1). • Teori Piaget : Semenjak kecil Jean Piaget tertarik pada bermacam-macam struktur tubuh makhluk
hidup yang memungkinkannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Pada awalnya beliau
mempelajari struktur fisik dan dilanjutkan mempelajari struktur mental. Piaget menamakan struktur
mental tersebut sebagai schema, di mana schema juga merupakan unsur yang penting untuk
beradaptasi seperti pada struktur fisik. Piaget menghabiskan masa hidupnya untuk menjelaskan tahap-
tahap yang bervariasi dari organisasi mental. Melalui proses asimilasi, anak menggunakan schema lama
untuk memperoleh informasi baru. Melalui proses akomodasi, schema awal berubah untuk
menyesuaikan dengan pengalaman-pengalaman anak. Sebagai hasil dari dua proses tersebut schema
pada anak berkembang menjadi lebih kompleks untuk mengatur keselarasan kegiatannya di dunia.
a. Tahap Sensor Motor. Perkiraan usia 0-2 tahun. Ciri-ciri khusus, kecerdasan motorik (gerak) dunia
(benda) yang ada adalah yang tampak tidak ada bahasa pada tahap awal.
b. Tahap Preoperasional. Perkiraan usia 2-7 tahun. Ciri-ciri khusus, berpikir secara egosentris alasan-
alasan didominasi oleh persepsi lebih banyak intuisi daripada pemikiran logis belum cepat melakukan
konservasi.
c. Tahap konkret operasional. Perkiraan usia 7-11 atau 12 tahun, ciri-ciri khusus, dapat melakukan
konservasi logika tentang kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan yang
nyata
d. Tahap formal operasional. Perkiraan usia 7-11 atau 12 tahun 14 tahun atau 15 tahu. Ciri-ciri khusus,
pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang proporsional kemampuan untuk mengalah hipotesis
perkembangan idealisme yang kuat.
Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang
pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah:
2. Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian.
3. Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidak cukup untuk menjamin perkembangan
intelektual anak.
Dalam pembelajaran IPA di SD, pendekatan Piagetian mendorong guru untuk memahami tingkat
perkembangan kognitif siswa dan menyusun aktivitas yang sesuai dengan tingkat tersebut.
Pembelajaran IPA harus melibatkan eksplorasi, pengamatan, dan eksperimen agar siswa dapat
membangun pemahaman konsep-konsep ilmiah secara aktif.
• Model Belajar Bruner: Brunei merupakan salah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli belajar
kognitif. Beliau beranggapan bahwa belajar merupakan kegiatan pengolahan informasi. Kegiatan
pengolahan informasi tersebut meliputi pembentukan kategori-kategori. Di antara kategori-kategori
tersebut ada kemungkinan saling berhubungan yang disebut sebagai koding. Teori belajar bruner ini
disebut sebagai teori belajar penemuan.
Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara langsung memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran ini mempunyai banyak manfaatnya, antara lain bahwa
siswa akan mudah mengingatnya apabila informasi tersebut didapatkan sendiri, bukan merupakan
informasi perolehan. Manfaat lainnya adalah apabila pembelajar telah memperoleh informasi, maka dia
akan mengingat lebih lama, dan masih banyak lagi manfaat yang lainnya. Dalam penerapan model ini
guru mungkin terganggu dengan kebisingan dan keributan siswa.
Dalam pembelajaran IPA di SD, model Bruner menekankan penyajian konsep secara bertahap, mulai dari
situasi nyata dan konkrit sebelum memasuki konsep abstrak.
Guru perlu mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa dan memberikan bantuan yang sesuai untuk
memahami konsep IPA.
• Teori Belajar Gagne: belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan seorang anak untuk
mengubah tingkah lakunya cukup cepat dan perubahan tersebut bersifat relatif tetap, sehingga
perubahan yang berupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru. Ada
beberapa ciri penting tentang belajar yaitu:
2. Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya.
3. Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahan cukup lama selama
kehidupan orang itu.
Belajar sebagai suatu proses, seperti yang dikemukakan oleh gagne bertitik tolak dari suatu analogi
antara manusia dan komputer menurut model ini yang disebut model pemrosesan informasi
(information processing model), proses belajar dianggap sebagai transformasi input menjadi output
seperti yang lazim terlihat pada sebuah komputer.
Dalam pembelajaran IPA di SD, teori Gagne dapat diterapkan dengan merancang pembelajaran yang
mempertimbangkan urutan tahapan belajar, seperti pemberian informasi, stimulus, respon, dan umpan
balik.
Penekanan pada penggunaan media dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan masing-masing
tahap pembelajaran juga penting.
