Anda di halaman 1dari 17

Materi Pokok Kompetensi Teknis PPPK Guru tahun 2023

1. Konsep suatu disiplin ilmu yang relevan


Konsep suatu disiplin ilmu merujuk pada gagasan, ide, atau prinsip dasar yang membentuk
inti pengetahuan dan pemahaman dalam disiplin ilmu tertentu. Konsep ini mencakup aturan,
teori, model, dan prinsip yang membentuk dasar dari bidang studi tersebut. Contohnya, dalam
fisika, konsep suatu disiplin ilmu yang relevan dapat melibatkan hukum gravitasi,
kinematika, atau elektromagnetisme.

2. Materi suatu disiplin ilmu yang relevan


Materi suatu disiplin ilmu merujuk pada informasi, data, fakta, dan pengetahuan praktis yang
terkait dengan disiplin ilmu tersebut. Materi ini dapat mencakup buku teks, eksperimen, hasil
penelitian, serta berbagai bahan yang digunakan untuk memahami, mendalami, dan
mengaplikasikan konsep-konsep dalam disiplin ilmu tertentu.

3. Hirarki konsep dan materi suatu disiplin ilmu


Hirarki konsep dan materi dalam suatu disiplin ilmu adalah struktur berjenjang yang
mengatur konsep dan materi berdasarkan tingkat kesulitan atau tingkat abstraksi. Konsep dan
materi yang lebih dasar biasanya menjadi dasar bagi konsep yang lebih kompleks. Misalnya,
dalam matematika, pemahaman tentang bilangan bulat menjadi dasar untuk memahami
pecahan, dan pecahan menjadi dasar untuk memahami persamaan aljabar.

4. Prasyarat dari suatu disiplin ilmu yang relevan


Prasyarat adalah persyaratan atau pengetahuan dasar yang harus dimiliki seseorang sebelum
dapat memahami atau belajar tentang suatu disiplin ilmu tertentu. Prasyarat biasanya
melibatkan konsep atau keterampilan dasar yang diperlukan untuk memahami materi yang
lebih kompleks dalam disiplin ilmu tersebut. Misalnya, untuk memahami kimia organik,
prasyaratnya mungkin termasuk pemahaman tentang struktur atom dan ikatan kimia.

5. Keterkaitan suatu konsep dengan konsep yang lain


Keterkaitan konsep merujuk pada bagaimana konsep dalam suatu disiplin ilmu saling
berhubungan dan bergantung satu sama lain. Ini mencerminkan cara di mana pengetahuan
dalam disiplin ilmu tersebut saling terkait dan membentuk struktur pemahaman yang lebih
besar. Contoh, dalam biologi, konsep evolusi berkaitan dengan konsep adaptasi, seleksi alam,
dan variasi genetik.

6. Konsep-konsep yang berkaitan dengan suatu disiplin


Konsep-konsep yang berkaitan dengan suatu disiplin merujuk pada semua gagasan, teori, dan
prinsip yang relevan dalam disiplin ilmu tersebut. Ini mencakup semua konsep yang
membentuk inti pengetahuan dalam disiplin tersebut dan memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang topik-topik yang ada.
7. Teori Belajar Ausubel
Teori belajar Ausubel, yang dikembangkan oleh David Ausubel, adalah sebuah teori kognitif
yang berkaitan dengan konsep integrasi dan konstruksi pengetahuan. Teori ini menekankan
pentingnya penyusunan pengetahuan baru oleh individu berdasarkan pengetahuan yang sudah
ada dalam struktur kognitif mereka. Beberapa aspek yang lebih luas dari teori ini mencakup:

Integrasi Pengetahuan
Teori ini menekankan bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika materi baru
diintegrasikan ke dalam kerangka pengetahuan yang sudah ada dalam pikiran individu. Ini
berarti bahwa guru harus memahami pengetahuan awal siswa dan membangun konsep baru
berdasarkan fondasi yang sudah ada.

Peran Struktur Kognitif


Ausubel menekankan peran struktur kognitif individu dalam proses pembelajaran. Struktur
kognitif ini mencerminkan cara individu mengorganisasi pengetahuan mereka, dan
pembelajaran yang efektif melibatkan pengubahan struktur kognitif ini dengan menambahkan
konsep-konsep baru.

Pengorganisasian Materi
Guru harus merancang pengalaman pembelajaran yang membantu siswa untuk
mengorganisasi informasi dengan cara yang bermakna. Misalnya, menggunakan peta konsep,
analogi, atau skema untuk membantu siswa memahami dan mengingat informasi.

8. Teori Belajar Gagne


Teori belajar Gagne, yang dikembangkan oleh Robert Gagne, fokus pada tahap-tahap
pembelajaran dan mengidentifikasi prinsip-prinsip yang mendukung proses pembelajaran
yang efektif. Aspek-aspek yang lebih luas dari teori ini termasuk:
Hierarki Pembelajaran
Teori Gagne mengusulkan adanya hierarki pembelajaran dengan tahap-tahap yang berurutan,
seperti pemberian perhatian, pengenalan tujuan, pembelajaran stimulus-respons, pemberian
umpan balik, dan transfer pengetahuan. Guru harus merancang pembelajaran yang
mempertimbangkan tahap-tahap ini.
Pemberian Umpan Balik
Menekankan pentingnya memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa sehingga
mereka dapat mengoreksi kesalahan mereka dan memperbaiki pemahaman mereka.
Variasi Strategi Pengajaran
Teori ini mengakui bahwa siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, dan guru harus
menggunakan berbagai strategi pengajaran untuk memenuhi kebutuhan beragam siswa.

