Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik


Pembangunan di berbagai sektor adalah salah satu yang giat dilaksanakan
oleh Indonesia guna tercapainya masyarakat yang adil dan makmur. Sebagai salah
satu negara berkembang, Indonesia sangat perlu meningkatkan pembangunan
nasional di segala bidang terutama di bidang pertanian. Sektor pertanian merupakan
salah satu bagian terpenting untuk membangun pertumbuhan ekonomi masyarakat
karena mayoritas mata pencaharian penduduk Indonesia adalah di bidang pertanian.
Pertanian juga turut menunjang perekonomian negara karena begitu banyak
komoditas ekspor Indonesia bersumber dari sektor pertanian seperti biji kopi, biji
coklat, tembakau, rempah-rempah, tanaman palawija maupun tanaman hortikultura.
Pembangunan di sektor pertanian tidak terlepas dari penggunaan pupuk
sebagai sarana untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian sekaligus
menjaga ketahanan pangan. Di negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat,
dan Uni Eropa, eksistensi dan kinerja pabrik pupuk mendapatkan pengawasan yang
sangat ketat dari pemerintah sebagai bukti pentingnya pupuk sebagai sarana
penunjang kualitas dan kuantitas produk pertanian. Ada banyak jenis pupuk yang
dipakai di Indonesia salah satunya adalah diamonium fosfat (DAP).
Kebutuhan diamonium fosfat di Indonesia sampai saat ini dipenuhi dengan import
dari negara lain seperti Cina, Thailand, Taiwan, Jerman dan Amerika Serikat. Oleh
karena itu, diharapkan dengan didirikannya pabrik diamonium fosfat di dalam negeri
karena selain dapat mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri, diharapkan pula
dapat membantu menyerap tenaga kerja dan menambah devisa negara.
Diamonium Fosfat (DAP) adalah pupuk yang berbentuk butiran yang telah
banyak diaplikasikan di dalam bidang pertanian. Bahan dasar pembuatan diamonium
fosfat adalah amonia dan asam fosfat cair. Banyak sektor yang telah memanfaatkan
diamonium fosfat, diantaranya adalah :
1. Sektor pertanian yang menggunakan DAP sebagai pupuk karena mengandung
Nitrogen (N) dan Fosfor (F) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
2. Industri rokok menggunakan DAP sebagai bahan tambahan dalam campuran
rokok yaitu untuk menambah kenikmatan rokok.
3. Dalam industri makanan, DAP digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan
ragi roti.
4. Dalam industri minuman, DAP digunakan sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan anggur dan bir.

1.2 Rumusan Masalah

Kebutuhan Di-Ammonium Posfat di Indonesia sangatlah besar dan untuk


memenuhi kebutuhan Di-Ammonium Posfat dilakukan perancangan pabrik kimia Di-
Ammonium Posfat di Indonesia.
1.3 Tujuan Perancangan

1. Untuk memenuhi kebutuhan Di-Ammonium Posfat


2. Untuk menganalisis proses yang digunakan dengan menghasilkan produk
Di-Ammonium Posfat

1.4 Manfaat Perancangan

1. Memberi gambaran informasi rancangan pabrik pembuatan Di-Ammonium Posfat


dari Amonia dan Asam Posfat
2. Dapat menganalisis kelayakan pabrik tersebut.
3. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri akan Di-Ammonium Posfat dan
memberikan kesempatan bagi industri-industri lain yang menggunakan Di-
Ammonium Posfat.
1.5 Batasan Masalah

Batasan Masalah dalam perancangan ini hanya merangkup pada pemilihan


proses dan kapasitas pabrik yang dirancang serta kelayakan analisa ekonomi

1.6 Kegunaan Produk


Diamonium Fosfat (DAP) adalah pupuk yang berbentuk butiran yang telah
banyak diaplikasikan di dalam dunia pertanian. Banyak sektor yang telah
memanfaatkan DAP, diantaranya adalah :

1. Sektor pertanian yang menggunakan DAP sebagai pupuk karena mengandung


Nitrogen (N) dan Fosfor (F) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
2. Industri rokok menggunakan DAP sebagai bahan tambahan dalam campuran
rokok yaitu untuk menambah kenikmatan rokok.
3. Dalam industri makanan, DAP digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan
ragi roti.
4. Dalam industri minuman, DAP digunakan sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan anggur dan bir.

