Anda di halaman 1dari 20

1.

Konsep suatu disiplin ilmu yang relevan


Konsep suatu disiplin ilmu merujuk pada gagasan, ide, atau prinsip dasar yang membentuk inti
pengetahuan dan pemahaman dalam disiplin ilmu tertentu. Konsep ini mencakup aturan, teori,
model, dan prinsip yang membentuk dasar dari bidang studi tersebut. Contohnya, dalam fisika,
konsep suatu disiplin ilmu yang relevan dapat melibatkan hukum gravitasi, kinematika, atau
elektromagnetisme.

2. Materi suatu disiplin ilmu yang relevan


Materi suatu disiplin ilmu merujuk pada informasi, data, fakta, dan pengetahuan praktis yang
terkait dengan disiplin ilmu tersebut. Materi ini dapat mencakup buku teks, eksperimen, hasil
penelitian, serta berbagai bahan yang digunakan untuk memahami, mendalami, dan
mengaplikasikan konsep-konsep dalam disiplin ilmu tertentu.

3. Hirarki konsep dan materi suatu disiplin ilmu


Hirarki konsep dan materi dalam suatu disiplin ilmu adalah struktur berjenjang yang mengatur
konsep dan materi berdasarkan tingkat kesulitan atau tingkat abstraksi. Konsep dan materi yang
lebih dasar biasanya menjadi dasar bagi konsep yang lebih kompleks. Misalnya, dalam
matematika, pemahaman tentang bilangan bulat menjadi dasar untuk memahami pecahan, dan
pecahan menjadi dasar untuk memahami persamaan aljabar.

4. Prasyarat dari suatu disiplin ilmu yang relevan


Prasyarat adalah persyaratan atau pengetahuan dasar yang harus dimiliki seseorang sebelum
dapat memahami atau belajar tentang suatu disiplin ilmu tertentu. Prasyarat biasanya melibatkan
konsep atau keterampilan dasar yang diperlukan untuk memahami materi yang lebih kompleks
dalam disiplin ilmu tersebut. Misalnya, untuk memahami kimia organik, prasyaratnya mungkin
termasuk pemahaman tentang struktur atom dan ikatan kimia.

5. Keterkaitan suatu konsep dengan konsep yang lain


Keterkaitan konsep merujuk pada bagaimana konsep dalam suatu disiplin ilmu saling
berhubungan dan bergantung satu sama lain. Ini mencerminkan cara di mana pengetahuan dalam
disiplin ilmu tersebut saling terkait dan membentuk struktur pemahaman yang lebih besar.
Contoh, dalam biologi, konsep evolusi berkaitan dengan konsep adaptasi, seleksi alam, dan
variasi genetik.

6. Konsep-konsep yang berkaitan dengan suatu disiplin


Konsep-konsep yang berkaitan dengan suatu disiplin merujuk pada semua gagasan, teori, dan
prinsip yang relevan dalam disiplin ilmu tersebut. Ini mencakup semua konsep yang membentuk
inti pengetahuan dalam disiplin tersebut dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang topik-topik yang ada.

7. Teori Belajar Ausubel


Teori belajar Ausubel, yang dikembangkan oleh David Ausubel, adalah sebuah teori kognitif
yang berkaitan dengan konsep integrasi dan konstruksi pengetahuan. Teori ini menekankan
pentingnya penyusunan pengetahuan baru oleh individu berdasarkan pengetahuan yang sudah
ada dalam struktur kognitif mereka. Beberapa aspek yang lebih luas dari teori ini mencakup:

Integrasi Pengetahuan

Teori ini menekankan bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika materi baru diintegrasikan
ke dalam kerangka pengetahuan yang sudah ada dalam pikiran individu. Ini berarti bahwa guru
harus memahami pengetahuan awal siswa dan membangun konsep baru berdasarkan fondasi
yang sudah ada.

Peran Struktur Kognitif

Ausubel menekankan peran struktur kognitif individu dalam proses pembelajaran. Struktur
kognitif ini mencerminkan cara individu mengorganisasi pengetahuan mereka, dan pembelajaran
yang efektif melibatkan pengubahan struktur kognitif ini dengan menambahkan konsep-konsep
baru.

Pengorganisasian Materi

Guru harus merancang pengalaman pembelajaran yang membantu siswa untuk mengorganisasi
informasi dengan cara yang bermakna. Misalnya, menggunakan peta konsep, analogi, atau
skema untuk membantu siswa memahami dan mengingat informasi.

8. Teori Belajar Gagne


Teori belajar Gagne, yang dikembangkan oleh Robert Gagne, fokus pada tahap-tahap
pembelajaran dan mengidentifikasi prinsip-prinsip yang mendukung proses pembelajaran yang
efektif. Aspek-aspek yang lebih luas dari teori ini termasuk:

Hierarki Pembelajaran

Teori Gagne mengusulkan adanya hierarki pembelajaran dengan tahap-tahap yang berurutan,
seperti pemberian perhatian, pengenalan tujuan, pembelajaran stimulus-respons, pemberian
umpan balik, dan transfer pengetahuan. Guru harus merancang pembelajaran yang
mempertimbangkan tahap-tahap ini.
Pemberian Umpan Balik

Menekankan pentingnya memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa sehingga
mereka dapat mengoreksi kesalahan mereka dan memperbaiki pemahaman mereka.

