Anda di halaman 1dari 5

Tugas Tutorial 1

Pembelajaran IPA di SD

DIKA AYU RAHMAWATI


NIM 858736013
KELAS II.E/PGSD BI

UPBJJ-UT SURABAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
1. Jelaskan tentang tahapan perkembangan mental anak menurut teori Piaget!
Berdasarkan modul Pembelajaran IPA di SD (Amalia Sapriati, dkk: 2022) halaman 1.7-
1.17 dijelaskan bahwasannya Piaget membagi perkembangan mental anak menjadi empat
tahapan, diantaranya:
a. Tahapan Sensori Motor, pada usia 0-2 tahun. Dengan memiliki ciri kecerdasan
motorik (gerak) dunia (benda) yang ada adalah yang tampak tidak ada bahasa pada
tahap awal.
Ada tiga kemampuan penting yang dicapai anak pada masa sensori motor ini
yaitu:
1) Kemampuan mengontrol secara internal, yaitu terbentuknya kontrol dari dalam
pikirannya terhadap dunia nyata. Dengan kata lain, sampai dengan usia dua tahun
anak mengalami pergantian persepsi dari motor murni ke arah gambaran yang
berupa simbol (lambang).
2) Perkembangan konsep kenyataan. Pada akhir tahap ini anak akan menyadari
bahwa dunia ini ada dan tetap ada, sehingga anak akan mengetahui bahwa suatu
benda itu ada.
3) Perkembangan pengertian beberapa sebab dan akibat.
b. Tahapan Pre-operasional, pada usia 2-7 tahun. Yang memiliki ciri-ciri khusus
berpikir secara egosentris alasan-alasan didominasi oleh persepsi lebih banyak intuisi
daripada pemikiran logis belum cepat melakukan konservasi.
Tahapan ini merupakan tahapan yang amat menakjubkan. Dimulai dari anak
yang baru bisa mengatakan satu dua patah kata hingga menjadi anak yang dapat
menyusun suatu kalimat. Selain itu terjadi perkembangan mental yang luar biasa
pula. Tahapan ini disebut sebagai tahapan pre-operasional karena anak tidak akan
memiliki kemampuan berpikir yang operasional sampai anak mencapai usia tujuh
tahun dan kadang-kadang disebut sebagai tahapan intuisi. Dikatakan demikian karena
pada tahapan ini intuisi yang dipengaruhi oleh persepsi dan egosentrisme berperan
sangat penting dalam cara berpikir anak. Yang dimaksud egosentrisme adalah bahwa
anak memandang sesuatu dari sudut pandang dirinya sendiri.
c. Tahapan Konkret Operasional, pada usia 7-11 atau 12 tahun. Yang memiliki ciri-ciri
khusus dapat melakukan konservasi logika tentang kelas dan hubungan pengetahuan
tentang angka berpikir terkait dengan yang nyata.
Pada tahapan ini telah terjadi perubahan-perubahan walaupun masih ada juga
keterbatasannya. Perubahan yang sangat penting dan mendasar adalah perubahan dari
pemikiran yang kurang logis ke pemikiran yang lebih logis. Hal ini ditandai dengan
adanya ketentuan-ketentuan atau aturan yang telah diikuti. Operasi yang mendasari
pemikirannya berdasarkan pada yang konkret atau nyata; dapat dilihat, diraba, atau
dirasa, dari suatu benda atau kejadian, sehingga tahapan ini disebut sebagai tahap
konkret operasional. Tidak seperti pada anak usia pre-operasional, anak konkret
operasional sudah dapat melakukan apa yang Piaget sebut sebagai konservasi.
d. Tahapan Formal Operasional, pada usia 7-11 atau 12, 14, atau 15 tahun. Yang
memiliki ciri-ciri khusus pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang proporsional
kemampuan untuk mengatasi hipotesis perkembangan idealisme yang kuat.
Tahap ini dikatakan sebagai tahap akhir dari perkembangan struktur berpikir.
Anak usia ini telah dapat secara penuh melakukan operasi secara logis tetapi masih
mempunyai pengalaman yang terbatas. Mereka sekarang dapat berhubungan dengan
masalah-masalah yang bersifat hipotesis dan cara berpikir mereka mungkin telah
termasuk suatu set yang formal dari ketentuan-ketentuan yang logis.

