Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MODUL 1

TEORI BELAJAR GAGNE DAN PENERAPANNYA


DALAM PEMBELAJARAN IPA SD
TEORI BELAJAR AUSUBEL DALAM PENEREPANNYA IPA SD

OLEH
KELOMPOK 1
DEVI PUTRIANATA
IKFI HAYATI

KELAS PGSD 2.A

UPBJJ PALEMBANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Hudojo (1990:13) teori merupakan prinsip umum yang didukung oleh
data dengan maksud untuk menjelaskan suatu fenomena. Sedangkan belajar merupakan
suatu usaha yang berupa kegiatan hingga terjadi perubahan tingkah laku yang relatif/ tetap.
Dari pengertian teori dan belajar tersebut, secara ringkas dapat dikatakan, teori belajar
menyatakan hukum-hukum/ prinsip-prinsip umum yang melukiskan kondisi terjadinya
belajar.
Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang banyak melakukan penelitian
mengenai fase-fase belajar, tipe-tipe kegiatan belajar, dan hirarki belajar. Dalam
penelitiannya ia banyak menggunakan materi matematika sebagai medium untuk
menguji penerapan teorinya (Depdiknas, 2005:13). Menurut Gagne, belajar adalah suatu
proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan
perubahan tersebut bersifat relatif tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu
terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru. Sedangkan mengajar adalah
membimbing siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga didapati proses belajar
yang menghasilkan perubahan tingkah laku.
Dalam pembelajaran ada banyak terdapat strategi, teknik, serta teori yang
mempengaruhi cara belaja para peserta didik. Arti dari belajar itu sendiri adalah
suatu perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil
dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Banyak teori yang mengungkapkan cara belajar
peserta didik dalam memahami suatu pelajaran yang di dapatnya di sekolah maupun di
rumah. Salah satu dari teori tersebut adalah teori Ausubel.
Menurut Ausubel belajar adalah suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru
pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Dari
pengertian tersebut, penulis ingin lebih memahami tentang teori belajar menurut Ausubel.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai penerapan dari
teori belajar Ausubel dalam pembelajaran IPA di SD.

B.     Rumusan Masalah
1. Bagaimana level belajar menurut Robert M. Gagne?
2. Apa saja lima jenis belajar menurut gagne?
3. Bagaimana penerapan teori gagne dalam mengajarkan ipa di sd?
4. Apa pengertian teori belajar menurut ausubel?
5. Bagaimana penerapan teori ausubel dalam pengajaran ipa?
6. Apa saja tipe belajar menurut ausubel?
7. Apa saja prinsip yang perlu diperhatikan untuk menerapkan teori ausubel?
8. Apa saja ciri-ciri peta konsep ausubel?
C.    Tujuan
1. Untuk mengetahui level belajar menurut Robert M. Gagne
2. Untuk mengetahui lima jenis belajar menurut gagne
3. Untuk mengetahui teori gagne dalam mengajarkan ipa di sd
4. Untuk mengetahui teori belajar menurut ausubel
5. Untuk mengetahui penerapan teori ausubel dalam pengajaran ipa
6. Untuk mengetahui tipe belajar menurut ausubel
7. Untuk mengetahui prinsip yang perlu diperhatikan untuk menerapkan teori ausubel
8. Untuk mengetahui ciri-ciri peta konsep ausubel
BAB II
PEMBAHASAN

A. Level Belajar Menurut Robert M. Gagne


Tingkatan belajar dimulai dari yang sederhana ke yang lebih kompleks contoh
keterampilan yang dipersyaratkan.
1. Renspons yang diberikan bersifat emosional dan tidak dapat didefinisikan.
2. Dapat mengulang kata-kata yang diucapkan oleh guru.

