Anda di halaman 1dari 22

I.

                   PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
 Ketersediaan energi merupakan syarat mutlak khususnya dalam pelaksanaan
pembangunan nasional baik pada saat ini maupun pada masa yang akan datang, guna menjamin
pemenuhan pasokan energi yang merupakan tantangan utama bagi bangsa Indonesia. Kebutuhan
energi saat ini pada umumnya didominasi oleh energi fosil yaitu minyak bumi, gas bumi dan
batubara. Di lain pihak, adanya cadangan energi fosil yang terbatas, seharusnya dilakukan
antisipasi dengan berbagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil
tersebut.
Salah satu energi sebagai bahan bakar yang sering kita jumpai ditengah masyarakat
adalah bensin. Pemakaian bensin semakin meningkat seiring dengan makin banyaknya alat
transportasi yang ada. Bensin sendiri memiliki jenis yang berbeda seperti pertamax, dan juga
premium. Hal ini disebabkan oleh adanya zat aditif yang ditambahkan untuk meningkatkan
kualitas bensin.
Dengan penambahan zat tersebut, maka dapat dipastikan bensin tersebut sudah tidak
dalam keadaan murni. Oleh karena itu, kita melakukan percobaan ini untuk mendapatkan bensin
yang murni dengan metode destilasi.

B.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam percobaan ini adalah
bagaimana proses memurnikan bensin dengan destilasi?

C.  Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui proses permunian bensin.
 
  
 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Destilasi adalah seni memisahkan dan pemurnian dengan menggunakan
perbedaan titik didih. Di zaman dulu, destilasi digunakan untuk mendapatkan ekstrak tumbuhan
yang diperkirakan dapat sebagai sumber kehidupan. Teknik destilasi kemudian ditingkatkan
ketika kondenser (pendingin) diperkenalkan. Dalam kehidupan seharihari, prinsip destilasi dapat
digunakan dalam pembuatan minyak kayu putih, penyulingan air bersih, dan pemisahan
bioetanol dari campurannya (Sarifudin, 2009).
Sama halnya dengan ketel uap (steamboyler), mesin pendingin (refrigerator), atau mesin
pemanas lainnya, destilator juga mempakan sebuah alat penukar kalor (heat exchanger), yang
terdiri dari beberapa peralatan utama yaitu peralatan penguapan (evaporator) dm peralatan
pengembunan (kondensor). Proses perpindahan kalor pada kedua peralatan ini adalah mempakan
proses gabungan yang melibatkan radiasi dan konduksi, atau dapat dikatakan bahwa proses yang
terjadi adalah proses konveksi (Sahuburua, 2006).
Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak mentah
menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik,
pemanas, dan lainnya. Udara didistilasi menjadi kompon-enkomponen seperti oksigen untuk
penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan sejak lama
untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk
menghasilkan minuman suling (Darmadji, 2002).
Bensin dapat dibuat dengan beberapa cara, antara lain yaitu penyulingan langsung dari
minyak bumi (bensin straight run), dimana kualitasnya tergantung pada susunan kimia dari
bahan-bahan dasar. Bila mengandung banyak aromatik-aromatik dan napthen-naphten akan
menghasilkan bensin yang tidak mengetok (anti knocking). Yang kedua adalah merengkah
(cracking) dari hasil-hasil minyak bumi berat, misalnya dari minyak gas dan residu. Selain itu
dapat pula merengkah (retor ming) bensin berat dari kualitas yang kurang baik. Kemudian bensi
juga dapat dibuat dengan cara sintesis dari zat-zat berkarbon rendah. Bensin biasanya digunakan
sebagai bahan bakar motor serta sebagai bahan ekstraksi, pelarut dan pembersih (Zuhra, 2003).
Cara yang umum dipakai dalam melukiskan hasil destilat adalah dengan
menggambarkan kurva destilasi, dimana komposisi, titik didih, atau sifat-sifat fisika lain dari
destilat digambarkan terhadap persenatau jumlah destilat. Pemisahan yang sempurna akan
diperoleh pada kurva yang mempunyai sudut pembelokan yang tajam. Hal ini dimungkinkan
untuk campuran yang mudah dipisahkan atau peralatan yang cukup efektif. Keadaan ketajaman
pembelokan memberikan gambaran pendekatan tentang ketajaman pemisahan, karena hal ini
berhubungan langsung dengan kemurnian fraksi yang dikumpulkan (Anwar et al, 1994).

III.             METODE PERCOBAAN

A.  Waktu Dan Tempat


Percobaan ini dilaksanakan pada hari Selasa 3 juni 2014, pukul 07.00 WITA dan
bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo Kendari.

B.  Alat Dan Bahan


1.    Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah seperangkat alat destilasi, gelas ukur,
termometer, statif dan klem, pompa air, pecahan porselin dan selang air.
2.    Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bensin dan vaselin dan
aluminium foil.
 

C.  Prosedur Kerja
 
                    

                                 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
1.    Rangkaian alat destilasi
8
 
 

9
 
 
6
 
5
 
7
 
 
1
 
 
2
 
 
3
 
4
 
 
Keterangan :
1.    Elektromanthel
2.    Labu alas bulat
3.    Adaptor
4.    Termometer
5.    Air keluar
6.    Air masuk
7.    Kondensor
8.    Konektor
9.    Erlenmeyer

2.    Data Pengamatan
Volume bensin               = 200 ml
Volume destilat             = 91 ml
Rendamen         = Vol.destilat / vol.bensin x 100%

                           =  91 ml  / 200  ml x 100%


                           = 45,5%

B.  Pembahasan
 Bensin mengandung energi kimia. Energi ini diubah menjadi energi panas melalui

proses pembakaran (oksidasi) dengan udara didalam mesin atau motor bakar. Energi panas ini

meningkatkan temperatur dan tekanan gas pada ruang bakar. Gas bertekanan tinggi tersebut

berekspansi melawan mekanisme-ekanisme mesin. Secara sederhana, bensin tersusun dari

hidrokarbon rantai lurus dengan rumus kimia CnH2n+2, mulai dari C7 (heptana) sampai dengan

Cn. Dengan kata lain, bensin terbuat dari molekul yang hanya terdiri dari hydrogen dan karbon

saling terikat satu dengan lainya sehingga membentuk rantai.

Untuk mendapatkan  bensin dengan kualitas yang baik, maka ditambahkan

beberapa zat aditif untuk meningkatkan bilangan oktan. Dengan tingginya bilangan oktan yang

dimiliki maka kualitas bensin tersebut semakin baik dan tidak akan terjadi knocking pada mesin.

Dengan adanya zat aditif ini maka bensin sudah tidak berada dalam kondisi yang murni. Untuk

mengetahui bensin dalam kondisi yang murni maka dapat dilakukan destilasi untuk

memisahkannya dari zat-zat yang lainnya.

Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan perbedaan

titik didik atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam
proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan

tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Proses destilasi diawali dengan

pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut

bergerak menuju kondenser yaitu pendingin, proses pendinginan terjadi karena kita

mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar condenser), sehingga uap yang dihasilkan akan

kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh

senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut. Dari destilasi yang dilakukan

didapatkan volume destilat sebanyak 91 ml dari 200 ml campuran atau dengan rendamen

sebesar 45,5%. Artinya bensin yang bervolume 200 mL mengandung bensin murni

sebanyak 45,5% dan sisanya adalah pengotor dan zat warna. Pengaruh zat pengotor pada titik

didih sangat bergantung pada sifat zat pengotor, sehingga akan didapat pengaruh yang besar

bila residu yang volatile masih tetap ada. Sebaiknya penambahan zat yang mempunyai titik

didih sama tidak memberikan pengaruh apapun. Umumnya, sejumlah kecil zat pengotor akan

memberikan pengaruh yang kecil pada titik didih jika dibandingkan pengaruhnya terhadap titik

leleh. Dengan demikian, titik didih tidak memberikan arti yang sama seperti titik leleh untuk

karakterisasi bahan-bahan dan kriteria kemurniannya

V. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa bensin dapat

dimurnikan dengan metode destilasi. Dalam percobaan ini, efisiensi yang

diperoleh dari destilasi bensin adalah sebesar 45,5%.

 DAFTAR PUSTAKA
Anwar.C, Purwono.B, Pranowo.H.D & Wahyuningsih.T.D, 1994, Pengantar Praktikum Kimia Organik,
UGM Press, Yogyakarta.
Darmadji, P., 2002, Optimasi Pemurnian Asap Cair Dengan Metode Redistilasi Volum XIII, Departemen
Ilmu Dan Tekonologi Pangan IPB, Bogor.
Sahuburua, D., 2006, “Desain Destilator Untuk Destilasi Air Laut Pada Kapal Penangkap Ikan (Sebuah Studi
Pada KM.Toyo 21)”, Ichthyos, 5(2): 44.
Sarifudin, A., 2009, Alat Destilasi Sederhana Sebagai Wahana Pemanfaatan Barang Bekas Dan Media
Edukasi Bagi Siswa SMA Untuk Berwirausaha Di Bidang Pertanian, IPB, Bogor.
Zuhra, C.V., 2003, Penyulingan, Pemrosesan, Dan Penggunaan Minyak Bumi, Jurusan Kimia FMIPA USU,
Medan.

