Teori Belajar
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia
nyata dinyatakan oleh Mc Keachie dalam grendel 1991:5 (Hamzah Uno, 2006:4). Sedangkan
Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat proposisi yang didalamnya
memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang
saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan
kebenarannya.
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak
terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan
pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara
aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan
yang bermanfaat bagi pribadinya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz
tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang
dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan
belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Piaget mempunyai nama lengkap Jean Piaget, lahir di Swiss tepatnya di Neuchatel pada tahun
1896. Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak membangun
sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan
Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung
kepada seberapa jauh anak anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi
informasi. Kecenderungan anak-anak SD beranjak dari hal-hal yang konkrit, memandang sesuatu
kebutuhan secara terpadu. Teori Piaget menguraikan perkembangan kognitif dari bayi sampai
dewasa. Dalam pandangan Piaget, struktur kognitif merupakan kelompok ingatan yang tersusun
dan saling berhubungan, aksi dan strategi yang dipakai oleh anak-anak untuk memahami dunia
sekitarnya. Pada bayi, struktuf kognitif yang dimiliki adalah refleks. Contoh: bayi secara
otomatis mengisap benda–benda yang menyentuh bibirnya. Selain mengisap, menjangkau,
menyepak, melihat dan memukul merupakan kegiatan sensorimotor yang terorganisir. Struktur
kognitif ini cepat dimodifikasi ketika bayi tumbuh dan berinteraksi dengan dunia. Pada masa
anak-anak sudah mulai ada pemahaman dan kegiatan mental. Proses kognitif pada bayi dimulai
dengan mempunyai respon mengisap, respon melihat, respon menggapai, respon memegang
yang berfungsi secara terpisah. Lama-lama respon ini diorganisasikan ke dalam sistem yang
lebih tinggi, yang merupakan koordinasi dari respon-respon tersebut. Contoh: bayi yang
menjangkau botol susu memasukkannya kedalam mulutnya untuk diisap.
Ada empat tahapan perkembangan mental anak secara berurutan, di antaranya adalah:
Salah satu ciri khusus anak pada usia ini adalah penguasaan, yang Piaget sebut sebagai konsep
objek, suatu pengertian bahwa benda atau objek itu ada dan merupakan kekhasan dari benda
tersebut, dan akan tetap ada walaupun benda tersebut tidak tampak atau tidak dapat di pegang/
diraba ole anak. Selain ciri di atas, tidak ada bahasa pada awal tahapan ini tetapi ada permulaan
simbolisasi. Piaget beranggapan bahwa representasi internal dari benda atau kejadian dihasilkan
melalui imitasi.
Ada tiga kemampuan penting yang dicapai anak pada masa sensori motor ini yaitu:
b) Perkembangan konsep kenyataan. Pada akhir tahap ini anak akan menyadari bahwa dunia
ini ada dan tetap ada, sehingga anak akan mengetahui bahwa benda itu ada.
2. Tahap Pre-operasional
Dilihat dari segi perkembangan bahasa, tahapan ini merupakan tahapan yang amat menakjubkan.
Dimulai dari anak yang baru bisa mengatakan satu dua patah kata sehingga menjadi anak yang
dapat menyusun suatu kalimat. Anak tidak akan memiliki kemampuan berfikir yang operasional
sampai anak mencapai usia tujuh tahun dan kadang-kadang di sebut dengan tahapan intuisi.
Selain itu anak usia ini masih berfikir animisme mereka masih menganggap beberapa benda tak
hidup sebagai benda hidup. Sebagai conntohnya mereka sering mengatakan bahwa matahari
sebagai benda hidup karena dia bergerak.
Pada tahapan ini anak dibekali oleh beberapa pengamatan mereka tertipu oleh penampakan
segumpal tanah liat yang pertama kali dibentuk menjadi bola dan diubah menjadi lempengan.
Mereka belum mengetahui walaupun bentuknya berbeda namun substansi atau materinya sama.