B. Lima Jenis Belajar Menurut Gagne


Gagne memberikan lima macam hasil belajar, pertama kedua dan ketiga bersifat
kognitif, yang keempat bersifat afektif dan yang kelima bersifat psikomotorik.
1. Informasi Verbal (Verbal Information)
Informasi verbal ialah informasi yang diperoleh dari kata yang diucapkan orang, dari
membaca, televisi, komputer dan sebagainya meliputi nama-nama, fakta-fakta,
prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi.
Informasi verbal meliputi :
Cap verbal : kata yang dimiliki seseorang untuk menunjuk pada obyek – obyek yang
dihadapi, misalnya kata ”kursi” untuk benda tertentu.
Data/fakta : kenyataan yang diketahui, misalnya ”Negara Indonesia dilalui
khatulistiwa”.
Jadi yang memiliki pengetahuan tertentu, berkemampuan untuk menuangkan
pengetahuan itu dalam bentuk bahasa yang memadai, sehingga dapat
dikomunikasikan pula kepada orang lain. Mempunyai informasi verbal memegang
peranan cukup penting dalam kehidupan manusia, karena tanpa sejumlah
pengetahuan orang tidak dapat mengatur kehidupan sehari-harinya dan tidak dapat
berkomunikasi dengan orang lain secara berarti.
Maka, di sekolah pun siswa harus belajar memperoleh pengetahuan di berbagai
bidang studi, sehingga menjadi orang yang dapat dikatakan ”berpengetahuan”.
Dalam banyak hal, pengetahuan berkaitan satu sama lain, sehingga seseorang dapat
memperoleh seperangkat pengetahuan (body of knowledge) di berbagai bidang, baik
bidang yang lebih bersifat praktis, maupun yang lebih bersifat teoritis (bidang studi).

2. Keterampilan-keterampilan intelektual (Intellectual Skiils)


Keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk berhubungan dengan
lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam  bentuk representasi, khususnya konsep
dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar). Kategori kemahiran
intelektual terbagi lagi atas empat subkemampuan yang diurutkan secara hierarkis,
yaitu sub kemampuan yang ditaruh di bawah menjadi  landasan bagi subkemampuan
yang diatasnya dan tercakup di dalamnya. Ini berarti,  bahwa orang yang belum
memiliki subkemampuan yang bernomor lebih rendah,  akan mengalami kesulitan
dalam memperoleh subkemampuan yang bernomor lebih  tinggi
3. Starategi-strategi kognitif (Cognitive Strategies)
Strategi-strategi kognitif adalah kemampuan-kemampuan internal yang
terorganisasi. Siswa menggunakan strategi kognitif ini dalam memikirkan tentang
apa yang telah dipelajarinya dan dalam memecahkan masalah secara kreatif.
Kemampuan ini merupakan suatu kemahiran yang berbeda sifat
dengan kemahiran-kemahiran intelektual yang dibahas sebelumnya; maka diberi
nama tersendiri supaya tidak dicampur-adukan dengan konsep dan kaidah. Orang
yang memiliki kemamuan ini, dapat menyalurkan dan mengarahkan aktifitas
kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang belajar dan berpikir. Ruang gerak
kegiatan pengaturan kognitif adalah aktifitas mentalnya sendiri, sedangkan ruang
gerak kemahiran intelektual ialah representasi dalam kesadaran terhadap lingkungan
hidup dan diri sendiri. Pengaturan kegiatan kognitif mencakup penggunaan konsep
dan kaidah yang telah dimiliki, terutama bila sedang menghadapi suatu problem.
Orang yang mampu mengatur dan mengarahkan aktivias mentalnya sendiri di bidang
kognitif, akan jauh lebih efisien dan efektif dalam mempergunakan semua konsep
dan kaidah yang pernah dipelajari, dibanding dengan orang yang tidak
berkemampuan demikian.
Siasat -siasat semacam itu, oleh Gagne disebut ‘cognitive strategy’,
yang merupakan suatu cara menangani aktivitas belajar dan berpikirnya sendiri.
Sebagimana seorang jenderal ABRI akan memikirkan lebih dahulu,
bagaimanakah sebaiknya cara menyerang pihak musuh sebelum menggerakkan
pasukannya, demikian pula seorang yang bertekad untuk belajar dan berpikir sebaik
mungkin, akan menyusun rencana kerja lebih dahulu dan mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkian yang terbuka untuk sampai sasaran yang telah ditentukan.
Misalnya, seorang mahasiswa yang mengetahui banyak sekali tentang “cara belajar
yang  efisien” dan memahami beberapa kaidah tentang penyusunan catatan kuliah
dan penguasaan materi yang dibahas dalam buku literatur. Namun, ini semua belum
berarti mahasiswa itu telah menemukan cara belajar yang paling efisien dan efektif
bagi dirinya sendiri, mengingat keadaan dirinya dan keadaan lingkungannya. Dia
harus masih mencari bentuk pelaksanaan, sampai akhirnya menemukan bentuk yang
paling memuaskan baginya. Dengan demikian, dia telah berhasil menemukan suatu
bentuk pengaturan kegiatan kognitif, dalam hal ini belajarnya sendiri. Misalnya pula,
seorang siswa yang harus memecahkan suatu persoalan matematika mungkin sekali
akan tertolong, bila dia membuat suatu gambar atau menuangkan data dalam bentuk
suatu grafik. Cara-cara itu merupakan suatu heuristik dan dengan demikian, siswa itu
mengatur kegiatan kognitifnya sendiri. .
Maka, jelaslah kiranya bahwa kemampuan mengatur kegiatan kognitif pada
dirinya sendiri, mendapat aplikasi yang luas sekali. Makin mampu seseorang dalam
hal ini, makin baik pula hasil pemikiranya.