9. Teori Belajar Piaget


Teori belajar Piaget, yang dikembangkan oleh Jean Piaget, adalah teori perkembangan
kognitif yang fokus pada perkembangan berpikir dan konstruksi pengetahuan pada anak-
anak. Aspek yang lebih luas dari teori ini meliputi:
Stadia Perkembangan
Piaget mengidentifikasi tahap-tahap perkembangan kognitif yang berbeda pada anak-anak,
seperti tahap sensorimotor, pra operasional, konkret operasional, dan formal operasional.
Guru perlu memahami tahap perkembangan siswa untuk merancang pembelajaran yang
sesuai.
Konstruktivisme
Teori ini menekankan bahwa pembelajaran adalah proses konstruktif di mana individu
membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan eksplorasi.
Peran Aktif Anak dalam Pembelajaran
Piaget memandang anak sebagai peserta aktif dalam pembelajaran mereka. Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelajahi, eksperimen, dan memecahkan
masalah.
10. Karakteristik Murid Berkebutuhan Khusus
Karakteristik murid berkebutuhan khusus mencakup sejumlah kebutuhan dan ciri-ciri
individu yang memerlukan perhatian khusus dalam konteks pendidikan.

Berikut adalah beberapa karakteristik umum murid berkebutuhan khusus:

Kebutuhan Fisik:

 Keterbatasan fisik yang mempengaruhi mobilitas atau penggunaan indra seperti


penglihatan atau pendengaran.

 Kondisi medis kronis yang memerlukan perawatan kesehatan khusus atau perhatian
ekstra.

Kebutuhan Intelektual atau Pembelajaran:


 Keterlambatan perkembangan intelektual.

 Kesulitan dalam memahami atau memproses informasi.

 Gangguan belajar seperti disleksia atau diskalkulia.

 Kecerdasan tinggi (giftedness) yang memerlukan pendekatan pembelajaran yang


lebih menantang.

Kebutuhan Sensorik:
 Keterbatasan penglihatan atau pendengaran.

 Gangguan sensorik seperti autisme yang memengaruhi persepsi sensorik.

 Sensitivitas tinggi terhadap rangsangan sensorik.

Kebutuhan Perilaku atau Emosional:


 Gangguan perilaku seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).

 Gangguan emosional seperti kecemasan, depresi, atau gangguan makan.

 Kesulitan dalam mengatur emosi dan perilaku.

Kebutuhan Sosial dan Komunikasi:


 Gangguan perkembangan sosial seperti autisme.

 Kesulitan dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi dengan orang lain.

 Kesulitan dalam memahami norma sosial dan etika.


Kebutuhan Bahasa dan Komunikasi:
 Keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa.

 Kesulitan dalam berbicara, mendengar, atau berkomunikasi secara verbal.

Kebutuhan Khusus Lainnya:


 Kebutuhan pendidikan alternatif, seperti pendidikan inklusif atau pendidikan khusus.

 Kebutuhan medis yang memerlukan perawatan atau peralatan khusus.

 Kebutuhan dukungan psikologis atau konseling.

11. Tahapan perkembangan berdasarkan usia dan


karakteristik khas masing-masing tahap
Tahapan perkembangan dalam proses pembelajaran mencerminkan bagaimana individu
berkembang secara kognitif, sosial, emosional, dan fisik ketika mereka belajar.
Tahap Prapendidikan (0-6 tahun):
 Karakteristik: Anak-anak pada tahap ini masih sangat muda dan dalam tahap perkembangan
awal.
 Fokus pembelajaran: Dasar-dasar perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa,
sosialisasi, dan pemahaman dasar tentang dunia sekitar.
 Metode pembelajaran: Bermain, eksplorasi aktif, pengalaman sensorik, dan pengasuhan yang
mendukung.
Tahap Sekolah Dasar (7-12 tahun):
 Karakteristik: Anak-anak memasuki tahap sekolah dan mulai mengembangkan keterampilan
akademik dasar.
 Fokus pembelajaran: Menguasai keterampilan membaca, menulis, berhitung, serta
pembelajaran sosial dan kecakapan sosial.
 Metode pembelajaran: Pengajaran terstruktur, guru memainkan peran utama dalam
penyampaian materi pelajaran, serta pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi.
Tahap Remaja (13-18 tahun):
 Karakteristik: Remaja sedang mengalami perubahan fisik, emosi, dan identitas yang
signifikan.
 Fokus pembelajaran: Pengembangan keterampilan berpikir kritis, eksplorasi minat dan bakat,
serta persiapan untuk perguruan tinggi atau karir.
 Metode pembelajaran: Pengajaran yang lebih interaktif, pengembangan keterampilan
penelitian, serta pilihan mata pelajaran lebih beragam.
Tahap Dewasa Muda (19-40 tahun):
 Karakteristik: Dewasa muda fokus pada pendidikan tinggi, karir, dan keluarga.
 Fokus pembelajaran: Spesialisasi dalam bidang tertentu, pengembangan keterampilan
profesional, dan pembelajaran sepanjang hidup.
 Metode pembelajaran: Pendidikan tinggi, pelatihan karir, dan pengalaman profesional
12. Teori Gagne: Taksonomi Bloom dan
perkembangannya
Taksonomi Bloom, yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom dan rekannya pada tahun
1956, adalah sebuah kerangka kerja yang digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan
pembelajaran menjadi tingkat kompetensi yang berbeda.
Taksonomi ini memiliki enam tingkat kompetensi yang berurutan, mulai dari tingkat
pengetahuan yang mendasar hingga tingkat evaluasi yang lebih tinggi. Tujuan dari
Taksonomi Bloom adalah untuk membantu guru dan perancang kurikulum dalam merancang
materi pelajaran, mengevaluasi pencapaian siswa, dan merancang ujian yang sesuai.
Berikut adalah enam tingkat Taksonomi Bloom:
1. Pengetahuan (Knowledge):
Tingkat ini berfokus pada pengetahuan dasar atau informasi yang harus siswa ketahui.
2. Pemahaman (Comprehension):
Pada tingkat ini, siswa diharapkan untuk memahami dan menginterpretasikan informasi yang
mereka pelajari.
3. Penerapan (Application):
Pada tingkat ini, siswa harus dapat menerapkan pengetahuan dan pemahaman mereka dalam
situasi nyata.
4. Analisis (Analysis):
Siswa diharapkan untuk menguraikan informasi menjadi komponen-komponennya,
mengidentifikasi pola, dan merinci hubungan antara elemen-elemen tersebut.
5. Sintesis (Synthesis):
Pada tingkat sintesis, siswa harus mampu menggabungkan informasi dari berbagai sumber,
menghasilkan ide-ide baru, atau menciptakan solusi yang unik untuk masalah yang kompleks.
6. Evaluasi (Evaluation):
Ini adalah tingkat tertinggi dalam taksonomi. Siswa diharapkan untuk melakukan evaluasi
kritis terhadap informasi atau argumen, membuat penilaian yang berdasarkan pada kriteria
yang relevan, dan menghasilkan pendapat atau rekomendasi yang didukung oleh bukti.
13. Profil Pelajar Pancasila
Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang
memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam
ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan
global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif, seperti ditunjukkan oleh
gambar berikut

