Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

“DESTILASI EKSTRAKTIF“

GRUP J
1. NADIA ASTHI HAPSARI 17031010204
2. DZULFIKRI ASSHOFI 17031010226

Tanggal Percobaan : 17 September 2019

LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2019
DESTILASI EKSTRAKTIF

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM


OPERASI TEKNIK KIMIA II

“DESTILASI EKSTRAKTIF”

GRUP J

1. NADIA ASTHI HAPSARI 17031010204


2. DZULFIKRI ASSHOFI 17031010226

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia I Dosen Pembiming,

Ir. Ketut Sumada, MS Dr. Ir. Srie Muljani, MT


NIP. 19620118 1988031 001 NIP. 19611112 198903 2 001

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


i
DESTILASI EKSTRAKTIF

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ....................................................................................... i


Daftar Isi ........................................................................................................ii
Intisari .......................................................................................................... iii
Bab 1 Pendahuluan
I.1 Latar Belakang .................................................................................1
I.2 Tujuan Percobaan..............................................................................1
I.3 Manfaat.............................................................................................2
Bab 2 Tinjauan Pustaka
II.1 Secara Umum....................................................................................3
II.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ............................................... 9
II.3 Sifat Bahan......................................................................................10
II.4 Hipotesa.........................................................................................12
Bab 3 Pelaksanaan Praktikum
III.1 Bahan Yang Digunakan................................................................13
III.2 Alat Yang Digunakan....................................................................13
III.3 Gambar Alat.................................................................................14
III.4 Prosedur Percobaan.......................................................................16
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
IV.1 Perhitungan ...................................................................................17
IV.2 Grafik.............................................................................................18
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan.....................................................................................20
V.2 Saran...............................................................................................20
Daftar Pustaka...............................................................................................21
Lampiran 1....................................................................................................22
Lampiran 2....................................................................................................26

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


ii
DESTILASI EKSTRAKTIF

INTISARI
Destilasi ekstraktif merupakan suatu motode pemisahan beberapa
komponen yang memiliki beda titik didih rendah. Metode ini melibatkan dengan
penambahan entrainer yang tidak volatil dari zat yang akan dipisahkan, sehingga
kebanyakan terikat sebagai residu. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk
mengetahui refluks ratio pada proses destilasi ekstraktif campuran etanol-air.
Kemudian untuk memperoleh etanol dengan kemurnian yang tinggi melalui
proses pemisahan destilasi ekstraktif. Dan untuk menentukan kurva
kesetimbangan dan perhitungan jumlah plate pada proses destilasi ekstraktif.
Adapun prosedur dari percobaan yaitu membuat larutan etanol dengan
konsentrasi 20-40% sebanyak 500ml kemudian ditambahkan garam sebagai
media, masukkan larutan etanol garam kedalam labu leher tiga, lalu pastikan air
pendingin sudah mengalir dalam kondensor dan lakukan pengaturan jumlah
volume refluks, setelah itu panaskan larutan sampai diatas titik didihnya, lakukan
pengamatan pada saat destilat telah mencapai 15ml, serta lakukan pengamatan
konsentrasi etanol pada destilat, konssentrasi etanol pada residu dan suhu pada
sistem selama 5 atau 6 kali, kemudian membuat kurva kesetimbangan dan
perhitungan jumlah plate. Berdasarkan percobaan yang dilakukan data percobaan
setelah dilakukan perhitungan sebanyak 10 kali, didapatkan bahwa destilasi etanol
pada kolom destilasi tersebut sebagian besar densitas semakin menurun dengan
seiring dengan lama waktu proses saat destilasi, dimana pada percobaan terakhir
didapatkan densitas sebesar 0,8013 gr/mL. Sedangkan pada densitas bottom
(kolom bagian bawah) dapat diperoleh bahwa sebagian besar densitas semakin
naik dengan seiring dengan lama waktu proses destilasi, dimana destilasi pada
percobaan terakhir didapatkan sebesar 0,9873 gr/mL.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Distilasi adalah proses pemisahan yang paling banyak digunakan pada
dunia industri kimia. Proses pemisahan ini didasarkan pada perbedaan kemudahan
menguap relatif antara komponen yang akan dipisahkan dengan campurannya.
Distilasi biasa tidak bisa digunakan untuk memisahkan campuran yang
membentuk titik azeotrop ataupun campuran yang tiap-tiap komponennya
memiliki perbedan titik didih yang rendah. Maka dari itu harus dilakukan
modifikasi , salah satu caranya adalah dengan metode distilasi ekstraktif. Dimana
dalam rangka meningkatkan konsentrasi produk maka dilakukan penambahan
suatu media yang mudah larut dan dapat memperbesar perbedaan titik didih
komponennya. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar mahasiswa mampu
melakukan perancangn alat distilasi ekstraktif dengan menghasilkan produk yang
memiliki konsentrasi yang tinggi.