Piaget menamakannya sebagai konservasi substansi (materi). Pada usia ini anak belum mengerti
bahwa bejana yang pendek dan lebar memiliki lebih banyak cairan dibanding dengan sebuah
botol kecil dan tinggi. Piaget menyebutkan hal ini sebagai konservasi volume cairan. Anak juga
belum mengerti bahwa kalau benda ditebarkan ke daerah yang luas, jumlah benda tersebut tidak
bertambah. Piaget menyebutnya sebagai konservasi jumlah permainan. Keterbatasan lain anak
pada usia ini adalah belum bisa membuat urutan berseri, dan anak berfikir satu-satu secara
berpasangan. Keterbatasan konsep tersebut diatas membatasi anak pada tahapan ini dari
pengertian-pengertian bentuk, ukuran, waktu, dan jumlah.
Tahapan ini berawal ada anak usia 6/ 7 tahun ddan berakhir pada usia 11 tahun. Pada tahap ini
pula telah terjadi perubahan-perubahan walaupun masih ada juga keterbatasannya. Perubahan
yang sangat mendasar adalah perubahan dari pemikiran yang kurang logis ke pemikiran yang
lebih logis. Operasi yang mendasari pemikirannya berdasarkan pada yang konkret atau nyata:
dapat dilihat, diraba, atau dirasa, atau dirasa, dari suatu benda atau kejadian, sehingga tahapan ini
disebut sebagai tahapan ini disebut sebagai tahap konkret operasional. Anak pada usia ini telah
menyadari bahwa jumlah atau volume suatu benda tidak akan berubah apabila tidak terjadi
penambahan maupun pengukuran, selain perubahan-perubahan bentuk atau perubahan ketentuan
(aturan).
Kemampuan lain yang telah dimiliki oleh anak usia ini adalah kenyataan bahwa perbuatan
ataupun percobaan yang dilakukan anak pada usia ini masih bersifat coba-coba, percobaan-
percobaan tersebut masih jarang yang berhubungan antara yang satu dengan yang lain.
Anak usia sekitar sebelas tahun memasuki tahap formal operasional. Tahap iniberakhir pada usia
14/ 15 tahun sebelum memasuki masa dewasa. Tahap ini dikatakan sebagai tahap akhir dari
perkembangan struktur berfikit Anak usia ini telah dapat secara penuh melakukan operasi secara
logis tetapi masih mempunyai pengalaman yang terbatas.
Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang
pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA yaitu sebagai berikut:
2. Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian.
3. Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk menjamin
perkembangan intelektual anak.
1. Mulailah dari hal-hal yang konkret, yaitu kegiatan aktif mempergunakan panca indra
dengan benda nyata atau konkret.
2. Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan diajarkan, agar murid
mempunyai kerangka kerja untuk mengasimilasikan informasi baru ke dalam struktur
kognitifnya.
4. Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah
mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.
6. Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan
jawaban yang diinginkan.
Kelas/Semester: IV/II
Materi: Gaya dapat merubah gerak dan atau bentuk suatu benda.
1. Papan kayu
2. Kelereng
3. Balok kayu
4. Pasir
Cara Kerja:
1. Siapkan papan kayu yang akan digunakan sebagai lintasan kelereng.
2. Letakkan balok kayu diujung lintasan sebagai landasan, sehingga membentuk bidang
miring kemudian gelindingkan kelereng.
3. Amati gerak kelereng dan catat waktu yang dibutuhkan kelereng untuk sampai ke ujung
lintasan dengan menggunakan stopwath.
4. Taburkan pasir diatas lintasan yang berupa papan. Ulangi langkah 2 dan 3.
Aakah terjadi perbedaan waktu yang dibutuhkan kelereng untuk sampai keujung lintasan?
Berikan alasanmu!
Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar, anak sebaiknya diberikan kesempatan
untuk memanipulasi objek atau benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga itu, anak akan
langsung melihat bagaimana keter
Jean Piaget
Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yang didasari karena perkembangan
sistem syaraf
Belajar merupakan proses identifikasi dan pengintegrasian stimulus/ informasi yang baru
Skemata melalui tahap Asimilasi dan Akomodasi Ekuilibrasi
Asimilasi : adalah proses penerimaan informasi baru lalu dimodifikasi sehingga cocok dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya.
Akomodasi : adalah proses perubahan / penyesuaian struktur kognitif yang telah dimiliki dengan
informasi baru yang diterima.
Ekuilibrasi : adalah keseimbangan antara asimilasi & akomodasi atau pengembangan antara
lingkungan luar dengan struktur kognitif yang ada dalam dirinya.
6 Jean Piaget
Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan
umurnya.
8 Jerome Bruner
Dalam proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku
seseorang
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan sendiri suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang
dijumpai dalam kehidupannya Free Discovery Learning
Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap, yaitu :
9 J Bruner
Tahap enaktif : dalam memahami dunia anak mengunakan pengetahuan motorik : sentuhan,
pegangan dll.
Tahap ikonik : Seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar atau
visualisasi verbal.
Tahap simbolik : seseorang memahami dunia melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika
dll.
10 Bruner
Seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu
meliputi :
Nama
Rentangan karakteristik
kaidah
12 Robert Gagne
Proses belajar adalah suatu proses dimana siswa terlibat dalam aktivitas yang memungkinkan
mereka memiliki kemampuan yang tidak dimiliki sebelumnya
Ada delapan tingkat kemampuan belajar menurut Gagne, dimana kemampuan belajar pada
tingkat tertentu ditentukan oleh kemampuan belajar ditingkat sebelumnya.
13 R Gagne Delapan tingkat kemampuan belajar tersebut adalah sbb :
Signal Learning : dari signal yang dilihat, anak akan memberi respon tertentu
Stimulus – response learning : seorang anak akan memberi respon fisik atau vokal setelah
mendapat stimulus tertentu.
Chaining : kemampuan anak untuk menggabungkan dua atau lebih hasil belajar S – R yang
sederhana
Verbal assosiation : bentuk penggabungan hasil belajar yang melibatkan unit bahasa seperti
memberi nama sebuah obyek atau benda
Concept learning : anak mampu memberi respon terhadap stimulus yang hadir melalui
karakteristik abstraknya
Principle learning : kemampuan siswa untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep
lainnya
Problem solving : siswa mampu menerapkan prinsip-prinsip yang telah dipelajari untuk
mencapai satu sasaran (merupakan tipe belajar yang paling tinggi)
Mengarahkan perhatian
Merangsang ingatan
Menyediakan bimbel
Meningkatkan retensi
a. mengerluarkan perbuatan
15 Teori Ausubel
Guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna
Belajar bermakna adalah menyajikan materi pelajaran yang baru dengan menghubungkan pada
konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa
Siswa pada pendidikan dasar harus dilibatkan pada kegiatan langsung, sedangkan untuk siswa
pada tingkat pendidikan lebih tinggi akan lebih efektif bila guru menggunakan penjelasan,
demonstrasi, diagram atau ilustrasi.
Advance organizer
Penyampaian awal tentang kerangka isi materi yang akan dipelajari siswa, contoh : hand out
pelajaran
b. Progressive differensial
materi pelajaran disampaikan bertahap, di awali konsep umum kemudian dilanjutkan ke hal yang
khusus.
c. Integrative reconciliation
Penjelasan tentang kesamaan dan perbedaan antara kosep-kosep yang telah dimiliki dengan
konsep yang baru dipelajari.
