Anda di halaman 1dari 11

Fadiah Alifah (180403012)

Fakultas Teknik
PENGOLAHAN Departemen Teknik Industri

Dosen : Khalida Syahputri, S.T, M.T.


LIMBAH
INDUSTRI
SABUN
Mata kuliah : Kimia Industri
PENDAHULUAN
Sabun merupakan salah satu hasil industri yang cukup penting dan diproduksi
selama lebih dari 2000 tahun, karena merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi
masyarakat. Produksi ini berkembang dalam abad ke-19 dengan dikenalkannya bahan-
bahan kimia dan proses pembuatan yang lebih efisien. Di Indonesia sudah ada industri
sabun yang ditunjang dengan semakin berkembangnya banyak kota dan pertumbuhan
penduduk yang juga semakin cepat.

Akan tetapi, dengan munculnya industri ini perlu dipikirkan juga efek sampingnya
yang berupa limbah. Limbah tersebut dapat berupa limbah padat (solid wastes),
limbah cair (liquid wastes), maupun limbah gas (gaseous wastes). Ketiga jenis limbah
ini dapat dikeluarkan sekaligus oleh satu industri ataupun satu persatu sesuai dengan
proses yang ada di perusahaannya. Perlu kiranya diperhatikan efek sampingnya yang akan
ditimbulkan oleh adanya suatu industri sebelum industri tersebut mulai beroperasi. Oleh
karena itu, perlu dipikirkan juga apakah industri sabun menghasilkan limbah yang
berbahaya atau tidak.

Dalam operasi industri sabun menghasilkan limbah berupa soap gliserin, minyak
lemak, NaC1, H2O. Soap gliserin ini hendaknya dipisahkan dari campuran limbah
tersebut dan diproses lebih lanjut. Tidak setiap pabrik sabun mengolah limbah tersebut.
Hal ini disebabkan karena proses pengolahan dan peralatan yang digunakan untuk
memurnikan cukup kompleks. Untuk masa sekarang soap gliserin masih diperlukan
untuk diekspor. Oleh karena itu dibuatlah triasetin (glyceryl triacetate) dari limbah pabrik
sabun dengan memakai proses asetilasi, dimana diperlukan variabel suhu, waktu dan
kecepatan pengadukan yang sangat mempengaruhi hasil asetilasi disamping pereaksi dan
bahan baku.
Manfaat yang dapat diharapkan dari pembuatan triasetin ini, antara lain :
a. Pencemaran terhadap lingkungan yang disebabkan oleh limbah pabrik sabun dapat
dikurangi.
b. Dapat menambah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
c. Banyak digunakan dalam industri obat-obatan, kosmetik, fiksasi dalam parfum dan
masih banyak lagi.
PEMBAHASAN
Gliserin merupakan limbah pabrik sabun yang relatif berharga, limbah ini dapat
diproses lebih lanjut dan banyak digunakan pada industri-industri kimia. Gliserin pertama
kali dibuat tahun 1779 oleh Scheele, dengan cara memanaskan campuran litharge dan
oliveoil kemudian mengekstraksi dengan air. Dengan menguapkan air, Scheele
mendapatkan cairan yang rasanya manis kemudian oleh Chevrene, Polauze, Berthelot dan
lainnya dipekatkan dan didapat trihidric alkohol (Gliserin). (Scheele, 1779).
Gliserin sintetis mulai diproduksi dalam skala besar sejak pertengahan 1948 yaitu
dengan dipertemukannya metode Klorinasi Propylene yang menghasilkan Allyl Cloride
dalam jumlah besar sehingga diperoleh gliserin yang cukup banyak dan masih banyak
digunakan bermacam-macam produk. Reaksi yang terjadi pada zat-zat organik tersebut
merupakan reaksi yang berlangsung lambat apabila dibandingkan dengan reaksi zat-zat
anorganik, sehingga reaksi zat-zat organik pada umumnya membutuhkan katalis untuk
mempercepat reaksi (Groggins, 1985).
Beberapa ester asetat dari alkohol sederhana yang tersedia secara komersial adalah
etil, propil, isopropil, butil, isobutil, amil dan benzyl. Mono-ester, di-ester dan tri-ester dari
gliserol juga tersedia secara komersial. Semua ester ini berupa liquid, kebanyakan
mempunyai titik didih rendah, sifat racun yang rendah dan relatif tidak mahal. Juga banyak
digunakan sebagai pelarut organik pada industri-industri proses kimia dan pada beberapa
produk seperti cat, pernis, dan lain-lain.
Reaksi asetilasi merupakan reaksi yang sama dengan reaksi esterifikasi yaitu reaksi
antara alkohol dengan asam menghasilkan ester dan air, misalnya

