Anda di halaman 1dari 23

A.

Teori Belajar

Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia
nyata dinyatakan oleh Mc Keachie dalam grendel 1991:5 (Hamzah Uno, 2006:4). Sedangkan
Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat proposisi yang didalamnya
memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang
saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan
kebenarannya.

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak
terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan
pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara
aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan
yang bermanfaat bagi pribadinya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz
tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang
dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.

Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan
belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

B. Teori Belajar Piaget Dalam Pembelajaran IPA

1. Teori Belajar Piaget

Piaget mempunyai nama lengkap Jean Piaget, lahir di Swiss tepatnya di Neuchatel pada tahun
1896. Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak membangun
sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan
Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung
kepada seberapa jauh anak anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi
informasi. Kecenderungan anak-anak SD beranjak dari hal-hal yang konkrit, memandang sesuatu
kebutuhan secara terpadu. Teori Piaget menguraikan perkembangan kognitif dari bayi sampai
dewasa. Dalam pandangan Piaget, struktur kognitif merupakan kelompok ingatan yang tersusun
dan saling berhubungan, aksi dan strategi yang dipakai oleh anak-anak untuk memahami dunia
sekitarnya. Pada bayi, struktuf kognitif yang dimiliki adalah refleks. Contoh: bayi secara
otomatis mengisap benda–benda yang menyentuh bibirnya. Selain mengisap, menjangkau,
menyepak, melihat dan memukul merupakan kegiatan sensorimotor yang terorganisir. Struktur
kognitif ini cepat dimodifikasi ketika bayi tumbuh dan berinteraksi dengan dunia. Pada masa
anak-anak sudah mulai ada pemahaman dan kegiatan mental. Proses kognitif pada bayi dimulai
dengan mempunyai respon mengisap, respon melihat, respon menggapai, respon memegang
yang berfungsi secara terpisah. Lama-lama respon ini diorganisasikan ke dalam sistem yang
lebih tinggi, yang merupakan koordinasi dari respon-respon tersebut. Contoh: bayi yang
menjangkau botol susu memasukkannya kedalam mulutnya untuk diisap.

2. Tahapan Perkembangan Kognitif Teori Piaget

Ada empat tahapan perkembangan mental anak secara berurutan, di antaranya adalah:

1. Tahap Sensori Motor

Salah satu ciri khusus anak pada usia ini adalah penguasaan, yang Piaget sebut sebagai konsep
objek, suatu pengertian bahwa benda atau objek itu ada dan merupakan kekhasan dari benda
tersebut, dan akan tetap ada walaupun benda tersebut tidak tampak atau tidak dapat di pegang/
diraba ole anak. Selain ciri di atas, tidak ada bahasa pada awal tahapan ini tetapi ada permulaan
simbolisasi. Piaget beranggapan bahwa representasi internal dari benda atau kejadian dihasilkan
melalui imitasi.

Ada tiga kemampuan penting yang dicapai anak pada masa sensori motor ini yaitu:

a) Kemampuan mengontrol secara internal,yaitu terbentuknya kontrol dari dalam pikirannya


terhadap dunia nyata. Dengan kata lain, sampai dengan usia dua tahun anak mengalami
pergantian persepsi dari motor murni ke arah gambaran yang berupa simbol (lambang).

b) Perkembangan konsep kenyataan. Pada akhir tahap ini anak akan menyadari bahwa dunia
ini ada dan tetap ada, sehingga anak akan mengetahui bahwa benda itu ada.

c) Perkembangan pengertian beberapa sebab dan akibat.

2. Tahap Pre-operasional

Dilihat dari segi perkembangan bahasa, tahapan ini merupakan tahapan yang amat menakjubkan.
Dimulai dari anak yang baru bisa mengatakan satu dua patah kata sehingga menjadi anak yang
dapat menyusun suatu kalimat. Anak tidak akan memiliki kemampuan berfikir yang operasional
sampai anak mencapai usia tujuh tahun dan kadang-kadang di sebut dengan tahapan intuisi.
Selain itu anak usia ini masih berfikir animisme mereka masih menganggap beberapa benda tak
hidup sebagai benda hidup. Sebagai conntohnya mereka sering mengatakan bahwa matahari
sebagai benda hidup karena dia bergerak.

