Disusun oleh :
NPM : 1531010122
Paralel :C
FAKULTAS TEKNIK
JAWA TIMUR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
6,000,000
5,000,000
4,000,000
3,000,000 y = 225,110x - 448,793,020
2,000,000 R² = 0
1,000,000
0
2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020
Tahun
y = a + b (𝑥 – 𝑥̅ )
Dimana :
a = y̅
Σ(x̅−x)(y
̅−y)
b=
Σ(𝑥̅ −𝑥)2
Σx. Σy
Σ(x̅ − x)(y̅ − y) = Σ𝑥𝑦 −
𝑛
2
(Σx)
Σ(𝑥̅ − 𝑥)2 = Σ𝑥 2 −
𝑛
Keterangan :
𝑥̅ = rata-rata x
y̅ = rata-rata y
n = jumlah data yang diobservasi
(Σx)2
Σ(𝑥̅ − 𝑥)2 = Σ𝑥 2 − 𝑛
(45)2
= 285 − = 60
9
15.532.437
b=
60
b = 258873,95
a = y̅ = 4.028.780,78
y = a + b (𝑥 – 𝑥̅ )
y = 2734411,03 + 258873,95x
y = 2734411,03 + 258873,95x
x = tahun ke-
y = 2734411,03 + 258873,95(11)
y = 5.582.024,48 kg/tahun
Jadi, untuk tahun 2018 (tahun ketika pabrik sudah selesai dibangun dan
telah masuk tahap produksi) diperkirakan Indonesia membutuhkan karboksimetil
selulosa ± sebesar 5.582.024,48 kg/tahun.
BAB II
Proses ini lebih mudah mendapatkan bahan baku yaitu berupa pulp
yang ditepungkan, sedangkan proses lainnya membutuhkan cotton linter yang
berbentuk lembaran yang harganya relatif lebih mahal dibanding harga pulp,
serta selulosa murni yang lebih mahal harganya.
Carboxymetil
Cellulose Rotary reactor Aging cans Mill Dryer
cellulose
Gambar 2.1 Flowsheet singkat untuk pembuatan CMC dengan proses Wyandotte
Pada tahap pereaksian, selulosa murni direaksikan dengan NaOH 30% sebanyak
1.3 kali jumlah mol selulosa selama 90 menit di dalam isopropil alkohol agar
terjadi reaksi karboksimetilasi. Agar campuran reaksi merata, serat selulosa harus
terbasahi seluruhnya oleh larutan NaOH. Proses yang dilakukan adalah dengan
menyemprotkan larutan NaOH ke lembaran-lembaran selulosa. Isopropil alkohol
ini berperan sebagai medium reaksi sehingga tidak terjadi reaksi antara isopropil
alkohol, dengan kata lain isopropil alkohol bersifat inert.
Lembaran selulosa selanjutnya dicabik-cabik dan direaksikan dengan natrium
monokloroasetat dengan perbandingan mol 1,3 : 1 terhadap selulosa. Natrium
monokloroasetat dimasukkan kedalam tangki setelah NaOH dan isopropil alkohol
bercampur sempurna. Campuran ini selanjutnya diaduk selama 90 menit.
Campuran lalu dipanaskan hingga temperatur 55oC dan dipertahankan selama 4
jam sambil terus dilakukan pengadukan. Produk yang dihasilkan adalah garam
natrium karboksimetil selulosa.
3. Tahap Pemanasan
Pada tahap pemanasan digunakan air hangat sebagai medium pembawa
panas dengan menggunakan utilitas berupa alat penukar panas yang
memanfaatkan kukus sebagai sumber panasnya. Hasil campuran dipanaskan
sampai temperatur 65oC selama 6 jam. Produk yang dihasilkan berupa natrium-
karboksimetil selulosa dalam bentuk slurry. Produk keluaran tahap pemanasan ini
berupa slurry. Tujuan tahap ini adalah untuk mematangkan hasil reaksi campuran
sehingga mempermudah perlakuan menuju tahap selanjutnya.
4. Tahap Penetralan
Setelah tahap pengepresan, dilakukan tahap penetralan. Natrium
karboksimetil selulosa teknikal yang diperoleh mengandung campuran NaCl–
glikolat. Campuran tersebut dipisahkan dari produk murni. Asam glikolat yang
dihasilkan tersebut tidak praktis untuk diubah kembali menjadi asam kloroasetat.
Oleh karena itu crude karboksimetil selulosa dinetralkan dengan asam asetat
bertujuan untuk menghilangkan kadar natrium glikolatnya.
5. Tahap Pencucian
Crude karboksimetil selulosa yang telah dinetralkan selanjutnya dicuci
dengan metanol 70%-v/v. Tujuan tahap pencucian ini adalah untuk
menyingkirkan natrium glikolat yang merupakan produk samping dari tahap
pereaksian serta pengotor-pengotor lain yang masih terkandung di dalam crude
karboksimetil selulosa. Tahap pencucian ini juga menyebabkan kandungan
isopropanol di dalam natrium karboksimetil selulosa menurun menjadi 5% berat.
6. Tahap Pengeringan
Tahap pengeringan dilakukan setelah produk dicuci, tahap ini bertujuan
untuk mengurangi kadar air dari karboksimetil selulosa. Produk tersebut
dikeringkan dengan menggunakan udara kering bertemperatur 700oC. Produk
yang dihasilkan berupa karboksimetil selulosa yang memiliki derajat penggantian
minimum 0,8 dan kandungan air maksimum 5% berat.
LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK
1. Lokasi Pabrik
Dalam menetapkan letak atau lokasi suatu pabrik ada beberapa faktor yang
harus dipertimbangan. Faktor-faktor serupa juga berlaku dalam pendirian pabrik
Carboxymethyl cellulose. Faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan
pemilihan lokasi pendirian pabrik Carboxymethyl cellulose ini antara lain :
1. Faktor transportasi
Pemilihan lokasi pabrik diusahakan dekat dengan sarana transportasi yang
memadai seperti jalan utama dan pelabuhan sehingga transportasi untuk perolehan
bahan baku maupun pendistribusiannya tidak menjadi suatu masalah.
2. Faktor bahan baku
Bahan baku yang berupa selulosa, sodium hidroksida dan sodium
kloroasetat mudah diperoleh karena ditunjang oleh mudahnya transportasi,
terutama untuk pembelian sodium kloroasetat yang diimpor dari luar negeri.
3. Faktor pemasaran
Transportasi yang menunjang membuat hasil produk perusahaan ini dapat
dipasarkan dengan mudah dan diusahakan lokasi pabrik dekat dengan daerah
pemasaran.
4. Faktor persediaan daya (Power)
Tersedianya fasilitas tenaga listrik dari PLN yang memadai sangat
mendukung proses produksi.
5. Faktor tenaga kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mendukung proses cukup banyak.
Tenaga kerja ini dengan mudah dapat diperoleh karena lokasi dari pabrik tidak
jauh dari pemukiman penduduk.
6. Faktor persediaan air
Tersedia air yang memadai diperlukan baik untuk sanitasi maupun untuk
kebutuhan proses (utilitas).
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka pabrik ditetapkan akan didirikan
di daerah kawasan industri di sekitar Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Hal ini
karena kawasan ini terletak dekat jalan utama (by pass) yang menghubungkan
daerah pemasaran utama yaitu Surabaya. Daerah Mojokerto juga dilewati oleh
aliran sungai besar, yaitu Sungai Brantas. Selain itu, daerah ini juga dekat dengan
pelabuhan di Surabaya, yaitu Pelabuhan Tanjung Perak yang merupakan salah
satu pelabuhan besar. Dengan lokasi yang strategis seperti itu, maka transportasi
untuk perolehan bahan baku, pendistribusian produk, ketersediaan tenaga kerja
maupun ketersediaan air telah memenuhi syarat untuk pemilihan lokasi pendirian
pabrik.
19 17
11 20 21
18 16
8 10
15
12
7
5
6
14
13
5
3 4
2
1 9 1
Keterangan Gambar :
1. Pos keamanan
2. Kantor
3. Gedung serba guna
4. Tempat ibadah
5. Toilet
6. Koperasi
7. Poliklinik
8. Kantin
9. Tempat parkir
10. Laboratorium
11. Gudang bahan baku
12. Daerah proses
13. Gudang produk
14. Ruang kontrol
15. Pembangkit listrik
16. Gudang peralatan
17. Bengkel
18. Mess karyawan
19. Utilitas
20. Area perluasan
21. Limbah
3 Tata Letak Peralatan Pabrik
H-310 H-320
R-210
F-111 M-110
F-220
C-230
H-330
B-330
F-131 M-130 F-134
E-333
F-333
FLOWSHEET PABRIK CARBOXYMETHYL CELLULOSE
WP
CW
Cellulose
TC
H-320
F-111 E-97
G-311
M-110
H-310
R-210
R-210
J-112
J-113
F-220
Sodium
Chloroasetat
E-96
LI G-332
FC LC FC
F-121
F-123 C-230
M-120
L-122 L-124
H-330
NaOH B-240
LI TC J-331
FC FC
LC
F-131
F-133
M-130 F-333
CWR
SC
Keterangan :
MAIN EQUIPMENT
28 F-333 PACKING HOPPER
27 G-332 BLOWER
26 J-331 SCREW CONVEYOR
25 H-330 DUST CYCLONE
24 H-320 SECONDARY CYCLONE
23 G-311 BLOWER
22 H-310 DUST CYCLONE
21 E-243 HEATER
20 G-242 BLOWER
19 H-241 AIR FILTER
18 B-240 ROTARY DRYER
17 C-230 BALL MILL
16 F-220 STORAGE AGING
15 R-210 ROTARY REACTOR
14 L-134 CENTRIFUGAL PUMP
13 F-133 CAUSTIC SODA SOLUTION TANK
12 L-132 CENTRIFUGAL PUMP
11 F-131 CAUSTIC SODA STORAGE
10 M-130 CAUSTIC SODA DILLUTION TANK
9 L-124 CENTRIFUGAL PUMP
8 F-123 ACID SOLUTION STORAGE
7 L-122 CENTRIFUGAL PUMP
6 F-121 SODIUM CHLOROACETATE STORAGE
5 M-120 ACID DISSOLVING TANK
4 J-113 SCREW CONVEYOR
3 J-112 BUCKET ELEVATOR
2 F-111 CELLULOSE STORAGE
1 M-110 AGITATED HOPPER
NO KODE NAMA ALAT
LINE AND SYMBOL
PC PRESSURE CONTROL
TC TEMPERATURE CONTROL
FC FLOW CONTROL
FLOWSHEET UTILITAS PABRIK KLOROBENZENA DAN DIKLORBENZENA
D-270
Al2(SO4)3
H-250 D-280
PLANT
H-230
M-220
Fuel Gas
Fuel Oil
L-211 L-212
F-210
Udara
AIR PROSES
Desinfektan L-292A
L-262
Air Sanitasi
F-290B
Keretangan :
1 L-211 Pompa
3 L-212 Pompa
4 M-220 Mixer
5 H-230 Clarifier
7 L-241 Pompa
10 L-261 Pompa
14 L-291A Pompa
15 L-292A Pompa