Sampai saat ini, Indonesia belum mampu mengekspor diammonium fosfat ke


pasar dunia karena produksi diammonium fosfat belum bisa mengimbangi akan
kebutuhan diammoniuim fosfat dalam negeri yang begitu besar sehingga menuntut
Indonesia untuk melakukan impor. Berikut adalah data impor diamonium fosfat yang
dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2012-2016.
Tabel 1.1 Data Impor Diamonium Fosfat Indonesia

Tahun Berat bersih (Ton) Nilai (US$)

2012 215.808 131.405.960

2013 134.954 64.101.502

2014 211.724 99.504.788

2015 380.134 182.235.716

2016 249.313 90.571.621


(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018)

Berdasarkan data yang dirilis dapat kita lihat bahwa kebutuhan pupuk
diamonium fosfat Indonesia cenderung meningkat. Produksi dalam negeri yang
sangat terbatas menjadi alasan utama mengapa pupuk diamonium fosfat harus di
impor dari luar negeri. Produksi diamonium fosfat Indonesia hanya dilakukan oleh
PT Petrokimia Gresik.
Berikut data produksi diamonium fosfat oleh PT Petrokimia Gresik tahun 2010-
2014, dilansir dari pupuk-indonesia.com
Tabel 1.2 Data Produksi Diamonium Fosfat Indonesia

Tahun Berat bersih (Ton)

2010 35.586

2011 24.610

2012 21.595

2013 71.491

2014 121.393
(Sumber: Pupuk Indonesia Holding Company, 2018)
1.7 Ketersediaan bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan diamonium fosfat adalah
amonia dan asam fosfat. Amonia diproduksi oleh pabrik PT. Pupuk Iskandar
Muda.Selain amonia, dalam pembuatan diamonium fosfat dibutuhkan pula asam
fosfat. Asam fosfat diperoleh dari PT. Petrokimia Gresik yang memproduksi asam
fosfat dengan kapasitas 800.000 ton/tahun. (petrokimia-gresik.com, 2018)
1.8.1 Proses-Proses Pembuatan Diamonium Fosfat
Ada beberapa teknik pembuatan diamonium fosfat (DAP), diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Pembuatan DAP dengan menggunakan Kneading Mill


Pembuatan butiran DAP dengan metode ini dilengkapi dengan alat kneading
mill yang berfungsi untuk menyeragamkan ukuran partikel yang berasal dari
prosesnetralisasi, sebelum dilanjutkan ke granulator. Pada proses ini terjadi
penambahan kalium dalam bentuk padatan atau yang telah dilarutkan dalam asam.
Kalium yang biasa digunakan adalah KCL atau KNO3 atau K2SO4 atau K3PO4.
Jumlah kalium yang ditambahkan adalah 0-50% dari jumlah produk akhir yang
dihasilkan. Penambahan kalium dilakukan pada tahap kedua yaitu pada kneading
mill, Karena jika dilakukan penambahan kalium pada netralisasi dapat menghasilkan
asam klorida (HCl) yang dapat mengganggu proses netralisasi, sehingga penambahan
kalium dilakukan pada kneading mill.
Asam fosfat dan amonia dimasukkan ke dalam reaktor hingga terjadi proses
netralisasi, hasil reaksi berupa slurry dikirim ke kneading mill dan disini terjadi
penambahan amonia, tujuan dikirim ke kneading mill adalah agar ukuran slurry
menjadi lebih seragam. Setelah dari kneading mill dilanjutkan ke granulator. Pada
granulator terjadi penambahan amonia. Keluaran dari granulator adalah DAP
dalambentuk butiran, kemudian dikeringkan di dalam dryer dan dilanjutkan ke
cooler. DAP kemudian disaring di screen. Ukuran yang diinginkan ditampung dalam
sebuah bejana sedangkan ukuran kecil dikirim kembali ke kneading mill dan DAP
yang berukuran besar diperkecil dengan mengirim ke crusher, dan disaring kembali
dalam screen. (Brown dkk, 1997)
2. Pembuatan DAP dengan menggunakan Rotary Drum Granulator
Amonia dan Asam fosfat direaksikan dalam sebuah reaktor kontinu sehingga
terjadi proses netralisasi, hasil reaksi berupa amonium fosfat dan diamonium fosfat
dalam bentuk slurry. Slurry kemudian dipompakan ke dalam granulator, pada alat ini
terjadi penambahan amonia untuk menghasilkan diamonium fosfat dalam bentuk
butiran yang memiliki ukuran yang berbeda-beda. Butiran ini kemudian dikeringkan
di dryer, ukuran besar dikirim ke mill untuk diperkecil dan dikembalikan ke
granulator, sedangkan ukuran yang diinginkan disaring dan hasilnya
ditampungdalam sebuah bejana. Untuk ukuran yang kecil dikembalikan lagi ke
granulator. (Fairchild, dkk, 1986)