Pada tahapan ini anak dibekali oleh beberapa pengamatan mereka tertipu oleh penampakan
segumpal tanah liat yang pertama kali dibentuk menjadi bola dan diubah menjadi lempengan.
Mereka belum mengetahui walaupun bentuknya berbeda namun substansi atau materinya sama.
Piaget menamakannya sebagai konservasi substansi (materi). Pada usia ini anak belum mengerti
bahwa bejana yang pendek dan lebar memiliki lebih banyak cairan dibanding dengan sebuah
botol kecil dan tinggi. Piaget menyebutkan hal ini sebagai konservasi volume cairan. Anak juga
belum mengerti bahwa kalau benda ditebarkan ke daerah yang luas, jumlah benda tersebut tidak
bertambah. Piaget menyebutnya sebagai konservasi jumlah permainan. Keterbatasan lain anak
pada usia ini adalah belum bisa membuat urutan berseri, dan anak berfikir satu-satu secara
berpasangan. Keterbatasan konsep tersebut diatas membatasi anak pada tahapan ini dari
pengertian-pengertian bentuk, ukuran, waktu, dan jumlah.

3. Tahapan Konkret Operasional

Tahapan ini berawal ada anak usia 6/ 7 tahun ddan berakhir pada usia 11 tahun. Pada tahap ini
pula telah terjadi perubahan-perubahan walaupun masih ada juga keterbatasannya. Perubahan
yang sangat mendasar adalah perubahan dari pemikiran yang kurang logis ke pemikiran yang
lebih logis. Operasi yang mendasari pemikirannya berdasarkan pada yang konkret atau nyata:
dapat dilihat, diraba, atau dirasa, atau dirasa, dari suatu benda atau kejadian, sehingga tahapan ini
disebut sebagai tahapan ini disebut sebagai tahap konkret operasional. Anak pada usia ini telah
menyadari bahwa jumlah atau volume suatu benda tidak akan berubah apabila tidak terjadi
penambahan maupun pengukuran, selain perubahan-perubahan bentuk atau perubahan ketentuan
(aturan).

Kemampuan lain yang telah dimiliki oleh anak usia ini adalah kenyataan bahwa perbuatan
ataupun percobaan yang dilakukan anak pada usia ini masih bersifat coba-coba, percobaan-
percobaan tersebut masih jarang yang berhubungan antara yang satu dengan yang lain.

4. Tahap Formal Operasional

Anak usia sekitar sebelas tahun memasuki tahap formal operasional. Tahap iniberakhir pada usia
14/ 15 tahun sebelum memasuki masa dewasa. Tahap ini dikatakan sebagai tahap akhir dari
perkembangan struktur berfikit Anak usia ini telah dapat secara penuh melakukan operasi secara
logis tetapi masih mempunyai pengalaman yang terbatas.

3. Penerapan Teori Belajar Piaget dalam Pembelajaran IPA di SD

Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang
pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA yaitu sebagai berikut:

1. Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan.

2. Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian.
3. Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk menjamin
perkembangan intelektual anak.

CARA PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN TEORI PIAGET

1. Mulailah dari hal-hal yang konkret, yaitu kegiatan aktif mempergunakan panca indra
dengan benda nyata atau konkret. 

2. Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan diajarkan, agar murid
mempunyai kerangka kerja untuk mengasimilasikan informasi baru ke dalam struktur
kognitifnya.

3. Pergunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai tingkat perkembangan


kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang berlainan.

4. Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah
mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.

5. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri jawabanya,


sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

6. Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan
jawaban yang diinginkan.

Contoh penerapan teori belajar Piaget dalam Pembelajaran IPA di SD:

Kelas/Semester: IV/II

Materi: Gaya dapat merubah gerak dan atau bentuk suatu benda.

Alat dan Bahan :

1. Papan kayu

2. Kelereng

3. Balok kayu

4. Pasir

Cara Kerja:
1. Siapkan papan kayu yang akan digunakan sebagai lintasan kelereng.

2. Letakkan balok kayu diujung lintasan sebagai landasan, sehingga membentuk bidang
miring kemudian gelindingkan kelereng.

3. Amati gerak kelereng dan catat waktu yang dibutuhkan kelereng untuk sampai ke ujung
lintasan dengan menggunakan stopwath.

4. Taburkan pasir diatas lintasan yang berupa papan. Ulangi langkah 2 dan 3.

Aakah terjadi perbedaan waktu yang dibutuhkan kelereng untuk sampai keujung lintasan?
Berikan alasanmu!

