Anda di halaman 1dari 20

KISI – KISI MATERI POKOK PPPK (GURU AHLI PERTAMA)

1.Konsep suatu disiplin ilmu yang relevan


Konsep disiplin ilmu yang relevan adalah salah satu materi pokok dalam seleksi kompetensi
teknis PPPK Guru. Konsep ini mencakup ide, teori, atau prinsip dasar yang membentuk inti
pengetahuan dalam bidang studi tertentu. Sebagai seorang guru, memahami konsep-konsep
yang relevan dalam suatu disiplin ilmu merupakan hal yang penting. Hal ini akan memastikan
bahwa pengajaran yang diberikan dapat efektif dan berkualitas.
2. Materi suatu disiplin ilmu yang relevan

Bukan rahasia lagi bahwa guru memegang peranan penting dalam mendidik generasi penerus
bangsa. Untuk itu, materi disiplin ilmu yang relevan bagi guru menjadi sangat penting untuk
dipahami. Materi-materi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari psikologi pendidikan,
metode pengajaran, hingga penggunaan teknologi dalam pendidikan.

Psikologi pendidikan, misalnya, membantu guru memahami cara kerja pikiran siswa. Dengan
memahami ini, guru bisa menyusun strategi pengajaran yang lebih efektif. Metode
pengajaran juga berperan penting. Seorang guru harus mampu memilih dan mengaplikasikan
metode yang tepat sesuai dengan materi dan kondisi siswa. Tak ketinggalan, pemanfaatan
teknologi dalam pendidikan juga menjadi salah satu kunci keberhasilan proses belajar
mengajar di era digital ini.

Pentingnya penguasaan materi-materi tersebut bukan hanya untuk kepentingan pengajaran di


kelas, tetapi juga untuk pengembangan diri guru sebagai pendidik. Dengan menguasai
berbagai disiplin ilmu, guru akan lebih siap dalam menghadapi tantangan dan perkembangan
dunia pendidikan yang dinamis.

Kini, mari kita lihat lebih dalam mengenai prasyarat dari suatu disiplin ilmu yang relevan
bagi seorang guru.

3. Hirarki konsep dan materi suatu disiplin ilmu


Hirarki konsep dan materi dalam suatu disiplin ilmu adalah struktur berjenjang yang
mengatur konsep dan materi berdasarkan tingkat kesulitan atau tingkat abstraksi. Konsep dan
materi yang lebih dasar biasanya menjadi dasar bagi konsep yang lebih kompleks. Misalnya,
dalam matematika, pemahaman tentang bilangan bulat menjadi dasar untuk memahami
pecahan, dan pecahan menjadi dasar untuk memahami persamaan aljabar.
4. Prasyarat dari suatu disiplin ilmu yang relevan

Prasyarat dari Suatu Disiplin Ilmu yang Relevan

Tak cukup hanya dengan mengetahui materinya, seorang guru juga harus memenuhi beberapa
prasyarat untuk bisa menguasai suatu disiplin ilmu dengan baik. Prasyarat-prasyarat ini antara
lain mencakup kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, keterbukaan terhadap perubahan,
hingga kemampuan untuk terus belajar dan berkembang.

Kecintaan terhadap ilmu pengetahuan menjadi fondasi utama bagi seorang guru. Seorang
guru harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kecintaan terhadap proses pembelajaran.
Selain itu, keterbukaan terhadap perubahan juga penting, mengingat dunia pendidikan yang
terus bergerak dan berkembang. Guru harus siap untuk belajar hal-hal baru dan
menerapkannya dalam proses pengajaran.

Terakhir, kemampuan untuk terus belajar dan berkembang juga menjadi prasyarat penting.
Dunia pendidikan yang dinamis menuntut guru untuk tidak berhenti pada zona nyaman.
Terus mengembangkan diri dan mencari pengetahuan baru merupakan kunci untuk menjadi
guru yang relevan di zaman ini.

Bagaimana dengan teori-teori belajar yang perlu dipahami oleh guru? Mari kita eksplorasi
pada subjudul berikutnya.

5. Keterkaitan suatu konsep dengan konsep yang lain


Keterkaitan suatu konsep dengan konsep yang lain
Keterkaitan konsep merujuk pada bagaimana konsep dalam suatu disiplin ilmu saling
berhubungan dan bergantung satu sama lain. Ini mencerminkan cara di mana pengetahuan
dalam disiplin ilmu tersebut saling terkait dan membentuk struktur pemahaman yang lebih
besar. Contoh, dalam biologi, konsep evolusi berkaitan dengan konsep adaptasi, seleksi alam,
dan variasi genetik.

6. Konsep konsep yang berkaitan dengan suatu disiplin


Konsep-konsep yang berkaitan dengan suatu disiplin merujuk pada semua gagasan, teori, dan
prinsip yang relevan dalam disiplin ilmu tersebut. Ini mencakup semua konsep yang
membentuk inti pengetahuan dalam disiplin tersebut dan memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang topik-topik yang ada.
7. Teori belajar ausuble
Teori Belajar Ausubel
Teori belajar Ausubel, yang dikembangkan oleh David Ausubel, adalah sebuah teori kognitif
yang berkaitan dengan konsep integrasi dan konstruksi pengetahuan. Teori ini menekankan
pentingnya penyusunan pengetahuan baru oleh individu berdasarkan pengetahuan yang sudah
ada dalam struktur kognitif mereka. Beberapa aspek yang lebih luas dari teori ini mencakup:
Integrasi Pengetahuan
Teori ini menekankan bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika materi baru
diintegrasikan ke dalam kerangka pengetahuan yang sudah ada dalam pikiran individu. Ini
berarti bahwa guru harus memahami pengetahuan awal siswa dan membangun konsep baru
berdasarkan fondasi yang sudah ada.
Peran Struktur Kognitif
Ausubel menekankan peran struktur kognitif individu dalam proses pembelajaran. Struktur
kognitif ini mencerminkan cara individu mengorganisasi pengetahuan mereka, dan
pembelajaran yang efektif melibatkan pengubahan struktur kognitif ini dengan menambahkan
konsep-konsep baru.
Pengorganisasian Materi
Guru harus merancang pengalaman pembelajaran yang membantu siswa untuk
mengorganisasi informasi dengan cara yang bermakna. Misalnya, menggunakan peta konsep,
analogi, atau skema untuk membantu siswa memahami dan mengingat informasi.
8. Teori belajar gagne
Teori belajar Gagne, yang dikembangkan oleh Robert Gagne, fokus pada tahap-tahap
pembelajaran dan mengidentifikasi prinsip-prinsip yang mendukung proses pembelajaran
yang efektif. Aspek-aspek yang lebih luas dari teori ini termasuk:
Hierarki Pembelajaran
Teori Gagne mengusulkan adanya hierarki pembelajaran dengan tahap-tahap yang berurutan,
seperti pemberian perhatian, pengenalan tujuan, pembelajaran stimulus-respons, pemberian
umpan balik, dan transfer pengetahuan. Guru harus merancang pembelajaran yang
mempertimbangkan tahap-tahap ini.
Pemberian Umpan Balik
Menekankan pentingnya memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa sehingga
mereka dapat mengoreksi kesalahan mereka dan memperbaiki pemahaman mereka.
Variasi Strategi Pengajaran
Teori ini mengakui bahwa siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, dan guru harus
menggunakan berbagai strategi pengajaran untuk memenuhi kebutuhan beragam siswa.

