Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PRARANCANGAN PABRIK

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Penulisan Tugas Akhir Jurusan


Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh

PRARANCANGAN PABRIK Di-Ammonium Posfat


DARI AMONIA DAN ASAM FOSFAT
MENGGUNAKAN REAKTOR PIPA DENGAN
KAPASITAS ....TON/TAHUN

Disusun Oleh :

Muliadi

170140128

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2019
I. Judul Prarancangan
Judul prarancangan yang akan didirikan yaitu Prarancangan Pabrik Di-
Ammonium Posfat Dari Amonia dan Asam Fosfat.

II. Tujuan Prarancangan


Tujuan perancangan ini adalah untuk menerapkan disiplin ilmu Teknik
Kimia, khususnya di bidang perancangan, proses dan operasi teknik kimia,
sehingga memberikan gambaran kelayakan Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Di-
Amonium Fosfat (DAP).

III. Manfaat Produk


Pembuatan Di-Amonium Fosfat (DAP) dari amonia dan asam fosfat
dimanfaatkan untuk menghasilkan Di-Amonium Fosfat (DAP) yang digunakan
sebagai pupuk, bahan tambahan dalam industri rokok, dan sebagai ragi dalam
pembuatan anggur dan bir. Selain itu juga diupayakan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri di masa yang akan datang, karena selama ini kebutuhan
di-amonium fosfat (DAP) masih dipenuhi dengan mengimport dari luar negeri.
Manfaat lain yang ingin dicapai adalah terbukanya lapangan kerja dan
mendorong masyarakat untuk meningkatkan produksi yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

IV. Latar Belakang


Memasuki era perdagangan bebas dan revolusi industri 4.0 yang dituntut
untuk mampu bersaing dengan negara-negara lain didalam berbagai bidang.Sebagai
negara berkembang, Indonesia banyak melakukan pambangunan dan
pengembangan diberbagai bidang, salah satunya dalam bidang industri.
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
ini Indonesia sedang melakukan pengembangan dalam berbagai bidang industri
guna menyambut Revolusi Industri 4.0. Salah satunya cara dengan memenuhi
kebutuhan bahan-bahan industri melalui pendirian pabrik-pabrik industri kimia.
Jumlah dan macam industri yang sudah ada belum dapat memenuhi kebutuhan dan
biasanya diperoleh dengan cara mengimpor dari negara lain. Salah satu bahan yang
diimpor dalam jumlah banyak adalah Di-Amonium Fosfat (DAP).
Perkembangan industri di Indonesia semakin mengalami
peningkatan. Pemerintah telah melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik
fisik dan non-fisik. Salah satu wujud pembangunan itu adalah pembangunan
industri diIndonesia. Peningkatan pembangunan pada sektor ini diharapkan
dapat memberikan devisa bagi negara, menambah lapangan pekerjaan dan
mengurangi ketergantungan terhadap produk negara lain.

Industri kimia belakangan ini terus berkembang secara terintegrasi.


Perkembangan industri hilir dan juga industri bahan setengah jadi yang pesat
selama ini, merupakan pendorong dibangunnya industri-industri hulu. Dengan kata
lain, kebutuhan bahan baku atau penyedia bahan baku dalam sektor industri saling
terkait. Oleh karena itu, pembangunan industri kimia haruslah seimbang antara
industri hulu yang merupakan penyedia bahan baku, dengan industri hilir yang
akan memproses bahan baku tersebut menjadi produk.

Indonesia juga merupakan negara agraris, dimana mayoritas mata


pencaharian penduduknya adalah di bidang pertanian. Indonesia juga termasuk
negara dengan lahan pertanian yang luas. Kehidupan masyarakat yang mayoritas
sebagai petani membuat kebutuhan akan pupuk semakin meningkat seiring
dengan peningkatan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Salah satu pupuk yang
dapat digunakan adalah diamonium fosfat.

Diamonium fosfat (DAP) adalah salah satu jenis garam yang larut di dalam
air, yang dapat diproduksi dengan mereaksikan amonia dengan asam fosfat. DAP
digunakan sebagai pupuk dan sebagai pencegah kebakaran. DAP untuk pupuk
dapat digunakan untuk meningkatkan pH tanah selain itu DAP mengandung
Nitrogen (N) dan Fosfor (F) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu DAP
dapat digunakan sebagai ragi pada pembuatan bir dan sebagai bahan tambahan
dalam pembuatan rokok.