C. Model Belajar Bruner Dalam Pembelajaran IPA

1. Model Belajar Bruner

Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar, anak sebaiknya diberikan kesempatan
untuk memanipulasi objek atau benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga itu, anak akan
langsung melihat bagaimana keter

Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori belajar kognitif

Jean Piaget

Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yang didasari karena perkembangan
sistem syaraf

Belajar merupakan proses identifikasi dan pengintegrasian stimulus/ informasi yang baru 
Skemata melalui tahap  Asimilasi dan Akomodasi  Ekuilibrasi

5 Asimilasi : adalah proses penerimaan informasi baru lalu

Asimilasi : adalah proses penerimaan informasi baru lalu dimodifikasi sehingga cocok dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya.

Akomodasi : adalah proses perubahan / penyesuaian struktur kognitif yang telah dimiliki dengan
informasi baru yang diterima.
Ekuilibrasi : adalah keseimbangan antara asimilasi & akomodasi atau pengembangan antara
lingkungan luar dengan struktur kognitif yang ada dalam dirinya.

6 Jean Piaget

Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan
umurnya.

Piaget membagi tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu :

Tahap sensorimotor (0 – 2 tahun)

Tahap pre operasional (2 – 7/8 tahun)

Tahap operasional konkret (7/8 – 11/12 tahun)

Tahap operasional formal (11/12 tahun ke atas)

7 Penerapan Teori Jean Piaget dalam Pembelajaran IPA di SD

Sifat Udara dan Manfaat bagi Kehidupan

Udara bergerak bertekanan lebih rendah daripada udara diam

Apa yang terjadi jika kita

Tiup di antara keduanya?

8 Jerome Bruner

Perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif

Dalam proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku
seseorang

Proses belajar akan berjalan dengan baik jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan sendiri suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang
dijumpai dalam kehidupannya  Free Discovery Learning

Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap, yaitu :
9 J Bruner

Tahap enaktif : dalam memahami dunia anak mengunakan pengetahuan motorik : sentuhan,
pegangan dll.

Tahap ikonik : Seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar atau
visualisasi verbal.

Tahap simbolik : seseorang memahami dunia melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika
dll.

10 Bruner

Seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu
meliputi :

Nama

Contoh-contoh baik yang positif maupun negatif

Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak

Rentangan karakteristik

kaidah

11 Penerapan T Bruner dalam Pembelajaran IPA

Untuk materi IPA Kelas IV ttg sifat dan manfaat Udara

Nyalakan saat bersama-sama lalu amati yang terjadi

12 Robert Gagne

Proses belajar adalah suatu proses dimana siswa terlibat dalam aktivitas yang memungkinkan
mereka memiliki kemampuan yang tidak dimiliki sebelumnya

Ada delapan tingkat kemampuan belajar menurut Gagne, dimana kemampuan belajar pada
tingkat tertentu ditentukan oleh kemampuan belajar ditingkat sebelumnya.
13 R Gagne Delapan tingkat kemampuan belajar tersebut adalah sbb :

Signal Learning : dari signal yang dilihat, anak akan memberi respon tertentu

Stimulus – response learning : seorang anak akan memberi respon fisik atau vokal setelah
mendapat stimulus tertentu.

Chaining : kemampuan anak untuk menggabungkan dua atau lebih hasil belajar S – R yang
sederhana

Verbal assosiation : bentuk penggabungan hasil belajar yang melibatkan unit bahasa seperti
memberi nama sebuah obyek atau benda

Multiple discrimination : kemampuan untuk menghubungkan beberapa kemampuan chaining


sebelumnya

Concept learning : anak mampu memberi respon terhadap stimulus yang hadir melalui
karakteristik abstraknya

Principle learning : kemampuan siswa untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep
lainnya

Problem solving : siswa mampu menerapkan prinsip-prinsip yang telah dipelajari untuk
mencapai satu sasaran (merupakan tipe belajar yang paling tinggi)

14 Penerapan T Gagne mengaktifkan modtivasi Sampaikan tujuan pembelajaran

Mengarahkan perhatian

Merangsang ingatan

Menyediakan bimbel

Meningkatkan retensi

Membantu transfer belajar

a. mengerluarkan perbuatan

b. memberi umpan balik

15 Teori Ausubel

Guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna
Belajar bermakna adalah menyajikan materi pelajaran yang baru dengan menghubungkan pada
konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa

Siswa pada pendidikan dasar harus dilibatkan pada kegiatan langsung, sedangkan untuk siswa
pada tingkat pendidikan lebih tinggi akan lebih efektif bila guru menggunakan penjelasan,
demonstrasi, diagram atau ilustrasi.