9. Teori belajar Piaget


Teori belajar Piaget, yang dikembangkan oleh Jean Piaget, adalah teori perkembangan
kognitif yang fokus pada perkembangan berpikir dan konstruksi pengetahuan pada anak-
anak. Aspek yang lebih luas dari teori ini meliputi:
Stadia Perkembangan
Piaget mengidentifikasi tahap-tahap perkembangan kognitif yang berbeda pada anak-anak,
seperti tahap sensorimotor, pra operasional, konkret operasional, dan formal operasional.
Guru perlu memahami tahap perkembangan siswa untuk merancang pembelajaran yang
sesuai.
Konstruktivisme
Teori ini menekankan bahwa pembelajaran adalah proses konstruktif di mana individu
membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan eksplorasi.
Peran Aktif Anak dalam Pembelajaran
Piaget memandang anak sebagai peserta aktif dalam pembelajaran mereka. Guru harus
memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelajahi, eksperimen, dan memecahkan
masalah.

10. Karakteristik murid berkebutuhan khusus


Karakteristik murid berkebutuhan khusus mencakup sejumlah kebutuhan dan ciri-ciri
individu yang memerlukan perhatian khusus dalam konteks pendidikan.

Berikut adalah beberapa karakteristik umum murid berkebutuhan khusus:

Kebutuhan Fisik:
 Keterbatasan fisik yang mempengaruhi mobilitas atau penggunaan indra seperti
penglihatan atau pendengaran.

 Kondisi medis kronis yang memerlukan perawatan kesehatan khusus atau perhatian
ekstra.

Kebutuhan Intelektual atau Pembelajaran:


 Keterlambatan perkembangan intelektual.

 Kesulitan dalam memahami atau memproses informasi.

 Gangguan belajar seperti disleksia atau diskalkulia.

 Kecerdasan tinggi (giftedness) yang memerlukan pendekatan pembelajaran yang lebih


menantang.

Kebutuhan Sensorik:
 Keterbatasan penglihatan atau pendengaran.

 Gangguan sensorik seperti autisme yang memengaruhi persepsi sensorik.

 Sensitivitas tinggi terhadap rangsangan sensorik.

Kebutuhan Perilaku atau Emosional:


 Gangguan perilaku seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).

 Gangguan emosional seperti kecemasan, depresi, atau gangguan makan.

 Kesulitan dalam mengatur emosi dan perilaku.

Kebutuhan Sosial dan Komunikasi:


 Gangguan perkembangan sosial seperti autisme.

 Kesulitan dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi dengan orang lain.

 Kesulitan dalam memahami norma sosial dan etika.

Kebutuhan Bahasa dan Komunikasi:


 Keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa.

 Kesulitan dalam berbicara, mendengar, atau berkomunikasi secara verbal.

Kebutuhan Khusus Lainnya:


 Kebutuhan pendidikan alternatif, seperti pendidikan inklusif atau pendidikan khusus.

 Kebutuhan medis yang memerlukan perawatan atau peralatan khusus.

 Kebutuhan dukungan psikologis atau konseling.

11. Tahapan perkembangan berdasarkan usia dan karakteristtik khas masing masing tahap
Tahapan perkembangan berdasarkan usia dan karakteristik khas masing-masing tahap
Tahapan perkembangan dalam proses pembelajaran mencerminkan bagaimana individu
berkembang secara kognitif, sosial, emosional, dan fisik ketika mereka belajar.
Tahap Prapendidikan (0-6 tahun):
 Karakteristik: Anak-anak pada tahap ini masih sangat muda dan dalam tahap
perkembangan awal.
 Fokus pembelajaran: Dasar-dasar perkembangan motorik kasar, motorik halus,
bahasa, sosialisasi, dan pemahaman dasar tentang dunia sekitar.
 Metode pembelajaran: Bermain, eksplorasi aktif, pengalaman sensorik, dan
pengasuhan yang mendukung.
Tahap Sekolah Dasar (7-12 tahun):
 Karakteristik: Anak-anak memasuki tahap sekolah dan mulai mengembangkan
keterampilan akademik dasar.
 Fokus pembelajaran: Menguasai keterampilan membaca, menulis, berhitung, serta
pembelajaran sosial dan kecakapan sosial.
 Metode pembelajaran: Pengajaran terstruktur, guru memainkan peran utama dalam
penyampaian materi pelajaran, serta pengembangan keterampilan sosial dan
komunikasi.
Tahap Remaja (13-18 tahun):
 Karakteristik: Remaja sedang mengalami perubahan fisik, emosi, dan identitas yang
signifikan.
 Fokus pembelajaran: Pengembangan keterampilan berpikir kritis, eksplorasi minat
dan bakat, serta persiapan untuk perguruan tinggi atau karir.
 Metode pembelajaran: Pengajaran yang lebih interaktif, pengembangan keterampilan
penelitian, serta pilihan mata pelajaran lebih beragam.
Tahap Dewasa Muda (19-40 tahun):
 Karakteristik: Dewasa muda fokus pada pendidikan tinggi, karir, dan keluarga.
 Fokus pembelajaran: Spesialisasi dalam bidang tertentu, pengembangan keterampilan
profesional, dan pembelajaran sepanjang hidup.
 Metode pembelajaran: Pendidikan tinggi, pelatihan karir, dan pengalaman
professional