I.2. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui cara menormalkan kurva kesetimbangan
2. Mahasiswa mengetahui cara mendapatkan etanol fuel grade

I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengaplikasikannya dalam dunia industri dan
kehidupan sehari – hari.
2. Agar praktikan dapat mengetahui cara pengoperasian alat distilasi
ekstraktif dalam skala laboratorium.
3. Agar praktikan agar dapat memahami prinsip distilasi ekstraktif.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara umum


Destilasi adalah salah satu proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih
dimana komponen yang mempunyai titik rendah akan menguap terlebih
dahulu.Proses ini dapat juga sebagai recovery solven dari hasil ekstraksi yang
dilakukan.
Ekstraksi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen padatan atau cairan
dipindahkan ke cairan lain yang berfungsi sebgai pelarut.Dasar pemisahan ini
disebabkan karena adanya perbedaan daya larut dari masing-masing komponen
dalam pelarut,oleh sebab itu selektifitas solven sangat berpengaruh dalam proses
ekstraksi yang sedang dilakukan.(Sudarto,2004)

Destilasi ekstraktif adalah destilasi yang digunakan pada campuran


azeotropik dan bukan campuran biasa dengan penambahan komponen lain
(entrainer) yang telah dimodifikasi sehingga dapat digunakan pada campuran
azeotropik .Distilasi juga bisa digunakan menggunakan dua kolom yang
dioperasikan pada tekanan berbeda .Hal ini dapat dilakukan apabila jika tekanan
berpengaruh secara signifikan terhadap titik azeotrop .Pada campuran azeotrop
biasanya terdapat pada industry kimia yaitu campuran aseton dan methanol kedua
komponen tersebut banyak digunakan sebagai pelarut, dan destilasi ekstraksi
merupakan cara pemisahan yang paling baik dibanding metode lainnya.
(Hartanto,2017)

II.1.1 Type dalam destilasi


1.) Flash Distillation
Flash distilasi terdiri dari menguapkan fraksi dari cairan yang nantinya
akan mengubah uap.Pada kesetimbangan dengan cairan residu,atau dapat
dikatakan memisahkan uap dari cairan ,lalu uap tersebut dikondensasi.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


2
2.) Continous distillation with reflux
Continous distillation digunakan untuk pemisahan komponen dengan
perbandingan titik uap,yang warna dibutuhkan dengan reflux

II.1.2 Type dalam ekstraksi


1.) Liquid extraction
Liquid extraction adalah alternative apabila tidak menggunakan
destilasi,karena di liquid extraction zat yang tidak dapat bertahan dalam
temperature distilasi bahkan dalam temperature distilasi bahkan dalam
keadaan vakum,dapat dipisahkan pengotor dengan cara ekstraksi.
2.) Special extraction techniques
Special extraction techniques telah dikembangkan keefektifan dari ekstrasi
biasa.Ekstraksi ini dilakukan hanya dengan fase aqueous dan ekstraksi
cairan superkritikal menggunakan pelarut pada tekanan dan temperature
diatas critical point dari pelarut.

