Anda di halaman 1dari 4

Pra Rancangan Pabrik Cumene dari Benzene dan Propylene

Kapasitas 50.000 ton/tahun

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembangunan industri sebagai bagian dari usaha pembangunan ekonomi


jangka panjang diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang lebih kokoh dan
seimbang yaitu struktur ekonomi yang menitikberatkan pada industri maju. Hal ini
tentunya memacu kita untuk lebih kreatif dalam melakukan terobosan-terobosan baru
sehingga produk yang dihasilkan mempunyai nilai pasar yang tinggi, berdaya saing,
efektif dan harus ramah lingkungan

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Hampir semua
sumber daya alam yang ada di Indonesia tidak dimiliki oleh negara lainnya. Selain itu
kualitas dari sumber daya alam juga bisa dikatakan baik. Akan tetapi sumber daya
alam tersebut sebagian besar justru diekspor ke negara tetangga dan keuntungannya
dipakai untuk membeli sumber daya alam yang kualitasnya lebih rendah. Seharusnya
sebagai negara berkembang Indonesia harus siap untuk menghadapi era perdagangan
bebas yang telah dimulai belakangan ini. Saat ini bisa dikatakan Indonesia masih
tertinggal dibanding negara-negara lain dalam menghadapi era tersebut. Kondisi
perekonomian yang terpuruk merupakan indikasi yang tidak dapat disangkal. Oleh
karena itu perlu dicari usaha-usaha baru agar Indonesia lebih bisa berkompetisi
dengan negara-negara lain dan bukan hanya sekedar berpartisipasi, salah satunya
adalah dengan pemantapan di bidang industri.

Pembangunan industri sebagai bagian dari usaha pembangunan jangka


panjang diarahkan untuk mencapai struktur ekonomi yang lebih kuat, yaitu struktur
ekonomi dengan titik berat industri yang maju. Untuk itu, proses industrialisasi lebih
dimantapkan untuk mendukung berkembangnya industri sebagai penggerak
peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.

Cumene adalah nama umum untuk isopropylbenzene, merupakan senyawa


organik yang merupakan hidrokarbon aromatic. Cumene adalah cairan tidak

1
Novian Johan Perdana (09/280219/TK/34676)
Achmad Denanda Fachlizha Perdana (09/281657/TK/35116)
Pra Rancangan Pabrik Cumene dari Benzene dan Propylene
Kapasitas 50.000 ton/tahun

berwarna, mudah terbakar, dan memiliki titik didih 152C. Hampir semua cumene
yang dihasilkan sebagai senyawa murni pada skala industri dikonversi menjadi
cumene hidroperoksida, yang merupakan intermediate dalam sintesis bahan kimia
industri penting lainnya seperti fenol, aseton, nylon, polycarbonate dan epoxy.
(Anonim, 2010)

Cumene merupakan salah satu bahan kimia yang pengadaannya masih


didatangkan dari luar negeri, karena Indonesia belum mempunyai industri yang
memproduksi cumene. Kebutuhan cumene di Indonesia dari tahun ke tahunnya terus
mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun
2010, impor kebutuhan cumene dari tahun 2000 - 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Data Impor Kebutuhan Cumene di Indonesia.

Tahun Berat (Ton)


2000 2.642,373
2002 2.991,441
2004 2.979,601
2006 1.982,926
2008 2.785,305
2010 4.801,985
Sumber : BPS tahun 2010

Dari data di atas terlihat adanya peningkatan kebutuhan cumene, terlihat pada tahun
2010, kebutuhannya mencapai 4.801,985 ton/tahun.

Industri selanjutnya yang akan mengolah bahan intermediate ini adalah


industri fenol dan aseton. Dari data BPS tahun 2010, untuk mencukupi kebutuhan
aseton dan fenol di Indonesia, masih melakukan impor dari negara lain. Kebutuhan
fenol pada tahun 2007 sebesar 11.317,687 dan kebutuhan aseton sebesar 15.806,833
ton/tahun pada tahun 2008. Sehingga bisa diperkirakan pada tahun 2017, kebutuhan
impor aseton yang ada di Indonesia akan meningkat menjadi sebesar 17.000
ton/tahun. Sedangkan kebutuhan fenol di Indonesia akan meningkat menjadi sebesar
15.000 ton/tahun. Oleh karena itu, adanya pabrik cumene di Indonesia ini sangat

2
Novian Johan Perdana (09/280219/TK/34676)
Achmad Denanda Fachlizha Perdana (09/281657/TK/35116)
Pra Rancangan Pabrik Cumene dari Benzene dan Propylene
Kapasitas 50.000 ton/tahun

berprospek. Selain untuk bahan baku pembuatannya sangat melimpah, juga


kedepannya untuk mengurangi kebutuhan impor dari cumene dan aseton.