16 Ausabel Langkah-langkah dalam menerapkan belajar bermakna :

Advance organizer

Penyampaian awal tentang kerangka isi materi yang akan dipelajari siswa, contoh : hand out
pelajaran

b. Progressive differensial

materi pelajaran disampaikan bertahap, di awali konsep umum kemudian dilanjutkan ke hal yang
khusus.

c. Integrative reconciliation

Penjelasan tentang kesamaan dan perbedaan antara kosep-kosep yang telah dimiliki dengan
konsep yang baru dipelajari.

d. Consolidation

pemantapan materi dengan menghadirkan banyak contoh

17 Penerapan dalam Pembelajaran IPA

KUDA

DURIAN

MERAH

KUNING

SAPI

RAMBUTAN

COKLAT
KAMBING

MANGGA

DAFTAR

KAMBING

KUDA

SAPI

DURIAN

MANGGA

RAMBUTAN

MERAH

COKLAT

KUNING

DAFTAR

II

Teori Belajar Piaget dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA SD1. Piaget menamakan
struktur mental dengan “schema” yang merupakan unsur penting untuk beradaptasi

Melalui Proses asimilasi (menggunakan “informasi” yang lama untuk memperoleh yang baru

Melalui proses akomodasi (pengalaman yang lama di sesuaikan dengan pengalama yang baru)

2. Piaget membagi perkembangan mental anak menjadi 4 tahap :

Tahap Sensori Motor (0 –2 tahun)

Tahap Pra-operasional (2 –7 tahun)

Tahap K0nkret operasional (7 –12 tahun)

Tahap Formal operasional (12 –15 tahun)


3. Piaget menyarankan hal hal yang perlu diperhatikanguru dalam merancang pembelajaran di
kelas :

Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara urut

Setiap anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian

Setiap anak tidak cukup hanya diberikan kegiatan fisik untuk mengembangkan intelektual
anak

Teori Belajar Gagne dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA SD

Belajar sebagai suatu proses (mengubah tingkah laku) terhadap perubahan, sehingga
perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulangkali

Gagne menganalogikan proses tersebut sebagai pemrosesan informasi (information processing


model) yaitu proses transformasi input menjadi output, dengan ransangan atau stimulus dari
lingkungan mempengaruh

Taksonomi gagne terhadap hasil belajar

1.Informasi verbal

2.Keterampilan intelektual

a.Diskriminasi

b.Konsep kongkret

c.Konsep terdefinisid.aturan

3.Strategi kognitif

4.Sikap

5.Keterampilan motoric

Menurut Gagne ada beberapa ciri penting tentang belajar :

1.Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia

2.Belajar menyangkut interaksi antara pebelajar (orang yang belajar) dengan lingkungannya

3.Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahan cukup lama,
selama kehidupan orang tersebut.
Teori Belajar Ausubel dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA SD

Menurut Ausubel belajar bermakna akan terjadi apabila informasi baru dapat dikaitkan dengan
konsep yang sudah terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Faktor paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang sudah diketahui oleh siswa
sehingga belajar bermakna dapat terjadi

Belajar bermakna memiliki 2 konsep

1.Deferensiasi Progresif

2.Rekonsiliasi integrative

1.Deferensiasi Progresif, konsep konsep yang diajarkan dimulai dari konsep umum menuju
konsep khusus

2.Rekonsiliasi Integratif, konsep konsep yang telah dimiliki harus dapat di sesuaikan
(integrasikan) oleh konsep konsep yang baru dipelajarinya

# 1. guru seharusnya menerangkan konsep umum dulu kemudian masuk ke konsep khusus

# 2. guru harus dapat menunjukan kepada siswa bagaimana konsep salng berkaitan

1.      TEORI BELAJAR PIAGET


         TEORI PIAGET
Teori Peaget mempunyai nama lengkap Jean Piaget, lahir di Swiss tepatnya di
Neuchatel pada tahun 1896.
Perkembangan mental atau kognitif anak terdiri dari beberapa tahapan. Ada empat
tahapan perkembangan mental anak secara berurutan, di antaranya adalah :
PERKIRAAN
TAHAP CIRI KHUSUS
USIA

Sensori Motor 0 – 2 tahun Kecerdasan motorik (gerak) dunia (benda) yang


ada adalah yang tampak tidak ada bahasa pada
tahap awal

Pre- 2 – 7 tahun Berpikir secara egosentris alasan-alasan


Ooperasional didominasi oleh persepsi lebih banyak intuisi
daripada pemikiran logis belum cepat melakukan
konsentrasi
Konkret 7 – 11 atau 12 Dapat melakukan konservasi logika tentang
Operasional tahun kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka
berpikir terkait dengan yang nyata

Formal 7 – 11 atau 12 Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang


Operasional tahun 14 tahun proporsional kemampuan untuk mengatasi
atau 15 tahun hipotesis perkembangan idealisme yang kuat

           PENERAPAN TEORI PIAGET DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD


Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut
adalah :
1)      Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;
2)      Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;
3)      Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk menjamin
perkembangan intelektual anak.