II.1.3 Jumlah plate ideal pada destilasi


Untuk menentukan jumlah plate ideal dapat menngunakan computer design
program seperti ASPEN,dimana di dalamnya digunakan plate ke plate dalam
perhitungan yang melibatkan neraca massa dan entalpi.(Mccabe,2005)

II.1.4 Rasio refluks


Rasio refluks adalah perbandingan antara jumlah kondensat yang dikembali
ke kolom (jumlah refluks) persatuan waktu terhadap jumlah distilat yang diambil
persatuan waktu.(Rahmawati,2014)

II.1.5 Metode maserasi pada ekstraksi


Metode maserasi digunakan untuk mengekstrak sampel yang relative tidak
tahan panas.Metode ini dilakukan hanya dengan merendam sampel dalam suatu
pelarut dalam jangka waktu tertentu,biasanya dilakukan selama 24 jam tanpa

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


3
menggunakan pemanasan.Kelebihan metode ini diantaranya tidak memerlukan
peralatan yang rumit,relative murah ,dapat menghindari penguapan komponen
senyawa karena tidak menggunakan panas ,sedangkan kelemahannya adalah
memerlukan waktu yang lama dan pelarut yang banyak sehingga tidak efisien.

II.1.6 Metode refluks pada ekstraksi


Metode refluks digunakan untuk mengekstrak sampel yang relative tahan
panas.Metode ini dilakukan dengan cara menggodok sampel dalam suatu pelarut
yang diletakkan dalam wadah dan dilengkapi dengan kondensor dengan jangka
waktu lebih cepat,biasanya 3-7 jam.Kelebihan metode ini adalah waktunya lebih
singkat terjadi kontak langsung dengan pelarut secara terus menerus,dan pelarut
yang digunakan lebih sedikit sehingga lebih efektif dan lebih efisien.Proses
ekstrasi refluks yaitu disebut juga dengan menggunakan panas sedangkan
maserasi (ekstraksi dingin).(Agung,2011)

II.1.7 Fungsi refluks


Fungsi refluks adalah ekstrasi yang dihasilkan dapat berlangsung efisien
dan senyawa dalam sampel secara lebih efektif dapat ditarik pelarut (pada suhu
kasar).(Susanty,2016)

II.1.8 Metode-metode dalam ekstraksi


1. Perkolasi pada ekstraksi
Pada metode perkolasi,serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam
sebuah perkulator.Pelarut ditambahkan pada bagian bawah.Kelebihan dari
metode ini adalah sampel senantiasa dialiri pelarut baru,lalu kerugiannya
adalah jika sampel dalam percolator tidak homogen maka pelarut akan
sulit menjangkau di seluruh area.
2. Soxhlet
Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung
selulosa dalam klonsong yang ditempat di atas labu dan di bawah
kondensor.Pelarut yang sesuai dimasukkan dalam labu dan suhu penangas

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


4
di atur dibawah suhu refluks.Keuntungannya dari metode ini adalah proses
kontinyu,kerugiannya adalah senyawa termolabil dapat terdegradasi
karena ekstrak yang diperoleh secara terus-menerus pada titik didih
3. Ultrasound-assisted solvent extraction
Merupakan metode maserasi yang dimodifikasi dengan menggunakan
bantuan ultrasound.Wadah yang berisi serbuk sampel di tempatkan dalam
wadah ultrasonic.Hal ini dilakukan untuk memberikan tekanan mekanik
pada sel hingga menghasilkan rongga pada sampel.Kerusakan sel dapat
menyebabkan peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan
meningkatkan hasil ekstraksi.(Mukhriani,2014)

II.1.9 Konstanta kesetimbangan


Metode ekstraksi hampir sama dengan metode distilasi.Pada distilasi
fraksional,pemisahan komponen dimungkinkan karena perbedaan tekanan uap
atau titik uap dari suatu komponen.Pada temperature tertentu dan
tekanan,kesetimbangan konsentrasi dari komponen pada fase cair,CL dan fase uap
,CG, dapat di buat menjadi persamaan:

