampuan Aritmatika pada
Anak Slow Learner. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan suatu benda tertentu yang tidak terlepas dari penjelasan secara lisan
oleh seorang guru. Menurut Sanjaya (2006) metode demonstrasi yaitu metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.
Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh
guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan,
akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret dalam
setrategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Sedangkan menurut Daryanto (2009) metode demonstrasi ialah cara penyajian
bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses
situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang
sering disertai penjelasan Iisan. Sering kali orang mengira bahwa metode demonstrasi
hanya digunakan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam saja. Padahal tidak
demikian halnya. Metode ini dapat dipergunakan bagi penyajian semua jenis mata
pelajaran termasuk matematika. Dengan demonstrasi proses penerimaan terhadap
pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian
dengan baik dan sempurna, juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa
yang diperagakan guru selama pelajaran berlangsung.
Penggunaan teknik demonstrasi sangat menunjang proses interaksi belajar
mengajar dikelas, sehingga kesan yang diterima lebih lama pada jiwanya. Akibatnya
memberikan motivasi yang kuat untuk síswa agar lebih giat belajar. Dengan
demonstrasi itu siswa dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung
serta dapat mengembangkan kecakapannya. Dalam metode demonstrasi diharapkan
setiap Iangkah dari hal-hal yang didemonstrasikan dapat dilihat dengan mudah oleh
siswa melalui prosedur yang benar meskipun demikian siswa perlu juga mendapatkan
waktu yang cukup lama untuk memperhatikan sesuatu yang didemonstrasikan. Dalam
demonstarsi terutama dalam mengembangkan sikap-sikap, guru perlu merencanakan
pendekatan secara Iebih berhati-hati dan ia melakukan kecakapan untuk mengarahkan
motivasi dan berpikir siswa.
Penerapan metode konvensional dalam pembelajaran matematika membuat siswa
merasa bosan dan enggan belajar, sehingga aktivitas pembelajaran cenderung rendah.
Pengguna metode demonstrasi dapat menjadi alternatif dalam peningkatan aktivitas
pembelajaran matematika pada pokok bahasan mencari volume tabung. Tahap
perkembangan anak usia SD yang masih dalam tahap oprasional konkret, menuntuk
guru untuk aktif dalam mengkombinasikan metode pembelajaran dikelas. Metode
demonstrasi dapat menjadi salah satualternatif dalam pembelajaran matematika.
2. Tahapan kegiatan intervensi
Teknik demonstrasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai:
a. Pendidik, bersama peserta didik, menyusun bahan belajar untuk
didemonstrasikan. Bahan tersebut disusun berdasarkan kebutuhan belajar,
sumber – sumber yang tersedia, program/kurikulum yang telah disusun, tujuan
belajar yang akan dicapai, dan waktu kegiatan belajar yang disediakan.
b. Pendidik, bersama peserta didik, menyiapkan fasilitas belajar (tempat dan
perlengkapan) dan alat-alat bantu yang diperlukan seperti poster, diagram,
perabot, model barang hasil produksi dan benda sebenarnya.
2. Pada saat kegiatan pembelajaran
a. Pendidikan menjelaskan tujuan dan cara penggunaan teknik demonstrasi serta
motivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Pendidik memberi contoh dengan mendemonstrasikan proses dan/atau hasil
sesuatu
sebagaimana tercantum dalam bahan belajar yang telah disusun.
c. Pendidik meminta peserta didik melakukan kembali demonstrasi itu dengan
memberikan tugas kepada peserta didik. Pendidik membantu mereka untuk
menyusun bahan belajar yang akan mereka demontrasikan
d. Peserta didik mendemonstrasikan bahan belajar yang telah mereka susun
e. Pendidik bersama peserta didik mendiskusikan hal-hal yang timbul dalam
kegiatan pembelajaran.
3. Pada akhir kegiatan pembelajaran
Pendidik bersamapeserta didik melakukan penilaian terhadap bahan
belajar dan terhadap proses serta hasil penggunaan teknik ini.
Boleh uraian atau tabel yang memudahkan kalian dalam menjelaskan urutan kegiatan
intervensi beserta waktu dan capaian pada tiap tahapannya. Membebaskan untuk
mengkreasikan kegiatan intervensi atas dasar teori yang kuat yang dibahas di dinamika
masalah. Boleh juga memakai intervensi yang didapat dari jurnal, jangan lupa
mencantumkan sumber peneliti.
c. Pengukuran Intervensi
Menjelaskan tentang pengukuran keberhasilan pencapaian target intervensi. Bentuk bebas
(kondisi pre post, check list target perilaku, jumlah token ekonomi dsb) namun ada
keterangan target pencapaian perilakunya.
Ya Tidak Kadang-
kadang
1 Kognitif (dapat menyebutkan
lambang bilangan 1-10)
2 Menyebutkan hasil penambahan
(1-10)
3 Menghubungkan/memasang
lambang bilangan dengan
benda-benda sampai 10 (anak
tidak menyuruh untuk menulis)
4 Membuat coretan/tulisan yang
berbentuk angka
5 Membilang/menyebutkan
urutan bilangan
6 Membilang dengan menunjuk
benda (mengenal konsep
bilangan dengan benda-benda
sampai 10)
Lampiran