12. Teori gagne : taksonomi bloom dan perkembangannya


Taksonomi Bloom, yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom dan rekannya pada tahun
1956, adalah sebuah kerangka kerja yang digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan
pembelajaran menjadi tingkat kompetensi yang berbeda.
Taksonomi ini memiliki enam tingkat kompetensi yang berurutan, mulai dari tingkat
pengetahuan yang mendasar hingga tingkat evaluasi yang lebih tinggi. Tujuan dari
Taksonomi Bloom adalah untuk membantu guru dan perancang kurikulum dalam merancang
materi pelajaran, mengevaluasi pencapaian siswa, dan merancang ujian yang sesuai.
Berikut adalah enam tingkat Taksonomi Bloom:
1. Pengetahuan (Knowledge):

 Tingkat ini berfokus pada pengetahuan dasar atau informasi yang harus siswa
ketahui.
2. Pemahaman (Comprehension):

 Pada tingkat ini, siswa diharapkan untuk memahami dan menginterpretasikan
informasi yang mereka pelajari.
3. Penerapan (Application):

 Pada tingkat ini, siswa harus dapat menerapkan pengetahuan dan pemahaman
mereka dalam situasi nyata.
4. Analisis (Analysis):

 Siswa diharapkan untuk menguraikan informasi menjadi komponen-
komponennya, mengidentifikasi pola, dan merinci hubungan antara elemen-
elemen tersebut.
5. Sintesis (Synthesis):

 Pada tingkat sintesis, siswa harus mampu menggabungkan informasi dari
berbagai sumber, menghasilkan ide-ide baru, atau menciptakan solusi yang
unik untuk masalah yang kompleks.
6. Evaluasi (Evaluation):

 Ini adalah tingkat tertinggi dalam taksonomi. Siswa diharapkan untuk
melakukan evaluasi kritis terhadap informasi atau argumen, membuat
penilaian yang berdasarkan pada kriteria yang relevan, dan menghasilkan
pendapat atau rekomendasi yang didukung oleh bukti.

13. Profil pelajar Indonesia


Pengertian Profil Pelajar Pancasila
Dilansir dari laman Kemendikbud, Profil Pelajar Pancasila adalah pelajar sepanjang hayat
yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Dalam profil program tersebut dijelaskan bahwa pelajar Indonesia adalah pelajar yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

Keimanan dan ketakwaan para pelajar ini termanifestasi dalam akhlak yang mulia terhadap
diri sendiri, sesama manusia, alam, dan negaranya.

Program Profil Pelajar Pancasila tidak hanya diterapkan bagi para pelajar saja, melainkan
juga perlu dipahami oleh para tenaga pendidik supaya tujuan programnya terwujud.

6 Dimensi Profil Pelajar Pancasila


Di bawah ini terdapat enam dimensi dari Profil Pelajar Pancasila lengkap dengan penjelasan
dan masing-masing elemen kuncinya.

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia


Pelajar Indonesia adalah pelajar yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut
dalam kehidupannya sehari-hari.

Elemen kunci dari beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia yaitu akhlak
beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam dan akhlak bernegara.
Pilihan Redaksi
Contoh Sikap Pancasila Sila 1 sampai 5 dalam Kehidupan Sehari-hari
Bunyi Piagam Jakarta Asli sebelum Diubah Menjadi Pancasila
5 Fungsi dan Peranan Pancasila bagi Kehidupan Bangsa Indonesia
2. Berkebinekaan global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap
berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain.

Dengan begitu, diharapkan mampu menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan
terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.

Elemen kunci dari berkebinekaan global adalah mengenal dan menghargai budaya, mampu
berkomunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, berefleksi, dan tanggung
jawab pada pengalaman kebinekaan.

3. Bergotong royong
Pelajar Indonesia mampu bergotong royong atau melakukan kegiatan bersama-sama dengan
suka rela. Dengan begitu, kegiatan yang dikerjakan bisa berjalan lancar, lebih mudah dan
lebih ringan.

Elemen kunci dari bergotong royong yaitu kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.

4. Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yakni bertanggung jawab atas proses dan hasil
belajarnya.

Elemen kunci mandiri di Profil Pelajar Pancasila adalah sadar akan diri dan situasi yang
dihadapi serta regulasi diri.

5. Bernalar kritis
Pelajar Indonesia yang bernalar kritis bisa memproses informasi kualitatif maupun
kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi,
mengevaluasi, dan menyimpulkannya. Setiap tahapan bernalar kritis ini dilakukan secara
objektif.

Elemen kunci bernalar kritis yakni memperoleh dan memproses informasi dan gagasan,
menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, serta
mengambil keputusan.

6. Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak.

Elemen kunci kreatif dalam Profil Pelajar Pancasila adalah menghasilkan gagasan orisinal
dan menghasilkan karya serta tindakan orisinal.

14. Teori belajar gagne


Teori Belajar Gagne, yang dikembangkan oleh Robert Gagne, adalah kerangka kerja dalam
psikologi pendidikan yang menjelaskan bagaimana orang belajar dan bagaimana pengajaran
dapat diorganisasi untuk memfasilitasi proses belajar yang efektif.
Teori ini mengidentifikasi berbagai tahapan yang harus dilalui siswa agar dapat berhasil
belajar suatu keterampilan atau konsep.
Teori Belajar Gagne mencakup delapan tahapan atau kondisi pembelajaran. Berikut
penjelasan singkat mengenai setiap tahap ini:
1. Perhatian (Gaining Attention): Pembelajaran dimulai dengan menarik perhatian siswa.
2. Informasi Awal (Informing the Learner of the Objective): Siswa perlu mengetahui
tujuan pembelajaran sebelum mereka mulai belajar.
3. Pemanggilan Pengetahuan Prasyarat (Stimulating Recall of Prior Learning): Pada
tahap ini, guru atau instruktur memanggil pengetahuan yang sudah ada di dalam
pikiran siswa yang relevan dengan materi yang akan diajarkan. Ini membantu
menghubungkan materi baru dengan pengetahuan yang sudah ada.
4. Pandu (Presenting the Stimulus): Instruktur menyajikan materi atau informasi kepada
siswa dengan cara yang sistematis dan terstruktur.
5. Pandu Respon (Providing Learning Guidance): Siswa diberikan panduan, umpan
balik, dan bimbingan dalam memahami materi.
6. Mendorong Respon (Eliciting Performance): Siswa diberi kesempatan untuk berlatih
atau menerapkan materi yang telah dipelajari.
7. Umpan Balik (Providing Feedback): Setelah siswa melakukan respon, mereka
menerima umpan balik tentang kinerja mereka.
8. Pemeliharaan Retensi dan Pemindahan (Assessing Performance): Tahap terakhir
melibatkan evaluasi kinerja siswa untuk memastikan bahwa mereka telah berhasil
memahami dan dapat mengingat materi tersebut.