CL
K=
CG

Keterangan:
K =Konstanta kesetimbangan
CL =Konsentrasi kesetimbangan fase liquid
CG =Konsentrasi kesetimbangan fase uap

Ekstraksi adalah pemisahan proses dimana zat terlarut di distribusikan


diantara dua pelarut yang tidak melarutkan, 1 dan 2

C1
KD=
C2
Keterangan:
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
5
KD =koefisien distibusi
C1 =Solvent 1
C2 =Solvent 2
Biasanya pelarut yang digunakan adalah air dan yang lainnya adalah
pelarut organic,sehingga species ion anorganik yang juga dinamakan polar
organic compounds biasanya dalam fase organic atau juga dapat dikatakan
sebagai “larut sukar larut”.(Pecsok,1968)

II.1.10 Definisi refluks


Refluks adalah pelarut volatile yang digunakan akan menguap pada suhu
tinggi,namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya
dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam
wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung (Secara
berulang-ulang).(Cahayati,2010)

II.1.11 Fungsi refluks


Fungsi refluks adalah ekstraksi yang dihasilkan dapat berlangsung efisien
dan senyawa dalam sampel secara lebih efektif dapat ditarik pelarut (pada suhu
kamar).(Susanty,2016)

II.1.12 Rumus HETP


Menurut definisi pada suatu plate ideal juga pada keadaan meninggalkan
plate ideal juga pada keadaan kesetimbangan fasa atau kesetimbangan
termodinamika.Berarti satu-satuan unit dalam tersebut ekivalen dengan satu plate
ideal inilah konsep HETP:

L
HETP=
N

Keterangan:
L=Tinggi bahan isian

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


6
N=Banyaknya plate
(Setyadi,2007)

II.1.13 Hubungan azeotrop dengan destilasi ekstraktif


Dengan campuran liquid yang tidak dapat dipisahkan dengan destilasi,hal
ini dikarenakan titik didihnya saling berdekatan,relative volatility mendekat,atau
campurannya terbentuk azeotrop pada suhu dan konsentrasi tertentu.Beberapa
komponen dapat dipisahkan lagi dengan ditambah komponen lain sehingga
relative volatility dapat naik.(Billah,2009)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


7
II.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi distilasi ekstraktif
1. Suhu umpan
Bedasarkan penelitian Gil suhu umpan sangat mempengaruhi campuran
azeotropik dalam ectractive destilasi.
2. Feed Stage
3. Laju Alir Garam
Berdasarkan penelitian Pinto dengan menggunakan 4 jens garam yaitu
HCl, NaCl, KI, dan CaCl 2. Garam CaCl2 akan menghasilkan kemurnian
garan tinggi dibandingkan tiga jenis garam yang lainnya.
4. Refluks Ratio
Refluks Ratio, mempengaruhi suatu sampel yang seiring meningkatnya
rati maka kemurnian sampel akan menurun. (Erawati,20013)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


8
II. 3. Sifat Bahan
II.3.1. Etanol
1. Sifat fisika
a. Berupa cairan
b. Tidak berwarna
2. Sifat kimia
a. Rumus molekul :C2H5OH
b. Berat molekul : 46,07 gr/mol
c. Densitas : 0,789 gr/ml
d. Titik didih : 78,4 oC
3. Fungsi : sebagai zat yang akan dimurnikan
(Perry “Ethyl Alcohol”, 1999)
II.3.2. Natrium Klorida
1. Sifat fisika
a. Berupa padatan
b. Berwarna putih
2. Sifat kimia
a. Rumus molekul : NaCl
b. Berat molekul : 58,45 gr/mol
c. Densitas : 2,163 gr/ml
d. Titik didih : 1413 oC
3. Fungsi : sebagai zat yang ditambahkan untuk membuat perbedaan titik
ddih antar komponen dalam campuran.
(Perry “Sodium Chloride”,1999)
II.3.3. Kalium Klorida
1. Sifat fisika
a. Berupa padatan
b. Berwarna putih
2. Sifat kimia
a. Rumus molekul : CaCl2
b. Berat molekul : 110, 99 gr/mol