Variasi Strategi Pengajaran

Teori ini mengakui bahwa siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, dan guru harus
menggunakan berbagai strategi pengajaran untuk memenuhi kebutuhan beragam siswa.

9. Teori Belajar Piaget


Teori belajar Piaget, yang dikembangkan oleh Jean Piaget, adalah teori perkembangan kognitif
yang fokus pada perkembangan berpikir dan konstruksi pengetahuan pada anak-anak. Aspek
yang lebih luas dari teori ini meliputi:

Stadia Perkembangan

Piaget mengidentifikasi tahap-tahap perkembangan kognitif yang berbeda pada anak-anak,


seperti tahap sensorimotor, pra operasional, konkret operasional, dan formal operasional. Guru
perlu memahami tahap perkembangan siswa untuk merancang pembelajaran yang sesuai.

Konstruktivisme

Teori ini menekankan bahwa pembelajaran adalah proses konstruktif di mana individu
membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan eksplorasi.

Peran Aktif Anak dalam Pembelajaran

Piaget memandang anak sebagai peserta aktif dalam pembelajaran mereka. Guru harus memberi
kesempatan kepada siswa untuk menjelajahi, eksperimen, dan memecahkan masalah.

10. Karakteristik Murid Berkebutuhan Khusus


Karakteristik murid berkebutuhan khusus mencakup sejumlah kebutuhan dan ciri-ciri individu
yang memerlukan perhatian khusus dalam konteks pendidikan.

Berikut adalah beberapa karakteristik umum murid berkebutuhan khusus:

Kebutuhan Fisik:

 Keterbatasan fisik yang mempengaruhi mobilitas atau penggunaan indra seperti


penglihatan atau pendengaran.
 Kondisi medis kronis yang memerlukan perawatan kesehatan khusus atau perhatian
ekstra.
Kebutuhan Intelektual atau Pembelajaran:

 Keterlambatan perkembangan intelektual.


 Kesulitan dalam memahami atau memproses informasi.
 Gangguan belajar seperti disleksia atau diskalkulia.
 Kecerdasan tinggi (giftedness) yang memerlukan pendekatan pembelajaran yang lebih
menantang.

Kebutuhan Sensorik:

 Keterbatasan penglihatan atau pendengaran.


 Gangguan sensorik seperti autisme yang memengaruhi persepsi sensorik.
 Sensitivitas tinggi terhadap rangsangan sensorik.

Kebutuhan Perilaku atau Emosional:

 Gangguan perilaku seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).


 Gangguan emosional seperti kecemasan, depresi, atau gangguan makan.
 Kesulitan dalam mengatur emosi dan perilaku.

Kebutuhan Sosial dan Komunikasi:

 Gangguan perkembangan sosial seperti autisme.


 Kesulitan dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi dengan orang lain.
 Kesulitan dalam memahami norma sosial dan etika.

Kebutuhan Bahasa dan Komunikasi:

 Keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa.


 Kesulitan dalam berbicara, mendengar, atau berkomunikasi secara verbal.

Kebutuhan Khusus Lainnya:

 Kebutuhan pendidikan alternatif, seperti pendidikan inklusif atau pendidikan khusus.


 Kebutuhan medis yang memerlukan perawatan atau peralatan khusus.
 Kebutuhan dukungan psikologis atau konseling.

11. Tahapan perkembangan berdasarkan usia dan


karakteristik khas masing-masing tahap
Tahapan perkembangan dalam proses pembelajaran mencerminkan bagaimana individu
berkembang secara kognitif, sosial, emosional, dan fisik ketika mereka belajar.
Tahap Prapendidikan (0-6 tahun):

 Karakteristik: Anak-anak pada tahap ini masih sangat muda dan dalam tahap
perkembangan awal.
 Fokus pembelajaran: Dasar-dasar perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa,
sosialisasi, dan pemahaman dasar tentang dunia sekitar.
 Metode pembelajaran: Bermain, eksplorasi aktif, pengalaman sensorik, dan pengasuhan
yang mendukung.

Tahap Sekolah Dasar (7-12 tahun):

 Karakteristik: Anak-anak memasuki tahap sekolah dan mulai mengembangkan


keterampilan akademik dasar.
 Fokus pembelajaran: Menguasai keterampilan membaca, menulis, berhitung, serta
pembelajaran sosial dan kecakapan sosial.
 Metode pembelajaran: Pengajaran terstruktur, guru memainkan peran utama dalam
penyampaian materi pelajaran, serta pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi.

Tahap Remaja (13-18 tahun):

 Karakteristik: Remaja sedang mengalami perubahan fisik, emosi, dan identitas yang
signifikan.
 Fokus pembelajaran: Pengembangan keterampilan berpikir kritis, eksplorasi minat dan
bakat, serta persiapan untuk perguruan tinggi atau karir.
 Metode pembelajaran: Pengajaran yang lebih interaktif, pengembangan keterampilan
penelitian, serta pilihan mata pelajaran lebih beragam.

Tahap Dewasa Muda (19-40 tahun):

 Karakteristik: Dewasa muda fokus pada pendidikan tinggi, karir, dan keluarga.
 Fokus pembelajaran: Spesialisasi dalam bidang tertentu, pengembangan keterampilan
profesional, dan pembelajaran sepanjang hidup.
 Metode pembelajaran: Pendidikan tinggi, pelatihan karir, dan pengalaman profesional

12. Taksonomi Bloom dan perkembangannya


Taksonomi Bloom, yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom dan rekannya pada tahun 1956,
adalah sebuah kerangka kerja yang digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran
menjadi tingkat kompetensi yang berbeda.

