NIM : 180140103
Kelas : A3
MK : Proses Industri Kimia ll
5. Jelaskan ringkas reaksi sulfonasi dan tahapan proses pembuatan Metil Ester Sulfonat
(MES).
JAWABAN:
Penggunaan Kristalisasi
Terdapat begitu banyak dalam penggunaan kristalisasi pada perindustrian, yakni:
1. Pada Industri garam dapur juga memakai proses kristalisasi dalam membentuk kristal
garam.
2. Begitu pada perindustrian pembuatan kaca memakai teori kristalisasi silika untuk
membuat kaca.
3. Industri gula pasir merupakan kristal glukosa dimana proses produksinya melibatkan
proses kristalisasi.
4. Industri makanan, seperti produksi bubuk kopi instant yang tanpa ampas, menggunakan
metode kristalisasi, sehingga kristal kafein dan gula dapat larut dengan cepat di air
panas.
PENGGUNAAN EVAPORASI
Aplikasi dari evaporator antrara lain digunakan pada pabrik gula, pabrik, garam, industri bahan
kimia, industri makanan dan minuman, dan kilang minyak. Proses evaporasi telah dikenal sejak
dahulu, yaitu untuk membuat garam dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi
matahari dan angin. Kegunaan utama dari evaporator adalah menguapkan air pada larutan
sehingga larutan memiliki konsentrasi tertentu. Pada industri makanan dan minuman, agar
memiliki mutu yang sama pada jangka waktu yang lama, dibutuhkan evaporasi. Misalnya untuk
pengawetan adalah pembuatan susu kental manis.
Evaporasi merupakan satu unit operasi yang penting dan biasa dipakai dalam industri kimia dan
mineral, misalnya industri aluminium dan gula. Evaporator juga digunakan untuk mengolah
limbah radioaktif cair. Kegunaan lainnya adalah mendaur ulang pelarut mahal seperti hexane
ataupun sodium hydroxide pada kraft pulping bisa juga untuk menguapkan limbah agar proses
penanganan limbah lebih murah. Contoh-contoh Operasi Evaporasi dalam Industri Kimia
lainnya yaitu : Pemekatan larutan NaOH, Pemekatan larutan KNO3, Pemekatan larutan NaCL,
Pemekatan larutan nitrat dan lain-lain.
1. B. Teknologi Pengolahan Minyak Atsiri-Serai dapat dilakukan dengan Proses pemurnian
minyak atsiri secara Kimiawi
Proses pemurnian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan larutan kimia. Proses
pemurnian secara kimiawi dilakukan dengan beberapa metode berikut:
1. Adsorpsi
Metode adsorpsi menggunakan absorben tertentu seperti bentonit, arang aktif dan zeolit
2. Pengkelatan/ Flokulasi
Metode ini digunakan untuk menghilangkan senyawa yang ada di dalam minyak atsiri misalnya
senyawa terpen yang digunakan untuk meningkatkan efek flavouring, sifat kelarutan dalam
alkohol encer, kestabilan dan daya simpan minyak atsiri.
3. Deterpensi
Metode pemurnian ini menggunakan larutan senyawa kimia kompleks. Larutan ini digunakan
untuk membentuk senyawa kompleks dalam minyak atsiri seperti asam sitrat dan asam tartarat.
Saat ini berkembang teknologi untuk memproduksi susu bubuk dengan menggunakan
pengeringan unggun terfluidakan (fluidized bed) inert partikel. Teknologi ini dapat digunakan
juga untuk umpan lain yang berupa pasta atau larutan untuk kemudian diubah menjadi bentuk
bubuk. Dibandingkan spray dryer, teknologi unggun terfluidakan inert partikel memiliki biaya
yang lebih rendah, dengan tingkat kualitas produk yang sama. Pengering unggun terfluidakan
memiliki volume dan luas area yang lebih kecil dibandingkan spray dryer. Sehingga biaya
investasi dan operasi lebih rendah yang juga menurunkan konsumsi daya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kinerja unggun terfluidakan partikel inert dan mengkaji kualitas
produk susu kedelai bubuk yang dihasilkan. Kinerja alat meliputi kurva pengeringan dan
efisiensi produksi bubuk, sedangkan kualitas produk meliputi analisa proksimat, wetabilitas &
dispersibilitas, serta flowabilitas & kohesivitas.Penelitian diawali dengan pembuatan susu
kedelai pasta, yaitu dengan cara pemanasan susu kedelai cair pada suhu 60-65oC, hingga
diperoleh konsentrasi sesuai variabel yang diinginkan. Selanjutnya, pasta susu kedelai tersebut
dikeringkan dengan menggunakan unggun terfluidakan partikel inert, dimana partikel inert
yang dipakai berbahan dasar plastik berbentuk bola. Penelitian dilakukan pada variasi suhu
udara (40, 50, 60, 70, 80oC), kecepatan superfisialudara (3,5; 4,2; 4,9; 5,6; 6,3 m/det), dan
kadar air awal umpan (18, 19, 20, 21, 22%). Analisa yang diamati adalah analisa proksimat,
wetabilitas & dispersibilitas, serta flowabilitas & kohesivitas.Proses pengeringan sangat cepat,
berlangsung pada 6 menit pertama. Laju pengeringan mengalami peningkatan dengan semakin
tingginya suhu dan kecepatan superfisial gas serta kadar air awal umpan. Efisiensi produksi
bubuk mengalami kenaikan seiring semakin tingginya suhu udara, kecepatan superfisialudara,
dan konsentrasi umpan. Hasil analisa proksimat susu kedelai bubuk cukup baik dan berada pada
kisaran yang diinginkan. Wetabilitas dan dispersibilitas masih cukup tinggi, dan masih perlu
ditingkatkan lagi. Sedangkan flowabilitas dan kohesivitas bubuk sudah cukup baik.
