Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH

PEMBELAJARAN IPA DI SD

DOSEN PEMBIMBING : HJ. SEPTY. S.PD, M.PD

OLEH :

NORKHALISAH

858290748

KELAS B

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ-BANJARMASIN
POKJAR-BARABAI
KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
2021
MODUL 1
TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD

KEGIATAN BELAJAR 1
TEORI PIAGET DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
IPA SD
A. TEORI PIAGET
Menurut teori piaget menguraikan perkembangan kognitif dari bayi
sampai dewasa. Dalam pandangan piaget, struktur kognitif merupakan kelompok
ingatan yang tersusun dan saling berhubungan, aksi dan strategi yang dipakai oleh
anak-anak untuk memahami dunia sekitarnya. Pada bayi, struktuf kognitif yang
dimiliki adalah refleks. Pada masa anak-anak sudah mulai ada pemahaman dan
kegiatan mental. Proses kognitif pada bayi dimulai dengan mempunyai respon
mengisap, melihat, respon menggapai, respon memegang yang berfungsi secara
terpisah.Lama-lama respon ini diorganisasikan ke dalam system yang lebih tinggi,
yang merupakan koordinasi dari respon-respon tersebut. Secara terus-menerus
kebiasaan-kebiasaan ini akan berkembang menjadi lebih kompleks, lebih
terkoordinasi, dan lebih mempunyai tujuan. Tahap Perkembangan Anak
Berdasarkan Teori Piaget:
1. Tahap Sensori Motor (Usia anak baru lahir - 2 tahun)
Salah satu ciri khusus anak pada usia ini adalah penguasaan, yang Piaget
sebut sebagai konsep objek, suatu pengertian bahwa benda atau objek itu
ada dan merupakan kekhasan dari benda tersebut, dan akan tetap ada walaupun
benda tersebut tidak tampak atau tidak dapat di pegang/diraba oleh anak. Selain
ciri di atas, tidak ada bahasa pada awal tahapan ini tetapi ada permulaan
simbolisasi. Piaget beranggapan bahwa representasi internal dari benda atau
kejadian dihasilkan melalui imitasi. Ada tiga kemampuan penting yang dicapai
anak pada masa sensori motor ini yaitu:
1. Kemampuan mengontrol secara internal
2. Perkembangan konsep kenyataan.
3. Perkembangan pengertian beberapa sebab dan akibat.
2. Tahap Pra-operasional (Usia 2 – 7 tahun)
Pada tahap ini dimulai dari anak yang baru bisa mengatakan satu dua patah
kata dan seiring bertambahnya usia akhirnya anak dapat menyusun suatu kalimat.
Anak tidak akan memiliki kemampuan berfikir yang operasional sampai anak
mencapai usia tujuh tahun dan kadang-kadang di sebut dengan tahapan intuisi.
Selain itu pada anak di usia ini masih berfikir animsme, jadi mereka masih
menganggap beberapa benda tak hidup sebagai benda hidup
3. Tahapan Konkret Operasional (Usia 7-11 tahun).
Pada tahapan ini berawal dari usia anak 6 atau 7 sampai pada usia 11 tahun
dan dimasa pendidikan SD atau MI. Di tahapan ini pun telah terjadi perubahan-
perubahan walaupun demikian juga masih ada keterbatasannya. Perubahan yang
sangat mendasar pada tahap ini adalah perubahan dari pemikiran yang kurang
logis ke pemikiran yang lebih logis. Pada tahapan ini, operasi yang mendasari
pemikiran anak tersebut berdasarkan pada yang konkret atau nyata, dapat dilihat,
diraba, atau dirasa dari suatu benda atau kejadian, sehingga tahapan ini disebut
sebagai tahapan tahap konkret operasional. Di usia anak tersebut sudah dapat
membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang telah meraka dapatkan
ataupun dimilikinya Anak pada usia ini pun telah menyadari bahwa jumlah
ataupun volume dari suatu benda tidak akan berubah apabila tidak terjadi
perubahan seperti penambahan maupan pengurangan, selain dari perubahan-
perubahan bentuk ataupun perubahan ketentuan (aturan).
Kemampuan lain yang telah dimiliki oleh anak pada usia tersebut yaitu
kemampuannya untuk menyadari tentang reversible (hal yang dapat dibalik) dan
identitas. Revensibilitas dicirikan bahwa dalam setiap operasi ada operasi lain