3. Pembuatan DAP dengan menggunakan reaktor pipa bertekanan tinggi


Pembuatan DAP dengan menggunakan reaktor pipa bertekanan tinggi
haruslah diperhatikan karena reaktor bertekanan di atas 45 psig dapat menyebabkan
kerusakan pada hasil reaksi. Metode ini dilengkapi dengan alat absorber yang
berfungsi untuk menyerap amonia dari campuran gas, yang merupakan hasil reaksi.
Hasil absorpsi adalah amonia dan dikembalikan kembali ke reaktor pipa.Asam fosfat
yang digunakan adalah asam fosfat konsentrasi 40%. Amoniadan asam fosfat
direaksikan dalam reaktor pipa bertekanan tinggi, hasil reaksinyaberupa slurry.
Slurry kemudian dikirimkan ke granulator, pada granulator terjadipenambahan
amonia. Keluaran granulator berupa diamonium fosfat (DAP)berbentuk butiran yang
kemudian dikeringkan dengan menggunakan dryer. Hasilkeluaran dryer adalah
butiran DAP yang memiliki ukuran yang berbeda-beda. DAPkemudian disaring di
screen. DAP yang berukuran besar dihancurkan di ball mill dankemudian dikirim
kembali ke granulator, yang berukuran kecil dikembalikan kegranulator dan ukuran
yang diinginkan ditampung dalam bejana penampung. DAPyang dihasilkan dari
proses ini menghasilkan yield yang besar dan alat yangdigunakan mudah untuk
didapatkan.(Salladay, dkk.1988)

Berikut keunggulan dan kelemahan masing-masing proses dalam pembuatan


diamonium fosfat.

Tabel 1.4 Keunggulan dan Kelemahan Proses Pembuatan DAP


Jenis Proses Keunggulan Kelemahan
Kneading mill - Ukuran partikel DAP - Penambahan kalium
relatif sama dapat menggangu proses
netralisasi
- Dilakukan dua kali
penambahan amonia
Rotary drum granulator - Yield yang dihasilkan - Proses granulasi dan
tinggi screening memerlukan
waktu yang lama
Reaktor pipa bertekanan - Yield yang dihasilkan - Tekanan tinggi dapat
tinggi tinggi merusak hasil reaksi
- Operasi lebih cepat
karena distributor slurry
menguapkan air dalam
jumlah besar
- Persentase ukuran
produk yang diinginkan
tinggi

1.9 Pemilihan Proses


Dari berbagai proses pembuatan DAP, dipakai proses pembuatan diamonium
fosfat (DAP) dengan menggunakan reaktor pipa, karena pada proses ini diperoleh
beberapa keuntungan antaranya adalah :
a. Peralatan yang digunakan lebih praktis, lebih ekonomis, mudah untuk
dioperasikan, dan cepat untuk diperoleh.
b. Proses pemanfaatan bahan kimia panas secara cepat dan efektif dapat
mengevaporasi air dari umpan asam dan menghasilkan produk berupa
butiran yang seragam.
c. Dilengkapi dengan peralatan distributor slurry yang memiliki karakter
bentuk dengan sudut yang besar dan gesekan yang kecil, sehingga dengan
karakter ini dapat mengurangi laju yang tinggi yang dapat menyebabkan
kerusakan lapisan padatan pada granulator.
d. Pemanfaatan distributor slurry dalam proses membawa keuntungan yaitu
dapat menguapkankan air dalam jumlah yang besar sehingga ketika slurry
keluar dari distributor maka tekanan turun dari tekanan reaktor menjadi
tekanan atmosfer.
e. Pemanfaatan distribusi slurry pada proses yang cepat dapat meningkatkan
persentase ukuran produk di dalam granulator.
f. Tekanan tinggi, semprotan gesekan yang kecil yang terjadi pada slurry
menghasilkan pendinginan pada granulator

