Bukan rahasia lagi bahwa guru memegang peranan penting dalam mendidik generasi penerus
bangsa. Untuk itu, materi disiplin ilmu yang relevan bagi guru menjadi sangat penting untuk
dipahami. Materi-materi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari psikologi pendidikan,
metode pengajaran, hingga penggunaan teknologi dalam pendidikan.
Psikologi pendidikan, misalnya, membantu guru memahami cara kerja pikiran siswa. Dengan
memahami ini, guru bisa menyusun strategi pengajaran yang lebih efektif. Metode
pengajaran juga berperan penting. Seorang guru harus mampu memilih dan mengaplikasikan
metode yang tepat sesuai dengan materi dan kondisi siswa. Tak ketinggalan, pemanfaatan
teknologi dalam pendidikan juga menjadi salah satu kunci keberhasilan proses belajar
mengajar di era digital ini.
Kini, mari kita lihat lebih dalam mengenai prasyarat dari suatu disiplin ilmu yang relevan
bagi seorang guru.
Tak cukup hanya dengan mengetahui materinya, seorang guru juga harus memenuhi beberapa
prasyarat untuk bisa menguasai suatu disiplin ilmu dengan baik. Prasyarat-prasyarat ini antara
lain mencakup kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, keterbukaan terhadap perubahan,
hingga kemampuan untuk terus belajar dan berkembang.
Kecintaan terhadap ilmu pengetahuan menjadi fondasi utama bagi seorang guru. Seorang
guru harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kecintaan terhadap proses pembelajaran.
Selain itu, keterbukaan terhadap perubahan juga penting, mengingat dunia pendidikan yang
terus bergerak dan berkembang. Guru harus siap untuk belajar hal-hal baru dan
menerapkannya dalam proses pengajaran.
Terakhir, kemampuan untuk terus belajar dan berkembang juga menjadi prasyarat penting.
Dunia pendidikan yang dinamis menuntut guru untuk tidak berhenti pada zona nyaman.
Terus mengembangkan diri dan mencari pengetahuan baru merupakan kunci untuk menjadi
guru yang relevan di zaman ini.
Bagaimana dengan teori-teori belajar yang perlu dipahami oleh guru? Mari kita eksplorasi
pada subjudul berikutnya.
Kebutuhan Fisik:
Keterbatasan fisik yang mempengaruhi mobilitas atau penggunaan indra seperti
penglihatan atau pendengaran.
Kondisi medis kronis yang memerlukan perawatan kesehatan khusus atau perhatian
ekstra.
Kebutuhan Sensorik:
Keterbatasan penglihatan atau pendengaran.
11. Tahapan perkembangan berdasarkan usia dan karakteristtik khas masing masing tahap
Tahapan perkembangan berdasarkan usia dan karakteristik khas masing-masing tahap
Tahapan perkembangan dalam proses pembelajaran mencerminkan bagaimana individu
berkembang secara kognitif, sosial, emosional, dan fisik ketika mereka belajar.
Tahap Prapendidikan (0-6 tahun):
Karakteristik: Anak-anak pada tahap ini masih sangat muda dan dalam tahap
perkembangan awal.
Fokus pembelajaran: Dasar-dasar perkembangan motorik kasar, motorik halus,
bahasa, sosialisasi, dan pemahaman dasar tentang dunia sekitar.
Metode pembelajaran: Bermain, eksplorasi aktif, pengalaman sensorik, dan
pengasuhan yang mendukung.
Tahap Sekolah Dasar (7-12 tahun):
Karakteristik: Anak-anak memasuki tahap sekolah dan mulai mengembangkan
keterampilan akademik dasar.
Fokus pembelajaran: Menguasai keterampilan membaca, menulis, berhitung, serta
pembelajaran sosial dan kecakapan sosial.
Metode pembelajaran: Pengajaran terstruktur, guru memainkan peran utama dalam
penyampaian materi pelajaran, serta pengembangan keterampilan sosial dan
komunikasi.
Tahap Remaja (13-18 tahun):
Karakteristik: Remaja sedang mengalami perubahan fisik, emosi, dan identitas yang
signifikan.
Fokus pembelajaran: Pengembangan keterampilan berpikir kritis, eksplorasi minat
dan bakat, serta persiapan untuk perguruan tinggi atau karir.
Metode pembelajaran: Pengajaran yang lebih interaktif, pengembangan keterampilan
penelitian, serta pilihan mata pelajaran lebih beragam.
Tahap Dewasa Muda (19-40 tahun):
Karakteristik: Dewasa muda fokus pada pendidikan tinggi, karir, dan keluarga.