Taksonomi ini memiliki enam tingkat kompetensi yang berurutan, mulai dari tingkat
pengetahuan yang mendasar hingga tingkat evaluasi yang lebih tinggi. Tujuan dari Taksonomi
Bloom adalah untuk membantu guru dan perancang kurikulum dalam merancang materi
pelajaran, mengevaluasi pencapaian siswa, dan merancang ujian yang sesuai.
Berikut adalah enam tingkat Taksonomi Bloom:

1. Pengetahuan (Knowledge):


o Tingkat ini berfokus pada pengetahuan dasar atau informasi yang harus siswa
ketahui.

2. Pemahaman (Comprehension):


o Pada tingkat ini, siswa diharapkan untuk memahami dan menginterpretasikan
informasi yang mereka pelajari.

3. Penerapan (Application):


o Pada tingkat ini, siswa harus dapat menerapkan pengetahuan dan pemahaman
mereka dalam situasi nyata.

4. Analisis (Analysis):


o Siswa diharapkan untuk menguraikan informasi menjadi komponen-
komponennya, mengidentifikasi pola, dan merinci hubungan antara elemen-
elemen tersebut.

5. Sintesis (Synthesis):


o Pada tingkat sintesis, siswa harus mampu menggabungkan informasi dari berbagai
sumber, menghasilkan ide-ide baru, atau menciptakan solusi yang unik untuk
masalah yang kompleks.

6. Evaluasi (Evaluation):


o Ini adalah tingkat tertinggi dalam taksonomi. Siswa diharapkan untuk melakukan
evaluasi kritis terhadap informasi atau argumen, membuat penilaian yang
berdasarkan pada kriteria yang relevan, dan menghasilkan pendapat atau
rekomendasi yang didukung oleh bukti.
13. Teori Belajar Gagne
Teori Belajar Gagne, yang dikembangkan oleh Robert Gagne, adalah kerangka kerja dalam
psikologi pendidikan yang menjelaskan bagaimana orang belajar dan bagaimana pengajaran
dapat diorganisasi untuk memfasilitasi proses belajar yang efektif.

Teori ini mengidentifikasi berbagai tahapan yang harus dilalui siswa agar dapat berhasil belajar
suatu keterampilan atau konsep.

Teori Belajar Gagne mencakup delapan tahapan atau kondisi pembelajaran. Berikut penjelasan
singkat mengenai setiap tahap ini:

1. Perhatian (Gaining Attention): Pembelajaran dimulai dengan menarik perhatian siswa.

2. Informasi Awal (Informing the Learner of the Objective): Siswa perlu mengetahui tujuan
pembelajaran sebelum mereka mulai belajar.

3. Pemanggilan Pengetahuan Prasyarat (Stimulating Recall of Prior Learning): Pada tahap


ini, guru atau instruktur memanggil pengetahuan yang sudah ada di dalam pikiran siswa
yang relevan dengan materi yang akan diajarkan. Ini membantu menghubungkan materi
baru dengan pengetahuan yang sudah ada.

4. Pandu (Presenting the Stimulus): Instruktur menyajikan materi atau informasi kepada
siswa dengan cara yang sistematis dan terstruktur.

5. Pandu Respon (Providing Learning Guidance): Siswa diberikan panduan, umpan balik,
dan bimbingan dalam memahami materi.

6. Mendorong Respon (Eliciting Performance): Siswa diberi kesempatan untuk berlatih atau
menerapkan materi yang telah dipelajari.

7. Umpan Balik (Providing Feedback): Setelah siswa melakukan respon, mereka menerima
umpan balik tentang kinerja mereka.

8. Pemeliharaan Retensi dan Pemindahan (Assessing Performance): Tahap terakhir


melibatkan evaluasi kinerja siswa untuk memastikan bahwa mereka telah berhasil
memahami dan dapat mengingat materi tersebut.

14. Individualized Education Program (IEP) dan Prinsip-


prinsip differentiated learning
Individualized Education Program (IEP) adalah sebuah program pendidikan yang disusun
untuk mendukung anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus (special education) di
Amerika Serikat.
IEP merupakan rencana pendidikan yang disesuaikan secara individu untuk setiap siswa yang
memenuhi kriteria kebutuhan pendidikan khusus, seperti siswa dengan disabilitas fisik atau
intelektual.

Beberapa poin kunci mengenai IEP adalah:

1. Penyesuaian Individu
2. Keterlibatan Orang Tua
3. Evaluasi Rutin
4. Tim Pendukung

Prinsip-prinsip Differentiated Learning adalah pendekatan dalam pengajaran yang


menekankan bahwa siswa memiliki gaya belajar, kecepatan belajar, dan tingkat pemahaman
yang berbeda.

Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk merancang pengalaman pembelajaran yang memadai dan
relevan untuk setiap siswa.

Beberapa prinsip-prinsip utama dalam differentiated learning meliputi:

1. Mengenal Siswa dengan Baik


2. Penyesuaian Kurikulum
3. Pemberian Pilihan
4. Penilaian yang Beragam
5. Kerja Kelompok Fleksibel

15. Teori Dasar Komunikasi


Berikut adalah beberapa teori dasar komunikasi yang sering dipelajari dan digunakan untuk
menggambarkan komunikasi manusia:

Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal: Teori ini menggambarkan bagaimana komunikasi
terjadi melalui kata-kata (komunikasi verbal) dan ekspresi wajah, bahasa tubuh, serta suara
(komunikasi nonverbal). Ini juga mencakup pentingnya pesan nonverbal dalam memahami
komunikasi manusia.