1.10 Dasar Rancangan


1.10.1 Kapasitas Produksi
Pembangunan pabrik diamonium fosfat diharapkan mampu mengurangi jumlah
impor dari luar negeri. Sehingga kapasitas produksi pabrik diamonium fosfat
dapat ditentukan dari data impor. Pada tabel 1.1 dapat dilihat data impor dari
tahun 2012-2016. Untuk menentukan data impor pada tahun prarancangan yaitu
2019, dilakukan metode regresi linear terhadap data tersebut.
Tabel 1.5 Data Regresi Impor
Kapasitas
dalam
Data (n) Tahun (x) xy x2
ton/tahun
(y)
1. 2012 215808 434205696 4084144
2. 2013 134954 271662402 4052169
3. 2014 211724 426412136 4056196
4. 2015 380249 766201735 4060225
5. 2016 249313 502615008 4064256
Ʃ 10070 1192048 2401096977 20280990

Digunakan regresi liniar dengan persamaan (1.1) berikut:


y = a + b( x – x ) .............(1.1)
(Bird, 2010)
dimana
a = y (rata-rata harga y)
ƩxƩ y
Ʃxiyi −
n
b = (n = jumlah data ; x = tahun)
(Ʃ x )2
Ʃ x 2−
n
didapatkan
a = 238409,6
b = 31230,5
10070
x = = 2014
5
y = 238409,6 + 31230,5 ( 2019-2014)
= 394562,1

Dari perhitungan di atas didapatkan proyeksi data impor pada tahun 2019 yaitu
394562,1 ton/tahun. Data tersebut menjadi peluang kapasitas pabrik yang akan
didirikan.
1.11 Lokasi Pabrik
Secara geografis, penentuan lokasi pabrik sangat menentukan kemajuan serta
kelangsungan dari suatu industri kini dan pada masa yang akan datang karena
berpengaruh terhadap faktor produksi dan distribusi dari pabrik yang didirikan.
Pemilihan lokasi pabrik harus tepat berdasarkan perhitungan biaya produksi dan
distribusi yang minimal serta pertimbangan sosiologi dan budaya masyarakat di
sekitar lokasi pabrik, Pabrik akan dibangun di kawasan industry Lhokseumawe, Aceh
(Hindrayani, Aniek. 2010).

1.12 Uji Ekonomi Awal


Pada prarancangan pabrik DI Ammonium Posfat ini perlu dilakukan evaluasi
atau penilaian investasi demi mengetahui apakah pabrik yang dirancang dapat
menguntungkan atau tidak. Yang terpenting dalam perancangan ini adalah estimasi
harga dari alat-alat, sedangkan analisa ekonomi dipakai untuk mendapatkan perkiraan
/ estimasi tentang kelayakan investasi modal dalam kegiatan produksi suatu pabrik,
besarnya laba yang diperoleh lamanya modal investasi dapat dikembalikan dan
terjadinya titik impas. Untuk itu perlu dilakukan ekonomi awal guna mengetahui
kapasitas pabrik seperti terlihat pada tabel 3.1.

ReaksiUtama:
2NH3+ H3PO4(NH4)2HPO4

Tabel 3.1HargaBahan Baku danProduk per Kg


Bahan Berat Molekul Harga (Rp/Kg)
(Kg/kmol)
H3PO4 97,994  30.000,-
NH3 17,031  7.183,86
(NH4)2HPO4 132,06  990.000

1. Bahan Baku
Asam Posfat = JumlahMol x BM x Harga
= 1 Kmol x 97,994 Kg/Kmol x Rp. 30.000,-Kg
= 97,994 Kg x Rp. 30.000,-,-Kg
= Rp. 2.939.820,-
Ammonia = JumlahMol x BM x Harga
= 1 Kmol x 17,031 Kg/Kmol x Rp. 7.183,86/Kg
= 17,031 Kg x Rp. 7.183,86/Kg
= Rp. 122.348,31,-
Total = Rp. 3.062.168,31,-

2. Produk
Diamonium Pospat = JumlahMol x BM x Harga
= 1 Kmol x 132,06 Kg/Kmol x Rp. 990.000/Kg
= 132,06 Kg x Rp. 990.000/Kg
= Rp. 130.739.400
Total = Rp. 130.739.400
Keuntungan = Produk – Bahan Baku
= Rp.130.739.400- Rp. 3.062.168,31,-
= Rp. 127.677.231,7,-

Dilihatdari Total Harga Bahan Baku dengan harga produk, dimana total harga

produk lebih besar dari harga bahan baku ,maka pabrik ini layak didirikan dengan

benefit (keuntungan) sebesar 97,6 %.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spesifikasi produk dan bahan baku


Diammonium phosphate (DAP) atau disebut juga dengan diammonium
hydrogen phosphate adalah suatu senyawa kimia anorganik yang merupakan salah
satu garam dari ammonium phosphate. Diammonium Phosphate diproduksi dengan
mereaksikan ammonia dengan phosphoric acid.