           CARA PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN TEORI PIAGET


   Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah mereka

melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.


   Guru harus berbuat seperti apa yang Piaget perbuat yaitu memberikan kesempatan kepada

anak untuk menemukan sendiri jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif
jabawab bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
   Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan

jawaban yang diinginkan.

2.      TEORI BELAJAR BRUNER


         TEORI BRUNER
Bruner merupakan salah seorang ahli psikolog perkembangan dan ahli belajar kognitif.
Beliau beranggapan bahwa belaar merupakan kegiatan perolehan informasi. Kegiatan
pengolahan informasi tersebut meliputi pembentukan kategori-kategori. Di antara kategori-
kategori tersebut ada kemungkinan saling berhubungan yang disebut sebagai koding. Teori
belajat Bruner ini disebut sebagai teori belajar penemuan.
Ada tiga tahap penampilan mental yang dikemukakan oleh Bruner, yaitu :
   Tahap Penampilan Enaktif sejajar dengan Tahap Sensori Motor pada Piaget

Dimana anak pada dasarnya mengembangkan keterampilan motorik dan kesadaran


dirinya dengan lingkungannya.
   Tahap Penampilan Ikonik sejajar dengan Tahap Pre-Operasional pada Piaget
Pada tahap ini penampilan mental anak sangat dipengaruhi oleh persepsinya, dimana
persepsi tersebut bersifat egosentris dan tidak stabil. Mereka belum mengembangkan kontrol
pada persepsinya yang memungkinkan mereka melihat dirinya sendiri sengan suatu pola yang
tetap.
   Tahap Penampilan Simbolik sejajar dengan Tahap Operasi Logis (Formal) pada Piaget

Inti dari tahap penampilan simbolik ini adalah pengembangan keterampilan berbahasa
dan kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan kata-kata dan idenya. Anak yang
memulai untuk secara simbolik memproses informasi.
Tidak seperti Piaget, pembagian tahapan oleh Bruner bukanlah merupakan suatu hal
yang kaku melainkan bersifat fleksibel tidak dimaksudkan untuk menentukan kesiapan anak
untuk belajar. Bruner beranggapan bahwa semenjak kecil secara intuitif, manusia sudah dapat
menangkap konsep-konsep IPA.

         PENERAPAN MODEL BELAJAR BRUNER DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD


Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner mengembangkan
model pembelajaran penemuan.
   Model ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi

sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang nyata.
   Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi melainkan

seorang penuntun untuk mendapatkan informasi.


         CARA PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN MODEL BRUNER
Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara lansung memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran ini mempunyai banyak manfaat,
antara lain :
1.      Pembelajar (Siswa) akan mudah mengingat materi pembelajaran apabila informasi tersebut
didapatkan sendiri, bukan merupakan informasi perolehan.
2.      Apabila pembelajar telah memperoleh informasi, maka dia akan mengingat lebih lama.

3.        TEORI BELAJAR GAGNE


         TEORI GAGNE
Model ini menunjukkan aliran informasi dari input ke output. Rangsangan/stimulus dari
lingkungan (environtment) mempengaruhi alat-alat indera yaitu (receptor), dan masuk ke dalam
sistem syaraf melalui register penginderaan (sensory register). Disini informasi diberi kode,
artinya informasi diberi suatu bentuk yang mewakili informasiaslinya dan berlangsung dalam
waktu yang sangat singkat. Bagian-bagian ini dimasukkan dalam memori jangka pendek (short
term memory) dalam waktu singkat, sekitar beberapa detik saja. Tetapi, informasi dapat diolah
oleh internal rehearsal dan disimpan dalam memori jangka pendek untuk waktu yang lebih
lama, namun rehearsal juga mampu mentransformasikan informasi itu sekali lagi ke dalam
memori jangka panjang (long term memory).
Informasi dari memori jangka pendek atau memori jangka panjang dikeluarkan kembali
melalui suatu generator repons (response generator) yang berfungsi mengubah informasi
menjadi tindakan.
Model seperti digambarkan di atas juga menunjukkan bagaimana pengendalian internal
dari aliran informasi oleh kontrol utama (executice control) dan harapan-harapan
(ecpectancies).
Menurtu teori Ada beberapa ciri penting tentang belajar, yaitu :
1.      Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia,
2.      Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya,
3.      Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahap cukup lama
selama kehidupan orang itu.