4. Sikap-sikap (Attitudes)
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi
tingkah laku kita terhadap benda-benda, kejadian-kejadian atau makhluk hidup.
Sekolompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain atau sikap
sosial. Dengan demikian maka akan tertanam sikap sosial pada para siswa.
Orang yang bersikap tertentu, cenderung menerima atau menolak suatu obyek
berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna/berharga baginya atau tidak. Bila
obyek dinilai “baik untuk saya”, dia mempunyai sikap positif; bila obyek dinilai
“jelek untuk saya”, dia mempunyai sikap negatif. Misalnya, siswa yang memandang
belajar di sekolah sebagai sesuatu yang sangat bermanfaat baginya, memiliki sikap
yang positif terhadap belajar di sekolah; dan sebaliknya kalau ada siswa memandang
belajar di sekolah sebagai sesuatu yang tidak berguna. ”sikap” dan
”niai” (Value) kerap disamakan meskipun ada ahli psikologi yang memandang nilai
sebagai ”sikap sosial”, yaitu masyarakat luas terhadap sesuatu, seperti sikap hormat
terhadap bendera nasional dan sikap menolak tindakan korupsi. Orang-perorangan
dapat mengambil sikap sosial itu dan menjadikannya sikap pribadi, atau menolaknya
dan menentukan sikap sendiri.
Sikap merupakan kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil
tidakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang yang
memiliki sikap jelas, mampu untuk memilih secara tegas di antara beberapa
kemungkinan.

5. Keterampilan motorik (Motor skills)
Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, tetapi juga
kegiatan-kegiatan fakta, tetapi juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabungkan
dengan keterampilan intelektual, misalnya : bila berbicara, menulis, atau dalam
menggunakan berbagai alat IPA seperti menggunakan pipa kapiler, termometer dan
sebagainya.
Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan
suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadaka
koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampila
semacam ini disebut ”motorik”, karena otot, urat dan persendian, terlibat
secara langsung, sehingga keterampilan sungguh-sungguh berakar dalam
kejasmanian. Ciri khas dari keterampilan motorik ialah otomatisme, yaitu rangkaian
gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar, tanpa dibutuhkan
banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-
gerik tertentu.
Dalam kehidupan manusia, berketerampilan motorik memegang peranan
yang sangat pokok. Seorang anak kecil harus sudah menguasai berbagai
keterampilan motorik, seperti mengenakan pakaiannya sendiri, mempergunakan alat-
alat makan, mengucapkan bunyi-bunyi yang berarti, sehingga bisa berkomunikasi
dengan saudara-saudara dan lain sebagainya. Pada waktu masuk Sekolah Dasar, anak
memperoleh keterampialn-keterampilan baru, seperti menulis dan memegang alat
tulis dan membuat gambar-gambar keterampilan-keterampilan ini menjadi bekal
dalam perkembangan kognitifnya.
C. Penerapan teori Gagne dalam mengajarkan IPA di SD
Model mengajar menurut Gagne disebut kejadian-kejadian instruksional yang
ditujukan pada guru dalam menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa.