Keenam ciri tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia

Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia adalah
pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami
ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME,
dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (d)
akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.

2. Berkebinekaan global

Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap
berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa
saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan
tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci kebinekaan global
meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam
berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman
kebinekaan.

3. Bergotong royong

Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk


melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan
dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah
kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.

4. Mandiri

Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas
proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan
situasi yang dihadapi serta regulasi diri.

5. Bernalar kritis

Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif
maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis
informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah
memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi
penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil Keputusan.

6. Kreatif

Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan
gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.

14. Teori Belajar Gagne


Teori Belajar Gagne, yang dikembangkan oleh Robert Gagne, adalah kerangka kerja dalam
psikologi pendidikan yang menjelaskan bagaimana orang belajar dan bagaimana pengajaran
dapat diorganisasi untuk memfasilitasi proses belajar yang efektif.

Teori ini mengidentifikasi berbagai tahapan yang harus dilalui siswa agar dapat berhasil
belajar suatu keterampilan atau konsep.
Teori Belajar Gagne mencakup delapan tahapan atau kondisi pembelajaran. Berikut
penjelasan singkat mengenai setiap tahap ini:
1. Perhatian (Gaining Attention): Pembelajaran dimulai dengan menarik perhatian siswa.
2. Informasi Awal (Informing the Learner of the Objective): Siswa perlu mengetahui tujuan
pembelajaran sebelum mereka mulai belajar.
3. Pemanggilan Pengetahuan Prasyarat (Stimulating Recall of Prior Learning): ( mengulas
kembali pada materi sebelumnya .Pada tahap ini, guru atau instruktur memanggil
pengetahuan yang sudah ada di dalam pikiran siswa yang relevan dengan materi yang akan
diajarkan. Ini membantu menghubungkan materi baru dengan pengetahuan yang sudah ada.
4. Pandu (Presenting the Stimulus): Instruktur menyajikan materi atau informasi kepada siswa
dengan cara yang sistematis dan terstruktur. (MENYAMPIAIKAN MATERI)
5. Pandu Respon (Providing Learning Guidance): Siswa diberikan panduan, umpan balik, dan
bimbingan dalam memahami materi.
6. Mendorong Respon (Eliciting Performance): Siswa diberi kesempatan untuk berlatih atau
menerapkan materi yang telah dipelajari.
7. Umpan Balik (Providing Feedback): Setelah siswa melakukan respon, mereka menerima
umpan balik tentang kinerja mereka.
8. Pemeliharaan Retensi dan Pemindahan (Assessing Performance): Tahap terakhir
melibatkan evaluasi kinerja siswa untuk memastikan bahwa mereka telah berhasil
memahami dan dapat mengingat materi tersebut.
15. Learning Objective
Learning object adalah segala entitas, digital atau non-digital, yang dapat digunakan untuk
pembelajaran, pendidikan atau pelatihan.
Mengapa Learning Objective atau tujuan pembelajaran penting dilakukan?
Tujuan Pembelajaran sangat penting untuk diperhatikan. Setiap guru harus tahu cara menulis
tujuan pembelajaran karena akan mempengaruhi hasil belajar. Peningkatan tujuan
pembelajaran berkontribusi besar terhadap peningkatan hasil pembelajaran

16. Individualized Education Program (IEP) dan Prinsip-


prinsip differentiated learning
Individualized Education Program (IEP) adalah sebuah program pendidikan yang disusun
untuk mendukung anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus (special education) di
Amerika Serikat.
IEP merupakan rencana pendidikan yang disesuaikan secara individu untuk setiap siswa yang
memenuhi kriteria kebutuhan pendidikan khusus, seperti siswa dengan disabilitas fisik atau
intelektual.
Beberapa poin kunci mengenai IEP adalah:
1. Penyesuaian Individu
2. Keterlibatan Orang Tua
3. Evaluasi Rutin
4. Tim Pendukung
Prinsip-prinsip Differentiated Learning adalah pendekatan dalam pengajaran yang
menekankan bahwa siswa memiliki gaya belajar, kecepatan belajar, dan tingkat pemahaman
yang berbeda.
Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk merancang pengalaman pembelajaran yang memadai dan
relevan untuk setiap siswa.
Beberapa prinsip-prinsip utama dalam differentiated learning meliputi:
1. Mengenal Siswa dengan Baik
2. Penyesuaian Kurikulum
3. Pemberian Pilihan
4. Penilaian yang Beragam
5. Kerja Kelompok Fleksibel
17. Teori Dasar Komunikasi
Berikut adalah beberapa teori dasar komunikasi yang sering dipelajari dan digunakan untuk
menggambarkan komunikasi manusia:

1. Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal: Teori ini menggambarkan bagaimana


komunikasi terjadi melalui kata-kata (komunikasi verbal) dan ekspresi wajah, bahasa tubuh,
serta suara (komunikasi nonverbal). Ini juga mencakup pentingnya pesan nonverbal dalam
memahami komunikasi manusia.