         HASIL BELAJAR MENURUT GAGNE


Ada 5 taksonomi Gagne tentang hasil-hasil belajar meliputi :
a)      Informasi verbal (verbal information)
Informasi verbal ialah informasi yang diperoleh dari kata yang diucapkan orang, dari
membaca, televisi, komputer dan sebagainya meliputi nama-nama, fakta-fakta, prinsip-prinsip
dan generalisasi-generalisasi.
b)     Keterampilan-keterampilan intelektual (intellectual skills)
Kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri
dalam  bentuk representasi, khususnya konsep dan berbagai  lambang/simbol (huruf : angka,
kata, gambar)
Kemahiran intelektual terbagi dalam empat subkemampuan yaitu :
         Diskriminasi (descrimination)
         Konsep-konsep konkret (concrete concepts)
         Konsep-konsep terdefini (defined conceps)
         Aturan-aturan (rules)
c)      Strategi-strategi Kognitif (defined strategies)
Strategi-strategi kognitif adalah kemampuan-kemampuan internal yang terorganisasi.
Siswa menggunakan strategi kognitif ini dalam memikirkan tentang apa yang telah dipelajarinya
dan dalam memecahkan masalah secara kreatif.
d)     Sikap-sikap (attitudes)
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi tingkah
laku kita terhadap benda-benda, kejadian-kejadian atau makhluk hidup. Sekolompok sikap yang
penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain atau sikap sosial. Dengan demikian maka
akan tertanam sikap sosial pada para siswa
e)      Keterampilan-keterampilan (motor skills)
Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, tetapi juga
kegiatan-kegiatan fakta, tetapi juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabungkan dengan
keterampilan intelektual, misalnya : bila berbicara, menulis, atau dalam menggunakan berbagai
alat IPA seperti menggunakan pipa kapiler, termometer dan sebagainya.

           MENERAPKAN TEORI GAGNE DALAM MENGAJARKAN IPA DI SD


Model mengajar menurut Gagne meliputi delapan langkah yang sering disebut kejadian-
kejadian instruksional (instructional events), meliputi :
a)      Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
b)      Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information)
c)      Mengarahkan perhatian (directing motivation)
d)     Merangsang ingatan (stimulating recall)
e)      Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance)
f)       Meningkatkan retensi (enhancing retention)
g)      Membantu transfer belajar (helping transfer of learning)
h)        -   Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance)
                     -   Memberi umpan balik (providing feedback)

4.      TEORI BELAJAR AUSUBEL


         TEORI AUSUBEL (BELAJAR BERMAKNA)
Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori belajarnya adalah belajar
bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi
baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.
Peristiwa psikologi belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru ke dalam
pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Ausubel, belajar bermakna akan terjadi apabila
informasi baru dapat dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah terdapat dalam struktur
kognitif seseorang.

 MENERAPKAN TEORI AUSUBEL DALAM PENGAJARAN IPA


Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah
diketahui oleh siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di daerah tertentu dalam otak.
Banyak sel otak tang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan tersebut.
David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah lebih efisien
dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan menyajikan bahwa pembelajar
dapat mempelajari materi pelajaran dalam jumlah yang lebih banyak.

 PRINSIP-PRINSIP YANG DIKEMUKAKAN OLEH AUSUBEL


Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah
diketahui oleh siswadalam mengaitkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif
dikumukakan 2 prinsip oleh Ausubel yaitu :
a)      Prinsip Diferensiasi Progresif (progressive differentiation)
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep-
konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.
b)      Prinsip Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation)
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya

KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

A.    PENGERTIAN
Pengertian keterampilan proses dikaitkan dengan keterampilan fisik dan mental yang
terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu
yang baru (Semiawan, dkk., 1992).
Menurut Esler dan Esler (1984) terdapat 8 keterampilan proses dasar dan 5
keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar meliputi :
1. Mengobservasi;
2. Mengklasifikasi;
3. Mengukur ;
4. Mengomunikasikan;
5. Menginferensi;
6. Memprediksi;
7. Mengenal hubungan ruang dan waktu;
8. Mengenal hubungan angka.
Sedangkan Keterampilan proses terpadu atau keterampilan proses terintegrasi meliputi :
1. Keterampilan memformulasikan hipotesis;
2. Menamai variabel;
3. Membuat definisi operasional;
4. Melakukan eksperimen;
5. Menginterpretasikan data;

Dalam pembahasan kali ini kita hanya akan membahas keterampilan proses dasar yang
terdiri dari 8 keterampilan.