yang sebaliknya. Anak mampu membuat susunan serial, menyusun, dan
mengelompokkan berbagi hal berdasarkan karakteristiknya yang sama atau
serupa. Pengelompokkan yang dimaksud di sini adalah baik mengenai suatu
benda ataupun kejadian berdasarkan pada persamaan dan perbedaan dari benda
ataupun kejadain tersebut. Proses penggolongan ini meliputi penggolongan ciri-
ciri kelompok kecil menjadi kelompok yang lebih besar. Jadi dalam hal ini suatu
ketika anak dihadapkan pada beberapa macam binatang mereka sudah dapat
mengelompokkan berdasarkan persamaan dan perbedaan seperti ciri-ciri apa saja
yang dimiliki binatang tersebut.
Selain itu, pada tahap ini masih ada keterbatasan-keterbatasan yang
dimiliki anak pada usia ini yaitu seperti kenyataan bahwa perbuatan ataupun
percobaan yang dilakukan anak pada usia ini masih bersifat coba-coba,
percobaan-percobaan tersebut masih jarang yang berhubungan antara yang satu
dengan yang lainnya. Pada anak di usia ini juga belum dapat secara mental
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang beragam untuk memcahkan
suatu masalah dan mereka juga masih belum mampu mempergunakan ketentuan-
ketentuan yang logis baik pada benda atau kejadian yang tidak nyata atau tampak.
4. Tahap Formal Operasional (Usia 7-11 atau 12 tagun atau 15 tahun).
Tahap formal operasional merupakan tahap terakhir dalam perkembangan
kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini merupakan operasi mental tingkat tinggi.
Pada anak usia sekitar sebelas tahun telah memasuki tahap formal operasional.
Tahap ini 14 atau 15 tahun sebelum memasuki masa dewasa. Tahap ini
merupakan sebagai tahap akhir dari perkembangan struktur berpikir. Anak pada
usia ini telah dapat secara penuh melakukan operasi secara logis namun demikian
masih mempunyai pengalaman yang terbatas. Di sini anak sudah dapat
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya
dengan objek-objek konkret. Anak sudah dapat berpikir abstrak dan memecahkan
masalah melalui pengujian semua alternatif yang sama. Anak dapat membuat
percobaan secara mental dan mempertimbangkan implikasi dari hasil yang
diperoleh untuk mengambil tindakan apa yang selanjutnya dilakukan. Dengan
kata lain anak dapat melakukan uji coba berdasarkan kemampuan intelektualnya
secara murni.
B. PENERAPAN TEORI PIAGET DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD
Penerapan selanjutnya dalam teori Piaget ini adalah guru harus selalu ingat
bahwa anak akan menangkap dan menerjemahkan secara berbeda. Maksudnya
dalam proses menangkap pembelajaran atau penjelasan dari guru tingkat
responnya berbeda ada yang cepat menangkap ada yang lambat sama halnya
dengan menerjemahkan tersebut. Jadi walaupun anak mempunyai umur yang
sama tetapi ada kemungkinan mereka mempunyai pengertian yang berbeda
terhadap suatu benda atay kejadian yang sama. Jadi seorang individu anak adalah
unik (khas).
Implikasi lainnya yang perlu diperhatikan, bahwa apabila hanya kegiatan
fisik yang diterima anak, tidak cukup untuk menjamin perkembangan intelektual
anak yang bersangkutan. Ide-ide anak harus selalu dipakai. Jadi maksudnya disini
seorang guru harus selalu secara tidak langsung memberikan idenya namun tidak
memaksakan kehendaknya. Dengan demikian anak akan menyadari bagaimana
anak tersebut bisa mendapatkan idenya. Dengan memberikan kesempatan kepada
anak untuk menilai sumber ide-idenya akan memberikan kesempatan pada mereka
untuk menilai proses pemecahan masalah. Hal ini juga perlu dilakukan di dalam
kelas. Dengan demikian guru lebih membantu anak dalam proses perkembangan
intelektualnya. proses pembelajaran di kelas menurut Piaget harus meletakkan
anak sebagai faktor yang utama. Hal ini sering disebut sebagai pembelajaran yang
berpusat pada anak (child center).