2. Teori Komunikasi Interpersonal: Teori ini mencakup komunikasi antara individu dalam
situasi tatap muka, baik dalam bentuk komunikasi interpersonal formal maupun informal. Ini
mengeksplorasi aspek-aspek seperti komunikasi emosi, empati, dan hubungan antarpribadi

3. Teori Komunikasi Organisasi: Teori ini berfokus pada komunikasi dalam konteks
organisasi. Ini mencakup komunikasi dalam hierarki organisasi, komunikasi bisnis, dan
dinamika dalam tim kerja.

4. Teori Komunikasi Massa: Teori ini memeriksa komunikasi melalui media massa seperti
televisi, surat kabar, radio, dan internet. Ini juga mencakup pengaruh media massa pada opini
publik dan masyarakat.
5. Teori Komunikasi Persuasif: Teori ini berkaitan dengan komunikasi yang bertujuan
untuk mempengaruhi atau meyakinkan orang lain. Ini melibatkan konsep persuasi, argumen,
dan strategi komunikasi.
6. Teori Komunikasi antarbudaya: Teori ini fokus pada komunikasi antara individu dari
budaya yang berbeda. Ini mempertimbangkan perbedaan budaya dalam bahasa, norma,
nilai, dan konvensi komunikasi.

18. Active Listening


Active listening adalah proses di mana seseorang berkonsentrasi mendengarkan, memahami,
dan merespon lawan bicaranya sesuai dengan informasi yang telah ia dengar. Berbeda dengan
pendengar pasif yang sekadar mendengarkan saja dan cenderung tidak menaruh fokus pada
pesan yang pembicara sampaikan.

Contoh keterampilan active listening


Jika Anda masih bingung terkait kemampuan mendengar aktif, berikut deretan contoh active
listening question berdasarkan The Balance Career.

 membangun kepercayaan dan hubungan dengan banyak orang,


 menggunakan bahasa tubuh,
 mengajukan pertanyaan terbuka setelah pembicaran usai,
 menanyakan hal spesifik untuk mendapatkan klarifikasi,
 mengungkapkan opini,
 menunjukkan ketertarikan, dan
 menunjukkan pemahaman.

19. Kesepakatan dan kebiasaan positif di lingkungan


belajar
Kesepakatan dan kebiasaan positif dalam lingkungan belajar adalah faktor penting yang
berkontribusi pada keberhasilan dan produktivitas siswa.
Berikut beberapa contoh kesepakatan dan kebiasaan positif yang dapat diterapkan dalam
lingkungan belajar:
Kesepakatan:
1. Saling Menghormati
2. Kedisiplinan.
3. Toleransi dan Keterbukaan
4. Kerja Sama
5. Pemanfaatan Sumber Belajar
Kebiasaan Positif:
1. Belajar Rutin
2. Berpartisipasi Aktif
3. Pencatatan yang Baik
4. Manajemen Waktu
5. Pemecahan Masalah
6. Pembelajaran Seumur Hidup
7. Refleksi
8. Pengelolaan Stres
9. Komunikasi Efektif
10. Etika Belajar
20.Konsep dan prinsip-prinsip motivasi dalam pendidikan
Motivasi dalam pendidikan adalah faktor kunci yang mempengaruhi sejauh mana siswa ingin
belajar, berpartisipasi aktif, dan mencapai tujuan pembelajaran. Konsep motivasi dalam
pendidikan melibatkan berbagai teori dan prinsip yang membantu kita memahami cara
memotivasi siswa.
Berikut adalah beberapa konsep dan prinsip motivasi dalam pendidikan:
1. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik:
– Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri siswa, yang mendorong mereka
untuk belajar karena minat, kepuasan, atau keinginan pribadi.
– Motivasi ekstrinsik melibatkan dorongan dari luar, seperti hadiah, penghargaan, atau
hukuman. Ini bisa menjadi alat yang efektif dalam jangka pendek, tetapi tidak selalu
berkelanjutan.
2. Kepuasan Kognitif:
– Kepuasan kognitif terjadi ketika siswa merasa bahwa mereka telah berhasil memecahkan
masalah atau memahami materi. Ini dapat meningkatkan motivasi intrinsik.
3. Self-Efficacy:
Konsep ini mencakup keyakinan siswa terhadap kemampuan mereka untuk berhasil dalam
suatu tugas. Siswa yang merasa yakin dalam kemampuan mereka cenderung lebih
termotivasi.
4. Umpan Balik Positif:
– Memberikan umpan balik positif dan konstruktif dapat meningkatkan motivasi siswa
dengan memberikan informasi tentang kemajuan mereka.
5. Variasi dalam Metode Pengajaran:
– Menggunakan berbagai metode pengajaran, termasuk metode yang menarik, dapat
mempertahankan minat siswa dan mencegah kebosanan.
6. Pengakuan dan Penghargaan:
– Memberikan penghargaan atau pengakuan untuk pencapaian siswa dapat meningkatkan
motivasi mereka, terutama ketika pengakuan tersebut autentik dan memadai.