Teori Komunikasi Interpersonal: Teori ini mencakup komunikasi antara individu dalam situasi
tatap muka, baik dalam bentuk komunikasi interpersonal formal maupun informal. Ini
mengeksplorasi aspek-aspek seperti komunikasi emosi, empati, dan hubungan antarpribadi.

Teori Komunikasi Organisasi: Teori ini berfokus pada komunikasi dalam konteks organisasi.
Ini mencakup komunikasi dalam hierarki organisasi, komunikasi bisnis, dan dinamika dalam tim
kerja.
Teori Komunikasi Massa: Teori ini memeriksa komunikasi melalui media massa seperti
televisi, surat kabar, radio, dan internet. Ini juga mencakup pengaruh media massa pada opini
publik dan masyarakat.

Teori Komunikasi Persuasif: Teori ini berkaitan dengan komunikasi yang bertujuan untuk
mempengaruhi atau meyakinkan orang lain. Ini melibatkan konsep persuasi, argumen, dan
strategi komunikasi.

Teori Komunikasi antarbudaya: Teori ini fokus pada komunikasi antara individu dari budaya
yang berbeda. Ini mempertimbangkan perbedaan budaya dalam bahasa, norma, nilai, dan
konvensi komunikasi.

16. Kesepakatan dan kebiasaan positif di lingkungan belajar


Kesepakatan dan kebiasaan positif dalam lingkungan belajar adalah faktor penting yang
berkontribusi pada keberhasilan dan produktivitas siswa.

Berikut beberapa contoh kesepakatan dan kebiasaan positif yang dapat diterapkan dalam
lingkungan belajar:

Kesepakatan:

1. Saling Menghormati
2. Kedisiplinan.
3. Toleransi dan Keterbukaan
4. Kerja Sama
5. Pemanfaatan Sumber Belajar

Kebiasaan Positif:

1. Belajar Rutin
2. Berpartisipasi Aktif
3. Pencatatan yang Baik
4. Manajemen Waktu
5. Pemecahan Masalah
6. Pembelajaran Seumur Hidup
7. Refleksi
8. Pengelolaan Stres
9. Komunikasi Efektif
10. Etika Belajar
17.Konsep dan prinsip-prinsip motivasi dalam pendidikan
Motivasi dalam pendidikan adalah faktor kunci yang mempengaruhi sejauh mana siswa ingin
belajar, berpartisipasi aktif, dan mencapai tujuan pembelajaran. Konsep motivasi dalam
pendidikan melibatkan berbagai teori dan prinsip yang membantu kita memahami cara
memotivasi siswa. Berikut adalah beberapa konsep dan prinsip motivasi dalam pendidikan:

1. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik:


o – Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri siswa, yang mendorong
mereka untuk belajar karena minat, kepuasan, atau keinginan pribadi.
o – Motivasi ekstrinsik melibatkan dorongan dari luar, seperti hadiah,
penghargaan, atau hukuman. Ini bisa menjadi alat yang efektif dalam jangka
pendek, tetapi tidak selalu berkelanjutan.

2. Kepuasan Kognitif:


o – Kepuasan kognitif terjadi ketika siswa merasa bahwa mereka telah berhasil
memecahkan masalah atau memahami materi. Ini dapat meningkatkan motivasi
intrinsik.

3. Self-Efficacy:


o – Konsep ini mencakup keyakinan siswa terhadap kemampuan mereka untuk
berhasil dalam suatu tugas. Siswa yang merasa yakin dalam kemampuan mereka
cenderung lebih termotivasi.

4. Umpan Balik Positif:


o – Memberikan umpan balik positif dan konstruktif dapat meningkatkan motivasi
siswa dengan memberikan informasi tentang kemajuan mereka.

5. Variasi dalam Metode Pengajaran:


o – Menggunakan berbagai metode pengajaran, termasuk metode yang menarik,
dapat mempertahankan minat siswa dan mencegah kebosanan.

6. Pengakuan dan Penghargaan:


o – Memberikan penghargaan atau pengakuan untuk pencapaian siswa dapat
meningkatkan motivasi mereka, terutama ketika pengakuan tersebut autentik dan
memadai.

18. Mengembangkan motivasi siswa


Mengembangkan motivasi siswa adalah kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang
produktif dan berkesinambungan. Berikut adalah beberapa cara untuk mengembangkan motivasi
siswa:

 Buat Tujuan yang Jelas dan Relevan: Bantu siswa memahami tujuan pembelajaran dan
mengapa materi tersebut penting. Tujuan yang jelas dan relevan akan memberi mereka
alasan yang kuat untuk belajar.
 Kepuasan Kognitif: Berikan siswa kesempatan untuk merasakan kepuasan kognitif saat
mereka berhasil memahami materi atau menyelesaikan tugas. Beri pengakuan atas usaha
dan prestasi mereka.
 Beri Pilihan: Izinkan siswa memiliki sedikit otonomi dalam pembelajaran mereka.
Biarkan mereka memilih topik atau metode pembelajaran yang mereka minati, dalam
kerangka tertentu.
 Berikan Umpan Balik Konstruktif: Beri umpan balik yang konstruktif tentang kinerja
siswa. Bantu mereka memahami kekuatan mereka dan area yang perlu ditingkatkan.
 Beri Penguatan Positif: Gunakan penguatan positif, seperti pujian dan penghargaan,
untuk memotivasi siswa yang telah bekerja keras dan mencapai hasil yang baik.
 Gunakan Teknologi: Manfaatkan teknologi pendidikan untuk menghadirkan materi
pembelajaran dengan cara yang menarik dan interaktif.
 Modelkan Motivasi: Tunjukkan semangat dan motivasi dalam mengajar. Guru yang
bersemangat dapat mempengaruhi siswa.