Fungsi kompresor adalah untuk menaikkan tekanan suatu gas. Tekanan gas dapat
dinaikkan dengan mengurangi volumenya. Ketika volumenya dikurangi, tekanannya naik.
Karena proses pemampatan, udara mempunyai tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tekanan udara lingkungan (1atm). Dalam keseharian, kita sering memanfaatkan udara mampat
baik secara langsung atau tidak langsung. Sebagai contoh, udara mampat yang digunakan untuk
mengisi ban mobil atau sepeda motor, udara mampat untuk membersihkan bagian-bagian mesin
yang kotor di bengkel-bengkel dan manfaat lain yang sering dijumpai sehari-hari.
Pada industri, penggunaan kompresor sangat penting, baik sebagai penghasil udara
mampat atau sebagai satu kesatuan dari mesin-mesin. Kompresor banyak dipakai untuk mesin
pneumatik, sedangkan yang menjadi satu dengan mesin yaitu turbin gas, mesin pendingin dan
lainnya.
Dengan mengambil contoh kompresor sederhana, yaitu pompa ban sepeda atau mobil.
Pada gangguan kesetimbangan kimia dalam proses industri asam nitrat hampir semua pembuatan
asam nitrat secara komersial diperoleh dengan cara oksidasi amonia. Tiga tahap dasar pembuatan
asam nitrat adalah: Oksidasi amonia menjadi nitrogen monoksida (NO) Reaksi cepat, eksotermik
dan menghasilkan reaksi samping Oksidasi nitrogen monoksida menjadi nitrogen dioksida
(NO2) Pada temperatur dibawah 150oC, hampir semua nitrogen monoksida akan bereaksi
dengan oksigen yang ada. Selain temperatur, perlu diperhatikan juga tekanan.
Karena pada temperatur yang rendah, dengan menaikkan tekanan dapat mengakibatkan
terjadinya reaksi dimerisasi nitrogen dioksida menjadi dinitrogen tetraoksida dengan persamaan
reaksi sebagai berikut: Absorpsi nitrogen oksida menjadi asam nitrat terjadi absorpsi nitrogen
oksida dalam air menghasilkan asam nitrat dan melepaskan tambahan nitrogen monoksida.
Reaksi keseluruhan absorpsi gas nitrogen dioksida dalam air adalah sebagai berikut: Bergantung
pada konsentrasi HNO3 Campuran gas oksida nitogen (NO, N2O3, NO2, N2O4) biasanya
disebut NOX, tanpa memperhatikan konsentrasinya. Asam dari pabrik biasanya mengandung
sedikit asam nitrit (HNO2) bila konsentrasinya antara 20 sampai 45% HNO3 dan mengandung
N2O4 terlarut bila konsentrasinya lebih dari 55%. Potensial oksidasi asam konsentrasi 20%
sampai 45% bersifat menstabilkan nitrogen bervalensi tiga (HNO2), tetapi pada konsentrasi di
atas 55% nitrogen bervalensi empat (N2O4) yang stabil. Reaksi (2) merupakan reaksi yang cepat
(bila dibantu katalis) dan selesai dalam waktu kurang dari 1 milisekon.
Oleh karena itu, reaksi tersebut harus dilaksanakan sebagai reaksi adiabatik. Konsentrasi amonia
di udara yang masuk harus dibatasi agar suhu maksimum yang dicapainya jangan sampai terlalu
tinggi dan merusak katalis yang mahal itu. Reaksi (3) adalah reaksi yang lambat, berlangsung
dalam fase gas, dengan kinetika orde ketiga dan lajunya berkurang bila suhu dinaikkan. Konversi
sempurna menjadi NO2 biasanya tidak dapat dilaksanakan secara komersial. Reaksi (4)
menunjukkan beberapa ciri yang mengkhawatirkan, walaupun kecepatannya lumayan dan ∆H-
nya relatif rendah. Keseimbangan dicapai dalam waktu yang cukup singkat, tetapi letak
keseimbangan kurang menguntungkan. Jika asam tersebut terlalu pekat atau terlalu panas, akan
terjadi reaksi balik.