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


9
c. Densitas : 2,152 gr/ml
d. Titik didih : 1600oC
3. Fungsi : sebagai zat yang ditambahkan untuk membuat perbedaan titik
ddih antar komponen dalam campuran.
(Perry “Calcium Chloride”,1999)
II.3.4. Aquadest
1. Sifat fisika
a. Berupa cairan
b. Tidak berwarna
2. Sifat kimia
a. Rumus molekul : H2O
b. Berat molekul : 18,02 gr/mol
c. Densitas : 1 gr/ml
d. Titik didih : 100 oC
3. Fungsi : sebagai pelarut umum dan pengisi kondensor.
(Perry “Water ”,1999)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


10
II.4 Hipotesa
Pada praktikum ini diharapkan mendapatkan etanol dengan konsentrasi
tinggi. Dimana konsentrasi garam dalam pelarut berpengaruh terhadap hasil
destilat yang diperoleh. Dimana semakin besar konsentrasi garam dalam pelarut
maka komposisi fraksi destilat akan semakin besar. Serta semakin tinggi
temperatur maka waktu yang dibutuhkan untuk refluks semakin tinggi. Dengan
penambahan garam dalam proses destilasi akan memberikan perbedaan titik didih
yang signifikan dan berpengaruh terhadap kemurnian etanol.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


11
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan yang digunakan


1. Aquadest
2. Etanol
3. Natrium klorida
4. Kalsium klorida

III.2 Alat yang digunakan


1. Kondesnsor
2. Neraca analitik
3. Piknometer
4. Erlenmeyer
5. Selang
6. Heating mantel
7. Termometer
8. Labu leher tiga
9. Divider

III.3 GambarAlat

Termometer Piknometer Erlenmeyer Neraca Analitik

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


12
Labu Leher Tiga Kondensor

Heating Mantel Divider

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


13
III.3.1. Rangkaian Alat

Gambar III.3.1.1. Rangkaian alat Distilasi Ekstraktif

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


14
III.4 Prosedur

Membuat larutan etanol (20-40%) ditambah dengan garam sebagai


media, jenis garam yang digunakan yaitu NaCl atau CaCl2

Masukkan larutan etanil garam kedalam labu leher tiga

Pastikan air pendingin sudah mengalir kedalam kondensor

Atur jumlah (Volume) refluks

Panaskan larutan etanol garam pada suhu diatas titik didihnya

Lakukan pengamatan pada destilat mencapai 15 ml dan lakukan


pengamatan konsentrasi etanol. Lakukan pengamatan, pengukuran
dan analisa etanol selama 5 atau 6 kali

Membuat kurva kesetimbangan dan perhitungan jumplah plate

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1 Perhitungan
Tabel IV.1 Perhitungan Fraksi Destilat (Xd) dan Fraksi Bottom (Xw)
Wakt ρ Destilat ρ Bottom T uap T bottom % Ethanol % Ethanol
u (gr/mL) (gr/mL) (oC) (oC) destilat bottom
1 0,76006 0,95456 62 87
2 0,7404 0,9609 62 90
3 0,7651 0,9779 62 92
4 0,7742 0,9692 62 93
5 0,7406 0,9740 63 95
6 0,7758 0,9741 63 97
7 0,7765 0,97716 74 98
Berdasarkan data yang diperoleh berdasarkan percobaan yang
dilakukan sebanyak 10 kali, didapatkan hasil dimana densitas dari destilat terus
menurun mendekati densitas dari ethanol seiring dengan lamanya waktu destilasi
dan didapatkan densitas akhir pada destilat sebesar 0,8013 gr/mL. Sedangkan
untuk densitas residu pada bottom, terus meningkat seiring dengan lamanya waktu
destilasi, dimana densitas akhir residu pada bottom sebesar 0,9873 gr/mL. Untuk
suhu uap dan bottom menghasilkan data yang berbanding lurus dengan lamanya
waktu destilasi, dimana semakin lama proses destilasi maka suhu uap dan bottom
akan semakin tinggi. Setelah dilakukan perhitungan, pada percobaan kali ini
dihasilkan kadar ethanol pada destilat yang semakin meningkat, dengan kadar
tertingginya sebesar 92,93%. Kadar ethanol yang dihasilkan belum optimal,
dimana berdasarkan literatur seharusnya kadar ethanol bisa mencapai kadar lebih
dari 96%. Hal tersebut dapat dikarenakan konsentrasi garam, suhu yang tidak
konstan pada proses destillasi ekstraktif, penimbangan bobot piknometer dan isi
yang dilakukan pada suhu tinggi serta kesalahan pembacaan alat karena
kurangnya kalibrasi.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