1. Mengaktifkan Motivasi
Langkah pertama dalam pembelajaran adalah memotivasi para siswa untuk
belajar. Kerap kali ini dilakukan dengan membangkitkan perhatian mereka dalam
isi pelajaran, dan mengemukakan kegunaannya.
Expectancy dapat pula dianggap sebagai motivasi khusus dari pelajar untuk
mencapai tujuan belajar. Expectancy dapat dipengaruhi sehingga dapat
mengaktifkan motif-motif belajar siswa, misalnya motif untuk ingin tahu
(curiosity) atau motif untuk menyelidiki,dan motif untuk ingin mencapainya.
2. Memberitahu Pelajar Tentang Tujuan-Tujuan Belajar
Kejadian instruksi kedua ini sangat erat kaitannya dengan kejadian instruksi
pertama. Sebagian dari mengaktifkan motivasi para siswa ialah dengan
memberitahu mereka tentang mengapa mereka belajar, apa yang mereka pelajari,
dan apa yang akan mereka pelajari. Memberi tahu tujuan belajar juga menolong
memusatkan perhatian para siswa terhadap aspek-aspek yang relevan tentang
pelajaran.
Agar seorang siswa secara komprehensif tahu tentang tujuan instruksional
khusus yang akan dicapainya setelah suatu pelajaran selesai diajarkan/dipelajari
atau dalam buku pelajaran sebaginya dicantumkan tujuan-tujuan khusus yang akan
dicapai oleh siswa setelah mempelajari buku tersebut.
3. Mengarahkan Perhatian
Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian, diantaranya:
1) Perhatikan yang pertama berfungsi untuk membuat siswa atau pelajar siap
menerima stimulus atau rangsangan belajar.
2) Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif.
Dengan cara ini siswa memilih informasi yang akan diteruskan ke memori
jangka pendek, cara ini dapat ditolong dengan cara mengeraskan suara pada suatu
kata atau menggaris bawah suatu kata atau beberapa kata dalam satu kalimat. 
4. Merangsang Ingatan
Menurut Gagne bagian yang paling kritis dalam proses belajar adalah pemberian
kode pada informasi yang berasal dari memori jangka pendek yang disimpan dalam
memori jangka panjang. Guru dapat berusaha untuk menolong siswa-siswa dalam
mengingat atau mengeluarkan pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka
panjang itu. Cara menolong ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pada siswa, yang merupakan suatu cara pengulangan. Adapun cara yang
dilakukan guru untuk merangsang ingatan siswa, yaitu:
a. Guru dapat berusaha menolong siswa dalam mengingat atau memanggil
kembali pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka panjang. Cara ini
dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada siswa.
b. Bila ternyata siswa tidak dapat juga ingat akan pengetahuan yang diinginkan
guru, karena sudah lama dipelajarannya, maka sebaiknya guru dapat
menggunakan teknik bertanya dengan jalan membimbing.
5. Menyediakan Bimbingan Belajar
Untuk memperlancar masuknya infomasi ke memori jangka panjang, diperlukan
bimbingan langsung dalam pemberian kode pada informasi. Untuk mempelajari
informasi verbal, bimbingan itu dapat diberikan dengan cara mengkaitkan
informasi baru itu dengan pengalaman siswa. Untuk mempelajari informasi verbal,
bimbingan itu dapat diberikan dengn cara mengaitkan informasi baru itu dengan
pengalaman siswa. Bimbingan yang diberikan guru dapat berupa pertanyaan,juga
dapat berupa gambar-gambar atau ilustrasi.
6. Meningkatkan Retensi
Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari dapat diusahakan baik oleh guru
atau pun oleh siswa. Usaha yang dapat diusahakan agar materi yang diajarkan
dapat bertahan lama adalah dengan cara:
a. Mengulang pelajaran yang sama berulang kali.
b. Dengan memberi berbagai contoh atau ilustrasi yang sederhana dan dapat
dicerna oleh siswa, seperti menggunakan tabel-tabel grafik, dan gambar .
7. Membantu Transfer Belajar
Tujuan transfer belajar ialah menerapkan apa yang telah dipelajari pada situasi
yang baru. Untuk dapat melaksanakan ini para siswa tentu diharapkan telah
menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang
dibutuhkan. Melalui tugas pemecahan masalah dan diskusi kelompok guru dapat
membantu transfer balajar kepada para siswa.
8. Memperlihatkan / Perbuatan dan Memberikan Umpan Balik
Hasil belajar perlu diperlihatkan melalui suatu cara, agar guru dan siswa itu sendiri
mengetahui apakah tujuan belajar telah tercapai. Untuk itu sebaiknya guru tidak
menunggu hingga seluruh pelajaran selesai. Sebaiknya guru memberikan
kesempatan sedini mungkin pada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar
mereka, agar dapat diberi umpan balik, sehingga pelajaran selanjutnya berjalan
dengan lancar. Cara-cara yang dilakukan adalah pemberian tes atau mengamati
prilaku siswa umpan balik bila bersifa positif menjadi pertanda bagi siswa bahwa ia
telah mencapai tujuan belajar.