Indonesia adalah negara kepulauan, dimana mayoritas mata pencarian


penduduknya adalah dibidang pertanian, dan memiliki lahan pertanian yang luas.
Kehidupan masyarakat yang mayoritas sebagai petani membuat kebutuhan akan
pupuk semakin meningkat seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas hasil
pertanian. Pupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian (saprotan) yang
harus dilindungi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian
sekaligus menjaga ketahanan pangan. Di negara-negara majupun seperti Amerika
Serikat, Jepang atau Uni Eropa, eksistensi dan kinerja pabrik pupuk mendapat
pengawasan sangat ketat dari pemerintah. Salah satu pupuk yang dapat digunakan
adalah di- amonium fosfat (DAP).

Kebutuhan di-amonium fosfat di Indonesia sampai saat ini dipenuhi dengan


import dari negara lain seperti Cina, Thailand, Taiwan, Jerman, dan Amerika
Serikat.

Di-amonium fosfat (DAP) adalah salah satu jenis garam yang larut dalam
air, yang dapat diproduksi dengan mereaksikan amonia dengan asam fosfat. DAP
digunakan sebagai pupuk dan sebagai pencegah kebakaran. Jika DAP yang
digunakan sebagai pupuk, untuk sementara dapat meningkatkan pH tanah, tetapi
jika dalam waktu yang lama dapat menyebabkan keasaman pada tanah.

DAP kadang-kadang digunakan sebagai ragi pada pembuatan anggur dan


dalam pembuatan bir, dan DAP digunakan sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan rokok yaitu dalam memperbesar kandungan nikotin dalam rokok.

Rumusan Masalah

Melihat kebutuhan di-amonium fosfat (DAP) sebagai pupuk yang semakin


lama semakin meningkat, mendorong untuk membuat suatu pra-rancangan pabrik
pembuatan di-amonium fosfat dari asam fosfat dan amonia.

V. Tinjauan Pustaka
Indonesia adalah negara kepulauan, dimana mayoritas mata pencarian
penduduknya adalah dibidang pertanian, dan memiliki lahan pertanian yang luas.
Kehidupan masyarakat yang mayoritas sebagai petani membuat kebutuhan akan
pupuk semakin meningkat seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas hasil
pertanian. Pupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian (saprotan) yang
harus dilindungi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian
sekaligus menjaga ketahanan pangan. Di negara-negara majupun seperti Amerika
Serikat, Jepang atau Uni Eropa, eksistensi dan kinerja pabrik pupuk mendapat
pengawasan sangat ketat dari pemerintah. Salah satu pupuk yang dapat digunakan
adalah di- amonium fosfat (DAP).

Kebutuhan di-amonium fosfat di Indonesia sampai saat ini dipenuhi dengan


import dari negara lain seperti Cina, Thailand, Taiwan, Jerman, dan Amerika
Serikat. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan besarnya impor Indonesia akan
di- amonium fosfat di dalam beberapa tahun belakangan ini :

Tabel 1.1 Data Impor Diamonium Fosfat Indonesia

Tahun Berat bersih (Ton) Nilai (US$)

2012 215.808 131.405.960

2013 134.954 64.101.502

2014 211.724 99.504.788

2015 380.134 182.235.716

2016 249.313 90.571.621


(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan Indonesia akan di-
amonium fosfat sebagai pupuk mengalami peningkatan.