19. Behavior modification & habit formation


Behavior Modification (Modifikasi Perilaku) adalah suatu pendekatan dalam psikologi yang
digunakan untuk mengubah perilaku individu dengan metode yang sistematis dan terstruktur.
Tujuan utama dari modifikasi perilaku adalah menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan
atau merugikan dan menggantinya dengan perilaku yang diinginkan.

Beberapa konsep kunci dalam modifikasi perilaku meliputi:

1. Penguatan positif: Memberikan imbalan atau hadiah atas perilaku yang diinginkan untuk
meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut akan diulang.
2. Penghukuman: Menetapkan konsekuensi yang tidak diinginkan atas perilaku yang tidak
diinginkan untuk mengurangi kemungkinan perilaku tersebut akan diulang.
3. Ekstinsi: Menghentikan penguatan yang sebelumnya mempertahankan perilaku, sehingga
perilaku tersebut meredup dan hilang.
4. Shaping: Mengembangkan perilaku yang diinginkan melalui penguatan bertahap terhadap
perilaku yang semakin mendekati sasaran.
Habit Formation (Pembentukan Kebiasaan) adalah proses di mana individu membentuk
kebiasaan dengan mengulangi perilaku tertentu secara konsisten hingga perilaku tersebut
menjadi otomatis dan terjadi tanpa kesadaran yang mendalam. Pembentukan kebiasaan
melibatkan tiga elemen utama:

1. Rangsangan (Cue): Rangsangan adalah situasi atau peristiwa yang memicu atau
mengingatkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Ini dapat berupa waktu,
tempat, emosi, atau tanda tertentu.
2. Rutinitas (Routine): Rutinitas adalah tindakan atau perilaku yang dilakukan sebagai
respons terhadap rangsangan. Ini adalah bagian inti dari kebiasaan.
3. Hadiah (Reward): Hadiah adalah hasil atau kepuasan yang diperoleh setelah
menyelesaikan rutinitas. Ini memberikan dorongan positif untuk mengulangi perilaku
tersebut.

20. Prinsip-prinsip reward, punishment , dan reinforcement


dalam pembentukan tingkah laku
Reward (Penguatan Positif)

Prinsip: Pemberian hadiah atau penguatan positif untuk tingkah laku yang diinginkan. Hadiah ini
bertujuan untuk meningkatkan kemungkinan tingkah laku tersebut akan diulang.

Contoh: Memberikan pujian, pemberian hadiah fisik, poin pujian, atau pengakuan positif kepada
seseorang yang telah berhasil mencapai tujuan atau melakukan perilaku yang diharapkan.

Punishment (Penghukuman)

Prinsip: Pemberian konsekuensi yang tidak diinginkan atau penghukuman atas tingkah laku yang
tidak diinginkan. Tujuannya adalah untuk mengurangi kemungkinan tingkah laku tersebut akan
diulang.

Contoh: Menyita barang-barang bermain jika anak tidak menaati peraturan, memberikan
hukuman waktu, atau memberikan tugas tambahan sebagai konsekuensi dari perilaku yang
melanggar.

Reinforcement (Penguatan)

Prinsip: Menggunakan penguatan positif atau negatif untuk meningkatkan atau mempertahankan
tingkah laku tertentu. Ini mencakup penguatan positif (menambahkan sesuatu yang positif) dan
penguatan negatif (menghilangkan atau mengurangi sesuatu yang negatif).

Contoh Penguatan Positif: Memberikan hadiah ketika seorang siswa menjawab dengan benar
dalam kelas, yang akan meningkatkan kemungkinan siswa akan berpartisipasi lebih aktif.
Contoh Penguatan Negatif: Mengurangi jumlah tugas rumah yang harus dikerjakan jika seorang
siswa memenuhi standar tertentu, yang dapat meningkatkan kemungkinan siswa akan mematuhi
peraturan.

21. Desain Pembelajaran


Desain pembelajaran adalah proses perencanaan dan pengembangan pengalaman pembelajaran
yang efektif dan berorientasi pada tujuan. Tujuan utama desain pembelajaran adalah
menciptakan lingkungan pembelajaran yang memfasilitasi pemahaman, retensi, dan penerapan
materi pelajaran. Berikut adalah beberapa tahap dan prinsip dalam desain pembelajaran:

Tahap Desain Pembelajaran:

1. Identifikasi Tujuan Pembelajaran


2. Identifikasi Peserta Didik
3. Pengembangan Kurikulum
4. Pemilihan Metode Pembelajaran
5. Pemilihan Sumber Daya dan Materi
6. Rancang Aktivitas Pembelajaran
7. Pengembangan Evaluasi

Prinsip Desain Pembelajaran:

 Tujuan yang Jelas


 Relelansi
 Partisipasi Siswa
 Dukungan dan Umpan Balik
 Fleksibilitas
 Multimodalitas
 Konektivitas dengan Dunia Nyata
 Evaluasi dan Refleksi
 Kemajuan dan Perbaikan Berkelanjutan

Desain pembelajaran yang efektif memberikan kesempatan bagi siswa untuk meraih pemahaman
yang mendalam, meningkatkan keterampilan, dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi
tantangan di dunia nyata. Dengan merancang pembelajaran yang relevan, menarik, dan interaktif,
guru dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa mereka.