21. Mengembangkan motivasi siswa


Mengembangkan motivasi siswa adalah kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran
yang produktif dan berkesinambungan. Berikut adalah beberapa cara untuk mengembangkan
motivasi siswa:
1. Buat Tujuan yang Jelas dan Relevan: Bantu siswa memahami tujuan pembelajaran
dan mengapa materi tersebut penting. Tujuan yang jelas dan relevan akan memberi
mereka alasan yang kuat untuk belajar.
2. Kepuasan Kognitif: Berikan siswa kesempatan untuk merasakan kepuasan kognitif
saat mereka berhasil memahami materi atau menyelesaikan tugas. Beri pengakuan
atas usaha dan prestasi mereka.
3. Beri Pilihan: Izinkan siswa memiliki sedikit otonomi dalam pembelajaran mereka.
Biarkan mereka memilih topik atau metode pembelajaran yang mereka minati, dalam
kerangka tertentu.
4. Berikan Umpan Balik Konstruktif: Beri umpan balik yang konstruktif tentang
kinerja siswa. Bantu mereka memahami kekuatan mereka dan area yang perlu
ditingkatkan.
5. Beri Penguatan Positif: Gunakan penguatan positif, seperti pujian dan penghargaan,
untuk memotivasi siswa yang telah bekerja keras dan mencapai hasil yang baik.
6. Gunakan Teknologi: Manfaatkan teknologi pendidikan untuk menghadirkan materi
pembelajaran dengan cara yang menarik dan interaktif.
7. Modelkan Motivasi: Tunjukkan semangat dan motivasi dalam mengajar. Guru yang
bersemangat dapat mempengaruhi siswa.

22. Behavior modification & habit formation


Behavior Modification (Modifikasi Perilaku) adalah suatu pendekatan dalam psikologi
yang digunakan untuk mengubah perilaku individu dengan metode yang sistematis dan
terstruktur. Tujuan utama dari modifikasi perilaku adalah menghilangkan perilaku yang tidak
diinginkan atau merugikan dan menggantinya dengan perilaku yang diinginkan.

Beberapa konsep kunci dalam modifikasi perilaku meliputi:


1. Penguatan positif: Memberikan imbalan atau hadiah atas perilaku yang diinginkan untuk
meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut akan diulang.
2. Penghukuman: Menetapkan konsekuensi yang tidak diinginkan atas perilaku yang tidak
diinginkan untuk mengurangi kemungkinan perilaku tersebut akan diulang.
3. Ekstinsi: Menghentikan penguatan yang sebelumnya mempertahankan perilaku, sehingga
perilaku tersebut meredup dan hilang.
4. Shaping: Mengembangkan perilaku yang diinginkan melalui penguatan bertahap terhadap
perilaku yang semakin mendekati sasaran.

Habit Formation (Pembentukan Kebiasaan) adalah proses di mana individu membentuk


kebiasaan dengan mengulangi perilaku tertentu secara konsisten hingga perilaku tersebut
menjadi otomatis dan terjadi tanpa kesadaran yang mendalam. Pembentukan kebiasaan
melibatkan tiga elemen utama:
1. Rangsangan (Cue): Rangsangan adalah situasi atau peristiwa yang memicu atau
mengingatkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Ini dapat berupa waktu, tempat,
emosi, atau tanda tertentu.
2. Rutinitas (Routine): Rutinitas adalah tindakan atau perilaku yang dilakukan sebagai respons
terhadap rangsangan. Ini adalah bagian inti dari kebiasaan.
3. Hadiah (Reward): Hadiah adalah hasil atau kepuasan yang diperoleh setelah menyelesaikan
rutinitas. Ini memberikan dorongan positif untuk mengulangi perilaku tersebut.

23. Prinsip-prinsip reward, punishment , dan


reinforcement dalam pembentukan tingkah laku
Reward (Penguatan Positif)
Prinsip: Pemberian hadiah atau penguatan positif untuk tingkah laku yang diinginkan. Hadiah
ini bertujuan untuk meningkatkan kemungkinan tingkah laku tersebut akan diulang.
Contoh: Memberikan pujian, pemberian hadiah fisik, poin pujian, atau pengakuan positif
kepada seseorang yang telah berhasil mencapai tujuan atau melakukan perilaku yang
diharapkan.
Punishment (Penghukuman)
Prinsip: Pemberian konsekuensi yang tidak diinginkan atau penghukuman atas tingkah laku
yang tidak diinginkan. Tujuannya adalah untuk mengurangi kemungkinan tingkah laku
tersebut akan diulang.
Contoh: Menyita barang-barang bermain jika anak tidak menaati peraturan, memberikan
hukuman waktu, atau memberikan tugas tambahan sebagai konsekuensi dari perilaku yang
melanggar.
Reinforcement (Penguatan)
Prinsip: Menggunakan penguatan positif atau negatif untuk meningkatkan atau
mempertahankan tingkah laku tertentu. Ini mencakup penguatan positif (menambahkan
sesuatu yang positif) dan penguatan negatif (menghilangkan atau mengurangi sesuatu yang
negatif).
Contoh Penguatan Positif: Memberikan hadiah ketika seorang siswa menjawab dengan benar
dalam kelas, yang akan meningkatkan kemungkinan siswa akan berpartisipasi lebih aktif.
Contoh Penguatan Negatif: Mengurangi jumlah tugas rumah yang harus dikerjakan jika
seorang siswa memenuhi standar tertentu, yang dapat meningkatkan kemungkinan siswa akan
mematuhi peraturan.
Untuk memahami lebih banyak mengenai materi diatas, Anda juga dapat mencari sumber
sumber belajar lainnya baik buku, atau melalui jurnal jurnal terkait. Artikel ini sifatnya hanya
menjadi tambahan pengetahuan bukan rujukan utama.