2. Jelaskan pula tentang model belajar penemuan (discovery learning) yang disusun
oleh Bruner!
Berdasarkan modul Pembelajaran IPA di SD (Amalia Sapriati, dkk: 2022) halaman 1.24-
1.25 bahwasan Bruner mengemukakan model belajar discovery learning atau yang
disebut model belajar penemuan. Sesuai dengan teori belajar penemuan, tujuan
pembelajaran penemuan ini bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja melainkan
untuk memberikan motivasi kepada siswa, melatih kemampuan berpikir intelektual, dan
merangsang keingintahuan siswa.
Bruner mengemukakan bahwa proses pembelajaran di kelas dapat melatih siswa
untuk berpikir secara kritis untuk dirinya, kemudian mempertimbangkan hal-hal yang
ada di sekelilingnya, serta berpartisipasi aktif di dalam proses mendapatkan pengetahuan.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran yang efisien menurut
Bruner adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa yang lebih aktif
dalam memperoleh informasi atau pengetahuan, namun dalam hal ini guru masih
mendampingi dan membimbing siswa dalam proses pembelajaran.

3. Berikan contoh penerapan model Bruner dalam pembelajaran IPA SD kelas III,
IV, V, dan VI! (pilih salah satu kelas)
Saya menggunakan Kelas III pada materi klasifikasi makhluk hidup dengan submateri
membedakan ciri-ciri makhluk hidup berdasarkan geraknya. Kemudian guru memberi
pertanyaan sederhana, “mengapa burung cara geraknya dengan terbang?”. Siswa
menjawab dengan berbagai pendapatnya. Kemudian guru meminta siswa untuk mencari
tau jawabannya dengan mengamati burung secara langsung. Siswa melakukan
pembelajaran di luar kelas dengan pergi ke pertenakan warga atau ke kebun binatang.
Guru memberikan arahan serta menjelaskan terkait macam-macam gerak pada hewan.
Kemudian siswa diminta untuk mengamati proses gerak pada hewan serta menuliskan
hasil gerak pada hewan secara berkelompok. Setelah mengamati, siswa melakukan
presentasi sederhana di depan teman-temannya. Kemudian guru mengapreasiasi hasil
dari pengamatan dan penemuan siswa.