16
IV. 2 Grafik

Grafik IV.2.1 Kurva Kesetimbangan Ethanol – Air (Percobaan)

Grafik IV.2.1. Kurva Kesetimbangan Ethanol-Air (literatur)


Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan data dari fraksi mol ethanol pada
destilat dan pada bottom yang digunakan untuk membentuk kurva kesetimbangan
sistem etanol-air baru. Dimana data fraksi mol ethanol pada bottom diplot pada
sumbu x dan fraksi mol ethanol pada destilat diplot pada sumbu y. Data yang
dihasilkan belum sesuai dengan literatur. Dimana menurut literatur, kurva
kesetimbangan sistem etanol-air memiliki titik azeotrop dan apabila dilakukan
destilasi ekstraktif titik azeotrop akan terbuka dengan kadar ethanol yang
dihasilkan dapat mencapai 99,9%.
Sehingga dapat dilihat pada grafik IV.2.1, dimana kurva kesetimbangan
ethanol-air pada literatur memiliki titik azeotrop. Sedangkan pada data hasil
percobaan titik azeotrop dari sistem ethanol-air tidak terbuka dengan kadar
maksimal didapatkan hanya 92,93%. Selain itu, pada percobaan kali ini
didapatkan hasil perhitungan relative volatility dari sistem ethanol-air sebesar
2,2102. Menurut ketentuan yang ada nilai dari relative volatility seharusnya
kurang dari 1.
Perbedaan dari data yang diperoleh pada percobaan dengan teori yang ada
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perubahan temperatur, dimana temperatur

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


17
yang tidak dijaga selama proses destilasi akan mempengaruhi ratio refluks yang
tinggi saat proses pemisahan secara spesifik. Dan juga pada temperatur pelarut
yang meningkat menyebabkan air dapat menguap dan destilat yang dihasilkan
tidak murni serta penimbangan piknometer yang dilakukan dengan cairan bersuhu
tinggi dapat menyebabkan pengamatan yang tidak tepat. Selain itu konsentrasu
dan kemurnian garam yang digunakan pada proses destilasi juga akan
mempengaruhi hasil etanol yang diperoleh, dimana pada penambahan garam
tersebut pada proses destilasi dapat mempengaruhi relative volatility, karena dapat
dikatakan bahwa garam memiliki efek dehidrasi yang dapat membuat merubah
komposisi fase uap dan fase liquid dari etanol. Dengan adanya komponen lain
dalam garam yang digunakan pada saat proses akan mempengaruhi koefisien
aktivitas baik pelarut maupun destilat. Garam yang digunakan dalam percobaan
ini adalah CaCl2 teknis (<99%) dimana artinya dalam garam tersebut masih
terdapat komponen lain didalamnya sehingga dapat mempengaruhi hasil
konsentrasi destilat.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Pada percobaan destilasi ekstraktif yang telah kelompok kami lakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pada percobaan dihasilkan data kesetimbangan ethanol-air baru dengan
didasarkan perhitungan relative volatility yang belum berhasil membuka
titik azeotrop pada sistem ethanol-air. Dimana nilai relative volatility yang
dihasilkan sebesar 2,2102.
2. Pada percobaan kali ini dihasilkan kadar ethanol tertinggi sebesar 92,93%
dimana seharusnya kadar yang dihasilkan mencapai 99,9%.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses detilasi ekstraktif adalah
temperatur, kalibrasi, konsentrasi dan kemurnian garam.