24. Desain Pembelajaran


Desain pembelajaran adalah proses perencanaan dan pengembangan pengalaman
pembelajaran yang efektif dan berorientasi pada tujuan. Tujuan utama desain pembelajaran
adalah menciptakan lingkungan pembelajaran yang memfasilitasi pemahaman, retensi, dan
penerapan materi pelajaran. Berikut adalah beberapa tahap dan prinsip dalam desain
pembelajaran:
Tahap Desain Pembelajaran:
1. Identifikasi Tujuan Pembelajaran
2. Identifikasi Peserta Didik
3. Pengembangan Kurikulum
4. Pemilihan Metode Pembelajaran
5. Pemilihan Sumber Daya dan Materi
6. Rancang Aktivitas Pembelajaran
7. Pengembangan Evaluasi
Prinsip Desain Pembelajaran:
 Tujuan yang Jelas
 Relelansi
 Partisipasi Siswa
 Dukungan dan Umpan Balik
 Fleksibilitas
 Multimodalitas
 Konektivitas dengan Dunia Nyata
 Evaluasi dan Refleksi
 Kemajuan dan Perbaikan Berkelanjutan
Desain pembelajaran yang efektif memberikan kesempatan bagi siswa untuk meraih
pemahaman yang mendalam, meningkatkan keterampilan, dan mempersiapkan mereka untuk
menghadapi tantangan di dunia nyata. Dengan merancang pembelajaran yang relevan,
menarik, dan interaktif, guru dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa
mereka.
25. Facilitating learning
Facilitating learning adalah proses di mana seorang pendidik, instruktur, atau fasilitator
bertindak sebagai pemimpin atau pengarah dalam menciptakan lingkungan yang
memfasilitasi pembelajaran siswa atau peserta pelatihan.
Tujuan utama dari facilitating learning adalah untuk membantu siswa atau peserta mencapai
tujuan pembelajaran mereka dengan cara yang efektif, aktif, dan mendalam.

Facilitating learning menekankan pendekatan yang lebih kolaboratif dan interaktif daripada
metode pengajaran tradisional yang lebih berorientasi pada guru. Ini menciptakan lingkungan
di mana siswa atau peserta pelatihan aktif terlibat dalam pembelajaran mereka sendiri,
merenungkan, berdiskusi, dan menerapkan pengetahuan dalam konteks praktis.
Dengan demikian, proses facilitating learning bertujuan untuk meningkatkan pemahaman,
retensi, dan penerapan materi pelajaran.

26. Berfikir Kritis


Apa yang dimaksud dengan berfikir kritis?
Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai
kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, indepen- den, jernih
dan rasional. Berpikir kritis mencakup ketrampilan menafsirkan dan menilai pengamatan,
informasi, dan argumentasi.
tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk di dalamnya
melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut biasanya didukung oleh kriteria yang dapat
dipertanggungjawabkan.