22. Facilitating learning


Facilitating learning adalah proses di mana seorang pendidik, instruktur, atau fasilitator bertindak
sebagai pemimpin atau pengarah dalam menciptakan lingkungan yang memfasilitasi
pembelajaran siswa atau peserta pelatihan.
Tujuan utama dari facilitating learning adalah untuk membantu siswa atau peserta mencapai
tujuan pembelajaran mereka dengan cara yang efektif, aktif, dan mendalam.

Facilitating learning menekankan pendekatan yang lebih kolaboratif dan interaktif daripada
metode pengajaran tradisional yang lebih berorientasi pada guru. Ini menciptakan lingkungan di
mana siswa atau peserta pelatihan aktif terlibat dalam pembelajaran mereka sendiri,
merenungkan, berdiskusi, dan menerapkan pengetahuan dalam konteks praktis.

Dengan demikian, proses facilitating learning bertujuan untuk meningkatkan pemahaman,


retensi, dan penerapan materi pelajaran.

23. Berbagai teknik asesmen di tingkat kelas (classroom-


based assessment ) sesuai dengan tujuan pembelajaran
Asesmen di tingkat kelas, atau classroom-based assessment, merupakan alat penting dalam
membantu guru memahami sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Berikut
adalah berbagai teknik asesmen yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan membantu guru
memantau perkembangan siswa:

 Ujian Tertulis: Menggunakan soal pilihan ganda, esai, atau ujian lainnya untuk mengukur
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Ini dapat digunakan untuk mengukir
pengetahuan faktual, pemahaman konsep, dan kemampuan berpikir kritis.
 Tugas atau Proyek: Memberikan tugas atau proyek yang memungkinkan siswa
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi praktis.
Tugas ini dapat mencakup penulisan esai, presentasi, atau pembuatan proyek seni.
 Portofolio: Membuat portofolio yang berisi karya atau sampel kinerja siswa sepanjang
waktu. Ini membantu siswa merenung dan menunjukkan perkembangan mereka seiring
berjalannya waktu.
 Ujian Lisan: Menggunakan ujian lisan atau wawancara untuk memungkinkan siswa
menjelaskan pemahaman mereka secara verbal. Ini terutama efektif untuk mengukur
kemampuan komunikasi dan pemahaman konsep yang lebih dalam.
 Observasi: Mengamati perilaku siswa selama aktivitas pembelajaran, baik dalam
kelompok kecil maupun selama presentasi atau diskusi kelas. Ini dapat memberikan
wawasan tentang interaksi dan kemampuan sosial siswa.
 Pemecahan Masalah: Memberikan siswa masalah nyata yang mereka harus selesaikan.
Ini mengukur kemampuan pemecahan masalah dan penerapan pengetahuan.

Dan masih banyak teknik asesmen lainnya seperti, kinerja kelompok, pemantauan berkelanjutan,
diskusi kelas, kuis atau pertanyaan cepat dan pemberian tanggapan tertulis.
24. Konsep dan prinsip assessment as learning dan
assessment for learning
Assessment as Learning (AaL)

Konsep AaL adalah bahwa siswa secara aktif terlibat dalam proses asesmen sebagai bagian
integral dari pembelajaran mereka. Mereka tidak hanya diberi nilai atau dievaluasi oleh guru,
tetapi juga memiliki peran dalam mengidentifikasi, mengukur, dan merenungkan kemajuan
mereka sendiri.

Prinsip-prinsip utama AaL melibatkan:

 Keterlibatan Siswa
 Refleksi
 Dokumentasi Pembelajaran
 Umpan Balik

Assessment for Learning (AfL)

Konsep AfL adalah bahwa asesmen digunakan untuk memberikan umpan balik kepada siswa
selama pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman mereka. Ini tidak hanya berfokus pada
mengukur apa yang sudah dipahami siswa, tetapi lebih pada mendukung mereka dalam mencapai
pemahaman yang lebih baik.

Prinsip-prinsip utama AfL melibatkan:

 Umpan Balik Formatif


 Keterlibatan Siswa
 Kustomisasi Pembelajaran
 Pemantauan Berkelanjutan
 Asesmen Formatif

25. Pemanfaatan Hasil Asesmen untuk Perbaikan


Pembelajaran (Feedback)
Pemanfaatan hasil asesmen untuk perbaikan pembelajaran, atau pemberian umpan balik
(feedback), adalah suatu proses di mana informasi yang diperoleh dari asesmen digunakan untuk
meningkatkan pemahaman siswa dan mengarahkan pengajaran.