4. Jelaskan pengertian berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam


pembelajaran IPA! (minimal 3 jenis pendekatan)
Berdasarkan modul Pembelajaran IPA di SD (Amalia Sapriati, dkk: 2022) halaman 2.7-
2.12 dijelaskan terkait berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran
IPA, diantaranya:
a. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan adalah mengajarkan bahwa mengembangkan kebiasaan
siswa menggunakan dan memperlakukan lingkungan secara bijaksana dengan
memahami faktor politis, ekonomis, sosial-budaya, ekologis yang mempengaruhi
manusia dalam dan memperlakukan lingkungan tersebut. Pada pendekatan ini,
pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar, untuk mengembangkan sikap dan perilaku peduli dan mencintai lingkungan,
dan untuk mengembangkan keterampilan meneliti lingkungan. Contohnya materi
tentang bagian-bagian tumbuhan, siswa bisa diajak melihat tumbuhan serta dijelaskan
cara merawat dan mencintai lingkungan agar dapat menjaga keberlangsungan dari
tumbuhan tersebut, serta menjaga populasi tumbuhan agar dapat berkembangbiak
dengan baik.
b. Pendekatan Faktual
Pendekatan faktual adalah cara mengajarkan IPA dengan menyampaikan hasil-
hasil penemuan IPA kepada siswa di mana pada akhir suatu instruksional siswa akan
memperoleh informasi tentang hal-hal penting tentang IPA. Metode yang paling
efisien untuk menindaklanjuti pendekatan ini adalah dengan membaca,
menyampaikan pendapat ahli dari buku, demonstrasi, latihan (drill), dan memberikan
tes. Pendekatan ini menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan gambaran
tentang sifat IPA sendiri. Fakta yang disampaikan mewakili hasil atau produk IPA
dan meminimalkan gambaran tentang pentingnya proses IPA dalam menghasilkan
produk IPA tersebut. Biasanya siswa tidak dapat mengingat tentang fakta dalam
waktu yang lama. Dengan fakta maka siswa akan mendapat kesan bahwa IPA hanya
berupa katalog dari sekumpulan informasi.
c. Pendekatan Konseptual
Pendekatan konseptual menyajikan ilustrasi yang lebih konkret daripada
pendekatan faktual. Pendekatan konseptual memungkinkan siswa untuk
mengorganisasikan fakta ke dalam suatu model atau penjelaan tentang sifat alam
semesta. Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk atau hasil IPA tidak
mengajarkan tentang proses bagaimana produk tersebut dihasilkan. Pendekatan
konseptual ini lebih menarik.
d. Pendekatan Pemecahan Masalah
Keterampilan memecahkan masalah merupakan keterampilan dasar yang
dikembangkan melalui serangkaian latihan. Latihan memecahkan permasalahan
tersebut juga melatih siswa untuk bertanggung jawab, memiliki kemampuan tinggi,
tanggap terhadap berbagai kondisi dan situasi yang dihadapinya, dan memiliki
kreativitas. Salah satu cara untuk melatih siswa adalah mengupayakan agar siswa
beraksi secara aktif, mengumpulkan data, menanggapi pertanyaan, dan
mengorganisasikan informasi yang diperolehnya.
Guru dapat merumuskan dan mendemonstrasikan penyelesaian suatu masalah,
kemudian meminta siswa menerapkan prinsip pemecahan masalah tersebut untuk
memecahkan permasalahan yang serupa. Alternatif lainnya adalah guru hanya dapat
membimbing siswa merumuskan dan memecahkan-permasalahan yang diajukan
kepadanya. Seorang guru dapat pula mengkombinasikan kedua cara yang telah
disebutkan. Permasalahan dapat berupa permasalah konvergen, yaitu permasalah
dengan memiliki satu cara pemecahan, atau permasalah divergen, yaitu permasalahan
dengan memiliki beberapa kemungkinan cara pemecahan.
5. Berikan contoh penerapan pendekatan yang tepat untuk materi IPA yang sesuai,
dari kelas 1 sampai dengan kelas 6! (pilih salah satu kelas)
Kelas/Semester : III/1
Aspek : Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan
Standar Kompetensi: Kemampuan menyelidiki ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup,
perubahan yang terjadi pada makhluk hidup dan hal-hal yang
mempengaruhinya, serta menyelidiki pengaruh kondisi lingkungan
terhadap kesehatan, dan upaya menjaga kesehatan lingkungan.
Kompetensi Dasar: siswa mampu mendeskripsikan ciri-ciri lingkungan sehat dan
lingkungan tidak sehat berdasarkan pengamatan dan pengaruhnya
terhadap kesehatan serta, menerapkan cara menjaga kesehatan
lingkungan sekitar.
Pendekatan dan Prosedur: Prosedur yang dilakukan adalah:
1. Menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan mengajak siswa
mendeskripsikan lingkungan tersebut.
2. Menjelaskan tentang lingkungan sehat dan tak sehat.
3. Mendemonstrasikan tentang adanya debu di lingkungan dan kemungkinan adanya zat
lain pada air yang tampak jernih.
4. Menjelaskan tentang penyebab lingkungan tercemar, faktor yang mempengaruhi
perlakuan manusia terhadap lingkungan-lingkungan (faktor politis, ekonomis, sosial-
budaya, ekologis), pentingnya bersikap peduli dan mencintai lingkungan.
Evaluasi : Dilakukan evaluasi formatif untuk memperbaiki program
pembelajaran dan memantapkan pemahaman, dan pengembangan
sikap. Dilakukan evaluasi sumatif untuk menilai pemahaman dan
sikap. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen
yaitu tes untuk konsep, pedoman observasi untuk perilaku, dan
pengukuran sikap

Anda mungkin juga menyukai