27. Berbagai teknik asesmen di tingkat kelas (classroom-


based assessment ) sesuai dengan tujuan pembelajaran
Asesmen di tingkat kelas, atau classroom-based assessment, merupakan alat penting dalam
membantu guru memahami sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Berikut
adalah berbagai teknik asesmen yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan membantu guru
memantau perkembangan siswa:
 Ujian Tertulis: Menggunakan soal pilihan ganda, esai, atau ujian lainnya untuk mengukur pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran. Ini dapat digunakan untuk mengukir pengetahuan faktual,
pemahaman konsep, dan kemampuan berpikir kritis.
 Tugas atau Proyek: Memberikan tugas atau proyek yang memungkinkan siswa menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi praktis. Tugas ini dapat mencakup
penulisan esai, presentasi, atau pembuatan proyek seni.
 Portofolio: Membuat portofolio yang berisi karya atau sampel kinerja siswa sepanjang waktu. Ini
membantu siswa merenung dan menunjukkan perkembangan mereka seiring berjalannya waktu.
 Ujian Lisan: Menggunakan ujian lisan atau wawancara untuk memungkinkan siswa menjelaskan
pemahaman mereka secara verbal. Ini terutama efektif untuk mengukur kemampuan komunikasi dan
pemahaman konsep yang lebih dalam.
 Observasi: Mengamati perilaku siswa selama aktivitas pembelajaran, baik dalam kelompok kecil
maupun selama presentasi atau diskusi kelas. Ini dapat memberikan wawasan tentang interaksi dan
kemampuan sosial siswa.
 Pemecahan Masalah: Memberikan siswa masalah nyata yang mereka harus selesaikan. Ini mengukur
kemampuan pemecahan masalah dan penerapan pengetahuan.
Dan masih banyak teknik asesmen lainnya seperti, kinerja kelompok, pemantauan
berkelanjutan, diskusi kelas, kuis atau pertanyaan cepat dan pemberian tanggapan tertulis.
28. Konsep dan prinsip assessment as learning dan
assessment for learning
Assessment as Learning (AaL)
Konsep AaL adalah bahwa siswa secara aktif terlibat dalam proses asesmen sebagai bagian
integral dari pembelajaran mereka. Mereka tidak hanya diberi nilai atau dievaluasi oleh guru,
tetapi juga memiliki peran dalam mengidentifikasi, mengukur, dan merenungkan kemajuan
mereka sendiri.
Prinsip-prinsip utama AaL melibatkan:
 Keterlibatan Siswa
 Refleksi
 Dokumentasi Pembelajaran
 Umpan Balik
Assessment for Learning (AfL)
Konsep AfL adalah bahwa asesmen digunakan untuk memberikan umpan balik kepada siswa
selama pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman mereka. Ini tidak hanya berfokus pada
mengukur apa yang sudah dipahami siswa, tetapi lebih pada mendukung mereka dalam
mencapai pemahaman yang lebih baik.
Prinsip-prinsip utama AfL melibatkan:
 Umpan Balik Formatif
 Keterlibatan Siswa
 Kustomisasi Pembelajaran
 Pemantauan Berkelanjutan
 Asesmen Formatif
29. Pemanfaatan Hasil Asesmen untuk Perbaikan
Pembelajaran (Feedback)
Pemanfaatan hasil asesmen untuk perbaikan pembelajaran, atau pemberian umpan balik
(feedback), adalah suatu proses di mana informasi yang diperoleh dari asesmen digunakan
untuk meningkatkan pemahaman siswa dan mengarahkan pengajaran.
Prinsip-prinsip utama pemanfaatan hasil asesmen untuk feedback meliputi: Umpan Balik
Formatif, Umpan Balik yang Konstruktif, Partisipasi Siswa, Penyesuaian Pengajaran dan
Pemantauan Berkelanjutan.
30. Program Remedial dan Program Pengayaan
Berdasarkan Hasil Asesmen
Program Remedial
Program ini dirancang untuk siswa yang menghadapi kesulitan dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hasil asesmen digunakan untuk mengidentifikasi siswa yang memerlukan
bantuan tambahan dan untuk menentukan area di mana mereka perlu meningkatkan
pemahaman.
Program remedial biasanya melibatkan pengajaran tambahan, latihan, atau dukungan khusus
untuk membantu siswa mengatasi kesulitan mereka.
Program Pengayaan
Program pengayaan ditujukan untuk siswa yang telah mencapai pemahaman dasar dan
memerlukan tantangan tambahan. Hasil asesmen digunakan untuk mengidentifikasi siswa
yang dapat memperoleh manfaat dari materi tambahan atau lebih lanjut.
Program pengayaan dapat mencakup materi yang lebih kompleks, penugasan proyek, atau
eksplorasi lebih lanjut dalam bidang yang diminati.
31. Refleksi
Refleksi pembelajaran adalah proses kritis di mana seseorang merenungkan
dan mengevaluasi pengalaman belajar mereka. Tujuan dari refleksi pembelajaran adalah
untuk memahami lebih baik apa yang telah dipelajari, bagaimana pengalaman tersebut
mempengaruhi diri kita, dan apa yang dapat kita pelajari untuk meningkatkan pemahaman
atau kinerja di masa depan.
32. Procedural & declarative knowledge
Declarative Knowledge
Declarative knowledge adalah pengetahuan tentang fakta, informasi, atau konsep yang dapat
dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau deklarasi.
Ini adalah jenis pengetahuan yang bersifat “apa yang” atau “apa yang kita tahu.”
Contoh dari declarative knowledge termasuk fakta, data, konsep, dan informasi umum,
seperti pengetahuan tentang sejarah, matematika, ilmu pengetahuan, dan bahasa.
Declarative knowledge berfokus pada apa yang kita tahu tentang sesuatu, tetapi tidak selalu
melibatkan keterampilan praktis dalam melakukan sesuatu.
Procedural Knowledge
Procedural knowledge adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau keterampilan
dalam melakukan tugas tertentu.
Ini adalah jenis pengetahuan yang bersifat “bagaimana melakukannya” atau “cara
melaksanakannya.”
Contoh dari procedural knowledge meliputi kemampuan mengendarai sepeda, bermain
musik, memasak, atau melakukan prosedur medis.
Procedural knowledge melibatkan pemahaman tentang langkah-langkah dan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai suatu tujuan atau melakukan tugas tertentu.
33. Working memory & long-term memory
Working Memory (Memori Kerja)
Working memory adalah komponen memori yang berfokus pada penyimpanan sementara dan
pemrosesan informasi saat kita sedang aktif berpikir atau menyelesaikan tugas kognitif.
Ini adalah memori sementara yang digunakan untuk memanipulasi informasi yang sedang
dikerjakan dalam proses berpikir, seperti mengingat nomor telepon sementara saat kita
menelepon seseorang.
Working memory memiliki kapasitas terbatas, yang berarti kita hanya dapat menyimpan dan
memproses sejumlah kecil informasi dalam waktu yang singkat, biasanya beberapa detik
hingga beberapa menit.
Working memory juga berperan dalam mengarahkan perhatian dan mengendalikan proses
kognitif lainnya.
Long-Term Memory (Memori Jangka Panjang)
Long-term memory adalah komponen memori yang berfokus pada penyimpanan informasi
untuk jangka waktu yang lama, mulai dari berbulan-bulan hingga seumur hidup.
Ini adalah tempat penyimpanan informasi yang lebih permanen dan memiliki kapasitas yang
jauh lebih besar dibandingkan dengan working memory.
Long-term memory mencakup pengetahuan, pengalaman, fakta, konsep, dan keterampilan
yang telah dipelajari dan disimpan selama jangka waktu yang panjang.
Long-term memory dapat diakses kembali ketika diperlukan, bahkan setelah waktu yang
lama, meskipun kadang-kadang informasi mungkin perlu dipulihkan melalui usaha dan
pemulihan aktif.
34. Kode etik guru
Kode etik guru adalah seperangkat norma dan prinsip moral yang mengatur perilaku guru
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Kode etik guru berisi
panduan dalam menghormati hak-hak dan kebutuhan siswa, menjaga profesionalisme,
integritas, dan etika dalam hubungan antar guru, siswa, orang tua, dan masyarakat.
Kode Etik Guru Indonesia terdiri dari beberapa prinsip dasar yang harus dipegang oleh
seorang guru, antara lain:
 Menghargai dan menghormati hak asasi manusia serta keanekaragaman budaya.
 Membangun hubungan yang baik dengan siswa dan masyarakat.
 Melaksanakan tugas mengajar dengan penuh tanggung jawab dan profesionalisme.
 Mengembangkan diri secara terus-menerus melalui kegiatan peningkatan kompetensi.
 Menjaga integritas dan etika dalam melaksanakan tugas guru.
Seiring berjalannya waktu, Kode Etik Guru Indonesia mengalami beberapa revisi dan
penyempurnaan. Revisi terakhir dilakukan pada tahun 2015 oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Fungsi Kode Etik Guru
1. Menjaga Profesionalisme
2. Memberikan Panduan Etis
3. Melindungi hak- hak siswa
4. Mendorong kesejahteraan siswa
5. Meningkatkan reputasi profesi
6. Menjaga Integritas dan Kepercayaan.
35. Interaksi guru-murid
Interaksi guru-murid adalah hubungan antara guru dan siswa dalam konteks pendidikan. Ini
mencakup berbagai aspek, termasuk komunikasi, pembelajaran, pemahaman, dan
pendampingan.
Beberapa poin penting terkait dengan interaksi guru-murid adalah:
 Komunikasi: Komunikasi yang efektif antara guru dan siswa adalah kunci. Guru harus mendengarkan
siswa, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan menjawab pertanyaan mereka.
 Pembelajaran: Guru memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional siswa. Mereka membantu siswa memahami materi pelajaran dan mengembangkan
keterampilan.
 Hubungan yang Aman: Interaksi harus menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di mana
siswa merasa nyaman untuk belajar dan berekspresi.
 Individualisasi: Guru harus mengenali kebutuhan dan gaya belajar individu siswa, serta memberikan
dukungan yang sesuai.
36. School safety (Keamanan Sekolah)
Aspek-aspek keamanan sekolah meliputi:
 Keamanan Fisik: Melibatkan tindakan untuk mencegah kecelakaan dan kejadian kekerasan fisik di
lingkungan sekolah.
 Keamanan Emosional: Memastikan bahwa siswa dan staf merasa aman secara emosional di sekolah,
termasuk mencegah pelecehan verbal atau intimidasi.
 Keamanan Sosial: Meminimalkan potensi ancaman sosial seperti kejahatan, narkoba, atau pergaulan
buruk di sekolah.
 Protokol Darurat: Mempersiapkan sekolah untuk menghadapi keadaan darurat seperti bencana alam
atau insiden keamanan.