Berdasarkan data yang dirilis dapat kita lihat bahwa kebutuhan pupuk
diamonium fosfat Indonesia cenderung meningkat. Produksi dalam negeri yang
sangat terbatas menjadi alasan utama mengapa pupuk diamonium fosfat harus di
impor dari luar negeri. Produksi diamonium fosfat Indonesia hanya dilakukan oleh
PT Petrokimia Gresik.
PT Petrokimia Gresik merupakan pabrik pupuk terlengkap di Indonesia, yang
pada awal berdirinya disebut Proyek Petrokimia Surabaya. Kontrak
pembangunannya ditandatangani pada tanggal 10 Agustus 1964, dan mulai berlaku
pada tanggal 8 Desember 1964. Proyek ini diresmikan oleh Presiden Republik
Indonesia, HM. Soeharto pada tanggal 10 Juli 1972, yang kemudian tanggal
tersebut ditetapkan sebagai hari jadi PT Petrokimia Gresik.
PT Petrokimia Gresik saat ini menempati areal lebih dari 450 hektar di
Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Anak Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero)
ini bertransformasi menuju perusahaan Solusi Agroindustri untuk mendukung
tercapainya program Ketahanan Pangan Nasional, dan kemajuan dunia pertanian.
Struktur Pemegang Saham PT Petrokimia Gresik adalah PT Pupuk Indonesia
(Persero) yang memiliki 2.393.033 lembar saham atau senilai Rp2.393.033.000.000
(99,9975%) dan Yayasan Petrokimia Gresik yang memiliki 60 lembar saham atau
senilai Rp60.000.000 (0,0025%).
Sampai saat ini, Indonesia belum mampu mengekspor diammonium fosfat ke
pasar dunia karena produksi diammonium fosfat belum bisa mengimbangi akan
kebutuhan diammoniuim fosfat dalam negeri yang begitu besar sehingga menuntut
Indonesia untuk melakukan impor.

Di-amonium fosfat (DAP) adalah salah satu jenis garam yang larut dalam
air, yang dapat diproduksi dengan mereaksikan amonia dengan asam fosfat. DAP
digunakan sebagai pupuk dan sebagai pencegah kebakaran. Jika DAP yang
digunakan sebagai pupuk, untuk sementara dapat meningkatkan pH tanah, tetapi
jika dalam waktu yang lama dapat menyebabkan keasaman pada tanah.

DAP kadang-kadang digunakan sebagai ragi pada pembuatan anggur dan


dalam pembuatan bir, dan DAP digunakan sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan rokok yaitu dalam memperbesar kandungan nikotin dalam rokok.

1. Pengertian dan Jenis Pupuk


Pupuk merupakan unsur hara tanaman yang sangat diperlukan oleh
tanaman dalam proses produksi. Ada beberapa 2 jenis pupuk, yaitu

1. Pupuk organik yaitu pupuk yang berasal dari pembusukan mahluk


hidup
2. Pupuk an-organik yaitu pupuk yang tidak berasal dari pembusukan
mahluk hidup.
Ada beberapa jenis pupuk anorganik, diataranya adalah :

1. Pupuk tunggal : Mengandung satu hara utama


2. Pupuk tunggal : Mengandung satu hara utama, tidak terlalu mahal
per kg hara, mahal dibiaya kerja, mudah diberikan sesuai
rekomendasi.
3. Pupuk Campur : Campuran beberapa pupuk tunggal secara
manual, sekali aplikasi, tidak semua pupuk dapat dicampur,
keseragaman campuran beragam, sulit untuk diterapkan untuk
tanaman menghasilkan.
4. Pupuk Majemuk : Satu formulasi mengandung beberapa hara
utama, harga per kg hara
5. Pupuk Majemuk Khusus : Pupuk majemuk yang dibuat secara
khusus, seperti dalam bentuk tablet atau pellet, efektivitas masih perlu
diuji.

A. Sejarah Produk
Diammonium phosphate (DAP) atau disebut juga dengan diammonium
hydrogen phosphate adalah suatu senyawa kimia anorganik yang merupakan salah
satu garam dari ammonium phosphate. Diammonium Phosphate diproduksi dengan
mereaksikan ammonia dengan phosphoric acid.

Diammonium phosphate mempunyai kegunaan utama sebagai bahan baku


industri pupuk diammonium phosphate (DAP) yang berfungsi sebagai sumber
makanan bagi tumbuhan.