15.Learning objective
Tujuan pembelajaran perlu dibuat guru apabila indikator mengandung tuntutan kerja yang
belum operasional (tidak mudah diukur). Hal ini yang menentukan perlunya dibuat
tujuan pembelajaranadalah jika materi dalam indikator terlalu luas. Selain itu ada kalanya
dalam indikator terkandung tuntutan keterampilan yang lain. Pada prinsipnya, tujuan
pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi,
dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
tertentu. Tujuan pembelajaranadalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajarantercapainya perubahan perilaku atau
kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Tujuan tersebut dirumuskan
dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.

16. Individualize education program (IEP) dan prinsip prinsp differentiated learning
Individualized Education Program (IEP) adalah sebuah program pendidikan yang disusun
untuk mendukung anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus (special education) di
Amerika Serikat.
IEP merupakan rencana pendidikan yang disesuaikan secara individu untuk setiap siswa yang
memenuhi kriteria kebutuhan pendidikan khusus, seperti siswa dengan disabilitas fisik atau
intelektual.
Beberapa poin kunci mengenai IEP adalah:
1. Penyesuaian Individu
2. Keterlibatan Orang Tua
3. Evaluasi Rutin
4. Tim Pendukung

Prinsip-prinsip Differentiated Learning adalah pendekatan dalam pengajaran yang


menekankan bahwa siswa memiliki gaya belajar, kecepatan belajar, dan tingkat pemahaman
yang berbeda.
Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk merancang pengalaman pembelajaran yang memadai dan
relevan untuk setiap siswa.
Beberapa prinsip-prinsip utama dalam differentiated learning meliputi:
1. Mengenal Siswa dengan Baik
2. Penyesuaian Kurikulum
3. Pemberian Pilihan
4. Penilaian yang Beragam
5. Kerja Kelompok Fleksibel

17. Teori dasar komunikasi


Berikut adalah beberapa teori dasar komunikasi yang sering dipelajari dan digunakan untuk
menggambarkan komunikasi manusia:
Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal: Teori ini menggambarkan bagaimana
komunikasi terjadi melalui kata-kata (komunikasi verbal) dan ekspresi wajah, bahasa tubuh,
serta suara (komunikasi nonverbal). Ini juga mencakup pentingnya pesan nonverbal dalam
memahami komunikasi manusia.
Teori Komunikasi Interpersonal: Teori ini mencakup komunikasi antara individu dalam
situasi tatap muka, baik dalam bentuk komunikasi interpersonal formal maupun informal. Ini
mengeksplorasi aspek-aspek seperti komunikasi emosi, empati, dan hubungan antarpribadi.
Teori Komunikasi Organisasi: Teori ini berfokus pada komunikasi dalam konteks
organisasi. Ini mencakup komunikasi dalam hierarki organisasi, komunikasi bisnis, dan
dinamika dalam tim kerja.
Teori Komunikasi Massa: Teori ini memeriksa komunikasi melalui media massa seperti
televisi, surat kabar, radio, dan internet. Ini juga mencakup pengaruh media massa pada opini
publik dan masyarakat.
Teori Komunikasi Persuasif: Teori ini berkaitan dengan komunikasi yang bertujuan untuk
mempengaruhi atau meyakinkan orang lain. Ini melibatkan konsep persuasi, argumen, dan
strategi komunikasi.
Teori Komunikasi antarbudaya: Teori ini fokus pada komunikasi antara individu dari
budaya yang berbeda. Ini mempertimbangkan perbedaan budaya dalam bahasa, norma, nilai,
dan konvensi komunikasi.
Artikel ini sifatnya hanya menambah pengetahuan, bukan rujukan utama. Untuk memahami
lebih banyak mengenai materi diatas, Anda juga dapat mencari sumber sumber belajar
lainnya baik buku, atau melalui jurnal jurnal terkait.

18. Active listening


Mendengarkan secara aktif berarti memberikan perhatian penuh kepada pembicara dan
mencoba memahami pesan secara keseluruhan.

Tanda-tanda mendengarkan secara aktif dapat berupa verbal maupun nonverbal. Mereka
termasuk:

 Penguatan positif;

 mengingat;

 menanyakan pertanyaan;

 tersenyum dan mengangguk;

 tetap fokus.

19. Kesepakatan dan kebiasaaan positif dilingkungan belajar

Berikut adalah beberapa contoh kebiasaan positif yang dapat dibangun dalam lingkungan
belajar:

1. Tepat waktu

Siswa yang memiliki kebiasaan untuk datang ke sekolah atau kelas online tepat waktu
menunjukkan komitmen terhadap pendidikan mereka sendiri.

2. Disiplin

Disiplin dalam mengikuti jadwal belajar, mengerjakan tugas, dan menjalani


aturan sekolah adalah kunci untuk sukses akademik.

3. Belajar secara Aktif


Siswa yang aktif dalam proses belajar, seperti bertanya pertanyaan, berpartisipasi dalam
diskusi, dan mencari pemahaman yang lebih dalam, cenderung mencapai hasil yang lebih
baik.

4. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif

Ini termasuk mencari tempat yang tenang dan bebas gangguan untuk belajar, serta menjaga
area belajar tetap teratur dan rapi.

5. Kebiasaan Mengelola Waktu

Mengatur waktu dengan bijak untuk mengimbangi pekerjaan sekolah, aktivitas


ekstrakurikuler, dan waktu istirahat sangat penting.

Kolaborasi dan Kerjasama

Mendorong kerja sama dengan sesama siswa dalam proyek-proyek kelompok dan
mendukung teman sebaya dalam memecahkan masalah adalah kebiasaan yang membangun
hubungan sosial yang positif.

20. Konsep dan prinsip prinsip motivasi dalam Pendidikan

Dalam menjelaskan konsep dan prinsip-prinsip motivasi dalam pendidikan, berikut adalah
beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Konsep dasar motivasi dalam pendidikan adalah perbedaan antara motivasi intrinsik dan
ekstrinsik.