C. CONTOH PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN TEORI


PIAGET
Pembelajaran berlandaskan teori piaget harus mempertimbangkan keadaan
tiap siswa (dikatakan sebagai terpusat pada siswa) dan siswa diberikan banyak
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dari penggunaan inderanya. Berikut
dijelaskan mengenai rancangan pembelajaran secara garis besar.
Konsep yang diajarkan : sifat-sifat tertentu dan banyak kegunannya bagi
kehidupan manusia.
Sub- konsep : udara mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak
kegunannya bagi kehidupan manusia.
Sub konsep : udara yang bergerak mempunyai tekanan yang
lebih rendah dari pada udara diam
Metode yang dipakai : Eksperimen
Alat dan bahan yang digunakan :
1. Dua bola pingpong (tenis meja)
2. Benang
3. Kayu, kira-kira 30 cm
Cara kerja :
1. Ikatlah kedua bola pingpong dengan benang yang ada.
2. Ikatkan kedua ujung benang secara berdekatan pada kayu yang
telah disediakan, sehingga tampak seperti gambar berikut.
3. Peganglah salah satu ujung kayu dan tiuplah kuat-kuat persis di
tengah-tengah antara kedua bola pingpong yang tergantung.
4. Amati apa yang terjadi.
Kegiatan dari guru yang penting adalah memperhatikan ataupun
mengamati setiap siswa apa saja yang mereka lakukan. Dalam hal ini guru sangat
berperan sehingga akan tahu apakah para siswa sudah melakukannya dengan
benar, kemudian apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan ? Dan dalam hal ini
guru harus berbuat sesuai apa yang dilakukan Piaget yaitu harus memberikan
kesempatan siswa untuk mencari ataupun menemukan sendiri jawabannya,
sedangkan si guru harus siap dengan alternatif jawaban apabila sewaktu-waktu
diperlukan. Pada akhir pembelajaran tentunya seorang guru harus mengulas
kembali siswa dapat menemukan jawaban yang di inginkan.

KEGIATAN BELAJAR 2
MODEL BRUNER DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
IPA DI SD

A. MODEL BELAJAR BRUNER


Bruner menganggap bahwa belajar dan persepsi merupakan suatu
kegiatan pengolahan informasi yang menemukan kebutuhan-kebutuhan untuk
mengenal dan menjelaskan gejala yang ada di lingkungan kita. Bruner juga
beranggapan bahwa interaksi kita dengan lingkungan sekeliling kita selalu
menggunakan kategori-kategori dimana pengkategorian tersebut mempunyai
beberapa keuntungan, antara lain mengurangi kompleksitas dari benda atau
kejadian di sekitar kita. Dengan demikian, kategorisasi memungkinkan kita untuk
mengenali objek dengan benar. Kategorisasi dapat mengurangi keharusan untuk
selalu belajar. Selain itu juga dapat memberikan arahan dan tujuan terhadap
aktivitas kita, dan memerikan kesempatan kepada kita untuk menghubungkan
objek dengan kelas dari kejadian alam.Teori Bruner tentang cara seorang anak
memperoleh dan memproses informasi baru sejajar dengan apa yang Piaget
kemukakan yaitu anak tumbuh melalui tahapan-tahapan yang berbeda.
a. Tahap penampilan mental enaktif
b. Tahap ikonik
c. Tahap simbolik
Bruner menyusun suatu model belajar yang disebut model belajar
penemuan (discovery learning). Pengetahuan yang diperoleh melalui model
belajar penemuan mempunyai kelebihan-kelebihan, antara lain: pengetahuan yang
diperoleh akan bertahan lama atau dengan kata lain akan lama untuk diingatnya
dan akan lebih mudah untuk diingat dibanding dengan model belajar lainnya.
B. PENERAPAN MODEL BELAJAR BRUNER DALAM
PEMBELAJARAN IPA DI SD
Pada penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner
mengembangkan model pembelajaran penemuan dimana prinsipnya memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi sendiri dengan bantuan
guru dan biasanya menggunakan barang atau benda nyata. Peran guru dalam
pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi melainkan seorang
penunjuk dan pengarah bagi siswanya untuk mendapatkan informasi. Guru harus
mempunyai cara yang baik untuk tidak secara langsung memberikan informasi
yang dibutuhkan siswa. Terdapat dua macam model pembelajaran penemuan,
yaitu:
1. Model pembelajaran penemuan murni
2. Model pembelajaran penemuan terarah
Hal utama yang perlu diperhatikan adalah peran kita sebagai guru yang
tidak lagi sebagai pemberi informasi tetapi berperan sebagai penuntun siswa untuk
memperoleh informasi.
KEGIATAN BELAJAR 3
TEORI BELAJAR GAGNE DAN PENERAPANNYA DALAM
PEMBELAJARAN IPA SD

A. TEORI GAGNE
Menurut gagne belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan
seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut
relatif tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali
setiap menghadapi situasi yang baru. Seseorang dapat mengetahui belajar
berlangsung pada diri seseorang, apabila mengamati adanya perubahan tingkah
laku pada orang tersebut, dan perubahan tersebut bertahan lama.
A. Level Belajar Menurut Teori Belajar Gagne
Gagne dalam teori belajarnya membagi tingkatan belajar mulai dari yang
sederhana hingga bentuk yang lebih kompleks. Ada 8 level belajar yang
disampaikan oleh Gagne. Berikut adalah penjelasannya.
Level Belajar Contoh keterampilan yang
dipersyaratkan
Level 1 Tanda-tanda (belajar muncul Respons yang diberikan bersifat
tanpa adanya bantuan emosional dan tidak dapat
tindakan terhadap emosi, didefinisikan.
ketakutan, kesenangan, dan
lain-lain)
Level 2 Stimulus – Response (S-R) Mengulang kata-kata yang
(berupa bantuan belajar) diucapkan oleh guru