Diammonium phosphate juga dapat difungsikan sebagai pengatur pH tanah


pada saat proses pertumbuhan tanaman, mengingat sifat ammonia pada DAP yang
reaktif terhadap alkali. Diammonium phosphate dapat digunakan sebagai penahan
api, dimana diammonium phosphate mempunyai sifat retarder (memperlambat)
pemanasan, sehingga mengurangi suhu pembakaran suatu bahan dan mengurangi
kehilangan massa pada saar terjadi pembakaran.
Industri diammonium phosphate di Indonesia mempunyai perkembangan
yang stabil, hal ini dapat dilihat dengan berkembangnya industri pertanian terutama
kebutuhan pupuk pada industri pertanian di Indonesia. Pendirian pabrik
diammonium phosphate di Indonesia mempunyai peluang investasi yang
menjanjikan dan mempunyai profitabilitas yang tinggi.

B. Kapasitas Produk
Kapasitas produksi merupakan maksimal jumlah produk yang nantinya
dapat dihasilkan dalam kurun waktu tertentu. Sejatinya pabrik yang akan didirikan
memiliki kapasitas produksi yang optimal sehingga dapat menghasilkan
keuntungan yang maksimal dengan biaya yang minimal.
Dalam menentukan kapasitas pabrik diamonium fosfat perlu diperhatikan
beberapa pertimbangan yaitu proyeksi kebutuhan akan diammonium fosfat dan
kapasitas pabrik yang sudah ada.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan besarnya impor Indonesia akan
di- amonium fosfat di dalam beberapa tahun belakangan ini :

Tabel 1.1 Data Impor Diamonium Fosfat Indonesia


No Tahun Kebutuhan (kg/tahun)

1 2010 76.364.374

2 2011 87.236.318

3 2012 215.808.369

4 2013 134.954.285

5 2014 211.724.532

Sumber : Badan Pusat Statistik, Indonesia 2015


Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan Indonesia akan di-
amonium fosfat sebagai pupuk mengalami peningkatan.
Dengan meninterpolasikan data impor kita dapat mengetahui kapasitas
produk pada pabrik

Chart Title
250,000,000
y = 3E+07x + 5E+07
200,000,000 R² = 0.5757

150,000,000

100,000,000

50,000,000

0
0 1 2 3 4 5 6

Kebutuhan (kg/tahun) Linear ()

Tabel 1.3 Data Perhitungan Dengan Metode Regresi Linear.

Data (n) Tahun (x) Kebutuhan Xy x2

(ton/thn)

(y)

1 2010 76.364 153492391,7 4040100

2 2011 87.236 175432235,5 4044121

3 2012 215.808 434206438,4 4048144

4 2013 134.954 271662975,7 4052169

5 2014 211.725 426413207,4 4056196

Σ 10060 726.088 1461207249 20240730


Digunakan regresi linear dengan persamaan (1.1) sebagai berikut :

....... (1.1)

(Bird,John. Higher Engineering Mathematic, 2010)