Industri cumene sebagai bahan intermediate mempunyai prospek yang cukup


baik untuk dikembangkan di Indonesia dikarenakan belum ada pabrik sejenis yang
telah didirikan. Selain untuk mengatasi ketergantungan impor cumene dari luar
negeri, manfaat yang lain juga untuk mendorong berdirinya industri-industri kimia
baru yang menambah lapangan kerja sehingga dapat mengurangi angka
pengangguran.

I.2 Tinjauan Pustaka

Cumene adalah cairan bening pada kondisi kamar. Kemurnian cumene cukup
tinggi dan biasanya dibuat dari propylene dan benzene. Cumene adalah bahan kimia
utama yang digunakan sebagai bahan pembuatan fenol dan aseton.
Proses cumene pada awalnya dikembangkan antara 1939 dan 1945 untuk
memenuhi permintaan bahan bakar yang memiliki oktan tinggi dalam industri
penerbangan selama perang dunia II. Pada tahun 1989 sekitar 95% penggunaan
cumene adalah sebagai bahan baku produksi fenol dan aseton dan sebagian kecil
digunakan untuk produksi -Methylstyrene. Sebelum pengembangan rute cumene
untuk fenol dan aseton, cumene telah digunakan secara ekstensif selama perang dunia
ke-2.
Saat ini, hampir semua pasokan cumene yang ada di dunia diproduksi sebagai
perantara untuk fenol dan pembuatan aseton. Beberapa unit kilang minyak masih
menghasilkan cumene untuk digunakan sebagai antiknock konstituen (bagian yang
penting) bensin tetapi diragukan apakah sebuah plant baru akan dibangun untuk
tujuan ini. Sekitar 98% dari cumene digunakan untuk menghasilkan fenol dan aseton.
Ada beberapa proses pembuatan cumene, yaitu :

3
Novian Johan Perdana (09/280219/TK/34676)
Achmad Denanda Fachlizha Perdana (09/281657/TK/35116)
Pra Rancangan Pabrik Cumene dari Benzene dan Propylene
Kapasitas 50.000 ton/tahun

1. Proses Alumunium khloride


Pada proses ini reaksi pembentukan cumene berlangsung pada fase cair dengan
menggunakan katalis alumunium khloride. Proses ini sudah jarang digunakan karena
memiliki biaya produksi yg relatif tinggi dan memiliki masalah dalam pembuangan
dan pengolahan limbah katalis AlCl3. (Anonim, 2011, UOP LLC, a Honeywell
Company)
2. Proses Catskill
Proses Catskill mengkombinasikan reaksi katalitik dan distilasi dengan
menggunakan katalis zeolit. Dari segi pengadaan katalis dan biaya, proses ini relatif
rendah. Tapi pada proses ini sudah jarang digunakan, dikarenakan proses produksi
yang rumit. (Anonim, 2011)

3. Proses Mobil / Badger


Proses ini merupakan reaksi katalitik fase cair dengan menggunakan katalis zeolit
serta menghasilkan produk dengan kemurnian yang tinggi dan yield tinggi dengan
biaya operasi yang rendah. Kendala yang didapat dari proses ini adalah katalis zeolit
(MCM-22) yang sukar didapatkan. (Anonim, 2011)

4. Proses Phosporic Acid Catalitic


Proses ini dikembangkan oleh Universal Oils Products (UO ), merupakan reaksi
katalitik yang berlangsung pada fase gas dengan menggunakan katalis asam phospat
kiselguhr. Metode ini sangat efisien dikarenakan biaya proses yg relatif murah dan
katalis mudah didapat. Proses ini juga berlangsung dalam fasa gas, sehingga gas
buang dapat dipakai kembali menjadi bahan bakar (fuel gas). (Setiawan, 2002)

Dalam perancangan pabrik cumene ini, digunakan proses Mobil/Badger. Ada


beberapa alasan pemilihan proses ini yaitu :
1. Katalis zeolit dapat diregenerasi dan zeolit tidak menyebabkan korosif.
2. Lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan menggunakan proses
phosphoric acid catalytic.
3. Konversi propylene lebih tinggi jika menggunakan katalis zeolit.
4. Katalis zeolit mudah didapatkan.

4
Novian Johan Perdana (09/280219/TK/34676)
Achmad Denanda Fachlizha Perdana (09/281657/TK/35116)

Anda mungkin juga menyukai