Motivasi intrinsik adalah dorongan berasal dari dalam diri siswa, seperti minat dan kepuasan
pribadi dalam mempelajari sesuatu.

Sementara motivasi ekstrinsik berkaitan dengan dorongan dari luar, seperti hadiah atau
hukuman.

2. Teori Otonomi

Teori otonomi menekankan pentingnya memberikan siswa kontrol atas pembelajaran mereka.

Siswa lebih termotivasi saat mereka merasa memiliki kendali atas tujuan, metode, dan
evaluasi pembelajaran mereka.

Teori Harapan

Teori ini menekankan pentingnya harapan bahwa upaya siswa akan menghasilkan hasil yang
diinginkan.

Ini mencakup tiga elemen: ekspektansi (keyakinan bahwa usaha akan menghasilkan hasil
positif), nilai (nilai hasil yang diinginkan), dan dampak (keyakinan bahwa hasil tersebut akan
memengaruhi kehidupan siswa).

4. Teori Flow

Konsep flow mengacu pada pengalaman ketika seseorang sepenuhnya terfokus pada tugas
yang menantang namun dapat diatasi.

Dalam konteks pendidikan, menciptakan pengalaman flow dapat meningkatkan motivasi


siswa karena mereka merasa terlibat sepenuhnya dalam pembelajaran.

5. Tujuan dan Pencapaian

Penetapan tujuan yang jelas dan realistis adalah prinsip motivasi penting dalam pendidikan.

Siswa lebih termotivasi ketika mereka memiliki tujuan yang spesifik dan merasa bahwa
mereka dapat mencapainya.

6. Umpan Balik Positif

Memberikan umpan balik positif yang konstruktif kepada siswa dapat meningkatkan motivasi
mereka.

Hal ini membantu siswa merasa diakui dan termotivasi untuk terus meningkatkan kinerja
mereka.

7. Kebutuhan Dasar

Teori kebutuhan dasar oleh Abraham Maslow menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan
dasar siswa, seperti kebutuhan akan rasa aman, afiliasi sosial, harga diri, dan aktualisasi diri.

Ketika kebutuhan-kebutuhan ini terpenuhi, motivasi siswa dapat meningkat.

8. Konteks Sosial

Siswa juga dipengaruhi oleh konteks sosial dalam lingkungan sekolah. Hubungan baik antara
guru dan siswa, dukungan teman sebaya, dan iklim kelas yang positif dapat meningkatkan
motivasi siswa.

9. Relevansi Materi

Siswa cenderung lebih termotivasi jika mereka melihat relevansi materi yang mereka pelajari
dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Guru dapat membantu siswa mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri.

10. Keterlibatan Siswa

Meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, seperti melalui proyek-proyek


praktis, diskusi, atau pilihan dalam pembelajaran, dapat meningkatkan motivasi mereka.
11. Kecerdasan Emosional

Mengakui dan memahami emosi siswa juga penting dalam motivasi. Guru yang sensitif
terhadap perasaan siswa dapat membantu mengelola emosi negatif dan memotivasi mereka.

12. Kreativitas dan Kebebasan

Memberikan siswa kesempatan untuk berkreasi dan memiliki kebebasan dalam pendekatan
pembelajaran mereka dapat meningkatkan motivasi mereka.

13. Dukungan dan Keterlibatan Orang Tua

Peran orang tua dalam mendukung motivasi siswa juga tidak boleh diabaikan. Kolaborasi
antara sekolah dan orang tua dapat meningkatkan motivasi dan kinerja siswa.

21.Mengembangkan motivasi siswa

Mengembangkan motivasi siswa adalah kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran


yang produktif dan berkesinambungan. Berikut adalah beberapa cara untuk mengembangkan
motivasi siswa:
 Buat Tujuan yang Jelas dan Relevan: Bantu siswa memahami tujuan pembelajaran
dan mengapa materi tersebut penting. Tujuan yang jelas dan relevan akan memberi
mereka alasan yang kuat untuk belajar.
 Kepuasan Kognitif: Berikan siswa kesempatan untuk merasakan kepuasan kognitif
saat mereka berhasil memahami materi atau menyelesaikan tugas. Beri pengakuan
atas usaha dan prestasi mereka.
 Beri Pilihan: Izinkan siswa memiliki sedikit otonomi dalam pembelajaran mereka.
Biarkan mereka memilih topik atau metode pembelajaran yang mereka minati, dalam
kerangka tertentu.
 Berikan Umpan Balik Konstruktif: Beri umpan balik yang konstruktif tentang
kinerja siswa. Bantu mereka memahami kekuatan mereka dan area yang perlu
ditingkatkan.
 Beri Penguatan Positif: Gunakan penguatan positif, seperti pujian dan penghargaan,
untuk memotivasi siswa yang telah bekerja keras dan mencapai hasil yang baik.
 Gunakan Teknologi: Manfaatkan teknologi pendidikan untuk menghadirkan materi
pembelajaran dengan cara yang menarik dan interaktif.
 Modelkan Motivasi: Tunjukkan semangat dan motivasi dalam mengajar. Guru yang
bersemangat dapat mempengaruhi siswa.

22. Behavior modification dan habit formation


Behavior Modification (Modifikasi Perilaku) adalah suatu pendekatan dalam psikologi
yang digunakan untuk mengubah perilaku individu dengan metode yang sistematis dan
terstruktur. Tujuan utama dari modifikasi perilaku adalah menghilangkan perilaku yang tidak
diinginkan atau merugikan dan menggantinya dengan perilaku yang diinginkan.
Beberapa konsep kunci dalam modifikasi perilaku meliputi:

1. Penguatan positif: Memberikan imbalan atau hadiah atas perilaku yang diinginkan
untuk meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut akan diulang.
2. Penghukuman: Menetapkan konsekuensi yang tidak diinginkan atas perilaku yang
tidak diinginkan untuk mengurangi kemungkinan perilaku tersebut akan diulang.
3. Ekstinsi: Menghentikan penguatan yang sebelumnya mempertahankan perilaku,
sehingga perilaku tersebut meredup dan hilang.
4. Shaping: Mengembangkan perilaku yang diinginkan melalui penguatan bertahap
terhadap perilaku yang semakin mendekati sasaran.
Habit Formation (Pembentukan Kebiasaan) adalah proses di mana individu membentuk
kebiasaan dengan mengulangi perilaku tertentu secara konsisten hingga perilaku tersebut
menjadi otomatis dan terjadi tanpa kesadaran yang mendalam. Pembentukan kebiasaan
melibatkan tiga elemen utama:
1. Rangsangan (Cue): Rangsangan adalah situasi atau peristiwa yang memicu atau
mengingatkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Ini dapat berupa waktu,
tempat, emosi, atau tanda tertentu.
2. Rutinitas (Routine): Rutinitas adalah tindakan atau perilaku yang dilakukan sebagai
respons terhadap rangsangan. Ini adalah bagian inti dari kebiasaan.
3. Hadiah (Reward): Hadiah adalah hasil atau kepuasan yang diperoleh setelah
menyelesaikan rutinitas. Ini memberikan dorongan positif untuk mengulangi perilaku
tersebut.