dimana

didapatkan

a = 145217,576

1461207249 1460888811

b 20240730 20240720 31843,8283

1100600
X 5
. 2012
y = 14521,576 + 31843,8283 (2021-2012)
y = 431.812 ton/tahun

pada interpolasi Didapat Nilai y = 3E+07x + 5E+07


Dimana x adalah Tahun yang akan dilaksanakan perancangan pabrik
Sehinga Kapasitas produksi pada tahun 2021 didapat 40.000 ton/tahun.
C. Proses-proses Pembuatan Diamonium Fosfat
Ada beberapa teknik pembuatan diamonium fosfat (DAP), diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan DAP dengan menggunakan Kneading Mill
Pembuatan butiran DAP dengan metode ini dilengkapi dengan alat kneading
mill yang berfungsi untuk menyeragamkan ukuran partikel yang berasal dari
prosesnetralisasi, sebelum dilanjutkan ke granulator. Pada proses ini terjadi
penambahan kalium dalam bentuk padatan atau yang telah dilarutkan dalam asam.
Kalium yang biasa digunakan adalah KCL atau KNO3 atau K2SO4 atau K3PO4.
Jumlah kalium yang ditambahkan adalah 0-50% dari jumlah produk akhir yang
dihasilkan. Penambahan kalium dilakukan pada tahap kedua yaitu pada kneading
mill, Karena jika dilakukan penambahan kalium pada netralisasi dapat
menghasilkan asam klorida (HCl) yang dapat mengganggu proses netralisasi,
sehingga penambahan kalium dilakukan pada kneading mill.
Asam fosfat dan amonia dimasukkan ke dalam reaktor hingga terjadi proses
netralisasi, hasil reaksi berupa slurry dikirim ke kneading mill dan disini terjadi
penambahan amonia, tujuan dikirim ke kneading mill adalah agar ukuran slurry
menjadi lebih seragam. Setelah dari kneading mill dilanjutkan ke granulator. Pada
granulator terjadi penambahan amonia. Keluaran dari granulator adalah DAP
dalambentuk butiran, kemudian dikeringkan di dalam dryer dan dilanjutkan ke
cooler. DAP kemudian disaring di screen. Ukuran yang diinginkan ditampung
dalam sebuah bejana sedangkan ukuran kecil dikirim kembali ke kneading mill dan
DAP yang berukuran besar diperkecil dengan mengirim ke crusher, dan disaring
kembali dalam screen. (Brown dkk, 1997)
2. Pembuatan DAP dengan menggunakan Rotary Drum Granulator
Amonia dan Asam fosfat direaksikan dalam sebuah reaktor kontinu
sehingga terjadi proses netralisasi, hasil reaksi berupa amonium fosfat dan
diamonium fosfat dalam bentuk slurry. Slurry kemudian dipompakan ke dalam
granulator, pada alat ini terjadi penambahan amonia untuk menghasilkan
diamonium fosfat dalam bentuk butiran yang memiliki ukuran yang berbeda-beda.
Butiran ini kemudian dikeringkan di dryer, ukuran besar dikirim ke mill untuk
diperkecil dan dikembalikan ke granulator, sedangkan ukuran yang diinginkan
disaring dan hasilnya ditampungdalam sebuah bejana. Untuk ukuran yang kecil
dikembalikan lagi ke granulator. (Fairchild, dkk, 1986)
3. Pembuatan DAP dengan menggunakan reaktor pipa bertekanan tinggi
Pembuatan DAP dengan menggunakan reaktor pipa bertekanan tinggi
haruslah diperhatikan karena reaktor bertekanan di atas 45 psig dapat menyebabkan
kerusakan pada hasil reaksi. Metode ini dilengkapi dengan alat absorber yang
berfungsi untuk menyerap amonia dari campuran gas, yang merupakan hasil reaksi.
Hasil absorpsi adalah amonia dan dikembalikan kembali ke reaktor pipa.Asam
fosfat yang digunakan adalah asam fosfat konsentrasi 40%. Amoniadan asam fosfat
direaksikan dalam reaktor pipa bertekanan tinggi, hasil reaksinya berupa slurry.
Slurry kemudian dikirimkan ke granulator, pada granulator terjadipenambahan
amonia. Keluaran granulator berupa diamonium fosfat (DAP)berbentuk butiran
yang kemudian dikeringkan dengan menggunakan dryer. Hasil keluaran dryer
adalah butiran DAP yang memiliki ukuran yang berbeda-beda. DAP kemudian
disaring di screen. DAP yang berukuran besar dihancurkan di ball mill dan
kemudian dikirim kembali ke granulator, yang berukuran kecil dikembalikan ke
granulator dan ukuran yang diinginkan ditampung dalam bejana penampung.
DAPyang dihasilkan dari proses ini menghasilkan yield yang besar dan alat
yangdigunakan mudah untuk didapatkan.(Salladay, dkk.1988)

D. Pemilihan Proses
Dari berbagai proses pembuatan DAP, dipakai proses pembuatan di-
amonium fosfat (DAP) dengan menggunakan reaktor pipa, karena pada proses ini
diperoleh beberapa keuntungan antaranya adalah :

1. Peralatan yang digunakan lebih praktis, lebih ekonomis, mudah untuk


dioperasikan, dan cepat untuk diperoleh.
2. Proses pemanfaatan bahan kimia panas secara cepat dan efektif dapat
mengevaporasi air dari umpan asam dan menghasilkan produk berupa
butiran yang seragam.
3. Dilengkapi dengan peralatan distributor slurry yang memiliki karakter
bentuk dengan sudut yang besar dan gesekan yang kecil, sehingga dengan
karakter ini dapat mengurangi laju yang tinggi yang dapat menyebabkan
kerusakan lapisa padatan pada granulator
4. Pemanfaatan distributor slurry dalam proses membawa keuntungan
yaitu dapat menguapkankan air dalam jumlah yang besar sehingga ketika
slurry keluar dari distributor maka tekanan turun dari tekanan reaktor
menjadi tekanan atmosfer.
5. Pemanfaatan distribusi slurry pada proses yang cepat dapat
meningkatkan persentase ukuran produk di dalam granulator
6. Tekanan tinggi, semprotan gesekan yang kecil yang terjadi pada
slurry
7. menghasilkan pendinginan pada granulator.