EMURNIAN BENSIN DENGAN DESTILASI


PEMURNIAN FENOL DENGAN DESTILASIA. Tujuan
Tujuan percobaan ini yaitu untuk memurnikan bensin.B. Landasan Teori
Sebelum membahas lebih lanjut tentang destilasi kita akan mencoba menelusuri terkebih dulu
sejarah destilasi tersebut. Pertama kali destilasi dikenalkan oleh seorang kimiawan Babilonia di
Mesopotamia pad millennium ke-2 sebelum masehi. Namun untk industri dibawa oleh kimiwan
muslim dalam proses mengisolasi ester untuk membuat parfum. Pada abad ke-8 kimiawan muslim
juga berhasil mendapatkan substan kimia yang benar-benar murni melalui proses destilasi. Pada
tahun 800-an ahli kimia Persia, Jabir ibnu Hayam menjadi insprasi dalam destilasi skala mikro,
karena penemuannya di bidang destilasi yang masih dipakai sampai sekarang. Petroleum pertama
kali di dsetilasi oleh kimiawan muslim yang bernama Al-Razi pada abad ke-9, untuk destilasi
karosin/ minyak tanah pertama ditemukan oleh Avicenna pada awal abad ke-11
(http://en.wikipedia/wiki/destilasi). Destilasi secara umum merupakan suatu proses pemisahan
komponen didalam zat cair pada suhu didihnya. Campuran zat cair yang akan dipisahkan dididihkan
dan uap yang terbentuk diembunkan didalam kondenser. Destilasi ada beberapa macam, destilasi
biasa, destilasi dengan reflux dan destilasi dengan uap. Pemisahan komponen dengan destilasi
bergantung pada perbedaan tekanan uap komponen dalam campuran. Tekanan cairan diukur
sebagai kecenderungan molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu
cairan dinaikkan , tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan
atmosfir. Pada keadaan ini cairan akan mendidih, suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan
tekanan atmosfir dinamakan titik didih. Jika campuran dididihkan, komposisi uap diatas cairan tidak
sama dengan komposisi pada cairan, uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatil atau
komponen yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika uap didinginkan akan terembunkan dan
komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap. Jika suhu relatif tetap
destilat akan mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran zat cair
(Yudhi, et, al., 2007).
Destilasi merupakan suatu metode pemisahan campuran larutan dengan menggunakan fase uap
yang kemudian diembunkan menjadi suatu larutan murni. Destilasi dapat digunakan untuk
memisahkan dua buah campuran atau lebih terhadap larutan non volatil. Karena sifat larutan yang
selalu terdapat uap diatas cairan, sehingga berdasarkan hal tersebut maka dengan proses
pemisahan dapat dilakukan untuk memperoleh destilat dengan melihat perbedaan titik didih dalam
campuran, dimana larutan volatil cenderung lebih cepat mendidih daripada larutan non volatil
(Marsal, et, al., 2008)
Salah satu cara untuk mengerjakan destilasi yaitu dengan cara mengurangi tekanan pada
temperatur yang tetap. Tetapi yang lebih umum adalah mendestilasi pada tekanan tetap dengan
menaikkan temperatur. Jika dalam destilasi sederhana sederhana, uapnya diambil dan
dikondensasi, maka suatu metode destilasi terfraksi dilakukan dengan jalan berulang-ulang secara
berurutan. Dengan cara demikian akan dihasilkan yang jauh lebih murni dibandingkan dengan
destilat sederhana (Atkins, 1994).Cara yang umum dipakai dalam melukiskan hasil destilat adalah
dengan menggambarkan kurva destilat. Dimana komposisi titik didih atau sifat-sifat fisika lain dari
destilat digambarkan terhadap jumlah destilat. Pemisahan yang sempurna akan diperoleh pada
kurva yang mempunyai sudut yang tajam. Hal ini memungkinkan untuk campuran yang mudah
dipisahkan oleh peralatan yang efektif. Keadaan ketajaman pembelokan memberikan gambaran
pendekatan tentang ketajaman pemisahan (Anwar, 1994).Tekanan uap kompleks murni suatu
larutan ideal biasanya berbeda dan arena alasan ini maka larutan memilki komposisi berbeda
dengan fasa uapnya yang berkesetimbangan dengannya. Suatu cairan dapat diuapkan dengan
berbagai cara. Yang paling mudah mendidihkannya sampai menguap dan komposisi akhirnya akan
sampai dengan cairan asalnya. Sudah jelas bahwa campuran mendidih pada suatu kisaran suhu,
tidak pada satu suhu Tb sebagaimana pada cairan murni. Alternatifnya dikumpulkan dan
diembunkan kembali. Cairan yang dihasilkan akan lebih kaya dengan komponen 1 dibandingkan
larutan asalnya. Larutan non ideal dapat menunjukkan prilaku yang lebih rumit. Campuran yang
menunjukkan penyimpangan negatif besar dari hukum Raoult (yaitu jika gaya tarik zat terlarut-
terlarut sangat kuat) akan memiliki titik didih maksimum (Suminar, 1994).Pemurnian suatu zat volatil
dapat dilakukan dengan metode destilasi. Pada percobaan ini fenol didestilasi dari kotoran yang
tidak menguap pada keepatan tidak tetap. Kecepatan penguapan bensin perlahan-lahan sehingga
volume destilat dan sampel yang didestilasi harus sama. Penggunaan CuSO4 selama destilasi
sampel yang telah diasamkan memungkinkan pembentukan kupri sulfida tanpa diikuti dekomposisi
menjadi H2S. Larutan yang asam juga mencegah pengendapan kupri hidroksida yang berperan
sebagai bahan pengoksidasi terhadap bensin (Armid, 2006:3).Pemurnian merupakan suatu proses
untuk meningkatkan kualitas suatu bahan agar mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Beberapa
metode pemurnian yang dikenal adalah secara kimia ataupun fisika. Pemurnian secara fisika
memerlukan peralatan penunjang yang cukup spesifik, akan tetapi minyak yang dihasilkan lebih
baik, karena warnanya lebih jernih dan komponen utamanya menjadi lebih tinggi. Untuk metode
pemurnian kimiawi bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sederhana dan hanya
memerlukan pencampuran dengan adsorben atau senyawa pengomplek tertentu (Hernani, 2006)C.
Alat dan Bahan1. Alat
1 Set Alat Destilasi
Statif dan Klem
Gelas Ukur
Elektromantel
Aluminium foil
tissue
2. Bahan
Bensin
Vaselin
tissue
D. Prosedur Kerja
E. Hasil PengamatanNo.PerlakuanHasil
1.Rangkai alat destilasi
2.Dimasukkan bensin 100 mL ke dalam labu alas bulat Bensin dalam alat destilasi
3.Dipanaskan Bensin murni menguap membentuk hasil berupa destilat
4.Hasil destilasi Destilat (bensin murni) 5,8 ml
Perhitungan :
Dik. volume sampel = 100 mL
Volume destilat= 5,8 mL
Dit. Efisiensi.??
Penyelesaian :
Efesiensi = vol. destilat x 100% Vol. sampel = 5,8 mL x 100%
100 mL
= 5,8 %
PembahasanDestilasi merupakan suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen zat cair
berdasarkan pada titik didih. Secara sederhana destilasi dilakukan dengan
memanaskan/menguapkan zat cair lalu uap tersebut didinginkan kembali supaya jadi cair dengan
bantuan kondensor. Destilasi terdiri dari beberapa macam yaitu destilasi sederhana, destilasi
bertingkat, destilasi azeotrop, destilasi vakum, refluks/ destrusi dan destilasi kering.Pada percobaan
kali ini memurnikan bensin dengan menggunakan metode destilasi sederhana. Destilasi sederhana
biasanya digunakan untuk memisahkan zat cair yang titik didihnya rendah, atau memisahkan zat
cair dengan zat padat atau miniyak. Proses ini dilakukan dengan mengalirkan uap zat cair dan
ketika uap tersebut telah berada di kondensor, akan mengalami pendinginan atau pengembunan.
Setelah melewati kondensor, uap yang telah menjadi cairan tersebut akan ditampung dalam suatu
wadah. Hasil tersebut dinamakan destilat. Namun hasilnya tidak benar-benar murni atau biasa
dikatakan tidak murni karena hanya bersifat memisahkan zat cair yang titik didih rendah atau zat cair
dengan zat padat atau minyak.Pada destilasi ini, penguapan cairan terjadi karena molekul-molekul
cairan dipermukaan cairan meninggalkan cairan. Molekul-molekul ini mempunyai tenaga lebih besar
dari pada tenaga rata-rata dalam cairan. Penguapan tidak terjadi terus menerus, sebab sebagian
dari uap kembali kedalam cairan. Bila kecepatan penguapan dan pengembunan sama, terjadi
kesetimbangan dan tekanan uap yang terjadi disebut tekanan uap jenuh pada temperatur tersebut
atau tekanan uap.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu proses destilasi, salah satunya yaitu
peletakan thermometer harus tepat berada pada posisi jalan keluar uap kekondensor agar uap yang
akan menuju ke kondensor langsung terukur suhunya. Prinsip destilasi adalah penguapan cairan
dan penegembunan kembali uap tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu
dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali disebut
destilat. tujuan destilasi yaitu pemisahan zat cair berdasarkan perbedaan titik didih suatu campuran.
Pada proses destilasi ini diperlukan kesetimbangan fasa uap cair yang mana kesetimbangan ini
bergantung pada tekanan uap larutan. Hukum Raoult digunakan untuk menjelaskan fenomena yang
terjadi pada proses pemisahan yang menggunakan metode destilasi. Hukum Raoult menjelaskan
bahwa tekanan uap suatu komponen yang menguap (bensin) dalam larutan sama dengan tekanan
komponen murni yang dikalikan dengan fraksi mol komponen yang menguap dalam larutan yang
dalam hal ini adalah bensin.Bensin merupakan cairan volatil hal ini disebabkan oleh tekanan uapnya
yang tinggi. Perlu diketahui bahwa volatilitas dapat digunakan untuk menjelaskan dan memperoleh
hubungan antara komposisi uap dan cairan dalam kesetimbangan. Istilah volatilitas pada umumnya
digunakan di dalam suatu pengertian yang luas untuk menunjukkan mudah atau sukarnya
penguapan dari suatu zat. Volatilitas dari suatu zat dalam suatu campuran didefinisikan sebagai
tekanan uap parsial dibagi dengan mol fraksi dalam cairan. Bila suatu campuran binair dengan
komposisi cairan sebesar Xs yang mendidih pada temperatur t1, dan berada pada kesetimbangan
dengan uapnya yang mempunyai komposisi sebesar Y1 dan lebih kaya akan komponen yang lebih
volatil. Komposisi uap yang besarnya Y1 ini bila dikondensasikan akan memberikan komposisi yang
sama dengan cairannya sebesar X1. Beberapa tujuan destilasi pada umumnya adalah untuk
mengambil sebagian atau seluruh zat tertentu yang ada dalam bahan. Pada proses pemurnian 75
mL bensin didapatkan destilat berupa petroleum eter sebagi bensin murni sebesar 22,5 mL,
sehingga efisiensi destilat dapat dihitung yaitu sebesar 30 %. Destilat yang diperoleh memiliki sifat
fisik yang agak berbeda jika dilihat dari warna cairan, yang mana pada bensin warna cairannya yaitu
kuning sedangkan pada destilat berwarna bening. Selain itu destilat yang diperoleh volatilitasnya
lebih tinggi jika dibandingkan dengan bensin. Hal ini dipengaruhi oleh zat-zat pengotor yang terdapat
pada bensin sehingga ikut mempengaruhi volatilitas cairan. Volatilitas dipengaruhi oleh titik didih
cairan, semakin rendah titik didih suatu cairan maka semakin tinggi volatilitas suatu cairan dan
demikian pula sebaliknya. F. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
pemurnian bensin dapat dilakukan dengan menggunakan metode destilasi. Kita dapat melihat
kemurnian sample yang didestilasi dengan melihat efisiensi kadar destilat. efisiensi kadar bensin
yang diperoleh sebesar 30 %. Dimana arti dari 30 % tersebut yaitu hasil pemurnian bensin yang
diperoleh hanya sebesar 30 % dari volume awal dari. Dimana 60 % bagian lainnya kemungkinan
merupakan zat-zat pengotor yang terkandung dalam sample (bensin yang akan didestilasi).
DAFTAR PUSTAKA
Armid, 2006. Petunjuk Praktikum Metode Pemisahan Kimia Analitik. F-MIPA
UNHALU. Kendari.
Atkins, P.W., 1994. Kimia Fisika. Erlanga. Jakarta.
Khairil, Anwar, 1994. Penuntun Praktikum Kimia Organik. UGM. Yogyakarta.
Marsal, et., al., 2008. Sistem dari Alat Destilasi . Jurnal DestilasiSuminar, 1994. Kimia Dasar Jilid II.
Erlangga. Jakarta.
Yudhi, at, al., 2005. Pemisahan Fluorida dari Larutan Uranil Nitrat dengan Cara Distilasi Uap . Jurnal
Destilasi Uap.Hernani, 2006. Peningkatan Mutu Minyak Atsiri Melalui Proses Pemurnian. Jurnal
Proses Pemurnian.
http://en.wikipedia/wiki/destilasi (diakses tanggal 14 Maret 2009).
LAPORAN PRAKTIKUM METODE PEMISAHAN KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN IIPEMURNIAN BENSIN DENGAN DESTILASI
OLEH
NAMA
: NURWAHIDA SYAHRIR
STAMBUK
: F1C1 11 071
KELOMPOK
: I (SATU)
ASISTEN
:
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUA ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI
2 0 1 3disusun menjadi rangkaian alat destilasi
Alat Destilasi
Bensin
diambil 75 mL
dimasukkan ke dalam labu alas bulat
ditambahkan batu didih
Hasil pengamatan
Diukur volume destilat
dihitung efisiensi kadar bensin
Destilat
dihubungkan dengan kondensor
dipanaskan
diamati kenaikan suhu pada termometer
75 mL bensin + batu didih dalam labu Destilasi
_1297450873.unknown
 RANCANGAN DAN UJI KINERJA ALAT DISTILASI ETANOL DENGAN METODE REKTIFIKASI Oleh :
SIGIT SUSILO F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 RANCANGAN DAN UJI KINERJA ALAT DISTILASI ETANOL DENGAN METODE REKTIFIKASI
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada
Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : SIGIT
SUSILO F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT
PERTANIAN BOGOR