Langkah – langkah dalam proses pembuatan etanol (sampai menjadi bahan bakar) secara garis
besar ada tiga macam yaitu. Proses fermentasi, destilasi, dandehidrasi.
Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam seldalam keadaan anaerobik
(tanpaoksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan
tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam
lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. (kandungan etanol 7-9% untuk
bahan dari ubi kayu).
Destilasi
Destilasi merupakan proses pembuangan air dari dalam etanol yang kadar airnya masih
tinggi. Prinsip dasar dari proses destilasi adalah memisahkan dua buah campuran cairan (dalam
hal ini etanol dan air) dengan memanfaatkan perbedaan titik didih dari kedua zat cair tersebut.
Etanol yang titik didihnya lebih rendah (80 derajat) dari air (100 derajat) akan diuapkan dengan
jalan memanaskanya. Air akan tinggal dan etanol akan menguap, uap etanol ini dijadikan cairan
lagi dengan cara mendinginkannya. Dalam proses destilasi ini kadar etanol sampai 96%.
Proses dehidrasi
Proses dehidrasi merupakan proses untuk membuang air sampai menjadi 9,5%. etanol
99,5% ini yang bisa digunakan untuk menjadi bahan bakar energi alternatif. Proses dehidrasi ini
ada tiga macam yaitu proses azeotropic distillation, molecular sieve dan membran pervoration.
5. Reaksi Sulfonasi
Reaksi sulfonasi utamanya terjadi pada senyawa aromatik benzene. Reaksi ini
biasa terjadi pada tahap-tahap awal proses industri yang memerlukan reksi ini. Reaksi ini
banyak digunakan pada industri deterjen. Selain pada industri deterjen, juga masih
banyak industri lain yang memerlukan reaksi sulfonasi.
Uraian Proses Pembuatan Metil Ester Sulfonat,yaitu:
1. Tahap Sulfonasi Proses sulfonasi merupakan proses dengan menggunakan pereaksi kima yang
mengandung gugus sulfat atau sulfit. Dimana pada proses pembentukan metil ester sulfonat,
metil ester dapat direaksikan dengan gas SO3, oleum atau asam sulfat. Pada proses ini, MES
diproduksi melalui proses sulfonasi metil ester dengan campuran SO3/udara. Reaksi
pengontakkan SO3 dan bahan organik terjadi di dalam suatu falling film reactor. Gas dan
organik mengalir di dalam tube secara co-current dari bagian atas reaktor pada temperatur 45oC
dan keluar reaktor pada temperatur sekitar 30oC. Proses pendinginan dilakukan dengan air
pendingin yang berasal dari cooling tower. Air pendingin ini mengalir pada bagian shell dari
reaktor. Hal ini bertujuan untuk menjaga kestabilan temperatur reaksi akibat reaksi eksoterm
yang berlangsung di dalam reaktor. Agar campuran MESA mencapai waktu yang tepat dalam
reaksi sulfonasi yang sempurna, MESA harus dilewatkan kedalam digester yang memilki
temperature konstan (~80oC) selama kurang lebih satu jam. Efek samping dari MESA digestion
adalah penggelapan warna campuran asam sulfonat secara signifikan. Sementara itu, gas-gas
yang meninggalkan reaktor menuju sistem pembersihan gas buangan (waste gas cleaning
system).
2. Tahap Pemucatan (Bleaching) Untuk mengurangi warna sampai sesuai dengan spesifikasi,
digested MESA harus diukur didalam sistem kontinu acid bleaching, dimana dicampurkan
dengan laju alir metanol yang terkontrol dan hidrogen peroksida sesudahnya. Reaksi bleaching
lalu dilanjutkan dengan metanol reflux dan pengontrolan temperatur yang presisi.
3. Tahap Netralisasi Acid ester yang terbentuk dalam proses sulfonasi bersifat tidak stabil dan
mudah terhidrolisis. Oleh karena itu, pencampuran yang sempurna antara asam sulfonat dan
aliran basa dibutuhkan dalam proses netralisasi untuk mencegah lokalisasi kenaikan pH dan
temperatur yang dapat mengakibatkan reaksi hidrolisis yang berlebih. Neutralizer beroperasi
secara kontinu, mempertahankan komposisi dan pH dari pasta secara otomatis.
4. Tahap Pengeringan Selanjutnya, pasta netral MES dilewatkan ke dalam sistem TurboTubeTM
Dryerdimana metanol dan air proses yang berlebih dipisahkan untuk menghasilkan pasta
terkonsentrasi atau produk granula kering MES, dimana produk ini tergantung pada berat
molekul MES dan target aplikasi produk. Langkah akhir adalah merumuskan dan menyiapkan
produk MES dalam komposisi akhir, baik itu dalam bentuk cair, batangan semi-padat atau
granula padat, dengan menggunakan teknologi yang tepat.