Berikut keunggulan dan kelemahan masing-masing proses dalam pembuatan


diamonium fosfat.
Tabel 1.3 Keunggulan dan Kelemahan Proses Pembuatan DAP

Jenis Proses Keunggulan Kelemahan


Kneading mill - Ukuran partikel DAP - Penambahan kalium
relatif sama dapat menggangu
proses netralisasi
- Dilakukan dua kali
penambahan amonia
Rotary drum granulator - Yield yang dihasilkan - Proses granulasi dan
tinggi screening memerlukan
waktu yang lama
Reaktor pipa bertekanan - Yield yang dihasilkan - Tekanan tinggi dapat
tinggi tinggi merusak hasil reaksi
- Operasi lebih cepat
karena distributor
slurry menguapkan air
dalam jumlah besar
- Persentase ukuran
produk yang
diinginkan tinggi

E. Uji Ekonomi Awal


Pada prarancangan pabrik DI Ammonium Posfat ini perlu dilakukan evaluasi
atau penilaian investasi demi mengetahui apakah pabrik yang dirancang dapat

menguntungkan atau tidak. Yang terpenting dalam perancangan ini adalah estimasi
harga dari alat-alat, sedangkan analisa ekonomi dipakai untuk mendapatkan
perkiraan / estimasi tentang kelayakan investasi modal dalam kegiatan produksi
suatu pabrik, besarnya laba yang diperoleh lamanya modal investasi dapat
dikembalikan dan terjadinya titik impas. Untuk itu perlu dilakukan ekonomi awal
guna mengetahui kapasitas pabrik seperti terlihat pada tabel 3.1.

Reaksi Utama:
2NH3 + H3PO4 (NH4)2HPO4

Tabel 3.1 Harga Bahan Baku dan Produk per Kg


Bahan Berat Molekul Harga (Rp/Kg)
(Kg/kmol)
H3PO4 97,994 27.500
NH3 17,031 7.183
(NH4)2HPO4 132,06 27.000,-

1. Bahan Baku
Asam Posfat= Jumlah Mol x BM x Harga
= 1 Kmol x 97,994 Kg/Kmol x Rp. 27.500,-Kg
= 97,994 Kg x Rp. 27.500,-,-Kg
= Rp. 2.694.835,-
Ammonia = Jumlah Mol x BM x Harga
= 1 Kmol x 17,031 Kg/Kmol x Rp. 7.183,86/Kg
= 17,031 Kg x Rp. 7.183,86/Kg
= Rp. 122.348,31,-
Total = Rp. 2.817.183,31,-

2. Produk
Diamonium Pospat = Jumlah Mol x BM x Harga
= 1 Kmol x 132,06 Kg/Kmol x Rp. 27000/Kg
= 132,06 Kg x Rp. 27000/Kg
= Rp. 3.565.620
Total =Rp. 3.565.620
Keuntungan = Produk – Bahan Baku
= Rp.. 3.565.620- Rp. 2.817.183,31,-
= Rp. 748.436,69

Dilihat dari Total Harga Bahan Baku dengan harga produk, dimana total harga

produk lebih besar dari harga bahan baku , maka pabrik ini layak didirikan

dengan benefit (keuntungan) sebesar 20,99 %.