V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan dapat menjaga temperatur pada saat proses destilasi
ekstraktif sehingga tidak melewati temperatur titik didih air, yang akan
mempengaruhi konsentrasi destilat.
2. Sebaiknya praktikan dapat melakukan perhitungan dan penimbangan
bahan dengan benar dan akurat, sehingga hasil yang diperoleh tidak ada
kesalahan.
3. Sebaiknya dilakukan kalibrasi pada indikator atau alat ukur seperti
thermometer supaya temperatur yang dibaca akurat dan data perhitungan
yang didapatkan valid.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


19
DAFTAR PUSTAKA

Agung.2011 “ Skrining senyawa Kimia dan Pengaruh metode maserasi dan


refluks” Jurnal UNB. Vol 1.127.

Billah. 2009 “hubungan azeotrop dan DE” Jurnal science. Vol.1.1.

Cahayati, Indah. 2010 “Destilasi dan Refluks” Jurnal science. Vol.1.4.

Erawati, Eni. 2013 “Pemurnian etanol dengan metode saline ekstraktif


distillation” Jurnal UNS.Vol.1.12-13.

Hartanto, Yansen. 2017 “Distilasi ekstraktif pada pemisahan aseton dan etanol”
Jurnal Untirta.Vol 6.169.

Mc Cabe.2005. “Operation Of Chemical Engineering”. New York : Mc Graw


Hill.

Mukhriani.2014 “Ekstraksi Pemisahan Senyawa Dan Identifikasi Senyawa Aktif”


Jurnal kesehatan. Vol 7.No 362-363.

Pecsok,R.L. 1968 “Modern Methode’s Of Chemical Analytis” Canada,United


States Of Amerika.

Perry,R.H.1999 “Perry’s Chemical Engineering Handbook 7th Edition” Konsas :


McGraw Hill.

Rahmawati. 2014. “Optimasi tekanan dan rasio refluks pada distilasi fraksionasi
vakum terhadap waktu eugenol” Jurnal konversi. Vol.3.8.

Setyadi, Mochamad . 2007. “Pemilihan bahan dan isian perbandingan refluks


pada distilasi” Jurnal MIPA.Vol.17.23.

Sudarto.2014. “Ekstraktif Minyak Nilam Dengan Pelarut Heksana” Jurnal UNDIP


Vol.8.94-95.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


20
LAMPIRAN 1

I. Tabel Pengamatan

Tabel 1. Kalibrasi

Berat piknometer kosong = 11,5229 gr

BM etanol = 46,07 gr/ml

BM aquadest = 18,02 gr/ml

Berat piknometer + aquadest = 21,3683 gr

Densitas aquadest = 0,985 gr/ml

Air Etanol X etanol Berat Pikno ρ etanol X etanol


(mL) (mL) (V/V) Isi (gr/ml) (mol/mol)
10 0 0 21,3683 0,985 0
9 1 0,1 21,2170 0,969 0,0409
8 2 0,2 21,0808 0,956 0,0867
7 3 0,3 21,0230 0,95 0,1390
6 4 0,4 20,9115 0,939 0,1990
5 5 0,5 20,7402 0,922 0,2680
4 6 0,6 20,2717 0,885 0,3451
3 7 0,7 20,1593 0,874 0,4474
2 8 0,8 19,9368 0,851 0,5747
1 9 0,9 19,8181 0,834 0,7489
0 10 1 19,4499 0,803 1