3 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN RANCANGAN DAN UJI


KINERJA ALAT DISTILASI ETANOL DENGAN METODE REKTIFIKASI SKRIPSI Sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : SIGIT SUSILO F Dilahirkan pada
tanggal 3 Desember 1985 di Purworejo Tangggal lulus :... Menyetujui, Bogor, Januari 2009 Dosen
Pembimbing Akademik Dr. Ir. Leopold Oscar Nelwan, M.Si. NIP Mengetahui, Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua
Departemen Teknik Pertanian

4 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Sigit Susilo dengan nama panggilan sigit, dilahirkan di
Purworejo pada tanggal 03 Desember Penulis dilahirkan dari pasangan Sudiharjo (Ayah) dan Sumirah
(ibu) dan merupakan anak kesepuluh dari sepuluh bersaudara. Penulis menjalankan pendidikan dasar di
SD N Rowobayem kemudian pada tahun 1998 melanjutkan pendidikan di SMP N1 Kutoarjo. Pada tahun
penulis menempuh pendidikan pada SMU N1 Purworejo. Selesai pendidikan SMU, penulis melanjutkan
studi di departemen Teknik Pertanian IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama
kuliah penulis aktif di berbagai kegiatan akademis maupun non akademis. Penulis aktif di Badan
Eksekutif Mahasiswa Fateta (BEM-F) periode sebagai staf pengabdian masyarakat, di Himpunan
Mahasiswa Teknik Pertanian (Himateta) IPB periode sebagai kepala departemen kewirausahaan. Selain
itu, penulis juga aktif dalam kegiatan sosial seperti pada kegiatan Kakak Asuh BEM-F sebagi ketua
kegiatan dan Taman Belajar PPSDMS- Nurul Fikri sebagai koordinator kegiatan. Dalam perjalanan
kehidupan kampus penulis berhasil menorehkan beberapa prestasi diantaranya adalah sebagai peserta
Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis Nurul Fikri (PPSDMS-NF) Penulis juga berhasil
meraih juara 3 pada kompetisi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2008 di Semarang. Dalam
lingkup kewirausahaan, penulis mengembangkan bisnis Food and Beverage dengan merek mr.brownco.
Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana, penulis melakukan tugas akhir penelitian. Hasil kegiatan
tersebut telah disusun dalam bentuk skripsi yang diberi judul Rancangan dan Uji Kinerja Alat Distilasi
Etanol dengan Metode Rektifikasi di bawah bimbingan Dr. Leopold O. Nelwan S.TP, M.Si.

5 Sigit Susilo. F Rancangan dan Uji Kinerja Alat Distilasi Etanol dengan Metode Rektifikasi. Dibawah
bimbingan: Leopold Oscar Nelwan RINGKASAN Pemanfaatan energi alternatif sedang digalakkan guna
mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM), dimana salah satunya adalah
pemanfaatan bioetanol. Bioetanol dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar bensin. Dalam
pengembangan industri bioetanol, 50% lebih biaya produksi terdapat pada proses pemurnian sehingga
bagian pemurnian sangat penting dalam proses produksi bioetanol. Distilator merupakan alat pemurnian
campuran etanol-air menjadi komponen-komponennya. Metode dalam pemisahan terdiri dari dua jenis
yaitu distilasi sitem batch dan distilasi sistem kontinyu. Perbedaan kedua metode ini adalah pada sistem
pengumpanan bahan yang akan didistilasi serta kapasitas produksi. Penelitian ini bertujuan merancang
alat distilasi etanol dengan metode rektifikasi dan menguji kinerja alat pada beberapa metode
pengoperasian dan konsentrasi awal etanol. Penelitian dimulai pada bulan Maret sampai November 2008
di Laboratorium Metanium Leuwikopo dan laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen
Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Tahap penelitian dibagi dalam dua yaitu rancang
bangun dan pengujian alat distilasi etanol. Prosedur perancangan meliputi : identifikasi masalah, analisis
perancangan, pembuatan alat, uji kinerja dan analisis data. Uji kinerja alat distilasi dilakukan untuk
mengetahui tingkat efisiensi alat dengan menggunakan tiga metode yaitu metode sistem batch tanpa
refluks (BTR), metode batch dengan refluks (BR) dan metode kontinyu dengan refluks (KR). Sampel
etanol yang digunakan yaitu etanol dengan konsentrasi 10% dan 30%. Hasil perancangan alat distilasi
terdiri dari enam bagian utama, yaitu steam boiler, bottom column, kolom tray, feed tank, kondensor, dan
pipa penampung distilat yang dilengkapi dengan pembagi distilat. Tabung steam boiler dirancang dengan
ukuran diameter cm dan tinggi 22 cm. Bagian atas dibentuk merucut kemudian disambung dengan pipa
cabang tiga yang berfungsi sebagai tempat pemasukan air dan pipa penyaluran uap panas ke pipa spiral
di dalam kolom bawah. Bagian pipa penyalur uap panas diberi katup untuk mengatur besar-kecilnya
pengeluaran uap dari steam. Kolom bawah dirancang dari bahan stainless steel dengan diameter cm,
tebal 0.5 cm dan tinggi 26 cm. Didalam kolom bawah terdapat pipa tembaga yang berbentuk spiral dan
plate berlubang. Pipa spiral terbuat dari bahan tembaga dengan panjang 3 m, diameter luar 6.5 cm dan
tebal 1 cm. Kolom tray berfungsi sebagai unit pemisahan dengan sistem bertingkat. Kolom yang berisi
tumpukan tray terdiri dari seksi enriching atau rectifying dan seksi stripping. Tray atau plate terbuat dari
steinless steel dengan diameter 7.4 cm dengan satu lubang besar dan beberapa lubang kecil. Tray dalam
kolom ini berjumlah 10 buah dengan jarak tiap tray adalah 10 cm. Bagian kolom sendiri

6 dirancang dari bahan steanless steel dengan diameter luar 7.62 cm, tebal 0.1 cm, dan tinggi 100 cm.
Tangki pemasukan berfungsi untuk memasukkan bahan umpan yang akan didistilasi. Bahan tangki
pemasukan terbuat dari gelas ukur berskala dua liter. Kondensor dirancang dari bahan stainless steel
dengan ukuran diameter 5 cm, panjang 30 cm. Pipa didalam terdiri dari empat pipa kecil dengan ukuran
diameter 0.5 cm, panjang 30 cm. Pipa didalam kondensor terdiri dari 4 pipa bertujuan untuk memperluas
kontak uap etanol dengan air sehingga proses kondensasi dapat berlangsung sempurna. Hasil distilasi
ditampung dalam pipa penampung distilat yang dirancang dari pipa stainless steel dengan diameter 5 cm
dan panjang 10 cm. Pada pipa penampung ini dibuat dua percabangan yang berfungsi sebagai pembagi
hasil. Percabangan pertama berfungsi sebagai saluran refluks sedangkan percabangan lainnya sebagai
hasil atas distilasi. Perubahan suhu steam (T s) terhadap waktu pada ketiga metode adalah konstan
setelah katup dibuka, sedangkan perubahan suhu kondensat steam (T sc) cenderung fluktuatif tetapi
pada akhir pengujian menjadi konstan ketika seluruh uap steam yang keluar berupa uap panas.
Perubahan suhu kolom bawah (T b ) cenderung meningkat pada metode batch dengan semakin
menurunnya konsentrasi dalam kolom bawah sedangkan metode kontinyu suhu T b konstan. Perubahan
suhu di menara kolom tray (T m ) pada metode bacth menurun pada akhir pengujian karena etanol dalam
sampel telah habis, sedangkan pada metode kontinyu suhu T m konstan. Suhu air yang keluar dari
kondensor (T co ) lebih besar dari pada suhu air yang masuk ke dalam kondensor (T ci ) karena adanya
pindah panas dari uap etanol ke air sehingga terjadi kondensasi. Pengujian dengan metode refluks
menghasilkan distilat dengan konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan distilasi tanpa refluks yaitu
pada metode KR.10 sebesar 94.84% dan metode BR.30 sebesar 97.6%. Kebutuhan energi untuk
pemurnian etanol pada ketiga metode dengan menggunakan sampel etanol 10% dan 30% berbeda-beda.
Pemurnian etanol dengan metode pertama yaitu BTR.10 dan BTR.30 membutuhkan energi sebesar kj
dan kj untuk memurnikan satu liter etanol. Metode kedua yaitu BR.10 dan BR.30 membutuhkan energi
sebesar kj dan kj. Sedangkan metode KR.10 dan KR.30 membutuhkan energi sebesar kj dan kj. Metode
BR membutuhkan energi yang besar dibandingkan dengan metode BTR. Metode BR membutuhkan
waktu 180 menit dan 450 menit, sedangkan metode BTR membutuhkan waktu 135 menit dan 165 menit.
Energi yang terpakai per ml volume etanol setara etanol murni pada metode BTR.10, BR.10, dan KR.10
masing-masing adalah kj/ml, kj/ml, dan kj/ml, sedangkan pengujian dengan metode BTR.30, BR.30, dan
KR.30 masing-masing adalah kj/ml, kj/ml, dan kj/ml.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia serta hidayah-nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Rancangan dan Uji
Kenerja Alat Distilasi Etanol dengan Metode Rektifikasi. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak
menerima bantuan dari berbagai pihak yang bersifat materiil, bimbingan maupun semangat. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan rasa penghargaan dan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua, kakak-
kakakku tercinta dan segenap keluarga yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat kepada
penulis. 2. Dr. Leopold Oscar Nelwan, S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama pelaksanaan kegiatan penelitian dan dalam penyusunan skripsi ini. 3.
Bagian Energi dan Elektrifikasi Pertanian atas biaya penelitian yang digunakan dalam kegiatan penelitian
ini. 4. Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan, M.Agr Dan Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si yang telah
bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji pada ujian akhir penulis. 5. Kepada seluruh staf
Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian yang telah memberikan bantuan peminjaman alat untuk
pengujian. 6. Bapak Parma selaku teknisi bengkel METANIUM yang telah membantu dalam pembuatan
alat pengering. 7. Mbak Rani, mbak Oni, mbak Meta selaku staf BRDST-BPPT Puspiptek, Sepong yang
talah membantu dalam pengujian konsentrasi etanol. 8. Budi Septiawan yang telah banyak membantu
dalam penelitian ini dari awal hingga akhir penyusunan skripsi. 9. Rekan rekan di asrama PPSDMS-NF
regional V Bogor atas dukungan dan inspirasi selama penelitian. 10. Rekan-rekan di WAKASIBA warid,
kani, abah atas semangat dan kebersamaan selama penyusunan skripsi. i

8 11. Rekan-rekan sejurusan atas kebersamaannya selama empat tahun di Teknik Pertanian. 12. Louis
(Swiss German University) yang telah membantu selama pengujian yang penuh dengan semangat dan
perjuangan. 13. Eni, dena, tuko, fadly, indra, irna, frima, heru, elvi, riska, cahya dkk atas bantuan dan
dukungannya. 14. Seluruh pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Bogor, Januari 2009 Penulis ii

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v
DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 2 II.
TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Etanol... 3 B. Mutu Etanol C. Bioetanol... 6 D. Azeotrop... 8 E. Distilasi Teori
Dasar Distilasi Proses Distilasi Distilasi Kontinyu dengan Refluks (Rektifikasi) Rasio Refluks F. Pindah
Panas G. Konduksi Panas Dalam Silinder III. METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian B.
Bahan dan Alat C. Prosedur Penelitian D. Rancangan Fungsional E. Rancangan Struktural F. Uji Kinerja
G. Metode Pengujian iii

10 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perancangan alat distilasi etanol dengan metode rektifikasi B.
Pengujian Alat Distilasi Etanol Distilasi sistem batch tanpa refluks Distilasi sistem batch dengan refluks
Distilasi sistem kontinyu dengan refluks C. Perbandingan Perubahan suhu dan volume distilat pada tiga
metode pengujian Pengujian dengan sampel etanol 10% Pengujian dengan sampel etanol 30% D.
Konsentrasi Hasil Pengujian E. Kebutuhan Energi untuk proses distilasi V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Sifat fisika dan kimia etanol absolut dan etanol teknis... 3 Tabel 2.
Syarat mutu etanol berdasarkan Standar Nasional Indonesia... 6 Tabel 3. Rancangan fungsional alat
distilasi etanol Tabel 4. Prosedur pengujian alat distilasi etanol Tabel 5. Penggunaan energi selama
proses distilasi v

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Constant Boiling Mixture... 8 Gambar 2. Diagram


kesetimbangan, sistem etanol-air... 9 Gambar 3. Diagram titik didih etanol-air Gambar 4. Hambatan
panas pada tiga lapisan penyusun silinder Gambar 5. Diagram alir prosedur penelitian Gambar 6.
Rancangan alat distilasi etanol Gambar 7. Steam boiler Gambar 8. Kolom bawah Gambar 9. Plate dalam
kolom bawah Gambar 10. Pipa spiran tembaga Gambar 11.Tray tampak samping Gambar 12. Tangki
penampung Gambar 13. Kondensor Gambar 14. Pipa penampung Gambar 15. Selang refluks Gambar
16. Perubahan suhu terhadap waktu pada metode BTR Gambar 17. Penambahan volume distilat metode
BTR Gambar 18. Perubahan suhu terhadap waktu pada metode BTR Gambar 19. Penambahan volume
distilat metode BTR Gambar 20. Perubahan suhu terhadap waktu pada metode BR Gambar 21.
Penambahan volume distilat metode BR Gambar 22. Perubahan suhu terhadap waktu pada metode BR
Gambar 23. Penambahan volume distilat metode BR Gambar 24. Perubahan suhu terhadap waktu pada
metode KR Gambar 25. Penambahan volume distilat pada metode KR Gambar 26. Perubahan suhu
terhadap waktu pada metode KR Gambar 27. Perubahan volume distilat pada metode KR Gambar 28.
Perbandingan perubahan suhu T s sampel etanol 10% vi

13 Gambar 29. Perbandingan perubahan suhu T sc sampel etanol 10% Gambar 30. Perbandingan
perubahan suhu T b sampel etanol 10% Gambar 31. Perbandingan perubahan suhu T m sampel etanol
10% Gambar 32. Perbandingan volume distilat pada sampel etanol 10% Gambar 33. Perbandingan
perubahan suhu T s sampel etanol 30% Gambar 34. Perbandingan perubahan suhu T sc sampel etanol
30% Gambar 35. Perbandingan perubahan suhu T b sampel etanol 30% Gambar 36. Perbandingan
perubahan suhu T m sampel etanol 30% Gambar 37. Perbandingan volume distilat pada sampel etanol
30% Gambar 38. Konsentrasi distilat (top product) pada distilasi etanol Gambar 39. Konsentrasi produk
bawah (bottom product) pada distilasi etanol.. 63 Gambar 40. Energi yang terpakai untuk distilasi vii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman. Lampiran 1. Data pengujian metode BTR Lampiran 2. Data pengujian
metode BTR Lampiran 3. Plot data pengujian BTR.10 dan BTR.30 ke diagram titik didih etanol-air
Lampiran 4. Data pengujian metode BR Lampiran 5. Data pengujian metode BR Lampiran 6. Plot data
pengujian BR.10 dan BR.30 ke diagram titik didih etanol-air Lampiran 7. Data pengujian metode KR
Lampiran 8. Data pengujian metode KR Lampiran 9. Plot data pengujian KR.10 dan KR.30 ke diagram
titik didih etanol-air Lampiran 10. Tabel densitas etanol pada suhu dan konsentrasi berbeda Lampiran 11.
Contoh perhitungan konsentrasi etanol Lampiran 12. Perhitungan pipa tembaga. 87 Lampiran 13. Analisis
rancangan distilator Lampiran 14. Perhitungan rancangan kondensor 96 Lampiran 15. Komponen
distilator etanol.. 99 Lampiran 16. Gambar tampak samping Lampiran 17. Gambar kolom bawah viii

15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyediaan energi di masa depan merupakan permasalahan
yang senantiasa menjadi perhatian semua bangsa karena kesejahteraan manusia dalam kehidupan
modern sangat terkait dengan jumlah dan mutu energi yang dimanfaatkan. Penyediaan energi
merupakan faktor yang sangat penting dalam mendorong pembangunan terutama bagi negara sedang
berkembang seperti Indonesia. Seiring dengan meningkatnya pembangunan, kebutuhan akan energi
terus meningkat, terutama pembangunan di sektor industri, pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan
penduduk. Sampai saat ini, minyak bumi merupakan sumber energi yang utama dalam memenuhi
kebutuhan di dalam negeri. Selain itu minyak bumi juga berperan sebagai sumber devisa negara.
Peranan minyak bumi yang besar tersebut terus berlanjut, sedangkan cadangan semakin menipis. Selain
itu, produksi bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan melalui teknologi transformasi di dalam negeri,
tidak mencukupi kebutuhannya. Pemanfaatan energi alternatif sedang digalakkan guna mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM), dimana salah satunya adalah pemanfaatan
bioetanol. Bioetanol merupakan anhydrous alkohol yang berasal dari fermentasi jagung, sorgum, sagu,
atau nira tebu, dan sejenisnya. Bioetanol dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar bensin.
Kandungan dalam bioetanol adalah etanol (alkohol) yang sifatnya mudah menguap. Alkohol berupa
larutan jernih tak berwarna, beraroma khas yang dapat diterima, berfasa cair pada temperatur kamar, dan
mudah terbakar (Prihandana et al, 2007). Etanol dikategorikan dalam dua kelompok yaitu etanol berhidrat
(etanol 95-96% v/v) dan etanol unhidrat (etanol > 99.6% v/v). Etanol kelompok kedua adalah etanol yang
digunakan sebagai bahan bakar dan disebut fuel grade ethanol (FGE). Untuk memperoleh bioetanol
dengan konsentrasi lebih tinggi dari 99,5% atau yang umum disebut fuel grade ethanol, masalah yang
timbul adalah sulitnya memisahkan hidrogen yang terikat dalam struktur kimia 1

16 alkohol dengan cara distilasi biasa. Oleh karena itu, untuk mendapatkan fuel grade ethanol
dilaksanakan pemurnian lebih lanjut dengan cara azeotropic distilation (Nurdyastuti, 2008).
Pengembangan alat distilasi etanol sangat penting dalam industri bioetanol. Produk bioetanol hasil
fermentasi mengandung alkohol yang rendah yaitu 8-10% alkohol. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
mutu bioetanol yang tinggi diperlukan proses pemurnian lebih lanjut dengan jalan distilasi bertingkat.
Metode distilasi kontinyu dengan refluks (rektifikasi) merupakan salah satu metode distilasi yang cukup
efisien diterapkan dalam skala industri. Metode ini menggunakan sejumlah stage yang disusun secara
cascade sehingga akan meningkatkan proses pemisahan. Metode rektifikasi memiliki beberapa
keuntungan yaitu 1). kapasitas operasi lebih besar, 2) biaya lebih murah, 3). laju distilasi konstan, dan 4).
hasil distilasi memiliki tingkat konsentrasi lebih tinggi. Distilasi sistem batch umumnya digunakan dalam
skala laboratorium dimana kapasitas yang digunakan relatif kecil dibandingkan sistem kontinyu. Laju
distilasi dengan metode batch akan semakin menurun dengan semakin lamanya proses distilasi. Selain
itu, perubahan suhu etanol didalam kolom distilasi akan semakin meningkat dengan semakin
menurunnya konsentrasi etanol didalam bahan sampel. Sedangkan distilasi sistem kontinyu umumnya
digunakan dalam skala industru dimana kapasitas relatif lebih besar. Prinsip distilasi kontinyu yaitu
dengan mengalirkan bahan masuk dan bahan keluar secara kontinyu. Laju distilasi dan suhu pada kolom
distilasi akan tetap karena aliran bahan umpan, produk atas dan bawah dialirkan secara kontinyu. B.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan merancang alat distilasi etanol dengan metode rektifikasi dan
menguji kinerja alat pada beberapa metode pengoperasian dan konsentrasi awal etanol. 2

17 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Etanol Etanol adalah salah satu senyawa alkohol dengan rumus kimia C 2
H 5 OH yang berupa cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, memiliki bau yang sangat halus, dan
rasa yang pedas. Secara umum etanol dibagi menjadi dua jenis yaitu etanol absolut dan etanol teknis
(etanol 95 persen (v/v)). Sifat-sifat fisika dan kimia etanol absolut dan etanol teknis dapat dilihat pada
Tabel 1. Etanol juga memiliki sifat dapat bereaksi dengan logam membentuk etoksida, dapat diesterifikasi
dengan asam organik maupun anorganik menjadi ester, dapat bereaksi dengan gugus karbonil aldehida
dan keton membentuk asetal serta dapat dioksidasi menjadi asetaldehida dan asam asetat dengan
bantuan katalis (Kirk dan Othmer, 1985). Tabel 1. Sifat fisika dan kimia etanol absolut dan etanol teknis *)
Parameter Etanol absolut Etanol teknis Titik beku ( C) Titik didih ( C) Spesific gravity 20 Indeks bias η D
Viskositas pada 20 C (P) Tegangan permukaan(dyne/cm) Panas spesifik Panas fusi (kal/gr) Panas
evaporasi (kal/gr) Konduktivitas elektrik pada 25 C (ohm -1 /cm) -112,4 78,4 0,7851 1,3633 0, ,3 0,581
24, ,35 x ,3651 0, ,8 0, *) Kirk dan Othmen (1985) Etanol sebagai produk agroindustri dapat dihasilkan
melalui proses fermentasi dengan menggunakan bahan baku seperti : (a) bahan gula (nira tebu, tetes
atau molasses), (b) bahan pati-patian (ubi kayu, ubi jalar, jagung), dan (c) bahan selulosa (kayu, jerami).
Industri etanol di Indonesia pada umumnya menggunakan bahan baku tetes tebu (Saraswati, 1985).
Tetes tebu 3

18 adalah hasil samping industri gula yang terdiri dari persen sukrosa dan persen gula invert (Kent,
1992). Proses pembuatan etanol dengan menggunakan tetes tebu lebih sederhana karena hanya
mencakup proses fermentasi dan distilasi. Selama proses fermentasi, yeast (khamir) akan mengubah
glukosa hasil hidrolisis menjadi etanol dan CO 2 serta senyawa ikatan lain seperti aldehida, amil alkohol,
butil alkohol, dan propil alkohol. Senyawa ikatan tersebut harus dipisahkan dari etanol sampai pada
batas-batas tertentu untuk mencapai tingkat mutu yang baik (Saraswati, 1985). Senyawa ikatan tersebut
dapat berupa asam organik, aldehida, ester, dan alkohol tingkat tinggi (minyak fusel) (Paturau, 1982). B.
Mutu Etanol Etanol dikategorikan dalam dua kelompok utama. Pertama, etanol 95-96% v/v, disebut
etanol berhidrat, yang dibagi dalam tiga grade : (1) technical/raw sprit grade, digunakan untuk bahan
bakar spiritus, minuman, desinfektan, dan pelarut; (2) industrial grade, digunakan untuk bahan baku
industri dan pelarut; (3) potable grade, untuk minuman berkualitas tinggi. Kedua, etanol > 99,5% v/v,
digunakan untuk bahan bakar. Jika dimurnikan lebih lanjut dapat digunakan untuk keperluan farmasi dan
pelarut di laboratorium analisis. Etanol ini disebut fuel grade ethanol (FGE) atau anhydrous ethanol
(etanol anhidrat) atau etanol kering, yaitu etanol yang bebas air atau hanya mengandung air minimal
(Prihandana et al, 2007). Tjokroadikoesoemo (1986) menyatakan bahwa berdasarkan jenis dan
manfaatnya, etanol digolongkan menjadi tiga golongan yaitu : (1) etanol prima, (2) etanol teknis, dan (3)
etanol absolut. Etanol prima adalah etanol mutu tinggi dengan kadar 96-96,5% (v/v), disebut juga etanol
murni dengan kadar minyak fusel yang sangan rendah (di bawah 10 mg/l). Etanol ini biasanya digunakan
untuk minuman keras mutu tinggi, industri farmasi, dan industri kosmetik. Etanol teknis adalah etanol
dengan kadar 92-94% (v/v) dan memiliki kadar minyak fusel antara mg/l. Etanol teknis ini digunakan
dalam industri untuk bahan bakar, bahan pelarut organik, bahan 4

19 baku spiritus, dan bahan antara produk lain. Etanol absolut adalah etanol dengan kadar yang sangat
tinggi (lebih dari 96,5% (v/v)) dan digunakan untuk pembuatan obat-obatan, bahan pelarut, dan bahan
antara produksi senyawa lain. Paturau et al. (1982) menggolongkan mutu etanol menjadi 4 golongan
yaitu : (1) etanol industri, (2) spiritus, (3) etanol murni, dan (4) etanol absolut. Etanol industri adalah
etanol dengan kadar 96,5ºGL biasanya digunakan untuk industri dan tujuan lain seperti sebagai pelarut,
bahan bakar, serta untuk bahan baku produksi senyawa kimia lain. Etanol industri biasanya didenaturasi
oleh 0,5-1% piridin kasar dan biasanya diwarnai dengan metil violet supaya mudah dikenali. Spiritus
adalah etanol industri asli yang telah didenaturasi dan diwarnai dengan kadar 88ºGL. Spiritus digunakan
untuk bahan bakar pemanasan dan penerangan. Etanol murni adalah suatu jenis etanol dengan kadar
96,0-96,5ºGL yang digunakan terutama untuk industri farmasi dan kosmetik serta untuk minuman
beralkohol sedangkan etanol absolut adalah etanol dengan kadar yang sangat tinggi yaitu 99,7-99,8ºGL.
Mutu etanol sangat dipengaruhi oleh tingkat konsentrasinya (kadar etanol dan senyawa ikatan yang
terlarut didalamnya). Parameter mutu yang menentukan mutu etanol bedasarkan SNI diantaranya adalah
kadar etanol, kadar asam, kadar minyak fusel, kadar aldehida, uji barbet, warna, kejernihan, dan bau
(SNI, 1994). Kadar etanol merupakan perbandingan antara jumlah etanol dengan jumlah total larutan dan
dinyatakan dalam (b/b) atau (v/v). Selain itu juga kadar etanol dinyatakan dengan ukuran derajat Gay
Lussac (ºGL) (Paturau, 1982). Kadar asam larutan etanol didasarkan pada kadar asam asetat (komponen
utama asam) walaupun sebenarnya dalam proses fermentasi etanol ini tidak hanya asam asetat yang
dibentuk, tetapi juga asam organik lain seperti asam sulfinat (Prave et al, 1987). Asam asetat disebut juga
dengan asam etanoat yang merupakan gugus dari asam karboksilat dengan rumus kimia CH 3 COOH
(Russel, 1992). Semakin rendah kadar asam asetat dalam larutan etanol maka semakin baik mutu etanol
yang dihasilkan karena 5

20 konsentrasi etanol semakin tinggi. SNI menetapkan bahwa kadar asam (asam asetat) larutan etanol
prima super maksimal 15 mg/l. Aldehida merupakan senyawa organik yang mengandung gugus karbonil
dengan satu gugus alkil dan satu hidrogen yang terikat pada karbon karbonil serta memiliki rumus umum
R-COH (Russel, 1992). SNI menetapkan bahwa kadar aldehida (asetaldehida) untuk etanol prima super
maksimal 4 mg/l. Uji kualitatif untuk mengetahui ada/tidaknya senyawa ikatan etanol yang mudah
dioksidasi oleh KMnO 4 (diantaranya adalah asetaldehida) adalah uji barbet. SNI menetapkan bahwa uji
barbet untuk etanol bermutu prima super minimal 20 menit. Secara lengkap persyaratan mutu
berdasarkan SNI dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Syarat mutu etanol berdasarkan Standar Nasional
Indonesia *) Spesifikasi Kualitas Prima Super Prima I Prima II Kadar etanol Bahan yang dapat dioksidasi
(uji barbet) Minyak fusel Aldehida(sebagai asetaldehida) Logam berat Keasaman (sebagai asam asetat)
Sisa penguapan Metanol maks 96.8% (v/v) min 96,3 % (v/v) min 20 menit maks 4 mg/l maks 4 mg/l -
maks 15 mg/l maks 50 mg/l - min 96,1 % (v/v) min 8 menit maks 15 mg/l maks 15 mg/l - maks 30 mg/l
maks 50 mg/l - min 95 % (v/v) maks 60 mg/l maks 50 mg/l - *) Standar Nasional Indonesia (1994) C.
Bioetanol Bioetanol (C 2 H 5 OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol dibuat dengan bahan baku bahan bergula
seperti tebu, nira aren, 6

21 bahan berpati seperti jagung, dan ubi-ubian, bahan berserat yang berupa limbah pertanian masih
dalam taraf pengembangan di negara maju Hutrindo (2006) menyatakan bahwa bioetanol merupakan
senyawa pengganti bensin yang terbentuk melalui proses fermentasi. Gasohol yang merupakan
campuran 10 persen bioetanol dengan bensin menunjukkan karakteristik yang hampir sama dengan
bensin pertamax. Bahkan hasil uji coba gasohol pada kendaraan bermesin bensin menunjukkan kualitas
emisi gas hasil pembakarannya menjadi persen lebih baik. Namun bioetanol hanya memiliki dua-pertiga
energi bensin, karena itu penggunaan bioetanol murni pada kendaraan bermesin bensin akan
menimbulkan masalah. Hal ini dapat diatasi dengan mengubah desain mesin dan reformulasi komposisi
bahan bakar. Alkohol merupakan bahan bakar yang bersih, hasil pembakaran menghasilkan CO 2 dan H
2 O. Penambahan bahan yang mengandung oksigen pada sistem bahan bakar akan mengurangi emisi
gas CO yang sangat beracun dari sisa pembakaran. Aditif MTBE pada mulanya dipergunakan untuk
meningkatkan nilai oktan, namun saat ini dilarang dipergunakan. MTBE dapat dideteksi dan
menyebabkan pencemaran pada air tanah sehingga alkohol merupakan alternatif yang menarik untuk
mengurangi emisi gas CO. Penggunaan alkohol murni dibanding dengan bensin secara umum akan
mengurangi kadar CO 2 hingga 13% karena merupakan hasil dari pertanian. Seperti diketahui produk
pertanian memerlukan gas CO 2 untuk metabolismenya. Penggunaan alkohol bukan tanpa masalah pada
lingkungan hidup, dimana VOC atau komponen bahan organik mudah menguap meningkat, kebutuhan
lahan pertanian dikhawatirkan akan mengurangi jumlah hutan dan tentunya akan bersaing dengan
kebutuhan makanan. Pada umumnya alkohol ditambahkan dalam bensin sebanyak 10% atau dikenal
dengan E10. Maksud penambahan pada mulanya untuk mengurangi emisi gas CO dan sedikit
meningkatkan nilai oktan. Namun penambahan ini menjadi bernilai ekonomis ketika harga minyak bumi
mencapai 80 USD per barel. Alkohol yang ditambahkan harus bebas dari kandungan air untuk melindungi
mesin mobil dari korosi dan kerusakan bahan packing dari 7

22 polimer. E10 dapat langsung dipergunakan pada mobil tanpa banyak perubahan. Campuran E85
dengan etanol 85%, bensin 15%, dipergunakan untuk mobil khusus untuk bahan bakar etanol. Jumlah
bensin 15% diperlukan karena etanol kurang mudah menguap sehingga pada suhu dingin kesulitan untuk
menyalakan mesin. Keluhan dari beberapa pengguna bensin-etanol adalah harus sering menguras air
dari tangki minyak, etanol cenderung menyerap air dan air terpisah dalam tangki. Selain itu, energi
menjadi berkurang atau jumlah bahan bakar bertambah, karena etanol telah mengandung oksigen. D.
Azeotrop Hidayat (2007) menyatakan bahwa azeotrop merupakan campuran dua atau lebih komponen
pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak dapat berubah hanya melalui distilasi biasa.
Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan
fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling mixture karena komposisinya
yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 1
berikut : Gambar 1. Constant boiling mixture 8

23 Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi sebelum mencapai azeotrop.
Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap
ini kemudian didinginkan dan terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan, didinginkan, dan
seterusnya hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan karena
komposisi campuran akan selalu tetap. Pada gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai
pertemuan antara kurva saturated vapor dan saturated liquid (ditandai dengan garis vertikal putus-putus)
(Hidayat, 2007). Sebagai contoh kita dapat memperhitungkan sistem etanol-air. Bentuk ini adalah
azeotrop pada titik didih minimum yang homogen pada konsentarasi mol fraksi etanol, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3 dibawah ini : Gambar 2. Diagram kesetimbangan, sistem etanol-air 9

24 Gambar 3. Diagram titik didih etanol-air Pemisahan komponen-komponen yang mempunyai titik didih
hampir sama sulit dicapai dengan distilasi sederhana, walaupun jika campuran itu ideal, dan pemisahan
yang sempurna kadang-kadang sama sekali tidak mungkin karena pembentukan azeotrop. Pemisahan
campuran asal dapat dibantu dengan menambahkan pelarut yang membentuk azeotrop dengan salah
satu komponen kunci. Proses ini disebut distilasi azeotropik. Salah satu contoh distilasi azeotropik ialah
penggunaan benzene untuk memisahkan etanol dan air secara sempurna, dimana air dan etanol
membentuk azeotrop bertitik didih rendah yang mengandung 95,6% bobot etanol. (McCabe et al, 1999)
E. Distilasi Istilah distilasi sederhana umumnya berkaitan dengan pemisahan suatu campuran yang terdiri
dari dua atau lebih cairan melalui pemanasan. Pemanasan dimaksudkan untuk menguapkan komponen-
komponen yang lebih mudah menguap (titik didih lebih rendah) dan kemudian uap yang diperoleh
dikondensasi kembali menjadi cair dan kemudian ditampung dalam suatu bejana penerima (Cook dan
Cullen, 1986). 10

25 Unit operasi distilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen
tersebut antara fasa uap dan fasa cair. Semua komponen tersebut terdapat dalam fasa cairan dan uap.
Fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui penguapan (evaporasi) pada titik didihnya (Geankoplis, 1983).
Syarat utama dalam operasi pemisahan komponen-komponen dengan cara distilasi adalah komposisi
uap harus berbeda dari komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan larutan-larutan, dengan
komponenkomponennya cukup dapat menguap. Suhu cairan yang medidih merupakan titik didih cairan
tersebut pada tekanan atmosfer yang digunakan (Geankoplis, 1983). Distilasi dilakukan melalui tiga
tahap: evaporasi yaitu memindahkan pelarut sebagai uap dari cairan; pemisahan uap-cairan di dalam
kolom, untuk memisahkan komponen dengan titik didih lebih rendah yang lebih volatil dari komponen lain
yang kurang volatil; dan kondensasi dari uap, untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatil. 1. Teori
Dasar Distilasi Titik didih dapat didefiniskan sebagai nilai suhu pada tekanan atmosfir atau ada tekanan
tertentu lainnya, dimana cairan akan berubah menjadi uap atau suhu pada tekanan uap dari cairan
tersebut sama dengan tekanan gas atau uap yang berada di sekitarnya. Jika dilakukan proses
penyulingan pada tekanan atmosfir maka tekanan uap tersebut akan sama dengan tekanan air raksa
dalam kolom setinggi 760 cmhg. Berkurangnya tekanan pada ruangan di atas cairan akan menurunkan
titik didih. Sebaliknya peningkatan tekanan di atas permukaan cairan akan menaikkan titik didih cairan
tersebut (Guenther, 1987). Perbedaan sifat campuran suatu fase dengan campuran dua fase dapat
dibedakan secara jelas jika suatu cairan menguap, terutama dalam keadaan mendidih. Pada suhu
tertentu molekul-molekul cairan tersebut memiliki energi tertentu dan bergerak bebas secara tetap dan
dengan 11
26 kecepatan tertentu. Tetapi setiap molekul dalam cairan hanya bergerak pada jarak pendek sebelum
dipengaruhi oleh molekul-molekul lain, sehingga arah geraknya diubah. Setiap molekul pada lapisan
permukaan yang bergerak ke arah atas akan meninggalkan permukaan cairan dan akan menjadi molekul
uap. Molekul-molekul uap tersebut akan tetap berada dalam gerakan yang konstan, dan kecepatan
molekul-molekul dipengaruhi oleh suhu pada saat itu (Guenther, 1987). Kondensasi atau proses
pengembunan uap mejadi cairan, dan penguapan suatu cairan menjadi uap melibatkan perubahan fase
cairan dengan koefisien pindah panas yang besar. Kondensasi terjadi apabila uap jenuh seperti steam
bersentuhan dengan padatan yang temperaturnya di bawah temperatur jenuh sehingga membentuk
cairan seperti air (Geankoplis, 1983). 2. Proses Distilasi Menurut Brown (1984) dalam prakteknya ada
berbagai macam proses distilasi. Hal ini disebabkan oleh keadaan-keadaan tertentu untuk pemisahan
komponen dalam suatu campuran seperti perbedaan titik didih antar komponen yang cukup besar atau
kecil dan tingkat kamurnian yang diinginkan terhadap produk yang dihasilkan. Proses-proses distilasi
yaitu proses distilasi normal, proses distilasi bertingkat dan proses distilasi vakum. Proses distilasi normal
yaitu suatu proses distilasi dengan menggunakan tekanan atmosfer. Pada proses ini titik didih campuran
cukup besar perbedaannya, sehingga proses pemisahannya mudah dikerjakan. Sebagai contoh yaitu
campuran benzen dan toluen. Benzene pada tekanan 760 mmhg, titik didihnya 176.2ºC, sedangkan
toluen pada tekanan 760 mmhg, titik didihnya adalah 231.1ºC. Proses penyulingan juga temasuk dalam
kelompok proses distilasi normal. Proses distilasi bertingkat yaitu suatu proses distilasi dengan letak
pengambilan hasil bertingkat-tingkat atau setelah didistilasi, hasilnya didistilasi lebih lanjut untuk
memperoleh konsentrasi yang lebih baik. Proses ini banyak dipakai dalam bidang minyak bumi, juga
pada proses 12

27 distilasi campuran azeotrop dengan menambahkan komponen ketiga yang dapat larut dalam salah
satu komponen pada campuran tersebut. Proses distilasi vakum yaitu suatu proses distilasi dengan
menggunakan tekanan yang sangat rendah (vakum), pada proses ini titik didih campuran yang akan
dipisahkan mendekati sehingga pemisahannya menjadi sulit. Kemudian dengan jalan mengubah tekanan
operasi akan memberikan perubahan tekanan uap masing-masing komponen, sehingga pemisahan
dapat dijalankan, sebagai contoh campuran air dengan air berat. 3. Distilasi Kontinyu dengan Refluks
(Rektifikasi) Perkayaan arus uap di dalam kolom, yang berada dalam kontak dengan refluks disebut
rektifikasi (rectification). Dalam hal ini tidak menjadi soal dari mana asal refluks itu, yang penting
konsentrasi komponen bertitik didih rendahnya harus cukup besar untuk mnghasilkan produk yang
dikehendaki. Sumber refluks biasanya berasal dari kondensat yang keluar dari kondensor (McCabe et
al,1999). Kondensat dalam pipa penampung dibagi menjadi dua produk yaitu produk atas (distilat) dan
refluks yang dikembalikan ke dalam kolom. Metode rektifikasi adalah metode modern yang digunakan di
laboratorium maupun di pabrik. Metode ini sangat efisien untuk sekala besar yang menghendaki hasil
distilasi berupa komponen-komponen yang hampir murni. Kolom fraksionasi kontinyu terdiri dari
beberapa piringan (tray) yang meliputi piring umpan, seksi rektifikasi, dan seksi pelucutan. Piring umpan
adalah piringan dimana umpan dimasukkan. Istilah piring umpan yaitu sebagai feed plate atau feed stage
dan dilambangkan sebagai tray f. Piringan-piringan diatas piring umpan disebut piringan-piringan pada
seksi rektifikasi (enriching) yang dilambangkan dengan n, sedangkan piringan-piringan dibawah piring
umpan termasuk piring umpan itu sendiri disebut piringan-piringan pada seksi pelucutan (stripping) yang
dilambangkan dengan m. 13

28 4. Rasio Refluks Rasio refluks didefinisikan sebagai rasio antara jumlah mol uap yang diubah menjadi
cairan yang dikembalikan ke dalam kolom fraksionasi dengan jumlah mol cairan yang dikumpulkan
sebagai distilat dalam waktu tertentu. Rasio refluks seharusnya divariasikan sesuai dengan tingkat
kesulitan pemisahan fraksionasi. Operasi pemisahan berefisiensi tinggi memerlukan rasio refluks yang
tinggi (Furniss et al. 1984). Menurut Earle (1969), kolom distilasi berfungsi sebagai tempat cairan
mendidih dan menguap dan dari tahap di atas terjadi pengembunan di dalam keseimbangan kadua aliran
cairan mendidih dan uap yang diperoleh. Keseimbangan massa dapat dibuat untuk keseluruhan kolom.
Oleh karena itu, kolom distilasi yang umumnya dijumpai di dalam industri pangan dan kondisi operasinya
agak rumit, hal ini disebabkan dimasukkannya umpan dan kembalinya cairan mendidih dan uap ke dalam
kolom. Menurut Cook dan Cullen (1987), rasio refluks adalah jumlah liter (kg) cairan yang ditampung
dalam wadah penampung. Umumnya semakin tinggi nilai rasio refluks maka semakin besar efisiensi
proses pemisahan. Ada dua macam rasio refluks yang biasa digunakan. Yang pertama adalah rasio
refluks terhadap hasil-atas, dan yang kedua adalah rasio refluks terhadap uap (aliran uap komponen).
Kedua rasio ini menunjukkan kuantitas yang terdapat pada bagian rektifikasi. Persamaan-persamaan
rasio refluks adalah : R D = L D = V D D... (1) R V = L V = L L+D... (2) dimana: R D R V L D : Rasio
refluks distilate : Rasio refluks vapor : Liquid : Distilate 14

29 F. Pindah Panas Pindah panas adalah proses yang dinamis yaitu panas dipindahkan secara spontan
dari satu bahan ke bahan lain yang lebih dingin (Earle, 1969). Kecepatan pindah panas tergantung pada
perbedaan suhu antara kedua bahan, semakin besar perbedaan suhu antara kedua bahan, maka
semakin besar kecepatan pindah panas antara kedua bahan tersebut. Perbedaan suhu antara sumber
panas dan penerima panas merupakan gaya tarik dalam pindah panas. Peningkatan perbedan suhu akan
meningkatkan gaya tarik sehingga meningkatkan kecepatan pindah panas. Perpindahan panas dapat
melalui tiga cara yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi adalah transfer energi dari partikel yang
memiliki energi lebih besar ke partikel yang berenergi lebih kecil yang merupakan interaksi antara
partikel-partikel (Cengel, 2003). Konduksi dapat terjadi pada benda padat, cair, dan gas. Contoh konduksi
adalah pindah panas melalui dinding padat pada ruangan pendinginan. Konveksi adalah cara pindah
panas dengan pergerakan sekelompok molekul di dalam bahan cair (Earle, 1969). Kumpulan molekul
tersebut mungkin bergerak akibat perubahan kerapatan atau akibat pergerakan bahan cair. Contoh
pindah panas secara konveksi adalah proses pemanasan air didalam kuali tertutup tanpa pengadukan,
perubahan kerapatan menyebabkan pindah panas dengan konveksi alamiah. Apabila dengan
pengadukan, maka pindah panas terjadi secara paksa. Radiasi adalah perpindahan energi panas dengan
gelombang elektromagnit, yang memindahkan energi panas dari satu bahan ke bahan lain dengan cara
yang sama dengan dengan cara memindahkan energi cahaya dengan gelombang cahaya elektromaknit
(Earle, 1969). Perpindahan panas secara radiasi merupakan gejala rambatan gelombang
elektromagnetik. Karena hal tersebut, maka perpindahan energi panas secara radiasi tidak memerlukan
zat perantara dan merambat secepat cahaya ( Kamil dan Pawito, 1983). 15

30 G. Konduksi Panas Dalam Silinder Konduksi panas yang mantap melalui pipa berisi aliran air panas,
panas secara kontinyu akan hilang keluar melalui dinding pada pipa. Arah pindah panas melalui pipa
secara normal dari dalam pipa ke permukaan pipa dan pindah panas di dalam pipa pada arah yang lain
tidak terlalu penting. Dinding pipa yang ketebalannya sedikit lebih kecil, terpisah pada dua larutan yang
berbeda suhu, maka gradien temperatur pada arah radial akan relatif besar. Selanjutnya, jika suhu
larutan di dalam dan di luar pipa konstan, maka pindah panas yang melalui pipa adalah tetap (steady).
Pada operasi steady, tidak ada perubahan temperatur terhadap waktu pada beberapa titik pada pipa.
Oleh karena itu, nilai pindah panas didalam pipa harus sama dengan nilai pindah panas di luar pipa.
Dalam kata lain, pindah panas yang melalui pipa harus konstan, Q cond,cyl = konstan. Q cond,cyl = T 1 T
2 R cyl... (3) R cyl = ln (r 2 r1 )... (4) 2πLk dimana : Q cond,cyl T 1 T 2 R cyl r 1 r 2 L k : Pindah panas
konduksi pada silinder (W) : Suhu dalam pipa ( C) : Suhu luar pipa ( C) : Jari-jari silinder (m) : Jari-jari
dalam (m) : Jari-jari luar (m) : Panjang silinder (m) : Konduktifitas panas (W/m. C) Silinder dengan
beberapa lapisan (tiga lapisan) memiliki total thermal resistance seperti pada persamaan 6. 16

31 Sumber : Heat transfer a practical approach Gambar 4. Hambatan panas pada tiga lapisan penyusun
silinder R total = R conv,1 + R cyl,1 + R cyl,2 + R cyl,3 + R conv,2... (5) R total = 1 + ln (r 2/r 1 ) + ln (r 3/r
2 ) + ln (r 4/r 3 ) + 1 A 1 2πLk 1 2πLk 2 2πLk A 4... (6) dimana : h 1 : Koefisien pindah panas di dalam
pipa (W/m 2. C) h 2 : Koefisien pindah panas di luar pipa (W/m 2. C) A 1 : Luas permukaan pipa dalam
(m 2 ) A 4 : Luas permukaan pipa luar (m 2 ) r 1, r 2, r 3, r 4 : Jari-jari lapisan penyusun silinder (m)
Overall heat transfer coefficient dapat digunakan untuk menghitung total perpindahan panas yang melalui
dinding atau kontruksi heat exchanger. Koefisien overall heat transfer tergantung pada larutan dan
kandungan pada kedua sisi dinding, serta kandungan pada dinding dan permukaan transmisi. 17

32 Q = UAΔT... (7) Q = ΔT R total... (8) Dimana U adalah overall heat transfer coefficient (W/m 2. C). 18

33 III. METODE PENELITIAN A Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret
sampai November 2008 dan bertempat di Laboratorium Metanim Leuwikopo dan laboratorium Energi dan
Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. B Bahan dan
Alat 1. Bahan Bahan Konstruksi : - Tabung stainless steel diameter 6 inchi - Tabung stainless steel
diameter 3 inchi - Tabung stainless steel diameter 2 inchi - Plat besi - Pipa stainless steel beberapa
ukuran - Mur dan skrup - Besi siku, double naple - Elektroda stainless steel dan besi - Gelas ukur 2 liter -
Termometer - Isolator dan selang plastik - Katup ukuran ¼ inch dan ¾ inch - Pompa air - Hot plate dan
kompor gas Bahan Pengujian : - Etanol 70% - Aquades 2. Alat Peralatan yang digunakan selama
melakukan penelitian ini terdiri dari : a Mesin las b Peralatan bengkel c Komputer 19

34 d Software autocad e Alkoholmeter dan piknometer f Termometer C Prosedur Penelitian Penelitian ini
dibagi dalam dua tahap yaitu rancang bangun alat distilasi etanol dan pengujian alat distilasi yang telah
dibuat. Diagram alir prosedur penelitian ini meliputi : identifikasi masalah, analisis perancangan,
pembuatan alat, uji kinerja dan analisis data. Mulai Identifikasi Masalah Analisis Perancangan Pembuatan
Alat Pengujian Kinerja Modifikasi Tidak Alat Beroperasi Ya Laporan Selesai Gambar 5. Diagram alir
prosedur penelitian 20

35 1. Identifikasi Masalah Mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul pada penggunaan alat distilasi
etanol untuk dilakukan perbaikan atau perancangan desain baru sesuai dengan permasalahan yang
ditemui. 2. Analisis Perancangan Analisis perancangan digunakan untuk menentukan kebutuhan
komponen-komponen yang digunakan untuk membuat alat distilasi etanol. Analisis ini terdiri dari analisis
fungsional dan analisis struktural yang dilengkapi dengan analisis teknik. Dalam analisis fungsional
dilakukan penentuan komponen-komponen yang diperlukan untuk membuat alat distilasi etanol dengan
metode rektifikasi. Sedangkan analisis struktural menentukan bentuk dan komponen-komponen yang
sesuai dengan besarnya kebutuhan bahan yang digunakan. 3. Pembuatan Alat Distilasi Etanol
Pembuatan alat distilasi dilakukan di Bengkel Metanium, Laboratorium Lapang Leuwikopo, Departemen
Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 4. Uji Kinerja Uji kinerja
bertujuan untuk mengetahui kinerja alat distilasi yang sudah dirancang apakah sudah berfungsi
sebagaimana yang diharapkan serta mengetahui tingkat efisiensi alat distilasi dengan metode rektifikasi.
5. Alat Beroperasi Hasil pengujian kinerja adalah mengetahui kinerja alat yang sudah dirancang apakah
dapat beroperasi atau tidak dapat beroperasi. Apabila tidak dapat beroperasi sesuai prinsip distilasi maka
perlu dilakuan perbaikan kembali atau modifikasi tetapi jika sudah dapat beroperasi maka dilakukan
pembuatan laporan penelitian. 21

36 D. Rancangan Fungsional Tabel 3. Rancangan fungsional alat distilasi etanol No Bagian Alat Fungsi 1
Steam Boiler Sumber panas pada alat distilasi yaitu dengan mentransfer uap panas melalui koil pemanas
2 Koil Pemanas Memanaskan bahan etanol yang akan didistilasi sehingga bahan etanol-air dapat
dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didih. 3 Kolom Bawah Tempat bahan etanol-air dipanaskan,
bagian ini dilengkapi termometer untuk mengecek suhu etanol 4 Kolom Tray Menyalurkan aliran uap
etanol yang cepat untuk disalurkan ke dalam pipa pendingan dan kondensor 5 Kondensor Penukar panas
dimana sistem kerjanya dengan menyerap panas dari bahan etanol yang menguap sehingga akan
mengembun kembali. 6 Penampung distilat Menampung distilat etanol yang sudah dimurnikan E.
Rancangan Struktural Alat distilasi ini terdiri dari enam komponen penting yaitu : steam boiler, kolom
bawah, kolom tray, kondensor, pipa pendingin, dan tangki penampung distilat. Kapasitas alat distilasi
etanol yang di rancang adalah tiga liter bahan etanol. Struktur alat distilasi meliputi : 1. Steam Boiler
Steam boiler berfungsi untuk memanaskan air hingga menghasilkan uap panas dan selanjutnya
mengalirkannya ke dalam kolom bawah melalui pipa spiral yang berfungsi sebagai koil pemanas. Sumber
pemanas steam 22

37 boiler adalah kompor listrik atau kompor gas yang diletakkan dibawah tangki steam. 2. Koil Pemanas
Koil pemanas berfungsi memanaskan bahan etanol yang akan didistilasi sehingga bahan etanol-air dapat
dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didih. Koil pemanas terbuat dari pipa tembaga dengan panjang
300 cm, diameter 6.5 cm dan tebal 1 cm. 3. Kolom Bawah Kolom bawah terbuat dari pipa stainless steel
dengan diameter luar cm, tebal 0.5 cm, tinggi 20 cm. Kolom bawah berfungsi sebagai tempat
memanaskan etanol yang akan didistilasi. 4. Kolom Tray Kolom tray terbuat dari pipa stainless steel
dengan diameter luar 7.62 cm, tebal 0.2 cm serta panjang 100 cm. Kolom tray dilengkapi dengan piringan
yang terbuat dari bahan plat stainless steel dengan ketebalan 0.2 cm yang disertai lubang-lubang kecil.
Kolom tray berfungsi sebagai pemurni etanol dengan menggunakan sistem tray yang dipasang secara
bertingkat-tingkat. 5. Kondensor Kondensor terbuat dari bahan pipa stainless steel dengan diameter luar
5 cm, tebal 0,2 cm dan panjang 30 cm. Kondensor berfungsi sebagai penukar panas yaitu dengan
menyerap panas dari uap etanol ke air yang melewati kondensor sehinggi terjadi proses kondensasi. 6.
Tangki Penampung Distilat Tangki ini berfungsi untuk menampung bahan etanol hasil distilasi. Pada
tangki ini dibagi menjadi dua saluran yaitu saluran refluks dan saluran hasil atas (top product). Pembagi
aliran etanol dalam tangki penampung distilat yaitu dengan menggunakan katup. 23

38 F. Uji Kinerja Pengujian kinerja alat distilasi ini adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi alat
berdasarkan tujuan penelitian. Parameter yang digunakan dalam pengujian alat distilasi etanol dengan
metode rektifikasi adalah : 1. Konsentrasi Etanol Dalam pengujian alat digunakan bahan etanol 70% yang
terdapat dipasaran. Sebelum dilakukan distilasi, bahan etanol ini diencerken dengan menambahkan
aquades hingga diperoleh konsentrasi etanol 10% dan 30%. Penentuan konsentrasi awal bertujuan untuk
mengetahui besarnya tingkat efisiensi dari alat ini untuk memurnikan bahan etanol. 2. Suhu Suhu dalam
proses distilasi sangat menentukan tingkat keberhasilan dalam proses pemurnian bahan. Titik didih
etanol adalah 78.5ºC sedangkan titik didih air yaitu pada 100ºC. Dalam proses distilasi, suhu kolom
bawah harus dijaga agar tetap konstan yaitu pada titik didihnya sehingga air dalam campuran etanol tidak
ikut menguap. 3. Laju Distilasi Laju distilasi digunakan untuk mengetahui kecepatan proses distilasi yang
terjadi. Cara perhitungannya adalah dengan membagi banyaknya etanol hasil distilasi dibagi dengan
lamanya proses distilasi. G. Metode Pengujian Pengujian data terdiri dari tiga metode yaitu metode
sistem batch tanpa refluks (BTR), metode batch dengan refluks (BR) dan metode kontinyu dengan refluks
(KR). Dari setiap metode pengujian menggunakan sampel etanol yang berbeda yaitu etanol dengan
konsentrasi 10% dan etanol 30%. 1. Distilasi sistem batch tanpa refluks (BTR) Distilasi sistem batch
adalah distilasi yang dilakukan dengan cara memasukkan umpan ke dalam kolom pada permulaan
operasi dan proses pemanasan dilakukan terus menerus hingga etanol habis. Selama proses distilasi,
jumlah cairan dalam kolom bawah akan semakin menurun. 24

Anda mungkin juga menyukai