Level 3 Merangkai (Chaining) Menggunakan pensil untuk menyalin


(menggabungkan tingkah kata-kata serta menulis angka-angka
laku stimulus - secara berurutan.
response sederhana untuk
membentuk tahap tindakan
individu)
Level 4 Verbal Chaining (menamai Mengenal nama variabel-variabel
benda dan menggunakan sifat serta menuliskan suatu angka sampai
untuk menamai benda angka tertentu.
Level 5 Beragam Perbedaan Belajar Membedakan garis untuk kemiringan
(menempatkan suatu objek yang berbeda. Mengenal skala yang
atau kejadian dengan satu tepat untuk sumbu X serta
atau lebih sifat-sifat umum menginterpretasikan dan menyusun
dalam satu set) grafik sederhana

Level 6 Konsep Belajar menghubungkan kemiringan dengan


(mengidentifikasi objek dan perubahan variabel, mengetahui
kejadian yang kelihatannya bagian-bagian yang diukur, dan
berbeda dari khasnya) menginterpretasikan grafik
sederhana.
Level 7 Prinsip Belajar Keterampilan untuk
(mengombinasikan konsep- menginterpolasikan dan
konsep yang telah dimiliki) mengekstrapolasikan data.
Keterampilan untuk membaca data
dari sumbu X, dan
menginterpretasikan grafik.

Level 8 Problem Solving Menginterpretasikan grafik (aplikasi


(Kemampuan mencari dari prinsip belajar) serta garis dari
penyelesaian atas masalah) pertumbuhan populasi dunia.

B. Hasil Belajar Menurut Teori Belajar Gagne


Ada 5 hasil belajar menurut teori belajar Gagne. Tiga hasil pertamanya
bersifat kognitif, hasil keempatnya bersifat afektif, dan hasil kelimanya bersifat
psikomotorik. Berikut taksonomi hasil belajar yang dimaksud.
1. Infomasi Verbal
2. Keterampilan-keterampilan Intelektual (Intelectual Skills)
3. Strategi-strategi Kognitif (Cognitive Strategies)
4. Sikap-sikap (Attitudes)
5. Keterampilan-keterampilan (Motor Skills)

Penerapan Teori Belajar Gagne dalam Pembelajaran IPA di


Sekolah Dasar
Gagne mengungkapkan delapan langkah pembelajaran yang disebut
kejadian-kejadian instruksional (instructional events) dalam model
pembelajarannya. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. mengaktifkan motivasi (activating motivation);
2. memberi tahu peserta didik tentang tujuan-tujuan belajar (instructional
information);
3. mengarahkan perhatian (directing motivation);
4. merangsang ingatan (stimulating recall);
5. menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance);
6. meningkatkan retensi (enhancing retention);
7. membantu transfer belajar (helping transfer of leaning);
8. memperlihatkan perbuatan (eliciting performance) serta memberikan umpan
balik (providing feedback).

KEGIATAN BELAJAR 4
TEORI BELAJAR AUSUBEL DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD
A. BELAJAR BERMAKNA
Seorang ahli psikologi kognitif bernama Ausebel memiliki sebuah teori
belajar yang dikenal dengan teori Ausubel atau Belajar Bermakna. Bagi Ausubel
belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Dalam
belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada subsumer-subsumer relevan
yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Sebagai hasil belajar
menyebabkan pertumbuhan dan modifikasi subsume-subsumer yang telah ada.
B. MENERAPKAN TEORI AUSUBEL DALAM PENGAJARAN IPA DI
SD
Menurut Ausubel (dalam buku Educational Psychology), faktor yang
paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang diketahui siswa.
Pernyataan inilah yang menjadikan inti dari teori Ausubel yaitu belajar bermakna.
Informasi yang baru di terima akan disimpan di daerah tertentu dalam otak.
Banyak sel otak yang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan tersebut. Model
pembelajaran yang terbaik agar informasi yang diinginkan dapat masuk ke dalam
memori atau ingatan ialah pengajaran secara langsung atau verbal. Cara ini akan
sangat efektif diterapkan pada kelas rendah yaitu I, II dan III, namun untuk kelas
tinggi keefektifannya semakin berkurang (kelas IV, V dan VI).

C. DIFERENSIASI PROGRESIF DAN REKONSILIASI INTEGRATIF


Ada dua prinsip dalam mengaitkan konsep-konsep yang diperlukan untuk
belajar yaitu diferensiasi progresif dan rekonsiliasi integratif.
1. Diferensiasi proresif ialah konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan
konsep-konsep yang umum ke konsep-konsep yang lebih khusus.
2. Rekonsiliasi integrative ialah konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai