Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Sektor Industri menjadi salah satu sektor strategis yang berperan penting

dalam pembangunan negara. Semakin banyak industri-industri (hijau dan

strategis) maka stabilitas ekonomi negara tersebut menjadi stabil. Indonesia

merupakan negara dengan wilayah yang luas dan memiliki penduduk terbanyak

keempat didunia dimana hal ini dapat mendukung berdirinya sektor industri di

Indonesia. Sektor industri ini akan menunjang dan memperkuat stabilitas nasional

yang dinamis dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional. Hal ini sesuai

dengan landasan dan tujuan dibangunnya industri itu sendiri sebagaimana

tercantum dalam UU No. 5 Tahun 1984 dan UU No. 3 Tahun 2014 tentang

perindustrian.

Pembangunan secara intensif dalam industri dapat mengurangi

ketergantungan terhadap produk dari negara lain dan juga diharapkan dapat

menyediakan bahan-bahan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan nasional.

Maka diharapkan dengan adanya pembangunan ini, produk-produk dalam negeri

dapat bersaing dengan produk negara lain dengan cara masuk ke dalam pasar

dunia. Di sisi lain nilai jual saham dari industri dapat meningkatkan nilai visa

negara.

Perkembangan industri di Indonesia umumnya dibagi menjadi 2 yaitu

industri hulu dan industri hilir, umumnya apabila industri hilir yang signifikan

tetapi tidak diimbangi dengan perkembangan industri hulu maka Negara Indonesia

1
2

harus mengimpor produk-produk industri hulu sebagai bahan baku bagi industri

hilir. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan ketergantungan terhadap produk-

produk luar negeri. Salah satu contohnya adalah senyawa propilen/propena (C 3H6)

yang merupakan salah satu bahan utama dalam produksi di industri petrokimia.

Propilen adalah salah satu bahan yang cukup dibutuhkan di dalam dunia

industri. Dapat dilihat dari kebutuhan propilen sebagai bahan baku berbagai

industri contohnya dalam produksi polypropylene, alkilinitril (yang dapat diubah

menjadi serat akrilik), propilen oksida, okso alkohol, kumena, maupun isopropil

alkohol. Disisi lain bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi propilen

masih terpenuhi dan saat ini Indonesia masih harus mengimpor propilen

dikarenakan kebutuhannya belum tercukupi oleh produksi dalam negeri. Dengan

mempertimbangkan potensi pasar propilen di Indonesia yang cukup besar maka

direncanakan pendirian pabrik propilen baru di Indonesia untuk memenuhi

kebutuhan pasar dalam negeri.

1.2 Sejarah dan Perkembangan

Apabila ditilik dari awal mulanya, tidak ada catatan sejarah mengenai

siapa yang menemukan senyawa propena atau propilen. Namun beberapa orang

menemukan reaksi pemisahan dan pembentukan propena yang digunakan untuk

produksi masal dalam dunia industri. Disisi lain terdapat juga beberapa individu

yang berperan dalam penamaan hidrokarbon yang secara tidak langsung

berperan dalam sejarah propilen itu sendiri. Agust Wilheim von Hofmann

mengusulkan penamaan hidrokarbon seperti yang sekarang digunakan yaitu

penamaan IUPAC pada tahun 1880-an (Novaldi dan Putro, 2018).


3

Sejarah propena (propilen) terus mengalami perkembangan dengan

ditemukannya polipropena. Sampai pada pertengahan tahun 1950, jenis poliolefin

komersial yang terkenal ada 3, yaitu polietilena, poli-isobutilen, dan isobutilen-

isoprena kopolimer. Percobaan untuk menghasilkan polimer dari jenis olefin lain

tidak berhasil, karena berat molekul yang dihasilkan rendah sehingga nilai jualnya

rendah (Novaldi dan Putro, 2018).

Pada tahun 1954, G. Nattadari Milan menemukan katalis Ziegler yang

mampu memproduksi polimer dengan berat molekul besar dari propilen. Dengan

variasi katalis, dihasilkan berbagai jenis propilen dengan variasi sifat yang

berbeda-beda. Salah satunya yang umum adalah isotaktik polipropilen (Novaldi

dan Putro, 2018).

Isotaktik polipropena mulai dipasarkan Montecatini pada tahun 1957

dengan merek Moplen. Pada tahun 1970 hak paten milik Montecatini berakhir

yang mengakibatkan permintaan polipropena meningkat tajam. Namun, di tahun

1970 hingga 1980-an harga polipropena menurun. Fenomena ini menjadi stimulus

bagi berbagai pengembangan aplikasi baru. Tercatat pada tahun 1980-an tingkat

kebutuhan polipropena menduduki urutan ketiga terbanyak setelah PVC dan

polietilena, yaitu, sebesar 3 juta ton per tahun. Di masa kini polipropena telah

banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan dengan variasi produk jadinya yang

beragam (Achmad, dkk., 2014).

Pada 30 September 2013 NASA mengumumkan bahwa pesawat ruang

angkasa orbit Cassini yang merupakan bagian dari misi Cassimi-Huygens, telah

menemukan sejumlah kecil propena alami dalam atmosfer Titan (bulan) dengan

menggunakan spektroskopi (Achmad, dkk., 2014).


4

1.3 Kegunaan Produk

Propena atau propilen adalah produk kedua terpenting dalam industri

petrokimia setelah etilena. Propilen digunakan sebagai bahan baku untuk

pembuatan berbagai produk antara (kumena, akrolein, propilen oksida, isobutil

aldehida, n-butilaldehida, asam akrilat), produk akhir (fenol, aseton, gliserin,

resin, polipropilen, isobutil alkohol, butil asetat, akrilat, karet etilen propilen), dan

produk jadi (perekat, pelarut, kosmetik, fiber, parfum, plastik, tekstil, ban mobil)

yang banyak digunakan oleh masyarakat sehari-hari (Achmad, dkk., 2014).

Setelah menjadi propilen, berbagai macam produk jadi dihasilkan dengan

berbagai reaksi. Penjelasannya sebagai berikut:

a. Fenol dan Aseton

Kumena (1-metiletil) benzena atau isopropilbenzena merupakan salah satu

produk antara yang dihasilkan dari propilen. Pembuatan fenol dan aseton melalui

oksidasi isopropilbenzena merupakan cara yang lazim digunakan dalam indsutri

dewasa ini. Dengan oksidasi oleh udara, isopropilbenzena diubah menjadi kumena

hidroperoksida, yang selanjutnya dengan larutan asam dalam air diubah menjadi

fenol dan aseton.

b. Akrolein dan Gliserin

Akrolein merupakan aldehid sederhana yang tidak berwarna, mudah menguap

beracun, dan memiliki reaktivitas kimia yang tinggi dengan bau yang kuat.

Akrolein dibuat dari proses oksidasi propilen dalam reaktor katalitik. Propilen dan

udara dipanaskan dalam heater atau furnace hingga suhunya mencapai 350ºC.

Reduksi akrolein dengan alkil alkohol akan menghasilkan gliserin sintesis.


5

c. Propilen oksida

Propilen oksida merupakan suatu produk antara yang dihasilkan dari propilen.

Propilen oksida merupakan cairan tidak berwarna dan baunya tidak menyengat.

Bahan kimia ini dapat dihasilkan dari propilen melalui proses klorohidrasi

menghasilkan klorohidrin, kemudian diikuti dengan proses dehidroklorinasi untuk

menghasilkan propilen oksida.

d. Polipropilen

Propilen merupakan olefin penting yang digunakan untuk membuat

polipropilen, yaitu suatu polimer yang digunakan untuk membuat serat sintesis,

materi pengepakan, dan peralatan memasak. Polipropilen merupakan produk akhir

dari propilen. Polipropilen terbentuk dari monomer propilen melalui proses

polimerisasi menggunakan katalis Ziegler-Natta, atau katalis metallacenne.

1.4 Jenis-jenis Proses Pembuatan Produk

1.4.1. Methanol to Propylene (MTP)

Proses pembuatan propilen dengan mengubah metanol didalam reaktor

fixed bed pada tekanan 1,3–1,6 bar dan temperatur 420–490 ˚C. Reaktor fixed bed

ini menggunakan katalis alumino silicate. Dalam prosesnya metanol direaksikan

didalam reaktor DME terlebih dahulu, reaksi yang berlangsung selama 30 menit

dengan suhu 299˚C. Setelah terbentuk DME kemudian diteruskan ke reaktor fixed

bed dengan kondisi operasi 400˚C tekanan 3 atm. Keluaran reaktor dialirkan

menuju separator untuk dipisahkan menjadi 3 aliran. Aliran pertama berupa

metanol dan DME yang kemudian dialirkan kembali menuju reaktor DME. Aliran

kedua berupa air yang digunakan untuk keperluan steam dan air pendingin. Aliran
6

ketiga merupakan produk utama yang kemudian dialirkan menuju unit purifikasi.

Hasil purifikasi berupa propilen, gasoline, dan LPG serta senyawa pengotor

berupa metanol dan DME yang kemudian dikembalikan ke reaktor DME (Andrei,

2018).

1.4.2. Dehidrogenasi Propana

Reaksi dehidrogenasi propane bersifat sangat endhoterm sehingga kondisi

operasi berlangsung pada suhu tinggi dan tekanan rendah sehingga diperlukan

pemanasan dari luar yaitu dengan mengalirkan udara panas ke dalam reactor.

Prosed dehidrogenasi ini dilakukan didalam reactor Fixed Bed Catalyst dengan

menggunakan katalis Chromia Alumina pada termperatur 574 – 648oC dan

tekanan 0.1-0.3 atm. Hasil reaksi berupa propilen dan senyawa-senyawa lain yang

diperoleh berupa C, CH4, C2H4, C2H6 kemudian dialirkan ke unit pemurnian pada

menara fraksinasi. Terdapat reaksi samping yang membentuk hidrokarbon ringan

dan hidrokarbon berat sehingga menghasilkan endapan pada katalis maka

diperlukan pemanasan udara untuk meregenerasi katalis.

1.4.3. Steam Cracking

Steam cracking merupakan proses petrokimia dimana hidrokarbon jenuh

dipecah menjadi hidrokarbon yang lebih kecil. Ini merupakan metode industri

utama untuk menghasilkan alkena yang lebih ringan termasuk etena (etilena) dan

propilen yang secara komersial dilakukan sejak tahun 1950. Steam cracking terdiri

dari furnace yang digunakan untuk proses pirolissi dimana bahan baku dipecah

menggunakan uap sebagai pengencernya. Gas hasil cracking didinginkan

kemudian dikirim menuju demethanizer untuk memisahkan gas hidrogen dan

metana. Sedangkan untuk effluent kemudian diolah untuk memisahkan asetilen


7

dan untuk etilen dipisahkan pada fraksionasi etilena. Fraksi bawah dipisahkan

pada de-ethanizer menjadi etena dan C3+ yang di treatment lebih lanjut untuk

menghasilkan propilen dan olefin lainnya. Kondisi steam cracker untuk etana

adalah 750-800ºC pada tekanan 20 atm.

1.4.4. Iso-Methatesis Staged Process Etilen dan 1-Butena

Iso-Metatesis adalah proses yang dapat digunakan dalam produksi

propilena. Bahan baku yang digunakan pada proses ini adalah senyawa Etilen dan

1-Butena. Dalam prosesnya 1-butena dikonversikan terlebih dahulu ke dalam 2-

butena menggunaakn katalis MgO. Lalu, 2-butena direaksikan dengan lebih

banyak etilen dan sisa reaksi 1-butena menggunakan katalis logam transisi oksida

seperti tungsten oksida untuk membentuk produk utama berupa propilen dan

produk samping berupa 2-pentena. Kondisi operasi yang digunakan pada

temperatur 300 ˚C tekanan 30 atm. Konversi dari reaksi ini adalah 92,5% dengan

kemurnian produk 99,99% (Pat. US 9,309,168 B2, 2016).

1.5 Sifat Fisika dan Sifat Kimia

1.5.1. Bahan Baku

1.5.1.1. 1-Butene

a. Sifat Fisis

Rumus molekul : C4H8

Berat molekul : 56,1076

Wujud : Gas (tidak berwarna)

Titik didih : -6,3°C

Titik beku : -185,1°C


8

Temperatur kritis : 419 K

Tekanan kritis : 37,2 bar

Densitas : 595 kg/m3 (Coulson dan Richardson ,2005)

1.5.1.2. n-butene

a. Sifat Fisis

Rumus molekul : 2-C4H8

Berat molekul : 56,1076

Wujud : Gas (tidak berwarna)

Titik didih : 3,7°C

Titik beku : -138,9°C

Temperatur kritis : 435,6 K

Tekanan Kritis : 42,0 bar

Densitas : 621 kg/m3 (Coulson dan Richardson ,2005)

1.5.1.3. Etilen

a. Sifat Fisis

Rumus molekul : C2H4

Berat molekul : 28,0583

Wujud : Gas (tidak berwarna)

Titik didih : -103,8°C

Titik beku : -169,2°C

Temperatur kritis : 282 K

Tekanan kritis : 504 bar

Densitas : 577 kg/m3 (Coulson dan Richardson ,2005)


9

b. Sifat Kimia

1. Reaksi etilen dengan hidrogen menghasilkan etana

Reaksinya sebagai berikut :

C2H4 + H2 C2H6

(Alifah, 2013)

1.5.1.4. Etana

a. Sifat Fisis

Rumus molekul : C2H6

Berat molekul : 30,070

Wujud : Gas (tidak berwarna)

Titik didih : -88,7°C

Titik beku : -183,3°C

Temperatur kritis : 305,4 K

Tekanan kritis : 48,8 bar

Densitas : 548 kg/m3 (Coulson dan Richardson ,2005)

1.5.2. Produk

1.5.2.1. Propilen

a. Sifat Fisis

Rumus molekul : C3H6

Berat molekul : 42,0807

Wujud : Gas (tidak berwarna)

Titik didih : -47,8°C

Titik beku : -185,3°C

Temperatur kritis : 365 K


10

Tekanan kritis : 46,2 bar

Densitas : 612 kg/m3 (Coulson dan Richardson ,2005)

b. Sifat Kimia

1. Disproporsinasi

Propilen dengan adanya katalis (H2SO4) akan bereaksi membentuk

isopropil alkohol. Reaksi yang terjadi :

C3H6 mono-dan-diisopropil alkohol (CH3)2CHOH

2. Disproporsinasi

Disproporsinasi propilen pada temperatur 450˚C dan tekanan 17 atm

akan menghasilkan etilen dan butilen. Proses berlangsung dengan katalis

tungsten. Reaksinya sebagai berikut :

2C3H6 C2H4 + 2C2H8

(Alifah, 2013)

1.5.2.2. Trans 2-pentene

a. Sifat Fisis

Rumus molekul : 2-C5H10

Berat molekul : 70,1345

Wujud : Gas (tidak berwarna)

Titik didih : 36,3°C

Titik beku : -140,3°C

Temperatur kritis : 475 K

Tekanan kritis : 36,6 bar

Densitas : 649 kg/m3 (Coulson dan Richardson ,2005)


11

1.5.2.3. Cis 2-pentene

a. Sifat Fisis

Rumus molekul : C5H10

Berat molekul : 70,1345

Wujud : Gas (tidak berwarna)

Titik didih : 36,9°C

Titik beku : -151,4°C

Temperatur kritis : 476,0 K

Tekanan kritis : 36 bar

Densitas : 656 kg/m3 (Coulson dan Richardson ,2005)

Anda mungkin juga menyukai