D. Pengertian Teori Belajar Menurut Ausubel


Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori belajarnya adalah
belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur
kognititf seseorang.  Peristiwa psikologi belajar bermakna menyangkut asimilasi
informasi baru ke dalam pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif
seseorang. Jadi dalam belajar bermakna, informasi baru diasimilasikan pada
subsumber-subsumber relevan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang.
Sebagai hasil belajar menyebabkan pertumbuhan dan modifikasi subsumber-
subsumber yang telah ada. Berkembang atau tidaknya subsumber sangat tergantung
pada pengalaman seseorang.
Menurut Ausubel, Novak, dan Hanesian (1978), terdapat dua jenis belajar, yaitu
belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning).
Menurut teori ini, seorang peserta didik belajar dengan cara mengaitkan dengan
pengertian yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Jika pengertian yang dimiliki
peserta didik berbeda dengan konsep yang diberikan di kelas maka informasi baru
harus dipelajari melalui belajar menghafal. Dalam proses ini, informasi baru tidak
diasosiasikan dengan konsep yang telah ada di struktur kognitif. Belajar menghafal ini
perlu jika seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama
sekali tidak berhubungan dengan apa yang telah diketahui (Ausubel dkk., 1968 dan
Novak, 1977). Inti dari teori belajar Menurut Ausubel adalah belajar bermakna.
Belajar bermakna adalah  suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.
Berdasarkan teori ini, dalam proses pembelajaran, IPA akan lebih bermakna jika
peserta didik membangun konsep yang ada dalam dirinya dengan melakukan proses
asosiasi terhadap pengalaman, fenomena-fenomena yang mereka jumpai, dan fakta-
fakta baru ke dalam pengertian yang telah dimiliki.

E. Penerapan Teori Ausubel dalam Pengajaran IPA


Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah
diketahui oleh siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di daerah tertentu
dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan
tersebut.David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah lebih
efisien dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan menyajikan
bahwa pembelajar dapat mempelajari materi pelajaran dalam jumlah yang lebih
banyak.
Dalam penerapan di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-konsep atau
tahapan-tahapan dimana konsep-konsep yang bersifat umum berada di puncak hirarki
dan semakin ke bawah konsep-konsep atau tahapan-tahapan diurutkan lebih khusus.
Hal tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip atau tahap-tahap yang dikemukakan oleh
Ausubel yaitu :
a. Pengaturan Awal (advance organizer)
Pengaturan awal atau dapat disebut juga sebagai bahan pengait maka dapat
mengaitkan aatara konsep lama yang telah dimiliki siswa dengan konsep baru yang
maknanya jauh lebih tinggi. Pengaturan awal ini dapat kita lihat pada RPP pada
kegaiatan awal bagian apersepsi, dimana guru menghubungkan materi yang telah
dimiliki siswa dengan materi pelajaran yang baru. Misalnya dalam pembelajaran IPA
di SD, guru mengajarkan tentang bagian-bagian tumbuhan yang terdiri dari akar,
daun, batang, bunga, buah, dan biji. Maka guru dapat bertanya kepada siswa dengan
beberapa pertanyaan, misalnya: apakah kalian tahu daun? Apa warna daun itu? Daun
pada tumbuhan berguna untuk apa?. Jadi pada pengaturan awal ini dapat mengaitkan
antara konsep lama siswa yang sudah tahu warna daun kemudian dihubungkan
dengan konsep baru yaitu kegunaan dari daun.
b. Diferensiasi Progresif
Diferensiasi progresif adalah suatu proses menguraikan masalah pokok menjadi
bagian-bagian yang lebih rinci dan khusus. Proses penyusunan pelajaran yang
mengenalkan pada siswa dari konsep yang umum atau inklusif kemudian menuju ke
konsep yang khusus. Sehingga pelajaran dimulai dari yang umum menuju ke yang
khusus. Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru memberikan materi
mengenai jenis hewan berkaki empat, kemudian guru dapat mengajukan pertanyaan
yaitu hewan apa saja yang berkaki empat?, diantara hewan berkaki empat, hewan apa
sajakah yang pemakan rumput  dan pemakan daging?. Dari pertanyaan guru tersebut
maka siswa dapat mengetahui bahwa hewan berkaki empat itu ada yang pemakan
rumput dan ada juga yang pemakan daging. Sehingga pelajaran dari umum-khusus.
c. Consolidasi (belajar subordinatif)
Dalam konsilidasi (consolidation) guru memberikan pemantapan atas materi
pelajaran yang telah diberikan untuk memudahkan siswa memahami dan
mempelajari selanjutnya. Dalam hal ini guru dapat memberikan pertanyaan kepada
siswa, misalnya dalam materi tumbuhan. Guru dapat menanyakan pada siswa tentang
bagian-bagian dari tumbuhan serta fungsi dari bagian tumbuhan tersebut. Belajar
superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah
diferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep
dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlangsung
hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan
terjadi pada konsep-konsep yang lebih luas dan inklusif.
d. Rekonsiliasi Integratif
Menurut konsep rekonsiliasi integratif dalam mengajar, konsep-konsep perlu
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana
konsep dan prinsip tersebut saling berkaitan. Guru menjelaskan dan menunjukkan
secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan materi yang telah
dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan demikian siswa akan
mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan tersebut. Contoh dalam
pembelajaran, misal mempelajari materi tentang bagian tumbuhan yaitu daun. Siswa
pada kelas sebelumnya telah mempelajari tentang daun, tetapi hanya sebatas
mengetahui tentang apa itu fungsi daun. Dan pada kelas berikutnya siswa kembali
mempelajari tentang daun, akan tetapi dalam materi ini siswa akan lebih mendalami
tidak hanya sebatas pada fungsi daun saja melainkan macam-macam tulang daun.