Fokus pembelajaran: Spesialisasi dalam bidang tertentu, pengembangan keterampilan
profesional, dan pembelajaran sepanjang hidup.
Metode pembelajaran: Pendidikan tinggi, pelatihan karir, dan pengalaman
professional
Dalam profil program tersebut dijelaskan bahwa pelajar Indonesia adalah pelajar yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Keimanan dan ketakwaan para pelajar ini termanifestasi dalam akhlak yang mulia terhadap
diri sendiri, sesama manusia, alam, dan negaranya.
Program Profil Pelajar Pancasila tidak hanya diterapkan bagi para pelajar saja, melainkan
juga perlu dipahami oleh para tenaga pendidik supaya tujuan programnya terwujud.
Elemen kunci dari beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia yaitu akhlak
beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam dan akhlak bernegara.
Pilihan Redaksi
Contoh Sikap Pancasila Sila 1 sampai 5 dalam Kehidupan Sehari-hari
Bunyi Piagam Jakarta Asli sebelum Diubah Menjadi Pancasila
5 Fungsi dan Peranan Pancasila bagi Kehidupan Bangsa Indonesia
2. Berkebinekaan global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap
berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain.
Dengan begitu, diharapkan mampu menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan
terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.
Elemen kunci dari berkebinekaan global adalah mengenal dan menghargai budaya, mampu
berkomunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, berefleksi, dan tanggung
jawab pada pengalaman kebinekaan.
3. Bergotong royong
Pelajar Indonesia mampu bergotong royong atau melakukan kegiatan bersama-sama dengan
suka rela. Dengan begitu, kegiatan yang dikerjakan bisa berjalan lancar, lebih mudah dan
lebih ringan.
Elemen kunci dari bergotong royong yaitu kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
4. Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yakni bertanggung jawab atas proses dan hasil
belajarnya.
Elemen kunci mandiri di Profil Pelajar Pancasila adalah sadar akan diri dan situasi yang
dihadapi serta regulasi diri.
5. Bernalar kritis
Pelajar Indonesia yang bernalar kritis bisa memproses informasi kualitatif maupun
kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi,
mengevaluasi, dan menyimpulkannya. Setiap tahapan bernalar kritis ini dilakukan secara
objektif.
Elemen kunci bernalar kritis yakni memperoleh dan memproses informasi dan gagasan,
menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, serta
mengambil keputusan.
6. Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak.
Elemen kunci kreatif dalam Profil Pelajar Pancasila adalah menghasilkan gagasan orisinal
dan menghasilkan karya serta tindakan orisinal.
15.Learning objective
Tujuan pembelajaran perlu dibuat guru apabila indikator mengandung tuntutan kerja yang
belum operasional (tidak mudah diukur). Hal ini yang menentukan perlunya dibuat
tujuan pembelajaranadalah jika materi dalam indikator terlalu luas. Selain itu ada kalanya
dalam indikator terkandung tuntutan keterampilan yang lain. Pada prinsipnya, tujuan
pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi,
dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
tertentu. Tujuan pembelajaranadalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajarantercapainya perubahan perilaku atau
kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Tujuan tersebut dirumuskan
dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.
16. Individualize education program (IEP) dan prinsip prinsp differentiated learning
Individualized Education Program (IEP) adalah sebuah program pendidikan yang disusun
untuk mendukung anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus (special education) di
Amerika Serikat.
IEP merupakan rencana pendidikan yang disesuaikan secara individu untuk setiap siswa yang
memenuhi kriteria kebutuhan pendidikan khusus, seperti siswa dengan disabilitas fisik atau
intelektual.
Beberapa poin kunci mengenai IEP adalah:
1. Penyesuaian Individu
2. Keterlibatan Orang Tua
3. Evaluasi Rutin
4. Tim Pendukung
Tanda-tanda mendengarkan secara aktif dapat berupa verbal maupun nonverbal. Mereka
termasuk:
Penguatan positif;
mengingat;
menanyakan pertanyaan;
tetap fokus.
Berikut adalah beberapa contoh kebiasaan positif yang dapat dibangun dalam lingkungan
belajar:
1. Tepat waktu
Siswa yang memiliki kebiasaan untuk datang ke sekolah atau kelas online tepat waktu
menunjukkan komitmen terhadap pendidikan mereka sendiri.
2. Disiplin
Ini termasuk mencari tempat yang tenang dan bebas gangguan untuk belajar, serta menjaga
area belajar tetap teratur dan rapi.
Mendorong kerja sama dengan sesama siswa dalam proyek-proyek kelompok dan
mendukung teman sebaya dalam memecahkan masalah adalah kebiasaan yang membangun
hubungan sosial yang positif.