d. Consolidation
KUDA
DURIAN
MERAH
KUNING
SAPI
RAMBUTAN
COKLAT
KAMBING
MANGGA
DAFTAR
KAMBING
KUDA
SAPI
DURIAN
MANGGA
RAMBUTAN
MERAH
COKLAT
KUNING
DAFTAR
II
Teori Belajar Piaget dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA SD1. Piaget menamakan
struktur mental dengan “schema” yang merupakan unsur penting untuk beradaptasi
Melalui Proses asimilasi (menggunakan “informasi” yang lama untuk memperoleh yang baru
Melalui proses akomodasi (pengalaman yang lama di sesuaikan dengan pengalama yang baru)
Setiap anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian
Setiap anak tidak cukup hanya diberikan kegiatan fisik untuk mengembangkan intelektual
anak
Belajar sebagai suatu proses (mengubah tingkah laku) terhadap perubahan, sehingga
perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulangkali
1.Informasi verbal
2.Keterampilan intelektual
a.Diskriminasi
b.Konsep kongkret
c.Konsep terdefinisid.aturan
3.Strategi kognitif
4.Sikap
5.Keterampilan motoric
2.Belajar menyangkut interaksi antara pebelajar (orang yang belajar) dengan lingkungannya
3.Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahan cukup lama,
selama kehidupan orang tersebut.
Teori Belajar Ausubel dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA SD
Menurut Ausubel belajar bermakna akan terjadi apabila informasi baru dapat dikaitkan dengan
konsep yang sudah terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Faktor paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang sudah diketahui oleh siswa
sehingga belajar bermakna dapat terjadi
1.Deferensiasi Progresif
2.Rekonsiliasi integrative
1.Deferensiasi Progresif, konsep konsep yang diajarkan dimulai dari konsep umum menuju
konsep khusus
2.Rekonsiliasi Integratif, konsep konsep yang telah dimiliki harus dapat di sesuaikan
(integrasikan) oleh konsep konsep yang baru dipelajarinya
# 1. guru seharusnya menerangkan konsep umum dulu kemudian masuk ke konsep khusus
# 2. guru harus dapat menunjukan kepada siswa bagaimana konsep salng berkaitan
anak untuk menemukan sendiri jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif
jabawab bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan
Inti dari tahap penampilan simbolik ini adalah pengembangan keterampilan berbahasa
dan kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan kata-kata dan idenya. Anak yang
memulai untuk secara simbolik memproses informasi.
Tidak seperti Piaget, pembagian tahapan oleh Bruner bukanlah merupakan suatu hal
yang kaku melainkan bersifat fleksibel tidak dimaksudkan untuk menentukan kesiapan anak
untuk belajar. Bruner beranggapan bahwa semenjak kecil secara intuitif, manusia sudah dapat
menangkap konsep-konsep IPA.
sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang nyata.
Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi melainkan
A. PENGERTIAN
Pengertian keterampilan proses dikaitkan dengan keterampilan fisik dan mental yang
terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu
yang baru (Semiawan, dkk., 1992).
Menurut Esler dan Esler (1984) terdapat 8 keterampilan proses dasar dan 5
keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar meliputi :
1. Mengobservasi;
2. Mengklasifikasi;
3. Mengukur ;
4. Mengomunikasikan;
5. Menginferensi;
6. Memprediksi;
7. Mengenal hubungan ruang dan waktu;
8. Mengenal hubungan angka.
Sedangkan Keterampilan proses terpadu atau keterampilan proses terintegrasi meliputi :
1. Keterampilan memformulasikan hipotesis;
2. Menamai variabel;
3. Membuat definisi operasional;
4. Melakukan eksperimen;
5. Menginterpretasikan data;
Dalam pembahasan kali ini kita hanya akan membahas keterampilan proses dasar yang
terdiri dari 8 keterampilan.
1. KETERAMPILAN MENGOBSERVASI
Keterampilan mengobservasi merupakan keterampilan yang dikembangkan dengan
menggunakan semua indera yang kita miliki atau alat bantu indera untuk mendapatkan
informasi dan mengidentifikasi serta memberikan nama sifat-sifat/karakteristik dari objek atau
kejadian.
Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi
misalnya menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki oleh benda-benda, sistem-sistem, dan organisme
hidup. Sifat-sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk, ukuran, dal lain-lain
2. KETERAMPILAN MENGKLASIFIKASI
Keterampilan mengklasifikasi merupakan keterampilan yang dikembangkan melalui
latihan-latihan mengkategorikan, menggolongkan, mengatur atau membagi
objek/benda/kejadian/informasi berdasarkan sifat/karakteristik yang dimiliki menurut sistem atau
metode tertentu.
Skema klasifikasi umumnya digunakan untuk mnegidentifikasi dan untuk menunjukkan
persamaan, perbedaan, dan hubungan-hubungannya. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk
melatih keterampilan ini misalnya memilih bentuk-bentuk kertas, yang berbentuk kubus,
gambar-gambar hewan atau daun-daun berdasarkan sifat umumnya.
3. KETERAMPILAN MENGUKUR
Keterampilan mengukur merupakan keterampilan membuat observasi secara
kuantitatif (terhadap standar ukuran tertentu) yang dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan pengembangan satuan-satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas,
isi, waktu, berat, massa, dan lain-lain.
Keterampilan mengukur memerlukan kemampuan untuk menggunakan alat ukur
secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat-
alat ukur.
4. KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN
Keterampilan mengukur adalah menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil
dikumpulkan/menyampaikan hasil penyelidikan, yang dapat dikembangkan dengan cara
menghimpun informasi dari grafik/gambar yang menjelaskan benda-benda/kejadian-kejadian
secara rinci.
Pelatihan untuk kegiatan keterampilan ini dapat berupa latihan membuat dan
menginterprestasikan informasi dari grafis, charta, peta, gambar, dan lain-lain.
5. KETERAMPILAN MENGINFERENSI
Keterampilan menginferensi adalah keterampilan membuat kesimpulan sementara dari
yang kita observasi dengan menggunakan logika.
Keterampilan ini dapat dikembangkan dengan latihan-latihan yang mengembangkan
lebih dari satu rangkaian keadaan yang diobservasi.
Contoh : siswa diajak jalan ke daerah yang banyak ditumbuhi pohon-pohonan
kemudian tanyakan apa interferensinya tentang hewan-hewan yang-hewan yang mungkin hidup
disekitar pohon-pohonan yang dilihatnya.
6. KETERAMPILAN MEMPREDIKSI
Keterampilan memprediksi adalah keterampilan menduga/memperkirakan/meramal-
kan beberapa kejadian/keadaan yang akan datang berdasarkan dari kejadian/keadaan yang
terjadi sekarang (yang telah diketahui).
Prediksi didasarkan pada observasi, pengukuran, dan informasi tentang hubungan-
hubungan antara variabel yang diobservasi. Prediksi yang tepat dapat dihasilkan dari observasi
yang teliti dan pengukuran yang tepat.
Contoh : memprediksi sejauh apa sebuah benda akan berhenti jika benda tersebut
dijatuhkan dari berbagai ketinggian.
B. ALASAN MENGGUNAKANNYA
1. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa
2. Melibatkan siswa dalam kegiatan yang memerlukan keterampilan kognitif tingkat tinggi
3. Memberikan pengalaman konkret bagi siswa
4. Membantu siswa mengembangkan keterampilan proses (keterampilan penting dalam
melakukan kegiatan IPA)
Kelas/Semester : IV / 2
Evaluasi :
Evaluasi formatif untuk memperbaiki program pembelajaran dan memantapkan
pemahaman, pengembangan sikap, dan keterampilan. Dilakukan evaluasi
sumatif untuk menilai pemahaman, sikap, dan keterampilan. Evaluasi dilakukan
dengan menggunakan berbagai instrumen, yaitu tes untuk konsep dan
keterampilan, pedoman observasi untuk keterampilan dan perilaku, penilaian
kinerja untuk keterampilan, dan instrumen sikap untuk sikap