1.      KETERAMPILAN MENGOBSERVASI
Keterampilan mengobservasi merupakan keterampilan yang dikembangkan dengan
menggunakan semua indera yang kita miliki atau alat bantu indera untuk mendapatkan
informasi dan mengidentifikasi serta memberikan nama sifat-sifat/karakteristik dari objek atau
kejadian.
Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi
misalnya menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki oleh benda-benda, sistem-sistem, dan organisme
hidup. Sifat-sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk, ukuran, dal lain-lain

2.      KETERAMPILAN MENGKLASIFIKASI
Keterampilan mengklasifikasi merupakan keterampilan yang dikembangkan melalui
latihan-latihan mengkategorikan, menggolongkan, mengatur atau membagi
objek/benda/kejadian/informasi berdasarkan sifat/karakteristik yang dimiliki menurut sistem atau
metode tertentu.
Skema klasifikasi umumnya digunakan untuk mnegidentifikasi dan untuk menunjukkan
persamaan, perbedaan, dan hubungan-hubungannya. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk
melatih keterampilan ini misalnya memilih bentuk-bentuk kertas, yang berbentuk kubus,
gambar-gambar hewan atau daun-daun berdasarkan sifat umumnya.

3.      KETERAMPILAN MENGUKUR
Keterampilan mengukur merupakan keterampilan membuat observasi secara
kuantitatif (terhadap standar ukuran tertentu) yang dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan pengembangan satuan-satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas,
isi, waktu, berat, massa, dan lain-lain.
Keterampilan mengukur memerlukan kemampuan untuk menggunakan alat ukur
secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat-
alat ukur.

4.      KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN
Keterampilan mengukur adalah menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil
dikumpulkan/menyampaikan hasil penyelidikan, yang dapat dikembangkan dengan cara
menghimpun informasi dari grafik/gambar yang menjelaskan benda-benda/kejadian-kejadian
secara rinci.
Pelatihan untuk kegiatan keterampilan ini dapat berupa latihan membuat dan
menginterprestasikan informasi dari grafis, charta, peta, gambar, dan lain-lain.

5.      KETERAMPILAN MENGINFERENSI
Keterampilan menginferensi adalah keterampilan membuat kesimpulan sementara dari
yang kita observasi dengan menggunakan logika.
Keterampilan ini dapat dikembangkan dengan latihan-latihan yang mengembangkan
lebih dari satu rangkaian keadaan yang diobservasi.
Contoh : siswa diajak jalan ke daerah yang banyak ditumbuhi pohon-pohonan
kemudian tanyakan apa interferensinya tentang hewan-hewan yang-hewan yang mungkin hidup
disekitar pohon-pohonan yang dilihatnya.

6.      KETERAMPILAN MEMPREDIKSI
Keterampilan memprediksi adalah keterampilan menduga/memperkirakan/meramal-
kan beberapa kejadian/keadaan yang akan datang berdasarkan dari kejadian/keadaan yang
terjadi sekarang (yang telah diketahui).
Prediksi didasarkan pada observasi, pengukuran, dan informasi tentang hubungan-
hubungan antara variabel yang diobservasi. Prediksi yang tepat dapat dihasilkan dari observasi
yang teliti dan pengukuran yang tepat.
Contoh : memprediksi sejauh apa sebuah benda akan berhenti jika benda tersebut
dijatuhkan dari berbagai ketinggian.

7.      KETERAMPILAN MENGENAL HUBUNGAN RUANG DAN WAKTU


Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu meliputi keterampilan menjelaskan
posisi suatu benda terhadap benda lainnya atau terhadap waktu, atau keterampilan mengubah
bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu.
Proses ini dapat dipecah ke dalam bermacam-macam kategori termasuk bentuk, arah,
dan susunan yang berkaitan dengan ruang-waktu, gerak dan kecepatan, kesimetrisan, dan
kecepatan perubahan.