CH3OH + C6H5COOH 5 CH3OOCC6H5 + H2O


Metonal benzoic acid metil benzoat
Reaksi ini adalah reaksi kesetimbangan, berjalan lambat pada kondisi biasa, tetapi
dapat dipercepat apabila ditambahkan katalis asam kuat. (Oxford, 1984). Reaksi Asetilasi
adalah reaksi memasukkan gugus asetil (CH3CO-) ke dalam molekul organik seperti (-OH
dan -NH2), reagen yang umum dipakai adalah acetic anhydride atau ethanol chloride
(CH3COCI). (Oxford, 1984) Maka glycerol dapat diubah menjadi glyceryl triacetate
dengan campuran asam asetat. Reaksi asetilasi ini merupakan reaksi yang setimbang.
Dengan mengambil satu arah reaksi yang menuju pada sisi ester, dapat diperoleh hasil
yang besar dan konversi yang tinggi. Salah satu cara untuk mencapai konversi yang tinggi
adalah dengan penghilangan air yang terbentuk (Groggins, 1985), misalnya :

Reaksi tersebut merupakan reaksi kesetimbangan, agar reaksi berjalan ke kanan,


maka perlu adanya katalisator yang mampu menyerap air, misalnya H2SO4 pekat.
Usaha-usaha untuk mempercepat reaksi yang memperbesar konversi dapat ditinjau
berdasarkan atas faktor yang berpengaruh terhadap reaksi yaitu suhu, katalisator,
pengadukan dan perbandingan zat pereaksi.

1. Pengaruh Suhu
Jika suhu diperbesar dan bila reaksi membutuhkan panas, maka kecepatan reaksi
meningkat dan hasil yang diperoleh akan bertambah besar, tetapi kenaikan suhu dibatasi
oleh sifat-sifat fisis zat-zat yang ada dalam sistem. Mengingat reaksi asetilasi adalah reaksi
kesetimbangan, maka apabila suhu terlalu tinggi kemungkinan akan terjadi reaksi
samping. Reaksi esterifikasi dengan katalisator asam, suhu mendekati 100°C. Katalisator
asam yang sering dipakai adalah asam sulfat.
2. Waktu
Pada proses batch, makin lama waktu reaksi makin banyak hasil yang diperoleh,
tetapi dalam reaksi asetilasi (esterifikasi), waktu reaksi dibatasi dalam keadaan seimbang.
3. Pengadukan
Pengadukan akan menurunkan energi aktifasi karena dengan melakukan
pengadukan akan memperbesar jumlah tumbukan antara dua reaktan sehingga reaksi yang
terjadi lebih cepat daripada tanpa pengadukan.

4. Perbandingan Zat Pereaksi


Supaya reaksi berjalan dengan baik dan diperoleh konversi tinggi, maka salah satu
reaktan harus berlebih. Kelebihan salah satu pereaksi menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke kanan, tetapi pemakaian zat pereaksi berlebihan dibatasi oleh kemungkinan
adanya reaksi samping dan dari segi kinetiknya mungkin ada pergantian tingkat reaksi.
Perbandingan pereaksi juga berpengaruh pada faktor frekuensi dimana apabila salah satu
pereaksi berlebih, maka faktor frekuensi menjadi lebih besar sehingga konstanta kecepatan
reaksinya bertambah besar.

5. Faktor Tumbukan
Untuk memperbesar konversi, tenaga aktifasi perlu diperkecil. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan katalisator, yang akan mengaktifkan zat- zat yang
bereaksi, sehingga tumbukan yang terjadi makin cepat dan reaksi makin mudah terjadi.
Katalisator yang banyak dipakai adalah H2SO4 dan HCI. Tetapi yang sering digunakan
adalah H2SO4, sebab asam ini relatif kurang korosif dibanding HCI dan harganya lebih
murah.

METODE PENELITIAN

Bahan-bahan yang digunakan di alam penelitian ini adalah :


• Soap/crude Gliserin (Limbah Pabrik Sabun) dengan komposisi
o Glycerin = 36,25%
o Minyak lemak = 1,26%
o Sabun Na = 0,42 %
o Nacl = 1,03%
o H2O = 61,04%
Keterangan :
1. Penangas Air
2. Labu Leher Tiga
3. Thermometer
4. Motor Penggerak
5. Pendingin
Peubah yang Digunakan :
• Peubah Tetap
o Volume sample = 10 ml o Volume NaOH1,0N = 100 ml
• Peubah Berubah
o Kecepatan Pengadukan = 100 rpm, 200 rpm, 300 rpm, 400 rpm
o Waktu = 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit.
o Suhu = 60°C, 80°C, 100°C, 120°C
PROSEDUR PENGOLAHAN

1. Proses Penjernihan Limbah :

■ Masukkan 4 liter limbah pabrik


sabun yang masih terdiri dari berbagai
komposisi zat-zat lain ke dalam labu
pemisah dan diamkan sejenak sehingga
muncul dua lapisan, kemudian taruhlah
beaker glass di bawah labu pemisah untuk
tempat penampung. Ambil lapisan bawah
dengan cara penutup pada labu pemisah
dibuka pelan-pelan sehingga lapisan
bawah keluar ke beaker glass sampai batas
lapisan atas dengan bawah pada labu
pemisah. Lakukan sampai minyak
lemaknya tidak ada.
■ Campurkan larutan tawas sebanyak 50 ml, kemudian diaduk dan diamkan sampai
larutan tersebut menjadi jernih.
■ Larutan yang sudah jernih dipanaskan pada suhu 100°C, biarkan airnya menguap
sampai diperoleh gliserin dan didinginkan.