D. Lokasi Pendirian Pabrik
Lokasi geografis dari suatu pabrik akan sangat berpengaruh pada kegiatan
pabrik baik penyediaan bahan baku, proses produksi dan distribusi produk yang
akan berpengaruh pada kelangsungan hidup dan perkembangan pabrik. Lokasi
pabrik umumnya ditetapkan atas dasar orientasi bahan baku dan pasar sehingga
dapat bersifat ekonomis. Lokasi pabrik ditetapkan di Kecamatan Dewantara,
Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh dengan pertimbangan

1. Sumber Bahan Baku


Bahan baku urea dapat diperoleh melalui PT. Pupuk Iskandar Muda,
Aceh.Dengan hasil urea tiap tahunnya 1.170.00 ton. Hal ini memungkinkan utnuk
mencukupkan bahan baku pabrik melamin yang akan dibangun. Kemudian karena
jaraknya yang cukup dekat selain itu juga dekat dengan pelabuhan sehingga sangat
memudahkan distribusi melamin yang dihasilkan.
2. Pemasaran Produk
Target pemasaran hasil melamin yaitu guna mencukupi kebutuhan
Indonesia yang dimana nilai impor melamin pertahunnya terus meningkat dan pasar
internasional.

Gambar Lokasi Pabrik

F. Sifat baku dan produk


G. Bahan Baku
A. Sifat Asam Fosfat
1. Rumus kimia : H3PO4
2. Berat molekul : 98 gr/ mol
3. Titik didih : 158C
4. Ttitik lebur : 21C
5. Ph : 1,5
6. Densitas : 3,4 gr/ L
7. Kelarutan dalam air : 100%
8. Berbentuk cairan kental dan tidak berwarna
9. Bersifat korosif, jika terkena mata dapat menyebabkan kerusakan
sementara, terkena kulit menyebabkan kulit terbakar.

B. Amonia

1. Rumus Kimia : NH3

2. Berat molekul : 17,031 gr/ mol

3. Titik didih : −33.34 °C

4. Titik lebur : −77.73 °C

5. Densitas : 0.73 kg/m3 (pada 1.013 ; 15 °C)

6. Kelarautan dalam air : 702 g/100 mL (20 °C)

7. Dapat berbentuk padatan, cairan, dan gas

8. Sebagian besar digunakan sebagai pupuk dan sebagai pembersih

9. Amonia dalam bentuk cairan dapat digunakan sebagai pelarut

10. Bereaksi dengan asam dapat membentuk garam

(Wikipedia)
H. Sifat Produk
D. Di-Amonium fosfat
1. Titik lebur : < 100C
2. Berat Molekul : 231,06 gr/ mol

3. Densitas : 1,6 gr/ cm3


4. Ph : 7,3
5. Kelarutan dalam air : 690 mg/ L pada 25C
6. Berbentuk kristal berwarna putih hingga kecoklatan
7. Kontak dengan kulit yang berkepanjangan menyebabkan iritas
8. Jika tertelan dapat menyebabkan iritasi pada lambung
9. Tidak menyebaban kebakaran, tetapi saat dipanaskan akan menghasilkan
gas yang berbahaya.

G. Peluang Untuk Produksi Yang Berkesinambungan

Melihat kebutuhan impor Di-Ammonium Fosfat di Indonesia terus


meningkat maka hasil produksi dapat disalurkan guna memenuhi kebutuhan dalam
negeri.

H. Kesimpulan Dan Saran


Kesimpulan
Pabrik Di-Ammonium Fosfat menggunakan reaktor pipa bertekanan tinggi
dengan kapasitas 40.000 ton/tahun, dapat digolongkan sebagai pabrik beresiko
rendah karena Berdasarkan dari tinjauanproses, kondisi operasi, sifat-sifat bahan
baku dan juga produk, serta lokasi pabrik, maka pabrik Melamin dengan bahan baku
urea ini tergolog pabrik beresiko rendah.

Saran
Perancangan suatu pabrik kimia diperlukan pemahaman konsep – konsep
dasaryang dapat meningkatkan kelayakan pendirian suatu pabrik kimia
yangdiantaranya sebagai berikut:
1. Optimasi pemilihan seperti alat proses atau alat penunjang dan bahan
bakuperlu diperhatikan sehingga akan lebih mengoptimalkan keuntungan
yangdiperoleh.
2. Perancangan pabrik kimia tidak lepas dari produksi limbah, sehingga
diharapkan berkembangnya pabrik – pabrik kimia yang lebih ramah
lingkungan
3. Produk melamin dapat direalisasikan sebagai sarana untuk memenuhi
kebutuhan di masa mendatang yang jumlahnya semakinmeningkat.

Anda mungkin juga menyukai