8.      KETERAMPILAN MENGENAL HUBUNGAN BILANGAN-BILANGAN / ANGKA


Keterampilan mengenal hubungan bilangan-bilangan meliputi kegiatan menemukan
hubungan kuantitatif di antara data dan menggunakan garis bilangan untuk membuat operasi
aritmatik.
Menggunakan angka adalah mengaplikasikan aturan-aturan atau rumus-rumus
matematik untuk menghitung kauntitas atau menentukan hubungan dari pengukuran dasar.
PENDEKATAN INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA SD

Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban melalui serangkaian kegiatan


intelektual. Secara umum urutan kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Merencanakan
2. Mendiskusikan
3. Membuat hipotesis
4. Menganalisis
5. Menafsirkan hasil untuk mendapatkan konsep umum yang dipelajari.

A.    MANFAAT PENDEKATAN INKUIRI


1. Mengembangkan sifat ingin tahu
2. Mengembangkan imajinasi
3. Mengembangkan kemampuan berpikir
4. Mengembangkan sikap
5. Mengembangkan keterampilan proses

B.     ALASAN MENGGUNAKANNYA
1. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa
2. Melibatkan siswa dalam kegiatan yang memerlukan keterampilan kognitif tingkat tinggi
3. Memberikan pengalaman konkret bagi siswa
4. Membantu siswa mengembangkan keterampilan proses (keterampilan penting dalam
melakukan kegiatan IPA)

C.    KATEGORI PADA PENDEKATAN INKUIRI


1. PENDEKATAN INKUIRI KATEGORI RASIONAL
Pada kategori ini, guru mengarahkan siswa untuk membuat suatu generalisasi dengan
menggunakan rasional (guru bertanya dan memberi penguatan jawaban sampai generalisasi
yang diingikan tercapai.

2. PENDEKATAN INKUIRI KATEGORI DISCOVERY


Tujuan kategori ini, untuk mengembangkan keterampilan memasang dan merancang
alat serta keterampilan mengobservasi (membagi kelompok, menunjuk ketua kelompok,
membagi materi, dll).

3. PENDEKATAN INKUIRI KATEGORI EKSPERIMEN


Kategori ini dapat dijelaskan sebagai suatu prosedur membuat pertanyaan yang
dianggap benar dan menemukan suatu cara untuk menguji pernyataan tersebut.

D.    CONTOH PENERAPAN MATERI PEMBELAJAN IPA DI SD DENGAN MENGGUNAKAN


PENDEKATAN INKUIRI

Kelas/Semester : IV / 2

Aspek : Energi dan Perubahannya

Standar Kompetensi : Kemampuan menyelidiki bahwa gaya dapat mengubah


gerak dan bentuk suatu benda; menyadari keberadaan energi dalam berbagai
bentuk dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi Dasar : Siswa mampu


a)      Menyimpulkan dari hasil percobaan bahwa gaya (mencakup dorongan dan
tarikan) dapat mengubah gerak dan bentuk suatu benda ;
b)      Dalam sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat: merancang dan membuat
suatu karya model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh
udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut.

Pendekatan dan Prosedur : Prosedur yang dilakukan adalah :


1)      Memilih menentukan kegiatan sebagai wahana pembelajaran inkuiri, yaitu (1)
kegiatan mengamati berbagai gerak benda dan kegiatan cara menggerakkan
bola, (2) kegiatan mengamati gaya pada benda jatuh dan kegiatan mengamati
gaya pada bola yang menggelinding, (3) kegiatan mengamati gaya pada benda
yang terbang, (4) kegiatan pengaruh gaya terhadap plastisin/tanah liat, (5)
kegiatan mengetahui penyebab benda terapung, melayang, dan tenggelam, (6)
kegiatan mengetahui penyebab logam terapung, (7) kegiatan menimbang  berat
benda dalam air.
2)      Melakukan kegiatan secara demonstrasi guru/siswa/kerja kelompok dan
mendiskusikan hasil kegiatan.
3)      Mengajarkan tentang cara mengubah gerak dan bentuk benda, menggerakkan
benda diam dengan memberi gaya, gaya pada benda yang sedang bergerak,
Contoh gaya yang dapat mengubah bentuk benda dan gerak benda.
4)      Menugaskan siswa untuk membaca bacaan terkait materi dan atau memeberi
tugas.

Evaluasi :
Evaluasi formatif untuk memperbaiki program pembelajaran dan memantapkan
pemahaman, pengembangan sikap, dan keterampilan. Dilakukan evaluasi
sumatif untuk menilai pemahaman, sikap, dan keterampilan. Evaluasi dilakukan
dengan menggunakan berbagai instrumen, yaitu tes untuk konsep dan
keterampilan, pedoman observasi untuk keterampilan dan perilaku, penilaian
kinerja untuk keterampilan, dan instrumen sikap untuk sikap

Anda mungkin juga menyukai