23. Prinsip prinsip reward, punishment dan reinforcement dalam pembentukan tingkah laku
Reward (Penguatan Positif)
Prinsip: Pemberian hadiah atau penguatan positif untuk tingkah laku yang diinginkan. Hadiah
ini bertujuan untuk meningkatkan kemungkinan tingkah laku tersebut akan diulang.
Contoh: Memberikan pujian, pemberian hadiah fisik, poin pujian, atau pengakuan positif
kepada seseorang yang telah berhasil mencapai tujuan atau melakukan perilaku yang
diharapkan.

Punishment (Penghukuman)
Prinsip: Pemberian konsekuensi yang tidak diinginkan atau penghukuman atas tingkah laku
yang tidak diinginkan. Tujuannya adalah untuk mengurangi kemungkinan tingkah laku
tersebut akan diulang.
Contoh: Menyita barang-barang bermain jika anak tidak menaati peraturan, memberikan
hukuman waktu, atau memberikan tugas tambahan sebagai konsekuensi dari perilaku yang
melanggar.

Reinforcement (Penguatan)
Prinsip: Menggunakan penguatan positif atau negatif untuk meningkatkan atau
mempertahankan tingkah laku tertentu. Ini mencakup penguatan positif (menambahkan
sesuatu yang positif) dan penguatan negatif (menghilangkan atau mengurangi sesuatu yang
negatif).
Contoh Penguatan Positif: Memberikan hadiah ketika seorang siswa menjawab dengan benar
dalam kelas, yang akan meningkatkan kemungkinan siswa akan berpartisipasi lebih aktif.
Contoh Penguatan Negatif: Mengurangi jumlah tugas rumah yang harus dikerjakan jika
seorang siswa memenuhi standar tertentu, yang dapat meningkatkan kemungkinan siswa akan
mematuhi peraturan.
24. Desain pembelajaran
Desain pembelajaran adalah proses perencanaan dan pengembangan pengalaman
pembelajaran yang efektif dan berorientasi pada tujuan. Tujuan utama desain pembelajaran
adalah menciptakan lingkungan pembelajaran yang memfasilitasi pemahaman, retensi, dan
penerapan materi pelajaran. Berikut adalah beberapa tahap dan prinsip dalam desain
pembelajaran:
Tahap Desain Pembelajaran:
1. Identifikasi Tujuan Pembelajaran
2. Identifikasi Peserta Didik
3. Pengembangan Kurikulum
4. Pemilihan Metode Pembelajaran
5. Pemilihan Sumber Daya dan Materi
6. Rancang Aktivitas Pembelajaran
7. Pengembangan Evaluasi
Prinsip Desain Pembelajaran:
 Tujuan yang Jelas
 Relelansi
 Partisipasi Siswa
 Dukungan dan Umpan Balik
 Fleksibilitas
 Multimodalitas
 Konektivitas dengan Dunia Nyata
 Evaluasi dan Refleksi
 Kemajuan dan Perbaikan Berkelanjutan
Desain pembelajaran yang efektif memberikan kesempatan bagi siswa untuk meraih
pemahaman yang mendalam, meningkatkan keterampilan, dan mempersiapkan mereka untuk
menghadapi tantangan di dunia nyata. Dengan merancang pembelajaran yang relevan,
menarik, dan interaktif, guru dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa
mereka.

25. Facillitating learning


Facilitating learning adalah proses di mana seorang pendidik, instruktur, atau fasilitator
bertindak sebagai pemimpin atau pengarah dalam menciptakan lingkungan yang
memfasilitasi pembelajaran siswa atau peserta pelatihan.
Tujuan utama dari facilitating learning adalah untuk membantu siswa atau peserta mencapai
tujuan pembelajaran mereka dengan cara yang efektif, aktif, dan mendalam.
Facilitating learning menekankan pendekatan yang lebih kolaboratif dan interaktif daripada
metode pengajaran tradisional yang lebih berorientasi pada guru. Ini menciptakan lingkungan
di mana siswa atau peserta pelatihan aktif terlibat dalam pembelajaran mereka sendiri,
merenungkan, berdiskusi, dan menerapkan pengetahuan dalam konteks praktis.
Dengan demikian, proses facilitating learning bertujuan untuk meningkatkan pemahaman,
retensi, dan penerapan materi pelajaran.

26. Berpikir kritis

27. Berbagai Teknik assessment ditingkat kelas ( classroom based assisment sesuai dengan
tujuan pembelajaran
Asesmen di tingkat kelas, atau classroom-based assessment, merupakan alat penting dalam
membantu guru memahami sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Berikut
adalah berbagai teknik asesmen yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan membantu guru
memantau perkembangan siswa:
 Ujian Tertulis: Menggunakan soal pilihan ganda, esai, atau ujian lainnya untuk
mengukur pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Ini dapat digunakan
untuk mengukir pengetahuan faktual, pemahaman konsep, dan kemampuan berpikir
kritis.
 Tugas atau Proyek: Memberikan tugas atau proyek yang memungkinkan siswa
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi praktis.
Tugas ini dapat mencakup penulisan esai, presentasi, atau pembuatan proyek seni.
 Portofolio: Membuat portofolio yang berisi karya atau sampel kinerja siswa sepanjang
waktu. Ini membantu siswa merenung dan menunjukkan perkembangan mereka
seiring berjalannya waktu.
 Ujian Lisan: Menggunakan ujian lisan atau wawancara untuk memungkinkan siswa
menjelaskan pemahaman mereka secara verbal. Ini terutama efektif untuk mengukur
kemampuan komunikasi dan pemahaman konsep yang lebih dalam.
 Observasi: Mengamati perilaku siswa selama aktivitas pembelajaran, baik dalam
kelompok kecil maupun selama presentasi atau diskusi kelas. Ini dapat memberikan
wawasan tentang interaksi dan kemampuan sosial siswa.
 Pemecahan Masalah: Memberikan siswa masalah nyata yang mereka harus
selesaikan. Ini mengukur kemampuan pemecahan masalah dan penerapan
pengetahuan.
Dan masih banyak teknik asesmen lainnya seperti, kinerja kelompok, pemantauan
berkelanjutan, diskusi kelas, kuis atau pertanyaan cepat dan pemberian tanggapan tertulis.