F. Tipe Belajar Menurut Ausubel


Menurut Ausubel dan Robinson dalam Slameto (2010, 24) ada 4 macam tipe belajar :
a. Belajar menerima bermakna (Meaningful Reception Learning)
Belajar menerima bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara
logis disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan
yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang dia miliki.
b. Belajar menerima yang tidak bermakna (Reception Learning)
Belajar menerima yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah
tersusun secara logis disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian
pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan
yang dia miliki.
c. Belajar penemuan bermakna (Meaningful Discovery Learning)
Belajar dengan penemuan bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau pelajar menemukan
pengetahuannya dari apa yang dia pelajari kemudian pengetahuan baru itu dia
kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
d. Belajar penemuan yang tidak bermakna (Discovery Learning)
Belajar dengan penemuan tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari
ditemukan sendiri oleh pelajar tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya, kemudian dia hafalkan.

G. Prinsip yang Perlu Diperhatikan Untuk Menerapkan Teori Ausubel


Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah
diketahui oleh siswa dalam mengaitkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur
kognitif dikemukakan 2 prinsip oleh Ausubel yaitu :
a.      Prinsip Diferensiasi Progresif (progressive differentiation)
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan
konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.
b.      Prinsip Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation)
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya.

H. Ciri-ciri Peta Konsep Ausubel


Ada empat ciri peta konsep Ausubel, yakni:
1)      Pemetaan konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep
dan organisasi dalam suatu bidang studi. Ini berlaku bukan hanya untuk bidang
studi Ipa
2)      Suatu peta konsep merupakan suaatu gambaran/diagram dua dimensi daari suaatu
disiplin atau suatu bagian dari suatu disiplin.
3)      Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada puncak
konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus sampai pada
pemberian contoh-contoh.
4)      Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi suatu hierarki
yang ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta konsep itu.
BAB III
PENUTUP

      A.    KESIMPULAN
Menurut Gagne, belajar adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk
mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relatif tetap,
sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi
situasi yang baru. Sedangkan mengajar adalah membimbing siswa untuk berinteraksi
dengan lingkungan sehingga didapati proses belajar yang menghasilkan perubahan
tingkah laku.
Dalam pembelajaran ada banyak terdapat strategi, teknik, serta teori yang
mempengaruhi cara belaja para peserta didik. Arti dari belajar itu sendiri adalah
suatu perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai
hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Inti dari teori belajar Menurut Ausubel adalah belajar bermakna. Belajar
bermakna adalah  suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.
Dalam penerapan di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-konsep atau
tahapan-tahapan dimana konsep-konsep yang bersifat umum berada di puncak hirarki
dan semakin ke bawah konsep-konsep atau tahapan-tahapan diurutkan lebih khusus.
Hal tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip atau tahap-tahap yang dikemukakan oleh
Ausubel yaitu : Pengaturan Awal (advance organizer), Diferensiasi
Progresif, Consolidasi (belajar subordinatif), Rekonsiliasi Integratif. Salah satu ciri
peta konsep Ausubel adalah Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif)
terdapat pada puncak konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus
sampai pada pemberian contoh-contoh.

     B.     SARAN
 Saran dari penulis yaitu guru diharapkan dapat menerapkan teori belajar menurut
Ausubel dengan baik kepada peserta didik. Dan diharapkan agar peserta didik juga lebih
cepat faham jika menggunakan teori tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Sapriati Amalia, dkk. 2020. Pembelajaran IPA di SD. Universitas Terbuka. Tanggerang
Selatan.

Anda mungkin juga menyukai