Prinsip-prinsip utama pemanfaatan hasil asesmen untuk feedback meliputi: Umpan Balik
Formatif, Umpan Balik yang Konstruktif, Partisipasi Siswa, Penyesuaian Pengajaran dan
Pemantauan Berkelanjutan.
26. Program Remedial dan Program Pengayaan
Berdasarkan Hasil Asesmen
Program Remedial

Program ini dirancang untuk siswa yang menghadapi kesulitan dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hasil asesmen digunakan untuk mengidentifikasi siswa yang memerlukan bantuan
tambahan dan untuk menentukan area di mana mereka perlu meningkatkan pemahaman.

Program remedial biasanya melibatkan pengajaran tambahan, latihan, atau dukungan khusus
untuk membantu siswa mengatasi kesulitan mereka.

Program Pengayaan

Program pengayaan ditujukan untuk siswa yang telah mencapai pemahaman dasar dan
memerlukan tantangan tambahan. Hasil asesmen digunakan untuk mengidentifikasi siswa yang
dapat memperoleh manfaat dari materi tambahan atau lebih lanjut.

Program pengayaan dapat mencakup materi yang lebih kompleks, penugasan proyek, atau
eksplorasi lebih lanjut dalam bidang yang diminati.

27. Refleksi
Refleksi pembelajaran adalah proses kritis di mana seseorang merenungkan dan mengevaluasi
pengalaman belajar mereka. Tujuan dari refleksi pembelajaran adalah untuk memahami lebih
baik apa yang telah dipelajari, bagaimana pengalaman tersebut mempengaruhi diri kita, dan apa
yang dapat kita pelajari untuk meningkatkan pemahaman atau kinerja di masa depan.

28. Procedural & declarative knowledge


Declarative Knowledge

Declarative knowledge adalah pengetahuan tentang fakta, informasi, atau konsep yang dapat
dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau deklarasi.

Ini adalah jenis pengetahuan yang bersifat “apa yang” atau “apa yang kita tahu.”

Contoh dari declarative knowledge termasuk fakta, data, konsep, dan informasi umum, seperti
pengetahuan tentang sejarah, matematika, ilmu pengetahuan, dan bahasa.

Declarative knowledge berfokus pada apa yang kita tahu tentang sesuatu, tetapi tidak selalu
melibatkan keterampilan praktis dalam melakukan sesuatu.
Procedural Knowledge

Procedural knowledge adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau keterampilan
dalam melakukan tugas tertentu.

Ini adalah jenis pengetahuan yang bersifat “bagaimana melakukannya” atau “cara
melaksanakannya.”

Contoh dari procedural knowledge meliputi kemampuan mengendarai sepeda, bermain musik,
memasak, atau melakukan prosedur medis.

Procedural knowledge melibatkan pemahaman tentang langkah-langkah dan prosedur yang


diperlukan untuk mencapai suatu tujuan atau melakukan tugas tertentu.

29. Working memory & long-term memory


Working Memory (Memori Kerja)

Working memory adalah komponen memori yang berfokus pada penyimpanan sementara dan
pemrosesan informasi saat kita sedang aktif berpikir atau menyelesaikan tugas kognitif.

Ini adalah memori sementara yang digunakan untuk memanipulasi informasi yang sedang
dikerjakan dalam proses berpikir, seperti mengingat nomor telepon sementara saat kita
menelepon seseorang.

Working memory memiliki kapasitas terbatas, yang berarti kita hanya dapat menyimpan dan
memproses sejumlah kecil informasi dalam waktu yang singkat, biasanya beberapa detik hingga
beberapa menit.

Working memory juga berperan dalam mengarahkan perhatian dan mengendalikan proses
kognitif lainnya.

Long-Term Memory (Memori Jangka Panjang)

Long-term memory adalah komponen memori yang berfokus pada penyimpanan informasi untuk
jangka waktu yang lama, mulai dari berbulan-bulan hingga seumur hidup.

Ini adalah tempat penyimpanan informasi yang lebih permanen dan memiliki kapasitas yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan working memory.

Long-term memory mencakup pengetahuan, pengalaman, fakta, konsep, dan keterampilan yang
telah dipelajari dan disimpan selama jangka waktu yang panjang.

Long-term memory dapat diakses kembali ketika diperlukan, bahkan setelah waktu yang lama,
meskipun kadang-kadang informasi mungkin perlu dipulihkan melalui usaha dan pemulihan
aktif.
30. Kode etik guru
Kode etik guru adalah seperangkat norma dan prinsip moral yang mengatur perilaku guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Kode etik guru berisi panduan
dalam menghormati hak-hak dan kebutuhan siswa, menjaga profesionalisme, integritas, dan etika
dalam hubungan antar guru, siswa, orang tua, dan masyarakat.

Kode Etik Guru Indonesia terdiri dari beberapa prinsip dasar yang harus dipegang oleh seorang
guru, antara lain:

 Menghargai dan menghormati hak asasi manusia serta keanekaragaman budaya.


 Membangun hubungan yang baik dengan siswa dan masyarakat.
 Melaksanakan tugas mengajar dengan penuh tanggung jawab dan profesionalisme.
 Mengembangkan diri secara terus-menerus melalui kegiatan peningkatan kompetensi.
 Menjaga integritas dan etika dalam melaksanakan tugas guru.

Seiring berjalannya waktu, Kode Etik Guru Indonesia mengalami beberapa revisi dan
penyempurnaan. Revisi terakhir dilakukan pada tahun 2015 oleh Peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun 2008 tentang Guru.

Fungsi Kode Etik Guru

1. Menjaga Profesionalisme
2. Memberikan Panduan Etis
3. Melindungi hak- hak siswa
4. Mendorong kesejahteraan siswa
5. Meningkatkan reputasi profesi
6. Menjaga Integritas dan Kepercayaan.