2. Proses Asetilasi
■ Pasang perlengkapan alat-alat untuk proses asetilasi dengan baik.
■ Ambil 100 ml gliserin yang sudah didinginkan, masukkan ke dalam labu asetilasi
(labu leher tiga).
■ Ambil 200 ml CH3 COOH glacial dan katalis H2SO4 pekat 6 ml campurkan ke
dalam asetilasi.
■ Kemudian campurkan, dipanaskan pada derajat panas dan waktu yang telah
ditentukan sehingga diperoleh triasetin.
3. Penetapan Kadar Triasetin :
■ Setelah dingin, ambil hasil asetilasi sebanyak 10 ml, kemudian dinetralkan dengan
larutan NaOH1,0N dan menggunakan indikator p.p.
■ Setelah netral, ditambahkan lagi 100 ml NaOH1,0N kemudian dididihkan selama
15 menit.
■ Setelah dingin tambahkan indikator p.p, kemudian dititrasi dengan larutan
HC11,0N.
■ Catat dengan baik dan benar pada pembacaan tritasinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil perhitungan kadar triasetin pada kecepatan 100 rpm, 200 rpm, 300 rpm dan
400 rpm digambarkan sebagai berikut :

100 rpm 200 rpm

400 rpm
300 rpm
Dari gambar, diambil 400 rpm kemudian ditabelkan sebagai kondisi tertinggi
kadar triasetin pada berikut : kecepatan 100 rpm, 200 rpm, 300 rpm,

Kecepatan Pengadukan (rpm) Kadar Triasetin (%)


100 27,57
200 28,52
300 29,32
400 31,72

Grafik hubungan kondisi


tertinggi antara kecepatan
pengadukan dengan kadar
triasetin

Kondisi tertinggi dicapai pada suhu 120°C dan waktu 75 menit serta kecepatan
400 rpm, didapat kadar triasetin maksimum = 31,72%.

Pengaruh Suhu Reaksi


Pada percobaan dengan peubah suhu reaksi diperoleh bahwa semakin besar
suhu reaksi (batasan antara 60- 120°C), maka kadar triasetin makin meningkat. Hal ini
disebabkan karena apabila suhu diperbesar dan reaksi membutuhkan panas, maka
kecepatan reaksi akan meningkat dan hasil yang diperoleh akan bertambah besar, tetapi
kenaikan suhu dibatasi oleh sifat-sifat fisis zat-zat yang ada dalam sistem.

Pengaruh Kecepatan Pengadukan


Pada percobaan dengan peubah kecepatan pengadukan (batasan antara 100-400
rpm), diperoleh bahwa semakin besar kecepatan pengadukan, maka kadar triasetin akan
semakin besar. Hal ini disebabkan oleh jumlah tumbukan antara dua reaktan semakin
besar sehingga reaksi yang terjadi lebih cepat.

Pengaruh Waktu Reaksi


Pada percobaan dengan peubah waktu reaksi (batasan antara 30-90 menit),
diperoleh bahwa semakin besar waktu reaksi, maka kadar triasetin semakin besar,
Tetapi dalam reaksi asetilasi apabila sudah mencapai waktu yang optimal (75 menit),
reaksi tersebut terjadi reaksi kesetimbangan dan diperoleh kadar triasetin tertinggi.
Setelah melebihi waktu optimal kadar triasetin akan menurun.

KESIMPULAN

1. Limbah pabrik sabun yang berupa soap gliserin dapat diolah menjadi triasetin
dengan proses asetilasi.
2. Semakin tinggi suhu reaksi (batasan antara 60°C - 120°C) dan semakin tinggi
kecepatan pengadukan (batasan antara 100 - 400 rpm), maka semakin tinggi kadar
triasetin yang terbentuk. Tetapi waktu reaksi dibatasi oleh keadaan optimal (75
menit), apabila keadaan tersebut melebihi keadaan optimal, maka kadar triasetin
akan menurun.
3. Keadaan proses yang relatif baik, yaitu Suhu 120°C dan Waktu 75 menit serta pada
kecepatan pengadukan 400 rpm, sehingga kadar traisetin yang dicapai sebesar
31,72%.

Anda mungkin juga menyukai