Dalam menjelaskan konsep dan prinsip-prinsip motivasi dalam pendidikan, berikut adalah
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Konsep dasar motivasi dalam pendidikan adalah perbedaan antara motivasi intrinsik dan
ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah dorongan berasal dari dalam diri siswa, seperti minat dan kepuasan
pribadi dalam mempelajari sesuatu.
Sementara motivasi ekstrinsik berkaitan dengan dorongan dari luar, seperti hadiah atau
hukuman.
2. Teori Otonomi
Teori otonomi menekankan pentingnya memberikan siswa kontrol atas pembelajaran mereka.
Siswa lebih termotivasi saat mereka merasa memiliki kendali atas tujuan, metode, dan
evaluasi pembelajaran mereka.
Teori Harapan
Teori ini menekankan pentingnya harapan bahwa upaya siswa akan menghasilkan hasil yang
diinginkan.
Ini mencakup tiga elemen: ekspektansi (keyakinan bahwa usaha akan menghasilkan hasil
positif), nilai (nilai hasil yang diinginkan), dan dampak (keyakinan bahwa hasil tersebut akan
memengaruhi kehidupan siswa).
4. Teori Flow
Konsep flow mengacu pada pengalaman ketika seseorang sepenuhnya terfokus pada tugas
yang menantang namun dapat diatasi.
Penetapan tujuan yang jelas dan realistis adalah prinsip motivasi penting dalam pendidikan.
Siswa lebih termotivasi ketika mereka memiliki tujuan yang spesifik dan merasa bahwa
mereka dapat mencapainya.
Memberikan umpan balik positif yang konstruktif kepada siswa dapat meningkatkan motivasi
mereka.
Hal ini membantu siswa merasa diakui dan termotivasi untuk terus meningkatkan kinerja
mereka.
7. Kebutuhan Dasar
Teori kebutuhan dasar oleh Abraham Maslow menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan
dasar siswa, seperti kebutuhan akan rasa aman, afiliasi sosial, harga diri, dan aktualisasi diri.
8. Konteks Sosial
Siswa juga dipengaruhi oleh konteks sosial dalam lingkungan sekolah. Hubungan baik antara
guru dan siswa, dukungan teman sebaya, dan iklim kelas yang positif dapat meningkatkan
motivasi siswa.
9. Relevansi Materi
Siswa cenderung lebih termotivasi jika mereka melihat relevansi materi yang mereka pelajari
dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Guru dapat membantu siswa mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri.
Mengakui dan memahami emosi siswa juga penting dalam motivasi. Guru yang sensitif
terhadap perasaan siswa dapat membantu mengelola emosi negatif dan memotivasi mereka.
Memberikan siswa kesempatan untuk berkreasi dan memiliki kebebasan dalam pendekatan
pembelajaran mereka dapat meningkatkan motivasi mereka.
Peran orang tua dalam mendukung motivasi siswa juga tidak boleh diabaikan. Kolaborasi
antara sekolah dan orang tua dapat meningkatkan motivasi dan kinerja siswa.
1. Penguatan positif: Memberikan imbalan atau hadiah atas perilaku yang diinginkan
untuk meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut akan diulang.
2. Penghukuman: Menetapkan konsekuensi yang tidak diinginkan atas perilaku yang
tidak diinginkan untuk mengurangi kemungkinan perilaku tersebut akan diulang.
3. Ekstinsi: Menghentikan penguatan yang sebelumnya mempertahankan perilaku,
sehingga perilaku tersebut meredup dan hilang.
4. Shaping: Mengembangkan perilaku yang diinginkan melalui penguatan bertahap
terhadap perilaku yang semakin mendekati sasaran.
Habit Formation (Pembentukan Kebiasaan) adalah proses di mana individu membentuk
kebiasaan dengan mengulangi perilaku tertentu secara konsisten hingga perilaku tersebut
menjadi otomatis dan terjadi tanpa kesadaran yang mendalam. Pembentukan kebiasaan
melibatkan tiga elemen utama:
1. Rangsangan (Cue): Rangsangan adalah situasi atau peristiwa yang memicu atau
mengingatkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Ini dapat berupa waktu,
tempat, emosi, atau tanda tertentu.
2. Rutinitas (Routine): Rutinitas adalah tindakan atau perilaku yang dilakukan sebagai
respons terhadap rangsangan. Ini adalah bagian inti dari kebiasaan.