28. Konsep dan prinsip assesment as learning dan assessment for learning
Konsep AaL adalah bahwa siswa secara aktif terlibat dalam proses asesmen sebagai bagian
integral dari pembelajaran mereka. Mereka tidak hanya diberi nilai atau dievaluasi oleh guru,
tetapi juga memiliki peran dalam mengidentifikasi, mengukur, dan merenungkan kemajuan
mereka sendiri.
Prinsip-prinsip utama AaL melibatkan:
 Keterlibatan Siswa
 Refleksi
 Dokumentasi Pembelajaran
 Umpan Balik
Assessment for Learning (AfL)

29.Pemanfaatan hasil assessment untuk perbaikan pembelajaran(feedback)


Pemanfaatan hasil asesmen untuk perbaikan pembelajaran, atau pemberian umpan balik
(feedback), adalah suatu proses di mana informasi yang diperoleh dari asesmen digunakan
untuk meningkatkan pemahaman siswa dan mengarahkan pengajaran.
Prinsip-prinsip utama pemanfaatan hasil asesmen untuk feedback meliputi: Umpan Balik
Formatif, Umpan Balik yang Konstruktif, Partisipasi Siswa, Penyesuaian Pengajaran dan
Pemantauan Berkelanjutan.

30. Program remedial dan program perngayaan berdasarkan hasil assessment


Program Remedial
Program ini dirancang untuk siswa yang menghadapi kesulitan dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hasil asesmen digunakan untuk mengidentifikasi siswa yang memerlukan
bantuan tambahan dan untuk menentukan area di mana mereka perlu meningkatkan
pemahaman.
Program remedial biasanya melibatkan pengajaran tambahan, latihan, atau dukungan khusus
untuk membantu siswa mengatasi kesulitan mereka.
Program Pengayaan
Program pengayaan ditujukan untuk siswa yang telah mencapai pemahaman dasar dan
memerlukan tantangan tambahan. Hasil asesmen digunakan untuk mengidentifikasi siswa
yang dapat memperoleh manfaat dari materi tambahan atau lebih lanjut.
Program pengayaan dapat mencakup materi yang lebih kompleks, penugasan proyek, atau
eksplorasi lebih lanjut dalam bidang yang diminati.

32. Refleksi
Refleksi pembelajaran adalah proses kritis di mana seseorang merenungkan
dan mengevaluasi pengalaman belajar mereka. Tujuan dari refleksi pembelajaran adalah
untuk memahami lebih baik apa yang telah dipelajari, bagaimana pengalaman tersebut
mempengaruhi diri kita, dan apa yang dapat kita pelajari untuk meningkatkan pemahaman
atau kinerja di masa depan.

Untuk memahami lebih banyak mengenai materi diatas, Anda juga dapat mencari sumber
sumber belajar lainnya baik buku, atau melalui jurnal jurnal terkait. Artikel ini sifatnya hanya
menjadi tambahan pengetahuan bukan rujukan utama.

32. Procesuderal dan declrative knowledge


Declarative Knowledge
Declarative knowledge adalah pengetahuan tentang fakta, informasi, atau konsep yang dapat
dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau deklarasi.
Ini adalah jenis pengetahuan yang bersifat “apa yang” atau “apa yang kita tahu.”
Contoh dari declarative knowledge termasuk fakta, data, konsep, dan informasi umum,
seperti pengetahuan tentang sejarah, matematika, ilmu pengetahuan, dan bahasa.
Declarative knowledge berfokus pada apa yang kita tahu tentang sesuatu, tetapi tidak selalu
melibatkan keterampilan praktis dalam melakukan sesuatu.
Procedural Knowledge
Procedural knowledge adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau keterampilan
dalam melakukan tugas tertentu.
Ini adalah jenis pengetahuan yang bersifat “bagaimana melakukannya” atau “cara
melaksanakannya.”
Contoh dari procedural knowledge meliputi kemampuan mengendarai sepeda, bermain
musik, memasak, atau melakukan prosedur medis.
Procedural knowledge melibatkan pemahaman tentang langkah-langkah dan prosedur yang
diperlukan untuk mencapai suatu tujuan atau melakukan tugas tertentu.
29. Working memory & long-term memory
Working Memory (Memori Kerja)
Working memory adalah komponen memori yang berfokus pada penyimpanan sementara dan
pemrosesan informasi saat kita sedang aktif berpikir atau menyelesaikan tugas kognitif.
Ini adalah memori sementara yang digunakan untuk memanipulasi informasi yang sedang
dikerjakan dalam proses berpikir, seperti mengingat nomor telepon sementara saat kita
menelepon seseorang.
Working memory memiliki kapasitas terbatas, yang berarti kita hanya dapat menyimpan dan
memproses sejumlah kecil informasi dalam waktu yang singkat, biasanya beberapa detik
hingga beberapa menit.
Working memory juga berperan dalam mengarahkan perhatian dan mengendalikan proses
kognitif lainnya.

33. Working memory dan long-term memory


Long-Term Memory (Memori Jangka Panjang)
Long-term memory adalah komponen memori yang berfokus pada penyimpanan informasi
untuk jangka waktu yang lama, mulai dari berbulan-bulan hingga seumur hidup.
Ini adalah tempat penyimpanan informasi yang lebih permanen dan memiliki kapasitas yang
jauh lebih besar dibandingkan dengan working memory.
Long-term memory mencakup pengetahuan, pengalaman, fakta, konsep, dan keterampilan
yang telah dipelajari dan disimpan selama jangka waktu yang panjang.
Long-term memory dapat diakses kembali ketika diperlukan, bahkan setelah waktu yang
lama, meskipun kadang-kadang informasi mungkin perlu dipulihkan melalui usaha dan
pemulihan aktif.