Diammonium phosphate mempunyai kegunaan utama sebagai bahan baku


industri pupuk diammonium phosphate (DAP) yang berfungsi sebagai sumber
makanan bagi tumbuhan. Diammonium phosphate juga dapat difungsikan sebagai
pengatur pH tanah pada saat proses pertumbuhan tanaman, mengingat sifat ammonia
pada DAP yang reaktif terhadap alkali.

Diammonium phosphate dapat digunakan sebagai penahan api, dimana


diammonium phosphate mempunyai sifat retarder (memperlambat) pemanasan,
sehingga mengurangi suhu pembakaran suatu bahan dan mengurangi kehilangan
massa pada saar terjadi pembakaran.

Industri diammonium phosphate di Indonesia mempunyai perkembangan yang


stabil, hal ini dapat dilihat dengan berkembangnya industri pertanian terutama
kebutuhan pupuk pada industri pertanian di Indonesia. Pendirian pabrik diammonium
phosphate di Indonesia mempunyai peluang investasi yang menjanjikan dan
mempunyai profitabilitas yang tinggi

2.2 Spesifikasi produk dan bahan baku


A. Produk
1. Diamonium Fosfat
a. Sifat fisik
Tabel 1.6 Sifat Fisik Diamonium Fosfat

Kondisi Nilai / Keterangan


Nama lain Diammonium hydrogen phospate
Rumus kimia (NH4)2HPO4
Kenampakan Serbuk putih
Berat molekul 132,06 g/mol
Massa jenis 1,619 g/cm3
Titik lebur 155 oC
57,5 g/100ml (10oC)
Kelarutan dalam air
106,7 g/100ml (100oC)
Indeks refraktif 1.52
(Perry and Green, 1997)
B. Bahan Baku
1. Amonia
a. Sifat Fisik
Tabel 1.8 Sifat Fisik Amonia

Kondisi Nilai / Keterangan


Nama lain Hidrogen Nitrida
Rumus kimia NH3
Kenampakan Gas, tidak berwarna, berbau tajam
Berat molekul 17,03 g/mol
Massa jenis 0,6942 g/l
Kelarutan dalam air 89,9 g/100ml (0oC)
Titik lebur -77,3 oC
Titik didih -33,34
Bentuk molekul Piramid segitiga
Momen dipol 1,42 D
(Perry and Green, 1997)

b. Sifat Kimia
Tabel 1.9 Sifat Kimia Amonia

Reaksi Hasil Reaksi


2NH3+Cl2 NH2Cl+ NH4Cl
2Na +2NH3 2NaNH2+ H2
3Mg + 2NH3 Mg3N2+3H2
3CuO + 2NH3 3Cu +3H2O+ N2
4NH3+ 3O2 2N2+6H2O
(Perry and Green, 1997)

2. Asam Fosfat
a. Sifat Fisik
Tabel 1.10 Sifat Fisik Amonia

Kondisi Nilai / Keterangan


Nama lain Orthophosporic acid
Rumus kimia H3O4P
Padatan putih / tidak berwarna
Kenampakan
Cairan (>42oC)
Berat molekul 97,99 g/mol
1,885 g/ml (likuid)
Massa jenis
2,03 g/ml (padatan, 25oC)
Titik lebur 42,35 oC
Titik didih 89,9 g/100ml (0oC)
Entalpi molar standrad 158 J/mol K
Entalpi molar pembentukan -1288 kJ/mol
Sifat umum Korosif
Viskositas 147 cP
(Perry and Green, 1997)
b. Sifat Kimia
Tabel 1.11 Sifat Kimia Amonia

Reaksi Hasil Reaksi


2NH3+ H3PO4 (NH4)2HPO4
3KOH + H3PO4 KH2PO4 + 3H2O
3Na2CO3 + H3PO4 3H2CO3 + 2Na3PO4
3Mg(OH)2 + 2H3PO4 Mg3(PO4)2 +6H2O
Ca(OH)2+ H3PO4 Ca3(PO4)2+H2O
(Perry and Green, 1997)

Anda mungkin juga menyukai