3. Hadiah (Reward): Hadiah adalah hasil atau kepuasan yang diperoleh setelah
menyelesaikan rutinitas. Ini memberikan dorongan positif untuk mengulangi perilaku
tersebut.
23. Prinsip prinsip reward, punishment dan reinforcement dalam pembentukan tingkah laku
Reward (Penguatan Positif)
Prinsip: Pemberian hadiah atau penguatan positif untuk tingkah laku yang diinginkan. Hadiah
ini bertujuan untuk meningkatkan kemungkinan tingkah laku tersebut akan diulang.
Contoh: Memberikan pujian, pemberian hadiah fisik, poin pujian, atau pengakuan positif
kepada seseorang yang telah berhasil mencapai tujuan atau melakukan perilaku yang
diharapkan.
Punishment (Penghukuman)
Prinsip: Pemberian konsekuensi yang tidak diinginkan atau penghukuman atas tingkah laku
yang tidak diinginkan. Tujuannya adalah untuk mengurangi kemungkinan tingkah laku
tersebut akan diulang.
Contoh: Menyita barang-barang bermain jika anak tidak menaati peraturan, memberikan
hukuman waktu, atau memberikan tugas tambahan sebagai konsekuensi dari perilaku yang
melanggar.
Reinforcement (Penguatan)
Prinsip: Menggunakan penguatan positif atau negatif untuk meningkatkan atau
mempertahankan tingkah laku tertentu. Ini mencakup penguatan positif (menambahkan
sesuatu yang positif) dan penguatan negatif (menghilangkan atau mengurangi sesuatu yang
negatif).
Contoh Penguatan Positif: Memberikan hadiah ketika seorang siswa menjawab dengan benar
dalam kelas, yang akan meningkatkan kemungkinan siswa akan berpartisipasi lebih aktif.
Contoh Penguatan Negatif: Mengurangi jumlah tugas rumah yang harus dikerjakan jika
seorang siswa memenuhi standar tertentu, yang dapat meningkatkan kemungkinan siswa akan
mematuhi peraturan.
24. Desain pembelajaran
Desain pembelajaran adalah proses perencanaan dan pengembangan pengalaman
pembelajaran yang efektif dan berorientasi pada tujuan. Tujuan utama desain pembelajaran
adalah menciptakan lingkungan pembelajaran yang memfasilitasi pemahaman, retensi, dan
penerapan materi pelajaran. Berikut adalah beberapa tahap dan prinsip dalam desain
pembelajaran:
Tahap Desain Pembelajaran:
1. Identifikasi Tujuan Pembelajaran
2. Identifikasi Peserta Didik
3. Pengembangan Kurikulum
4. Pemilihan Metode Pembelajaran
5. Pemilihan Sumber Daya dan Materi
6. Rancang Aktivitas Pembelajaran
7. Pengembangan Evaluasi
Prinsip Desain Pembelajaran:
Tujuan yang Jelas
Relelansi
Partisipasi Siswa
Dukungan dan Umpan Balik
Fleksibilitas
Multimodalitas
Konektivitas dengan Dunia Nyata
Evaluasi dan Refleksi
Kemajuan dan Perbaikan Berkelanjutan
Desain pembelajaran yang efektif memberikan kesempatan bagi siswa untuk meraih
pemahaman yang mendalam, meningkatkan keterampilan, dan mempersiapkan mereka untuk
menghadapi tantangan di dunia nyata. Dengan merancang pembelajaran yang relevan,
menarik, dan interaktif, guru dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa
mereka.
27. Berbagai Teknik assessment ditingkat kelas ( classroom based assisment sesuai dengan
tujuan pembelajaran
Asesmen di tingkat kelas, atau classroom-based assessment, merupakan alat penting dalam
membantu guru memahami sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Berikut
adalah berbagai teknik asesmen yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan membantu guru
memantau perkembangan siswa:
Ujian Tertulis: Menggunakan soal pilihan ganda, esai, atau ujian lainnya untuk
mengukur pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Ini dapat digunakan
untuk mengukir pengetahuan faktual, pemahaman konsep, dan kemampuan berpikir
kritis.
Tugas atau Proyek: Memberikan tugas atau proyek yang memungkinkan siswa
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi praktis.
Tugas ini dapat mencakup penulisan esai, presentasi, atau pembuatan proyek seni.
Portofolio: Membuat portofolio yang berisi karya atau sampel kinerja siswa sepanjang
waktu. Ini membantu siswa merenung dan menunjukkan perkembangan mereka
seiring berjalannya waktu.
Ujian Lisan: Menggunakan ujian lisan atau wawancara untuk memungkinkan siswa
menjelaskan pemahaman mereka secara verbal. Ini terutama efektif untuk mengukur
kemampuan komunikasi dan pemahaman konsep yang lebih dalam.