37. Diversity (Keragaman)
Dalam konteks pendidikan, keragaman mencakup aspek seperti etnisitas, budaya, bahasa,
agama, latar belakang sosial-ekonomi, kecacatan, orientasi seksual, dan jenis kelamin.
Beberapa poin penting terkait dengan keragaman di sekolah adalah:
 Penerimaan: Sekolah harus menerima, menghormati, dan memahami keragaman siswa dan
staf.
 Pendidikan Inklusif: Sekolah harus menciptakan lingkungan inklusif yang mendukung semua
siswa, tanpa memandang latar belakang mereka.
 Pembelajaran tentang Keragaman: Keragaman dapat menjadi sumber pembelajaran yang
berharga. Sekolah dapat mempromosikan pemahaman dan apresiasi terhadap budaya dan
perspektif yang berbeda.
 Keadilan: Menerapkan prinsip keadilan untuk semua siswa, memastikan bahwa kesempatan
dan sumber daya terdistribusi secara adil.
38. Pengertian dan pengembangan potensi
Pengertian Potensi
Potensi mengacu pada kemampuan, bakat, kualitas, dan sumber daya yang ada dalam diri
individu. Ini mencakup segala hal yang bisa ditingkatkan atau dikembangkan untuk mencapai
hasil yang lebih baik. Potensi tidak selalu termanifestasi dengan jelas, dan seringkali
ditemukan dalam bentuk yang belum diolah.
Pengembangan Potensi
Pengembangan potensi adalah upaya sadar dan berkelanjutan untuk mengidentifikasi,
mengasah, dan memanfaatkan potensi individu.
Ini melibatkan serangkaian tindakan, seperti:
 Evaluasi dan pemahaman diri, Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, minat, dan nilai-nilai
pribadi.
 Pembelajaran dan pengembangan keterampilan, Memperoleh pengetahuan baru, mengasah
keterampilan, dan memperluas wawasan.
 Pemberdayaan diri, Membangun rasa percaya diri, motivasi, dan resiliensi.
 Pengaturan tujuan, Menetapkan tujuan yang jelas untuk mengarahkan upaya pengembangan
potensi.
 Mendukung lingkungan, Menciptakan atau memanfaatkan lingkungan yang mendukung
perkembangan individu.
39. Perencanaan karir dan pengembangan potensi diri
Sebagai guru, perencanaan karir dan pengembangan potensi diri memiliki beberapa
komponen penting:
Evaluasi Diri
Guru harus melakukan evaluasi diri untuk memahami kekuatan, kelemahan, minat, dan nilai-
nilai mereka. Ini membantu dalam merencanakan langkah-langkah karir yang sesuai.
Menetapkan Tujuan
Guru perlu menetapkan tujuan karir yang jelas. Tujuan ini dapat berkaitan dengan
peningkatan keterampilan, promosi, atau pengembangan spesialisasi dalam pendidikan.
Pembelajaran Berkelanjutan
Guru harus aktif dalam pencarian pelatihan dan pengembangan profesional yang relevan. Ini
dapat mencakup kursus online, pelatihan khusus, atau sertifikasi tambahan.
Pencapaian dan Evaluasi
Guru perlu mengukur pencapaian mereka terhadap tujuan karir mereka dan mengidentifikasi
area yang perlu ditingkatkan. Evaluasi ini memungkinkan mereka untuk terus berkembang.
Mendukung Dari Lembaga Pendidikan
Banyak sekolah dan lembaga pendidikan memiliki program pengembangan profesional dan
dukungan karir untuk guru. Guru dapat memanfaatkan sumber daya ini.

Anda mungkin juga menyukai