31. Interaksi guru-murid


Interaksi guru-murid adalah hubungan antara guru dan siswa dalam konteks pendidikan. Ini
mencakup berbagai aspek, termasuk komunikasi, pembelajaran, pemahaman, dan pendampingan.

Beberapa poin penting terkait dengan interaksi guru-murid adalah:

 Komunikasi: Komunikasi yang efektif antara guru dan siswa adalah kunci. Guru harus
mendengarkan siswa, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan menjawab
pertanyaan mereka.
 Pembelajaran: Guru memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional siswa. Mereka membantu siswa memahami materi
pelajaran dan mengembangkan keterampilan.
 Hubungan yang Aman: Interaksi harus menciptakan lingkungan yang aman dan
mendukung di mana siswa merasa nyaman untuk belajar dan berekspresi.
 Individualisasi: Guru harus mengenali kebutuhan dan gaya belajar individu siswa, serta
memberikan dukungan yang sesuai.

32. School safety (Keamanan Sekolah)


Aspek-aspek keamanan sekolah meliputi:

 Keamanan Fisik: Melibatkan tindakan untuk mencegah kecelakaan dan kejadian


kekerasan fisik di lingkungan sekolah.
 Keamanan Emosional: Memastikan bahwa siswa dan staf merasa aman secara emosional
di sekolah, termasuk mencegah pelecehan verbal atau intimidasi.
 Keamanan Sosial: Meminimalkan potensi ancaman sosial seperti kejahatan, narkoba, atau
pergaulan buruk di sekolah.
 Protokol Darurat: Mempersiapkan sekolah untuk menghadapi keadaan darurat seperti
bencana alam atau insiden keamanan.

33. Diversity (Keragaman)


Dalam konteks pendidikan, keragaman mencakup aspek seperti etnisitas, budaya, bahasa, agama,
latar belakang sosial-ekonomi, kecacatan, orientasi seksual, dan jenis kelamin. Beberapa poin
penting terkait dengan keragaman di sekolah adalah:

 Penerimaan: Sekolah harus menerima, menghormati, dan memahami keragaman siswa


dan staf.
 Pendidikan Inklusif: Sekolah harus menciptakan lingkungan inklusif yang mendukung
semua siswa, tanpa memandang latar belakang mereka.
 Pembelajaran tentang Keragaman: Keragaman dapat menjadi sumber pembelajaran yang
berharga. Sekolah dapat mempromosikan pemahaman dan apresiasi terhadap budaya dan
perspektif yang berbeda.
 Keadilan: Menerapkan prinsip keadilan untuk semua siswa, memastikan bahwa
kesempatan dan sumber daya terdistribusi secara adil.

34. Pengertian dan pengembangan potensi


Pengertian Potensi

Potensi mengacu pada kemampuan, bakat, kualitas, dan sumber daya yang ada dalam diri
individu. Ini mencakup segala hal yang bisa ditingkatkan atau dikembangkan untuk mencapai
hasil yang lebih baik. Potensi tidak selalu termanifestasi dengan jelas, dan seringkali ditemukan
dalam bentuk yang belum diolah.

Pengembangan Potensi

Pengembangan potensi adalah upaya sadar dan berkelanjutan untuk mengidentifikasi, mengasah,
dan memanfaatkan potensi individu. Ini melibatkan serangkaian tindakan, seperti:
 Evaluasi dan pemahaman diri, Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, minat, dan nilai-
nilai pribadi.
 Pembelajaran dan pengembangan keterampilan, Memperoleh pengetahuan baru,
mengasah keterampilan, dan memperluas wawasan.
 Pemberdayaan diri, Membangun rasa percaya diri, motivasi, dan resiliensi.
 Pengaturan tujuan, Menetapkan tujuan yang jelas untuk mengarahkan upaya
pengembangan potensi.
 Mendukung lingkungan, Menciptakan atau memanfaatkan lingkungan yang mendukung
perkembangan individu.

35. Perencanaan karir dan pengembangan potensi diri


Sebagai guru, perencanaan karir dan pengembangan potensi diri memiliki beberapa komponen
penting:

Evaluasi Diri

Guru harus melakukan evaluasi diri untuk memahami kekuatan, kelemahan, minat, dan nilai-
nilai mereka. Ini membantu dalam merencanakan langkah-langkah karir yang sesuai.

Menetapkan Tujuan

Guru perlu menetapkan tujuan karir yang jelas. Tujuan ini dapat berkaitan dengan peningkatan
keterampilan, promosi, atau pengembangan spesialisasi dalam pendidikan.

Pembelajaran Berkelanjutan

Guru harus aktif dalam pencarian pelatihan dan pengembangan profesional yang relevan. Ini
dapat mencakup kursus online, pelatihan khusus, atau sertifikasi tambahan.

Pencapaian dan Evaluasi

Guru perlu mengukur pencapaian mereka terhadap tujuan karir mereka dan mengidentifikasi area
yang perlu ditingkatkan. Evaluasi ini memungkinkan mereka untuk terus berkembang.

Mendukung Dari Lembaga Pendidikan

Banyak sekolah dan lembaga pendidikan memiliki program pengembangan profesional dan
dukungan karir untuk guru. Guru dapat memanfaatkan sumber daya ini.

Anda mungkin juga menyukai