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


21
Tabel 2. Pengamatan Densitas Destilat dan Bottom

Berat piknometer kosong = 11,5229 gr

Waktu ρ distilat ρ bottom T bottom T uap


(gr/ml) (gr/ml) (oC) (oC)
1 0,76006 0,95456 87 62
2 0,7404 0,9609 90 62
3 0,7651 0,9669 92 62
4 0,7742 0,9692 93 62
5 0,7406 0,9740 95 63
6 0,7758 0,9741 97 63
7 0,7765 0,97716 98 74

II. Perhitungan
1. Pembuatan larutan 35% etanol 350 ml
96 % x v 1=35 % x v 2
35 % x 350 ml
v 1=
96 %
v 1=127,60 ml
Jadi, untuk membuat larutan 35% etanol 350 ml, diambil etanol 96%
sebanyak 127,60 ml. Kemudian diencerkan dengan larutan Nacl kedalam
labu ukur sampai 350 ml
2. Pembuatan larutan etilen glikol 1 N 100 Ml
% x ρ x 100
N=
Be
99,8 x % x 1,1132 x 1000
¿
62,07/2
N=35,7974 gram
N1.V1 = N2.V2
35,7974.V1 = 1.100
V1 = 2,7934
Jadi, untuk membuat larutan etilen glikol 2,7934 ml larutkan hingga 100
ml dengan aquadest.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


22
3. Densitas Air
Berat pikno isi−Berat pikno kosong
ρ air=
Volume pikno
21,3683 gr −11,229 gr
ρ air=
10 ml
gr
ρ air=0,985
ml

4. Densilat ethanol pada 1 ml dan aquadest 9 ml


Berat pikno isi−Berat pikno kosong
ρ=
Volume pikno
21,2170 gr−11,5229 gr
ρ=
10 ml
gr
ρ=0,969
ml
5. Fraksi mol etanol pada 1 ml ethanol dan aquadest 9 ml
ρethanol x V ethanol
BM etanol
X etanol=
ρ ethanol x V ethanol ρair +Vair
+
BM etanol BM Air
0,969 x 1
46,07
¿
0,969 x 1 0,985 x 9
+
46,07 18,02
¿ 0,0409
6. Temperatur Uap Rata-rata
62+ 62+ 62+ 62+ 63+63+74
Td ¿ = 64 oC
7

7. Tekanan Parsial Alkohol dan Air


Interpolasi tabel 2-8 Vapor Pressure of Organic Compounds dan tabel 2-5
Vapor Pressure of liquid water from 0 to 100 oC pada buku Perry, dengan
suhu 64 oC untuk destilat dan 93,14 oC untuk bottom.
P o Ethanol destilat = 0,54221 atm
P o Air destilat = 0,23198 atm

8. Konsentrasi Destilat
Interpolasi tabel 2-110 Ethyl Alcohol untuk Densities of Aqueous Organic
Solution.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


23
Untuk densitas ethanol sebesar 0,8013 gr/mL dihasilkan konsentrasi
ethanol sebesar 92,93%

9. Relative Volatility Destilat


P Ethanol destilat 0,7393
∝ destilat= = =2,048
P Air destilat 0,31
10. Relative Volatility
∝=√ ∝ destilat x ∝residu=√ 2,048 x 2,385=2,2102

11. Kurva Kesetimbangan


Dibuat data xd dari 0 sampai 1 dengan interval 0,1. Kemudian nilai yd
diperoleh dengan persamaan :
∝. Xd 2,2102. 0,1
Yd = = = 0,1972
1+ (∝−1 ) . Xd 1+ ( 2,2102−1 ) . 0,1

Kemudian dibuat garis diagonal dengan nilai x = y.


12.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


24
LAMPIRAN 2

Gambar 1 Proses Pembuatan Larutan (CaCl,etanol,air)

Gambar 2 Proses Destilasi Ekstraktif

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


25
Gambar 3 Proses Penimbangan Pikno Kosong

Gambar 4 Proses Penimbangan dengan volume air 9 ml dan volume etanol 1 ml

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


26
Gambar 6 Proses Penimbangan Pikno Isi Destilat

Gambar 7 Proses Penimbangan Pikno Isi Bottom

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


27

Anda mungkin juga menyukai