34.Kode etik guru


Kode etik guru adalah seperangkat norma dan prinsip moral yang mengatur perilaku guru
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Kode etik guru berisi
panduan dalam menghormati hak-hak dan kebutuhan siswa, menjaga profesionalisme,
integritas, dan etika dalam hubungan antar guru, siswa, orang tua, dan masyarakat.
Kode Etik Guru Indonesia terdiri dari beberapa prinsip dasar yang harus dipegang oleh
seorang guru, antara lain:
 Menghargai dan menghormati hak asasi manusia serta keanekaragaman budaya.
 Membangun hubungan yang baik dengan siswa dan masyarakat.
 Melaksanakan tugas mengajar dengan penuh tanggung jawab dan profesionalisme.
 Mengembangkan diri secara terus-menerus melalui kegiatan peningkatan kompetensi.
 Menjaga integritas dan etika dalam melaksanakan tugas guru.
Seiring berjalannya waktu, Kode Etik Guru Indonesia mengalami beberapa revisi dan
penyempurnaan. Revisi terakhir dilakukan pada tahun 2015 oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Fungsi Kode Etik Guru
1. Menjaga Profesionalisme
2. Memberikan Panduan Etis
3. Melindungi hak- hak siswa
4. Mendorong kesejahteraan siswa
5. Meningkatkan reputasi profesi
6. Menjaga Integritas dan Kepercayaan.

35. Interaksi guru dan murid


Interaksi guru-murid adalah hubungan antara guru dan siswa dalam konteks pendidikan. Ini
mencakup berbagai aspek, termasuk komunikasi, pembelajaran, pemahaman, dan
pendampingan.
Beberapa poin penting terkait dengan interaksi guru-murid adalah:
 Komunikasi: Komunikasi yang efektif antara guru dan siswa adalah kunci. Guru harus
mendengarkan siswa, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan menjawab
pertanyaan mereka.
 Pembelajaran: Guru memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional siswa. Mereka membantu siswa memahami materi
pelajaran dan mengembangkan keterampilan.
 Hubungan yang Aman: Interaksi harus menciptakan lingkungan yang aman dan
mendukung di mana siswa merasa nyaman untuk belajar dan berekspresi.
 Individualisasi: Guru harus mengenali kebutuhan dan gaya belajar individu siswa,
serta memberikan dukungan yang sesuai.

36.School safety
Aspek-aspek keamanan sekolah meliputi:

 Keamanan Fisik: Melibatkan tindakan untuk mencegah kecelakaan dan kejadian


kekerasan fisik di lingkungan sekolah.
 Keamanan Emosional: Memastikan bahwa siswa dan staf merasa aman secara
emosional di sekolah, termasuk mencegah pelecehan verbal atau intimidasi.
 Keamanan Sosial: Meminimalkan potensi ancaman sosial seperti kejahatan, narkoba,
atau pergaulan buruk di sekolah.
 Protokol Darurat: Mempersiapkan sekolah untuk menghadapi keadaan darurat seperti
bencana alam atau insiden keamanan.

37. Diversity
Dalam konteks pendidikan, keragaman mencakup aspek seperti etnisitas, budaya, bahasa,
agama, latar belakang sosial-ekonomi, kecacatan, orientasi seksual, dan jenis kelamin.
Beberapa poin penting terkait dengan keragaman di sekolah adalah:
 Penerimaan: Sekolah harus menerima, menghormati, dan memahami keragaman
siswa dan staf.
 Pendidikan Inklusif: Sekolah harus menciptakan lingkungan inklusif yang mendukung
semua siswa, tanpa memandang latar belakang mereka.
 Pembelajaran tentang Keragaman: Keragaman dapat menjadi sumber pembelajaran
yang berharga. Sekolah dapat mempromosikan pemahaman dan apresiasi terhadap
budaya dan perspektif yang berbeda.
 Keadilan: Menerapkan prinsip keadilan untuk semua siswa, memastikan bahwa
kesempatan dan sumber daya terdistribusi secara adil.

38. Pengertian dan pengembangan potensi


Pengertian Potensi
Potensi mengacu pada kemampuan, bakat, kualitas, dan sumber daya yang ada dalam diri
individu. Ini mencakup segala hal yang bisa ditingkatkan atau dikembangkan untuk mencapai
hasil yang lebih baik. Potensi tidak selalu termanifestasi dengan jelas, dan seringkali
ditemukan dalam bentuk yang belum diolah.

Pengembangan Potensi
Pengembangan potensi adalah upaya sadar dan berkelanjutan untuk mengidentifikasi,
mengasah, dan memanfaatkan potensi individu. Ini melibatkan serangkaian tindakan, seperti:
 Evaluasi dan pemahaman diri, Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, minat, dan
nilai-nilai pribadi.
 Pembelajaran dan pengembangan keterampilan, Memperoleh pengetahuan baru,
mengasah keterampilan, dan memperluas wawasan.
 Pemberdayaan diri, Membangun rasa percaya diri, motivasi, dan resiliensi.
 Pengaturan tujuan, Menetapkan tujuan yang jelas untuk mengarahkan upaya
pengembangan potensi.
 Mendukung lingkungan, Menciptakan atau memanfaatkan lingkungan yang
mendukung perkembangan individu.

39.Perencanaan karir dan pengembangan potensi diri


Sebagai guru, perencanaan karir dan pengembangan potensi diri memiliki beberapa
komponen penting:
Evaluasi Diri
Guru harus melakukan evaluasi diri untuk memahami kekuatan, kelemahan, minat, dan nilai-
nilai mereka. Ini membantu dalam merencanakan langkah-langkah karir yang sesuai.
Guru perlu menetapkan tujuan karir yang jelas. Tujuan ini dapat berkaitan dengan
peningkatan keterampilan, promosi, atau pengembangan spesialisasi dalam pendidikan.
Pembelajaran Berkelanjutan

Guru harus aktif dalam pencarian pelatihan dan pengembangan profesional yang relevan. Ini
dapat mencakup kursus online, pelatihan khusus, atau sertifikasi tambahan.
Pencapaian dan Evaluasi
Guru perlu mengukur pencapaian mereka terhadap tujuan karir mereka dan mengidentifikasi
area yang perlu ditingkatkan. Evaluasi ini memungkinkan mereka untuk terus berkembang.
Mendukung Dari Lembaga Pendidikan
Banyak sekolah dan lembaga pendidikan memiliki program pengembangan profesional dan
dukungan karir untuk guru. Guru dapat memanfaatkan sumber daya ini.

Anda mungkin juga menyukai