Observasi: Mengamati perilaku siswa selama aktivitas pembelajaran, baik dalam
kelompok kecil maupun selama presentasi atau diskusi kelas. Ini dapat memberikan
wawasan tentang interaksi dan kemampuan sosial siswa.
Pemecahan Masalah: Memberikan siswa masalah nyata yang mereka harus
selesaikan. Ini mengukur kemampuan pemecahan masalah dan penerapan
pengetahuan.
Dan masih banyak teknik asesmen lainnya seperti, kinerja kelompok, pemantauan
berkelanjutan, diskusi kelas, kuis atau pertanyaan cepat dan pemberian tanggapan tertulis.
28. Konsep dan prinsip assesment as learning dan assessment for learning
Konsep AaL adalah bahwa siswa secara aktif terlibat dalam proses asesmen sebagai bagian
integral dari pembelajaran mereka. Mereka tidak hanya diberi nilai atau dievaluasi oleh guru,
tetapi juga memiliki peran dalam mengidentifikasi, mengukur, dan merenungkan kemajuan
mereka sendiri.
Prinsip-prinsip utama AaL melibatkan:
Keterlibatan Siswa
Refleksi
Dokumentasi Pembelajaran
Umpan Balik
Assessment for Learning (AfL)
32. Refleksi
Refleksi pembelajaran adalah proses kritis di mana seseorang merenungkan
dan mengevaluasi pengalaman belajar mereka. Tujuan dari refleksi pembelajaran adalah
untuk memahami lebih baik apa yang telah dipelajari, bagaimana pengalaman tersebut
mempengaruhi diri kita, dan apa yang dapat kita pelajari untuk meningkatkan pemahaman
atau kinerja di masa depan.
Untuk memahami lebih banyak mengenai materi diatas, Anda juga dapat mencari sumber
sumber belajar lainnya baik buku, atau melalui jurnal jurnal terkait. Artikel ini sifatnya hanya
menjadi tambahan pengetahuan bukan rujukan utama.
36.School safety
Aspek-aspek keamanan sekolah meliputi:
37. Diversity
Dalam konteks pendidikan, keragaman mencakup aspek seperti etnisitas, budaya, bahasa,
agama, latar belakang sosial-ekonomi, kecacatan, orientasi seksual, dan jenis kelamin.
Beberapa poin penting terkait dengan keragaman di sekolah adalah:
Penerimaan: Sekolah harus menerima, menghormati, dan memahami keragaman
siswa dan staf.
Pendidikan Inklusif: Sekolah harus menciptakan lingkungan inklusif yang mendukung
semua siswa, tanpa memandang latar belakang mereka.
Pembelajaran tentang Keragaman: Keragaman dapat menjadi sumber pembelajaran
yang berharga. Sekolah dapat mempromosikan pemahaman dan apresiasi terhadap
budaya dan perspektif yang berbeda.
Keadilan: Menerapkan prinsip keadilan untuk semua siswa, memastikan bahwa
kesempatan dan sumber daya terdistribusi secara adil.
Pengembangan Potensi
Pengembangan potensi adalah upaya sadar dan berkelanjutan untuk mengidentifikasi,
mengasah, dan memanfaatkan potensi individu. Ini melibatkan serangkaian tindakan, seperti:
Evaluasi dan pemahaman diri, Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, minat, dan
nilai-nilai pribadi.
Pembelajaran dan pengembangan keterampilan, Memperoleh pengetahuan baru,
mengasah keterampilan, dan memperluas wawasan.
Pemberdayaan diri, Membangun rasa percaya diri, motivasi, dan resiliensi.
Pengaturan tujuan, Menetapkan tujuan yang jelas untuk mengarahkan upaya
pengembangan potensi.
Mendukung lingkungan, Menciptakan atau memanfaatkan lingkungan yang
mendukung perkembangan individu.
Guru harus aktif dalam pencarian pelatihan dan pengembangan profesional yang relevan. Ini
dapat mencakup kursus online, pelatihan khusus, atau sertifikasi tambahan.
Pencapaian dan Evaluasi
Guru perlu mengukur pencapaian mereka terhadap tujuan karir mereka dan mengidentifikasi
area yang perlu ditingkatkan. Evaluasi ini memungkinkan mereka untuk terus berkembang.
Mendukung Dari Lembaga Pendidikan
Banyak sekolah dan lembaga pendidikan memiliki program pengembangan profesional dan
dukungan karir untuk guru. Guru dapat memanfaatkan sumber daya ini.