• Teori Ausubel Dalam Pengajaran IPA SD: belajar bermakna akan terjadi apabila informasi baru dapat
dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang
paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa. Informasi yang
baru diterima akan disimpan di daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam
penyimpanan pengetahuan tersebut. Ada dua prinsip dalam mengaitkan konsep-konsep yang diperlukan
untuk belajar yaitu diferensiasi progresif dan rekonsiliasi integratif. Dalam diferensiasi progresif, konsep-
konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih
khusus. Sedangkan dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
Dalam pembelajaran IPA di SD, guru harus menciptakan hubungan antara konsep-konsep baru dan
pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa. Pendekatan ini dapat membantu siswa memahami dan
mengingat informasi dengan lebih baik.
Penggunaan peta konsep atau skema kognitif dapat membantu siswa mengorganisir pengetahuan
mereka.
2). Kelebihan: membangkitkan rasa ingin tahu siswa, melibatkan siswa dalam kegiatan yang memerlukan
keterampilan kognitif tingkat tinggi, memberikan pengalaman konkret bagi siswa, membantu siswa
mengembangkan keterampilan proses (keterampilan penting dalam melakukan kegiatan
IPA).mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, mencari informasi, dan mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dalam menemukan jawaban, Siswa belajar menjadi mandiri dalam mencari
pengetahuan, yang dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan motivasi belajar. Pendekatan ini
seringkali lebih menarik bagi siswa karena mereka dapat memilih topik yang mereka minati dan memiliki
kendali atas pembelajaran mereka.
Kekurangan : tidak semua guru yang menggunakan pendekatan inkuiri tersebut dapat berhasil baik
dalam melaksanakan pembelajaran, oleh sebab itu pendekatan ini tidak benar-benar diterima secara
umum. Namun sebenarnya ketidaksuksesan dapat dihindari apabila memperhatikan hal-hal berikut: 1.
Guru harus benar-benar memahami materi, 2. Guru dapat menerima peran baru dari pemimpin tidak
langsung dan terintegrasi, 3. Guru harus menguasai keterampilan baru dan sukar, 4. Guru harus
memahami dan mengatasi permasalahan siswa yang tidak tahu harus berbuat apa terhadap lingkungan
inkuri baru dan asing
Mungkin memerlukan lebih banyak waktu untuk mengejar penemuan mandiri, yang bisa menjadi
tantangan dalam kurikulum yang ketat. Pendekatan inquiri mungkin tidak selalu cocok untuk topik atau
materi tertentu yang memerlukan pemahaman dasar sebelum mencapai tingkat penemuan mandiri.
Inquiry ditandai dengan adanya pencarian jawaban melalui serangkaian kegiatan intelektual. Secara
umum urutan kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan, mendiskusikan, membuat hipotes,
menganalisis, menafsirkan hasil untuk mendapatkan konsep umum yang dipelajari (Herawati Susilo,
1998). Disusun teori atau pengertian untuk diuji melalui analisis rasional, penggalian sehingga
mendapatkan suatu penemuan atau dengan eksperimen. Pendekatan ini dimaksudkan untuk
mengembangkan sifat ingin tahu, imajinasi, kemampuan berpikir, sikap, dan keterampilan proses. Siswa
perlu dimotivasi untuk menemukan kemungkinan atau cara baru dalam menghadapi permasalahan yang
harus dipecahkan.
Menurut funk dkk. (1979), pendekatan keterampilan proses adalah cara mengajarkan IPA dengan
mengajarkan berbagai keterampilan proses yang biasa digunakan para ilmuwan dalam mendapatkan
atau mempermulasikan hasil IPA. Pendekatan ini lebih melibatkan siswa dengan materi konkret dan
bekerja ilmiah. Keterampilan proses yang umum diajarkan adalah mengobservasi, mengukur,
menentukan variabel, memformulasi hipotesis, mengamati, menyampaikan hasil pengamatan, dan
menyimpulkan serta melakukan percobaan/penelitian. Pendekatan keterampilan proses dibahas pada
model tersendiri.
Simulasi adalah tingkah laku yang kita kehendaki sebelum tingkah laku itu betul-betul kita lakukan di
depan kelas. simulasi dapat juga diterapkan pada murid yang kita suruh untuk seolah-olah berperan
sebagai guru ilmu pengetahuan alam yang sedang menerangkan sesuatu percobaan. Dalam simulasi
percobaan ilmu pengetahuan alam itu murid dapat berperan sedang melakukan pemasangan alat,
mengukur, menimbang, mengamati, mencatat hasilnya dan menyampaikan kesimpulan dalam bentuk
desain titik peran sebagai matahari, tumbuhan, herbivora, dan sebagainya.